Kesimpulan EFISIENSI PENGGUNAAN RADIASI SURYA DAN

Proporsi biomassa akar dan daun menurun pada saat bunga mekar dan diikuti oleh peningkatan pada bagian batang. Proporsi biomassa batang yang meningkat untuk tanaman tahunan akan dipergunakan lagi untuk pertumbuhan berikutnya. Selain pemupukan, kerapatan tanaman juga menentukan hasil. Hasil biji gtanaman W1P1 lebih kecil dibandingkan dengan W1P2. Ini diduga kandungan air tanah pada W1P2 275.2 mm lebih besar dari W1P1 264.3 mm. Sementara itu kandungan nitrogen biji W1P1 dan W1P2 masing-masing sebesar 3.691 kg ha -1 dan 0.958 kg ha -1 .

2.5. Kesimpulan

Kemampuan tanaman mengkonversi energi menjadi fotosintat ini diistilahkan dengan efisiensi penggunaan radiasi surya RUE secara linier dipengaruhi oleh nitrogen tanaman. RUE ini selanjutnya menentukan biomassa dan biji yang dihasilkan. Berdasarkan parameterisasi nilai RUE terbaik untuk memprediksi biomassa terletak antara 0.94 – 1.3 g MJ -1 . Fenologi tanaman jarak pagar yang dihitung berdasarkan konsep heat unit antara suhu udara rata-rata dan suhu dasar dengan panjang setiap fase perkembangan yang ditetapkan berdasarkan pengamatan fenotif tanaman . Penentuan f enologi atau fase perkembangan ini diperlukan untuk menentukan proporsi pembagian hasil fotosintesis ke akar, batang, daun dan biji. Heat unit yang paling besar adalah pada fase bunga mekar sampai masak fisiologis, yaitu sebesar 1 364°C hari. Jika kondisi lingkungan tidak memungkinkan, misalnya kandungan air tanah sedikit, maka hasil biji menjadi rendah. Sementara itu, selama periode pertumbuhan tanaman, kadar air tanah pada perlakuan pemupukan nitrogen W1N1–W1N3, terjadi penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan tanpa pemupukan W1N0. Kerapatan populasi juga mempengaruhi kadar air tanah yang pada populasi rapat W1P1 lebih cepat penurunannya dibandingkan populasi sedang W1P2. Peningkatan pengambilan air tanah diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan air tanaman atau evapotranspirasi. Evapotranspirasi aktual semakin besar dengan peningkatan pemupukan nitrogen W1N1, W1N2 dan W1N3, sebaliknya dengan evapotranspirasi perlakuan kerapatan populasi yang lebih besar pada populasi sedang W1P2. Oleh karena itu, tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan evapotranspirasinya akan menghasilkan biomassa yang lebih tinggi. Evapotranspirasi ini menyebabkan aliran air beserta nitrogen dan hara lainnya ikut terangkut untuk keperluan fotosintesis. Tanaman akan mengambil unsur hara dalam bentuk yang dapat diabsorpsinya. Untuk nitrogen, bentuk yang dapat diambil tanaman adalah amonium dan nitrat. Kandungan nitrogen dalam tanah lebih banyak dalam bentuk nitrat dan kecenderungan nitrogen tanah mulai kuncup bunga sampai masak fisiologis MF nitrogen menurun karena peningkatan penyerapan nitrogen oleh tanaman. Keperluan nitrogen tergantung pada permintaan tanaman, jika keperluan nitrogen untuk pengisian biji tidak dapat dipenuhi dengan memobilasi dari batang dan daun, maka tanaman akan menyerap nitrogen dari dalam tanah. Oleh karena itu, pada saat masak fisiologis MF nitrogen dalam tanah telah menurun karena peningkatan nitrogen tanaman. Nitrogen tanaman ini sangat mempengaruhi kemampuan tanaman mengkonversi energi radiasi surya menjadi fotosintat. Kemudian, biji ditentukan oleh kandungan air tanah. Kandungan air tanah ini diperlukan oleh tanaman untuk pengisian biji, sehingga pada perlakuan baik pemberian nitrogen maupun kerapatan populasi yang mempunyai kandungan air tanah sekitar 272.5 dengan pemberian nitrogen sebesar 130 kg ha - 1 dapat menghasilkan biji per tanaman dan biji per hektar yang lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya. 3. PENGGUNAAN AIR, PRODUKSI BIOMASSA DAN HASIL BIJI TANAMAN JARAK PAGAR Jatropha curcas L. PADA LAHAN KERING TADAH HUJAN 3.1. Pendahuluan Pada lingkungan seperti dataran tinggi lebih dari 700 m di atas permukaan laut yang menjadi pembatas adalah radiasi matahari karena banyak awan dan