BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Kondisi Geografis dan Sosial Notoyudan adalah salah satu kampung yang berada dalam wilayah
administratif kelurahan Pringgokusuman, kecamatan Gedongtengen, kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kampung Notoyudan ini
terdiri dari 4 rukun warga RW dan 19 rukun tangga RT. Kampung Notoyudan ini jika dilihat berdasarkan peta kelurahan Pringgokusuman, maka
akan tampak batas-batas wilayah kampung Notoyudan, yaitu sebelah utara kampung Notoyudan dibatasi oleh kampung Jlagran dan kampung Pringgo,
sedangkan untuk sebelah timur berbatasan dengan kampung Sutodirjan. Kemudian di sebelah selatan kampung Notoyudan berbatasan langsung dengan
kampung Sanggrahan Kelurahan Ngampilan, sedangkan di bagian barat kampung Notoyudan di batasi oleh sungai Winongo dan kampung Sudagaran
Kelurahan Tegalrejo. Kampung Notoyudan merupakan salah satu kampung padat penduduk di
wilayah kelurahan Pringgokusuman. Sebagian besar dari penduduk kampung Notoyudan adalah warga pendatang, baik yang berasal dari daerah yang masih
dalam area provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY itu sendiri maupun dari luar provinsi DIY. Kegiatan perekonomian di kampung Notoyudan berlangsung
dengan semarak, hal ini dipengaruhi oleh letak kampung Notoyudan yang
62
strategis di tengah Kota Yogyakarta. Namun demikian kesemarakan kegiatan perekonomian ini kurang mampu untuk mengangkat perekonomian sebagian
besar warga Notoyudan yang masih dalam taraf ekonomi menengah ke bawah. Aktivitas kegiatan seni dan budaya di kampung Notoyudan pun juga masih
berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan adanya perkumpulan kelompok karawitan, keroncong, dan qasidah yang salah satunya ada di RW 25.
Kemudian yang berkaitan dengan kegiatan sosial-keagamaan, di kampung Notoyudan umumnya berlangsung sangat baik. Masih eksisnya
peranan remaja masjid dalam membina dan mengelola Taman Pendidikan al Qur’an, serta masih hidupnya kegiatan rutin pengajian yang digelar oleh ibu- ibu
menjadi buktinya. Dalam kehidupanhubungan antar umat beragama pun juga demikian, berlangsung sangat harmonis, bahkan di kampung Notoyudan
khususnya di RW 24 terdapat tradisi yang luar biasa bagusnya, yaitu setiap hari raya Idul Fitri atau tepatnya setelah shalat
‟Ied, seluruh warga RW 24 baik yang beragama Islam maupun non-Islam berkumpul di halaman masjid untuk
saling berjabat tangan dan maaf memaafkan. Selain itu, di RW 24 ini juga terdapat sebuah pondok pesantren khusus waria yang baru didirikan pada
tanggal 8 Juli 2008. Keberadaan pondok pesantren ini mendapat sambutan dan dukungan dari sebagian besar warga RW 24. Beberapa hal inilah yang
mengindikasikan bahwa kehidupan keberagamaan berlangsung sangat baik dengan semangat penuh toleransi dan saling hormat menghormati antar umat
beragama.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Profil waria di Pondok Pesantren Khusus Al-Fatah Senin- Kamis