13
BAB 2 PERSPEKTIF TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Identitas
2.1.1 Definisi Identitas
Menurut Erikson dalam Papalia, 2008: 587 identitas didefinisikan sebagai konsepsi tentang diri, penentuan tujuan, nilai, dan keyakinan yang
dipegang teguh oleh seseorang. Sedangkan Santrock 2007: 69 menyebutkan identitas sebagai potret diri.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa identitas adalah sebuah potret diri yang berisi tentang konsepsi diri, penentuan
tujuan, nilai, dan keyakinan yang di pegang teguh oleh seseorang. 2.1.2 Dinamika Pembentukan Identitas
Identitas didapatkan melalui proses yang panjang dan sulit, dengan melibatkna penolakan atau penerimaan berbagai “peran” dan “wajah”.
Perkembangan identitas terjadi bertahap dan sedikit demi sedikit. Keputusan yang diambil juga tidak hanya sekali dan bersifat final, tetapi
harus diambil berulang kali. Perkembangan identitas tidak berlangsung rapi dengan rapi, dan juga tidak berlangsung dengan tiba-tiba Kroger
dalam Santrock, 2007: 69. Menurut Erikson dalam Papalia, 2008: 587 tugas utama masa
remaja adal ah memecahkan “krisis” identitas versus kebingungan identitas
atau identitas versus kebingungan peran, untuk dapat menjadi orang
dewasa unik dengan pemahaman akan diri yang utuh dan memahami peran nilai dalam masyarakat. “Krisis identitas” ini jarang bisa teratasi pada
masa remaja. Menurut Kroger dalam Papalia, 2008: 587 remaja tidak membentuk identitas mereka dengan meniru orang lain, sebagaimana yang
dilakukan anak yang lebih muda, tetapi dengan memodifikasi dan menyintesis identifikasi lebih awal ke dalam struktur psikologi baru yang
lebih besar. Untuk membentuk identitas, seorang remaja harus memastikan dan mengorganisir kemampuan, kebutuhan, ketertarikan, dan hasrat
mereka sehingga dapat diekspresikan dalam konteks sosial. Menurut Erikson dalam Santrock, 2007: 69 remaja dihadapkan
dengan pilihan-pilihan yang sangat banyak. Ketika mereka mulai menyadari mereka akan bertanggungjawab terhadap diri mereka sendiri
dan kehidupan mereka, remaja mulai mencari hidup macam apakah yang akan mereka jalani.
2.1.3 Faktor Pembentuk Identitas
Menurut Santrock 2007: 73 Identitas tidak terbentuk dengan begitu saja. Banyak faktor yang turut berperan dalam
pembentukan identitas. Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan identitas adalah sebagai berikut:
a. Keluarga
Orang tua
adalah sosok
paling penting
dalam perkembangan identitas pada remaja. Orang tua yang demokratis
mendorong anak terlibat dalam pengambilan keputusan dalam
keluarga, akan mendorong anak untuk mendapatkan status identity achievement. Orang tua yang otoriter, yang mengontrol anaknya
tanpa memberikan kesempatan anak untuk mengeluarkan pendapatnya, akan mendorong status identity foreclosure. Orang
tua yang permisif, yang tidak memberikan arahan yang cukup bagi anak dan benar-benar membiarkan anak mengambil sendiri
keputusannya akan mendorong status identity diffusion. b.
Budaya dan Etnis Di setiap penjuru dunia etnis minoritas selalu mengalami
kesulitan dalam mempertahankan identitas etnisnya ketika harus bebaur dengan dengan budaya yang dominan. Setiap individu juga
harus mengembangkan apa yang disebut dengan identitas etnis. Identitas etnis adalah aspek menetap dari diri yang mencakup
perasaan keanggotaan dalam sebuah kelompok etnis dan juga sikap dan perasaan yang berhubungan dengan keanggotaan tersebut.
c. Gender
Menurut Erikson, Presentasi mengenai perkembangan identitas, terdapat pembagian tugas yang jelas antara jenis kelamin
yang berbeda, dalam pandangannya tercermin bahwa pria memiliki fokus terhadap komitmen tentang karir dan ideologi,
sedangkan perempuan
fokus terhadap
perkawinan dan
membesarkan anak.