berkabut, sebaliknya di dataran rendah yang kurang dari 700 m di atas permukaan laut dibatasi oleh ketersediaan air tanah. Ketersediaan air penting dalam memenuhi evapotranspirasi, perkolasi dan rembesan untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang tinggi. Kebutuhan air bervariasi menurut umur, varietas, tipe tanah, topografi dan lain- lain. Jarak pagar tahan terhadap kekeringan, tetapi bukan berarti akan dapat tumbuh dan berproduksi tinggi bila kecukupan air tidak terpenuhi. Jarak pagar punya mekanisme untuk bertahan hidup pada kondisi kekurangan air dengan menggugurkan daun dan meminimalkan atau menghentikan aktifitas tumbuh dan berkembang dalam jangka waktu yang cukup lama, termasuk aktifitas reproduksi, yang berakibat pada penurunan produktivitas. Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tanaman perlu ketersediaan air yang cukup. Kehilangan air tanah karena evapotranspirasi yang tidak diikuti oleh penambahan air baik dari hujan maupun pengairan akan menimbulkan cekaman bagi tanaman, baik cekaman sementara pada tengah hari maupun cekaman permanen jangka panjang. Kebutuhan air untuk tanaman atau evapotranspirasi dipengaruhi oleh iklim dan tanah. Faktor iklim radiasi surya, suhu, kecepatan angin, dan kelembapan udara menentukan evaporasi. Sedangkan, faktor tanah seperti tekstur, kedalaman air tanah dan topografi menentukan infiltrasi, perkolasi dan limpasan air. Kebutuhan air tanaman berkisar antara 60 mm pada awal pertumbuhan sampai 120 mm pada pertumbuhan paling aktif Oldeman, 1975. Secara agronomis nisbah antara bahan kering tanaman dengan jumlah kebutuhan air oleh tanaman dinamakan efisiensi penggunaan air oleh tanaman. Jumlah penggunaan air oleh tanaman dapat didekati dengan evapotranspirasi aktual atau transpirasi tanaman. Ada kecendrungan bahwa tanaman jarak lebih tahan terhadap kekeringan dari pada kebanyakan air. Sebagaimana juga terbukti dari pengalaman penyiapan bahan tanaman di KIJP di Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi Wahid, 2006. Kekeringan adalah kejadian meteorologi sehubungan dengan ketidak- tersediaan air hujan untuk mengisi simpanan air tanah dan ketersediaan energi untuk evaporasi dan transpirasi. Toleransi tanaman menghadapi kekeringan lebih menggambarkan cara atau mekanisme tanaman tersebut bereaksi. Mekanisme tersebut dapat berupa menghindari kekeringan dengan cara siklus hidup pendek, dormansi, konservasi air dengan merubah bentuk morfologi dan anatomi daun, dan pengambilan air yang efektif dengan morfologi dan anatomi akar. Mekanisme lainnya adalah berupa toleransi terhadap kekeringan, baik dengan cara pemeliharaan turgor berupa adaptasi osmotic dan modulus elastisitas rendah maupun dengan larutan pelindung dan enzim. Selanjutnya Wahid 2006 menyatakan untuk Indonesia, daerah yang diperkirakan optimal untuk pertumbuhan dan produksi dalam rangka pengembangan jarak pagar sebagai bahan baku biofuel adalah wilayah dengan ketinggian 0 – 600 m dpl atau dataran rendah yang memiliki suhu harian antara 22 – 35°C dengan curah hujan antara 500 – 1 500 mm dan hari hujan antara 100 – 120 haritahun. Di luar batas dan kriteria tersebut, walaupun masih dapat tumbuh diperkirakan produksinya tidak optimal. Di atas ketinggian 500 m, walaupun masih dapat tumbuh, suhu rendah akan menghambat proses respirasi dan pembentukan buah. Keterbatasan ketersediaan energi surya dapat jadi penghambat di wilayah dengan curah hujan di atas 1 500 mmtahun, karena hujan yang banyak biasanya disertai dengan tingkat per-awanan yang tinggi. Sementara di wilayah dengan curah hujan lebih kecil dari 500 mmtahun, risiko kekeringan dapat mengancam. Meskipun secara kuantitatif cekaman air merugikan, namun kondisi ini sering menguntungkan dari segi hasil. Misalnya peningkatan rendemen karet dan gula, aroma tembakau, kandungan alkaloid minyak pada kedele, protein pada gandum, kualitas buah-buahan dan sebagainya. Biasanya, iklim yang lebih kering akan meningkatkan kadar minyak dalam