2. Pemahaman Siswa
Pemahaman siswa terhadap suatu hal merupakan salah satu hasil dari kegiatan pembelajaran. Menurut Neisser dalam Muhibbin 1999:22, istilah cognitive
berasal dari kata cognition yang mempunyai padanan kata knowing, berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition kognisi ialah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu dominan atau wilayah ranah psikologi manusia
yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan
keyakinan. Berdasarkan taksonomi Bloom dalam Dimyati, 2006:23 ranah kognitif terdiri
dari beberapa indikator yaitu: 1. Pengetahuan, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan, 2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang
dipelajari, 3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru, 4. Alanisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, 5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru,
6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
Secara garis besar, sasaran kognitif siswa menurut Bloom dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Sasaran Kognitif Siswa Menurut Bloom
Tingkat Keterampilan
Pengetahuan Menghafal
Mengingat Menyebutkan
Pemahaman Menerjemahkan
Menghubungkan Menafsirkan
Penerapan Menerapkan
Mempertunjukkan Menggunakan informasi dalam situasi
baru
Analisis Mengkategorikan
Mengklasifikasikan
Sintesis Mengembangkan
Merancang Menciptakan
Evaluasi Mempertimbangkan
Memutuskan Membandingkan
3. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah sebagai salah satu bagian yang terintegrasi di dalam kurikulum sekolah, yang bertujuan sebagai bekal bagi siswa
untuk menghadapi kehidupan sosial pada lingkungan masyarakat, sebagaimana dikemukakan oleh National council for social studies NCSS 1979, bahwa
tidak ada satupun cabang kurikulum sekolah yang lebih sentral dari pada pendidikan IPS. Stanley 1985:7 di dalam pengantar buletin NCSS no.75
berjudul “Review of Researceh in Social Studies Education 1976-1983”, juga berpendapat bahwa “sungguh pun semuamata pelajaran di sekolah bernilai atau
berharga bagi anak, akan tetapi tidak ada yang lebih mendasar dan lebih penting daripada pendidikan IPS.