Tugas dalam mengeksplorasi identitas mungkin lebih kompleks bagi perempuan dibanding bagi laki-laki, karena
perempuan mungkin mencoba mencapai identitas yang baik pada domain yang lebih banyak dibandingkan dengan pria Santrock,
2007: 73. 2.1.4
Komponen Identitas Identitas merupakan sekumpulan dari berbagai kumpulan
potongan-potongan kecil. Identitas terdiri dari sepuluh potongan kecil identitas, yaitu sebagai berikut
a. Identitas karir atau vokasional, yaitu jalur karir dan pekerjaan yang
ingin diikuti oleh seseorang. b.
Identitas politik, apakah seseorang tersebut konservatif, liberal, atau berdiri di tengah-tengah.
c. Identitas religius, yaitu kepercayaan spiritual seseorang.
d. Identitas hubungan, yaitu apakah seseorang lajang, menikah, atau
bercerai dan sebagainya. e.
Identitas pencapaian atau intelektual, yaitu sejauh mana seseorang termotivasi untuk berprestasi atau mencapai sebuah intelektualitas.
f. Identitas seksual, apakah seseorang tersebut heteroseksual,
homoseksual, atau biseksual. g.
Identitas etnis atau budaya, berada dari wilayah manakah seseorang atau sejauh manakah dia mengidentifikasi dirinya dengan warisan
kebudayaannya.
h. Minat, yaitu hal-hal yang disukai dalam hal ini bisa termasuk olahraga,
musik, hobi, dan sebagainya. i.
Kepribadian, yaitu karakteristik kepribadian individu seperti introvert atau ekstrovert, kalem atau pencemas, ramah atau ketus, dan
sebagainya. j.
Identitas fisik, yaitu body image individu Santrock, 2007: 69 2.1.5
Status Identitas Menurut Marcia dalam Santrock, 2007: 71 teori perkembangan
identitas dari Erikson memiliki empat status identitas tergantung dari cara menyelesaikan krisis identitas. Krisis adalah periode dalam perkembangan
identitas di mana individu mengeksplorasi berbagai alternatif. Sedangkan komitmen adalah investasi personal terhadap identitas. Keempat status
identitas tersebut adalah a.
Identity Diffusion Pada status ini individu belum mengalami krisis dan belum
membuat komitmen. Remaja dalam status ini belum memutuskan mengenai pilihan pekerjaan atau ideologis, tetapi juga tidak menunjukkan
minat terhadap masalah tersebut. b.
Identity Foreclosure Pada status ini individu sudah membuat komitmen, tetapi belum
mengalami krisis. Hal ini paling sering terjadi ketika orang tua memaksa komitmen tertentu pada anak remaja, biasanya dengan cara otoriter
sebelum remaja
memiliki kesempatan
mengeksplorasi berbagai
pendekatan ideologi atau karir. c.
Identity Moratorium Pada status ini remaja tengah berada pada masa krisis tetapi belum
memiliki komitmen atau kalaupun ada masih sangat kabur. d.
Identity Achievement Pada status ini remaja sudah melalui krisis dan sudah sampai pada
sebuah komitmen. Penjelasan yang lebih sederhana mengenai status identitas remaja
dari Marcia disampaikan oleh Monks 2006: 279 sebagai berikut Dalam proses perkembangan identitas maka seseorang dapat
berada dalam status yang berbeda-beda. Marcia membedakan antara menemukan identitas sesudah mengadakan eksplorasi yang
disebut “achievement”; kemudian status “moratorium” yang menggambarkan remaja masih sedang sibuk-sibuknya mencari
identitas; status “foreclosure” yaitu menemukan identitas tanpa mengalami krisis atau eksplorasi lebih dulu, dan keadaan tanpa bisa
menemukan identitas sesungguhnya identity diffussion.
2.2 Hakikat Remaja