biji. Variabilitas iklim curah hujan mengendalikan penggunaan air pada kondisi air yang terbatas dalam produksi jarak pagar Sukarin et al. 1987; Aker, 1997. Kekeringan dapat membatasi nitrogen N yang dapat diserap oleh tanaman, melalui pengurangan laju mineralisasi N. Hujan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kehilangan N dari tanah melalui pencucian dan denitrifiksasi. Pada tanah alkalin tinggi, N dapat hilang karena votalisasi Matthews, 2002 Tanaman jarak pagar sering disebut sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan dengan kondisi rentang kesuburan yang luas dan dapat tumbuh pada lahan kritis sekalipun. Pernyataan tersebut benar kalau hanya sekedar tumbuh namun pada lahan-lahan yang miskin unsur hara tanaman ini tidak akan berproduksi seperti yang diharapkan. Agar diperoleh tanaman berproduksi secara optimal jarak pagar perlu dilakukan pemupukan seperti halnya tanaman lain. Oleh karena itu, dalam pengembangan jarak pagar yang berkelanjutan, perlu tersedia berbagai komponen teknologi pemupukan yang efisien dan berdaya guna. Pemberian pupuk dengan dosis yang tepat akan memberikan produksi yang efisien. Pupuk N, P dan K merupakan unsur hara makro yang penting dalam peningkatan produksi jarak pagar. Tujuan Percobaan yang kedua ini dimaksudkan untuk mengkaji penggunaan air jarak pagar dan hubungannya dengan produksi biomassa dan biji di bawah kondisi pemupukan nitrogen dan kerapatan populasi pada lahan kering tadah hujan. Bahan Dan Metode 1.4.1. Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan kedua dilaksanakan pada lahan percobaan SEAMEO BIOTROP pada bulan Maret sampai Nopember tahun 2007. Data percobaan kedua ini dimaksudkan untuk validasi dalam pemodelan tanaman. 1.4.2. Rancangan Percobaan Percobaan kedua selain mengkaji penggunaan air oleh tanaman jarak, juga produksi biomassa dan hasil karena pemupukan nitrogen dan kerapatan populasi pada lahan kering tadah hujan. 1.4.3. Percobaan Kedua W2 Percobaan kedua juga disusun secara Nelder Fan Design Mark, 1983. Setiap plot terdiri dari 9 spoke dan 5 ring per spoke Lampiran 1 dan 2. Tanaman bagian terdalam inner dan terluar outer tidak digunakan sebagai contoh. Ini akan menyediakan 27 data pengamatan per plot. Pada masing-masing plot ditempatkan perlakuan pemupukan nitrogen N dengan dosis yang sama seperti pada percobaan pertama yaitu W2N0, W2N1, W2N2, dan W2N3 dan dalam setiap spoke ditempatkan populasi tanaman P yaitu W2P1 17 698 tanamanhektar, W2P2 3 246 tanaman hektar dan W2P3 1 314 tanamanhektar atau 0.13 tanamanm 2 . Pada percobaan kedua, tanaman asal bibit hasil semaian tanggal 14 April ditanam tanggal 12 Mei 2007 dan panen tanggal 20 Oktober 2007. Data yang disajikan pada laporan ini untuk perlakuan pemupukan pada kerapatan populasi P2, sedangkan perlakuan kerapatan populasi pada kondisi pemberian nitrogen N2. Deskripsi jarak pagar Jatropha curcas L. populasi IP-1P yang digunakan sebagai bahan tanaman dalam percobaan kedua dicantumkan pada Lampiran 3. Aplikasi pupuk nitrogen pada percobaan diberikan setengah dosis pada awal tanam dan umur 90 hari setelah tanam HST sesuai perlakuan. Pupuk P dan K sesuai dosis rekomendasi, yaitu pada tahun pertama masing-masing sebesar 40 g per pohon SP-36 dan KCl Hambali et al. 2006 diberikan pada saat tanam. Aplikasi pestisida yang diberikan adalah fungsida, furadan dan insektisida. 1.4.4. Pengamatan 2.1.1.1. Tanaman. Pertumbuhan tanaman yang diamati adalah biomassa, produksi biji, indeks luas daun, nitrogen tanaman, dan biji . Kandungan air pada tanaman crop water status didapat dari perbedaan antara berat basah dan berat kering tanaman Sharma, 2001. Pengamatan contoh secara destruktif dilakukan dengan setiap plot perlakuan pada empat fase perkembangan tanaman. Berat kering biomassa tanaman ditimbang kering oven pada suhu 70ºC selama 72 jam. Nitrogen total organ tanaman akar, batang, daun, dan biji dianalisis menurut metode Kjedhal. 2.1.1.2. Tanah. Pada saat percobaan pertama berlangsung nilai pF 2.54 = 36.28 volume dan pF 4.2 = 27.48 volume, bobot isi adalah 1.42 g cm -3 , laju permeabilitas 2.13 cm jam -1 sedang, N total 0.18 rendah yang relatif seragam sampai dengan kedalaman 40 cm, dan pH 5.2 agak asam. Sementara itu, nisbah CN sebesar 9.3 dan bahan organik sebesar 2.92 . Jenis tanah tempat percobaan adalah Ultisol Goenadi, 1982. Proporsi pasir : debu : liat adalah 6.2 : 45.3 : 48.5 atau tekstur tanah termasuk liat berdebu atau tanah bertekstur halus Lampiran 4.1. Untuk nitrogen dianalisis pada masuki tahap emergence , kuncup bunga, bunga mekar, dan masak fisilogis dengan metode Kjedhal. Kadar air tanah diukur seminggu sekali sampai masak fisiologis pada masing-masing perlakuan. 2.1.1.3. Cuaca. Keadaan unsur iklim di lapang terbuka kecuali data curah hujan mm hari -1 , diambil dari pengamatan stasiun klimatologi Baranangsiang yang terletak 1 km dari lokasi penelitian, seperti intensitas radiasi surya MJ m -2 hari -1 , suhu udara °C, kelembapan nisbi dan kecepatan angin m detik -1 . Intersepsi radiasi surya diukur dengan sensor radiasi portabel tipe 303 Digital Multimeter pada ketinggian 5 cm di atas tanah dan di tempat terbuka. Proporsi radiasi surya yang diintersepsi diukur setiap minggu sampai dengan tanaman masak secara fisiologis. Pada percobaan kedua, pengukuran proporsi intersepsi radiasi ini dilakukan setiap jam sejak dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 15.00 pada setiap fase perkembangan tanaman, kemudian hasil pengukuran tersebut dirata-ratakan. Sementara itu, pengukuran intersepsi radiasi di luar fase perkembangan tanaman diukur antara jam 11.00 sampai 15.00. Neraca air Kandungan air tanah diukur dengan sensor kadar air tipe 303 Digital Multimeter selang 7 hari sampai masak fisiologis pada masing-masing perlakuan dan dikalibrasi dengan pengukuran gravimetrik. Pengukuran pada kedalaman 20 cm dan 40 cm, dengan asumsi lahan pertanaman rata, dan limpasan permukaan tidak terjadi. Pada lahan tadah hujan evapotranspirasi tanaman termasuk evaporasi tanah serta intersepsi kanopi tanaman, diukur berdasarkan kandungan air tanah pada saat t-1 dan t, curah hujan sebagai berikut Handoko, 1992; Angus van Herwaarden, 2001; Chen et al. 2003: t t t t CH SWC SWC ETa + − = −1 ETa t adalah evapotranspirasi tanaman mm pada saat t. SWC adalah kandungan air tanah rata-rata seluruh profil mm pada waktu pengamatan kandungan air tanah minggu ini t dan waktu pengamatan minggu sebelumnya t-1. CH t adalah curah hujan mm pada saat t. Drainase mm yang pada percobaan ini tidak diukur dan diabaikan berdasarkan Payne et al. 2001, demikian pula dengan limpasan permukaan karena lahan percobaan relatif datar. Efisiensi penggunaan air WUE pada banyak referensi berbeda dalam proses dan nisbah. Dalam penelitian ini, WUE merujuk pada perbandingan antara hasil dengan jumlah penggunaan air oleh tanaman selama pertumbuhan tanaman Angus van Herwaarden, 2001. Perhitungan di atas dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan air oleh tanaman pada setiap fase perkembangan tanaman pada kondisi air terbatas. Nitrogen tanah Kandungan nitrogen tanah dalam bentuk amonium NH 4 + dan nitrat NO 3 - diukur sebanyak empat kali selama periode pertumbuhan. Contoh tanah diambil dengan bor pada kedalaman 0-20 dan 20-40 cm sesuai perlakuan. Contoh tanah seberat 30 g diekstrak dengan 80 ml 2.5 N KCl. Amonium dan nitrat dianalisis dengan metode Kjedhal. Hasil 1.4.5. Periode Tumbuh dan Kondisi Iklim selama Percobaan Suhu udara rata-rata selama pada periode KB-BM pada percobaan kedua lebih tinggi dibandingkan dengan percobaan pertama Tabel 6. Suhu yang tinggi atau rendah pada setiap fase menentukan lama fase tersebut. Saat fase BM – MF pada tanam ke-satu lama periodenya 80 hari dengan suhu 27.4 °C, sebaliknya pada tanam ke-dua dengan fase yang sama berlangsung selama 72 hari dengan suhu udara 27.5°C. Jarak pagar adalah tanaman berhari netral, jadi fase perkembangan tanamannya dipengaruhi oleh suhu udara. Tabel 6. Peubah iklim selama fase perkembangan tanaman Fase Lama hari Suhu °C RH Angin km jam -1 Radiasi MJ m -2 Hujan mm ETp mm CH ETP Percobaan I, tanam 18 April 2007 S – E 10 27.3 81.1 1.8 101.1 188.9 33.7 5.61 E – KB 70 27.2 78.1 1.8 663.5 324.3 195.0 1.66 KB– BM 27 27.0 71.1 2.1 326.7 1.2 94.6 0.01 BM- MF 80 27.4 72.7 2.4 983.4 56.0 305.6 0.18 187 27.2 75.8 2.0 2 074.9 570.4 628.9 0.91 Percobaan II, tanam 12 May 2007 S – E 10 27.4 81.5 1.8 102.5 89.7 32.1 2.80 E – KB 80 27.1 77.6 1.8 769.4 428.5 228.5 1.88 KB– BM 27 27.2 71.8 2.1 335.2 0.0 97.0 0.00 BM– MF 72 27.5 72.7 2.4 884.9 39.0 275.6 0.14 189 27.3 75.9 2.0 2 092.0 557.2 633.2 0.88 Pada percobaan kedua, curah hujan yang diterima sebesar 557.2 mm dan evapotranspirasi sebesar 633.2 mm. Nisbah curah hujan CHEvapotranspirasi ETp pada fase kuncup bunga KB sampai dengan masak fisiologis MF sangat kecil yaitu kurang dari 0.5 ETp, yang berarti pada periode ini secara klimatologis juga mengalami cekaman air. 1.4.6. Neraca air Kadar air pada ke dalaman 0 – 20 cm setiap perlakuan selama percobaan masih di atas kapasitas lapang Gambar 18a. Kadar air tanah pada ke dalaman 0–20 cm mengalami penurunan selama fase kuncup bunga KB-BM, terutama perlakuan W2N3. Pada kedalaman 0 – 100 cm kadar air tanah mencapai batas titik layu permanen Gambar 18b. Nisbah evapotranspirasi ETaETp semua perlakuan mengalami penurunan setelah tanaman memasuki fase kuncup bunga. Secara umum nisbah ETaETp dalam setelah fase bunga mekar BM, cenderung turun mencapai sekitar 0.6 Gambar 19b. 45.0 55.0 65.0 75.0 153 167 181 202 216 230 244 258 272 283 Pengamatan mingguan K A T - 2 c m , m m W2N0 W2N1 W2N2 W2N3 W2P1 W2P2 W2P3 K L T L P BM KB Pupuk ke-2 a 200.0 250.0 300.0 350.0 400.0 450.0 500.0 153 167 181 202 216 230 244 258 272 283 Pengamatan mingguan K A T 0 - 100 c m , m m W2N0 W2N1 W2N2 W2N3 W2P1 W2P2 W2P3 KL TLP BM KB Pupuk ke-2 b Gambar 18. Kadar air tanah masing-masing perlakuan. 100 200 300 400 500 600 700 800 104 118 132 146 160 174 195 209 223 237 251 265 279 297 Pengamatan mingguan E v ap ot ra n s pi ra si akt ual m m W1N0 W1N1 W1N2 W1N3 W1P1 W1P2 W1P3 ETP pupuk 2 KB BM Emergency pupuk 1 a 0.5 0.6 0.6 0.7 0.7 0.8 0.8 0.9 0.9 1.0 1.0 104 118 132 146 160 174 195 209 223 237 251 265 279 297 Pengamatan mingguan ET a ET p W2N0 W2N1 W2N2 W2N3 W2P1 W2P2 W2P3 b Gambar 19. Evapotranspirasi aktual dan potensial a dan nisbah ETaETp b masing-masing perlakuan. Dalam Tabel 7 diperlihatkan evapotranspirasi aktual yang semakin besar dengan peningkatan pemberian pemupukan. Kemudian, evapotranspirasi aktual populasi yang rapat W2P1 lebih besar dibandingkan dengan populasi sedang W2P2 atau populasi jarang W2P3. Nitrogen yang diserap oleh tanaman W2N2 pada saat masak fisiologis lebih besar dibandingkan dengan perlakuan W2N0, W2N1 dan W2N3. Pada saat yang sama W2P1 menyerap lebih banyak nitrogen dibandingkan W2P2 dan W2P3. Tabel 7. Neraca air selama periode pertumbuhan Neraca air mm Neraca nitrogen kg ha -1 Nitrogen tanah Nitrogen terserap Perlakuan Hujan KAT ETA Tanam MF BM MF Nitrogen biji Percobaan II, 12 Mei 2007 W2N0 557.2 346.3 431.3 553.69 652.11 67.97 118.04 0.39 W2N1 557.2 335.6 491.1 553.69 615.71 55.82 167.52 0.61 W2N2 557.2 341.2 496.0 553.69 519.85 71.57 197.67 2.26 W2N3 557.2 321.9 539.0 553.69 601.87 100.72 172.10 1.29 W2P1 557.2 350.5 562.9 553.69 626.74 166.36 363.35 2.94 W2P2 557.2 355.3 537.8 553.69 600.21 36.21 97.40 0.15 W2P3 557.2 361.2 556.1 553.69 565.22 19.48 30.73 0.32 1.4.7. Efisiensi Penggunaan Air Gambar 20a,b menunjukkan hubungan antara penggunaan air dan AGB dengan beberapa tingkat pemupukan dan kerapatan populasi. Efisiensi penggunaan air perlakuan W2N0 4.9243 kg ha -1 mm -1 dan pada perlakuan W2N1 4.4253 kg ha -1 mm -1 , W2N2 6.0858 kg ha -1 mm -1 , dan W2N3 4.3124 kg ha -1 mm -1 . Sementara itu, efisiensi penggunaan air populasi W2P1 9.6514 kg ha -1 mm -1 , W2P2 2.6178 kg ha -1 mm -1 dan W2P3 0.726 kg ha -1 mm -1 . Pemberian nitrogen berperan terhadap peningkatanWUE sampai 130 kg ha -1 . 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 100 200 300 400 500 ETa kumulatif mm AG B k g h a -1 y = 4,8324x - 168.73 R 2 = 0.42 W2N3 y = 6,0858x - 515,17 R 2 = 0.41 W2N2 y = 4,4253x - 198.8 R 2 = 0.38 W2N1 y = 4,9243x - 84,53 R 2 = 0.49 W2N0 a 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 100 200 300 400 500 ETa kumulatif mm A G B kg ha -1 y = 0,726x + 26,598 R 2 = 0.32 W2P3 y = 9,6514x - 1786,6 R 2 = 0.44 W2P1 y = 2,6178x - 158,8 R 2 = 0.42 W2P2 b Gambar 20. Efisiensi penggunaan air masing-masing perlakuan. 1.4.8. Kandungan Air pada Tanaman Kandungan air yang terdapat pada tanaman seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 22 lebih banyak pada bagian batang dibandingkan dengan bagian daun dan akar. Kandungan air ini berkaitan erat dengan kemampuan tanaman untuk bertahan selama periode kekurangan air. Dalam Gambar 21a,b ditunjukkan selama periode kuncup bunga 2 dan bunga mekar 3 kandungan air tanaman masih di atas 70. Pada masak fisiologis kandungan air tanaman perlakuan W2N3 mencapai di bawah 60. 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 Fase perkembangan tanaman s K a d a r a ir t a n a m a n W2N0 W2N1 W2N2 W2N3 0.25 0.50 0.75 1.00 a 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 Fase perkembangan tanaman s K a da r a ir t a na m a n W2P1 W2P2 W2P3 0.25 0.50 0.75 1.00 b Gambar 21. Kadar air tanaman masing-masing perlakuan. Secara keseluruhan proporsi kandungan air tanaman pada bagian akar, batang dan daun berturut-turut adalah 31.1, 35.2 dan 33.7. Pada awal pertumbuhan sampai dengan fase kuncup bunga, proporsi kandungan air tanaman relatif konstan, kemudian memasuki fase bunga mekar, proporsi tersebut menjadi lebih berfluktuatif. Pemupukan nitrogen sampai dengan W1N2 meningkatkan kandungan air tanaman bagian batang dengan proporsi akar sekitar 33.7, batang sekitar 36.7 dan daun mencapai 29.6 Gambar 22e. Perlakuan kerapatan populasi juga menunjukkan proporsi tertinggi kandungan air pada tanaman terdapat pada bagian batang. Proporsi kandungan air pada bagian akar, batang dan daun perlakuan W1P1 berturut-turut 32.8, 36.1 dan 31.0. Sementara itu, dalam perlakuan W1P2 dan W1P3 kandungan air tanaman lebih kecil dengan proporsi terbesar masih dalam bagian batang, yaitu berturut-turut 34.1 dan 34.4 Gambar 22g,h,i. W1N0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Fase perkembangan tanaman K ad ar ai r pa da t a na m an daun batang akar c W1N1 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Fase perkembangan tanaman Kada r air pada tanaman daun batang akar d W1N2 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Fase perkembangan tanaman Ka dar ai r pa da t anam an daun batang akar e W1N3 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Fase perkembangan tanaman Kadar ai r pada t anam an daun batang akar f W1P1 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Fase perkembangan tanaman Kadar a ir pad a t anaman daun batang akar 0.25 0.50 0.75 1.00 g W1P2 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Fase perkembangan tanaman K a da r ai r p ad a t a na m an daun batang akar 1.00 0.75 0.50 0.25 h W1P3 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Fase perkembangan tanaman Kad ar ai r pa da t a na man daun batang akar 0.25 0.50 0.75 1.00 i .Gambar 22. Kandungan air tanaman. 1.4.9. Nitrogen Tanah Kandungan nitrogen tanah dengan kedalaman 0 – 20 cm dan 20 – 40 cm selama percobaan berlangsung disajikan pada Gambar 23, Gambar 24 dan Lampiran 7.4. Secara keseluruhan terlihat bentuk nitrogen dalam tanah baik pada perlakuan pemberian nitrogen maupun kerapatan populasi, lebih banyak berupa nitrat sekitar 200 kg N ha -1 dibandingkan dengan amonium sekitar 25 kg N ha -1 . Pada perlakuan W2N2 dan W2N3, baik amonium Gambar 23c,d maupun nitrat Gambar 23g,h telah terjadi peningkatan pada saat bunga mekar dan menurun menuju masak fisiologis, hal ini berkaitan erat dengan evpotranspirasi yang juga lebih besar dari kedua perlakuan tersebut Tabel 6. W2N0 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Fase perkembangan tanaman s Am m o ni um k g h a -1 0-20 cm 20-40 cm a W1N0 0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 Fase perkembangan tanaman s Ni tr a t k g ha -1 0-20 cm 20-40 cm e W2N1 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Fase perkembangan tanaman s Am moni um k g ha -1 0-20 cm 20-40 cm b W2N1 0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 Fase perkembangan tanaman s Ni tr at kg ha -1 0-20 cm 20-40 cm f W2N2 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Fase perkembangan tanaman s A m m oni u m k g ha -1 0-20 cm 20-40 cm c W2N2 0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 Fase perkembangan tanaman s N itr a t kg h a -1 0-20 cm 20-40 cm g W2N3 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 Fase perkembangan tanaman s Am m on ium k g ha -1 0-20 cm 20-40 cm 0.2 0.50 0.7 1.0 d W2N3 0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 Fase perkembangan tanaman s N itr a t k g h a -1 0-20 cm 20-40 cm 0.2 0.5 0.7 1.00 h Gambar 23. Kandungan nitrogen tanah NH 4 + dan NO 3 - pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm perlakuan pemupukan. Pola penurunan amonium dan nitrat yang sama juga diperlihatkan pada populasi W2P1 Gambar 24a,d dan W2P3 Gambar 24c,f yang mempunyai evapotranspirasi yang juga lebih besar dibandingkan dengan perlakuan W2P2 Gambar 24b,e. Pola penurunan amonium dan nitrat ini akan diiukuti oleh peningkatan nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman. W2P1 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Fase perkembangan tanaman s A m m o ni um k g h a -1 0-20 cm 20-40 cm a W2P1 0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 Fase perkembangan tanaman s N itr a t k g h a -1 0-20 cm 20-40 cm d W2P2 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Fase perkembangan tanaman s A m m oni um k g ha -1 0-20 cm 20-40 cm b W2P2 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Fase perkembangan tanaman s N it ra t k g ha -1 0-20 cm 20-40 cm e W2P3 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Fase perkembangan tanaman s A m m oni um k g ha -1 0-20 cm 20-40 cm 0.2 0.5 0.7 1.0 c W2P3 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 Fase perkembangan tanaman s N itr a t k g h a -1 0-20 cm 20-40 cm 0.2 0.5 0.7 1.0 f Gambar 24. Kandungan nitrogen tanah NH 4 + dan NO 3 - pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm perlakuan kerapatan populasi . 1.4.10. Intersepsi Radiasi Surya Radiasi yang diintersepsi oleh tanaman terus meningkat sampai dengan kuncup bunga, kemudian berfluktuasi selama periode kuncup bunga sampai bunga mekar Gambar 25. Setelah fase tersebut terlewati, radiasi yang diintersepsi sekitar 77 MJ m -2 setiap minggunya atau 11.0 MJ m -2 hari -1 . Jumlah radiasi yang diintersepsi tersebut berhubungan erat dengan ILD tanaman. 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Waktu Pengamatan F rak si i n tersep si r ad iasi W2N0 W2N1 W2N2 W2N3 W2P1 W2P2 W2P3 BM KB Pupuk ke-2 Gambar 25. Intersepsi radiasi masing-masing perlakuan. 1.4.11. Keragaan Tanaman Peubah tanaman menggambarkan tanggapan tanaman terhadap perilaku lingkungan seperti kondisi iklim, air dan unsur hara selama periode pertumbuhannya. 2.1.1.4. Biomassa Tanaman Perlakuan W2N0 menunjukkan bahwa akumulasi biomassa sekitar 290.5 gtanaman lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan pemberian nitrogen lainnya W2N1 – W2N3 Gambar 26a dan 26b, ini mengisyaratkan bahwa, tanaman jarak pagar memerlukan penambahan pupuk untuk menghasilkan biomassa dan hasil yang tinggi. Indeks luas daun yang besar menunjukkan kemampuan tanaman dalam mengintersepsi radiasi dan menyebabkan WUE besar, sehingga akan menghasilkan biomassa dan hasil biji yang tinggi Tabel 8. Tabel 8. WUE, biomassa dan indek luas daun masing-masing perlakuan Perlakuan WUE kg ha -1 I L D A G B t ha -1 Biji t ha -1 W2N0 4.9243 4.213 2.770 0.122 W2N1 4.4253 4.646 3.378 0.201 W2N2 6.0858 5.149 4.479 0.476 W2N3 4.3124 5.151 3.831 0.300 W2P1 9.6514 10.731 7.986 0.667 W2P2 2.6178 3.036 2.204 0.062 W2P3 0.7260 0.690 0.653 0.095 Perlakuan W2P1 menghasilkan biomassa tanaman 350.2 gtanaman Gambar 26a lebih kecil dibandingkan dengan populasi sedang W2P2 dan populasi jarang W2P3 Gambar 26a. 0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 800.0 900.0 1000.0 Fase perkembangan tanaman s A G B g t anam an W2N0 W2N1 W2N2 W2N3 W2P1 W2P2 W2P3 a 0.0 2000.0 4000.0 6000.0 8000.0 10000.0 12000.0 Fase perkembangan tanaman s A G B k g h a -1 W2N0 W2N1 W2N2 W2N3 W2P1 W2P2 W2P3 0.25 0.5 0.7 1.0 b Gambar 26. Biomassa tanaman pada perlakuan nitrogen dan kerapatan populasi. Proporsi biomassa sejak dari tanam sampai dengan masak fisiologis disajikan dalam Gambar 27 dan 28. Sejak kuncup bunga sampai dengan masak fisiologis biomassa banyak dialokasikan pada bagian batang. W2N0 0.0 500.0 1000.0 1500.0 2000.0 2500.0 Fase perkembangan tanaman s B io m asa d a n H asi l g m -2 Biji Daun Batang Akar a W2N1 0.0 200.0 400.0 600.0 800.0 1000.0 1200.0 1400.0 Fase perkembangan tanaman s B io m asa d a n H asi l g m -2 Biji Daun Batang Akar b W2N2 0.0 200.0 400.0 600.0 800.0 1000.0 1200.0 1400.0 1600.0 1800.0 Fase perkembangan tanaman s B io m asa d an H asi l g m -2 Biji Daun Batang Akar 0.25 0.5 0.7 1.0 c W2N3 0.0 500.0 1000.0 1500.0 2000.0 2500.0 Fase perkembangan tanaman s B iom as a d a n H asi l g m -2 Biji Daun Batang Akar 0.25 0.50 0.75 1.00 d Gambar 27. Distribusi biomassa pada perlakuan pemupukan. W2P1 0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 800.0 Fase perkembangan tanaman s B io m a s a da n H a s il g t an a m an Biji Daun Batang Akar 0.2 0.5 0.7 1.0 a W2P2 0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 800.0 Fase perkembangan tanaman s B io m a s a da n H a s il g t an a m an Biji Daun Batang Akar 0.2 0.50 0.75 1.0 b W2P3 0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 800.0 Fase perkembangan tanaman s B io m a sa d an H asi l g t ana m an Biji Daun Batang Akar 0.2 0.5 0.7 1.0 c Gambar 28. Distribusi biomassa pada kerapatan populasi. 2.1.1.5. Indeks Luas Daun Pada fase masak fisiologis indeks luas daun terbesar yang dicapai adalah 5 pada perlakuan pemberian nitrogen dan 10 pada perlakuan kerapatan populasi Gambar 29. Ada kecenderungan bahwa semakin besar ILD, semakin besar pula biomassa yang dihasilkan Tabel 7. 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 1 2 3 4 5 6 7 8 Waktu Pengamatan bulanan Inde k l ua s da un, I L D W2N0 W2N1 W2N2 W2N3 W2P1 W2P2 W2P3 Gambar 29. Indeks luas daun masing-masing perlakuan selama percobaan. 2.1.1.6. Hasil biji Hasil biji perlakuan W2N0 sekitar 10.67 gtanaman, sementara itu perlakuan W2N1 – W2N3, yaitu berkisar antara 23.42 – 27.30 gtanaman. Hasil biji perlakuan W2P3 sekitar 36.34 gtanaman lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan W2P1 dan W2P2, ini diduga persaingan antar tanaman dalam memanfaatkan faktor lingkungan pada perlakuan W2P3 tidak seketat perlakuan lainnya. Perlakuan W2P1 menghasilkan biji sekitar 18.84 gtanaman, sedangkan W2P2 hanya sekitar 8.40 gtanaman. 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 H as il b iji g ta n -1 W2N0 W2N1 W2N2 W2N3 W2P1 W2P2 W2P3 a 0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 Ha s il bi ji k g ha -1 W2N0 W2N1 W2N2 W2N3 W2P1 W2P2 W2P3 b Gambar 30. Hasil tanaman masing-masing perlakuan. Hasil biji tertinggi selama pertumbuhan 6 bulan masak fisiologis dicapai sebesar 476.016 kg ha -1 atau 0.476 t ha -1 W2N2 dan terendah 121.627 kg ha -1 atau 0.122 t ha -1 W2N0, sedangkan pada perlakuan kerapatan populasi mempunyai rentang hasil antara 62.153 kg ha -1 atau 0.062 t ha -1 W2P2 sampai 666.770 kg ha -1 atau 0.667 t ha -1 W2P1 Gambar 29b. Sementara itu, potensi produksi populasi IP-1P sebesar 0.25-0.3 ton pada tahun pertama dengan pemeliharaan yang optimal Puslitbangbun, 2007. 2.1.1.7. Nitrogen Tanaman dan biji Nitrogen tanaman perlakuan W2N0, W2N1, W2N2, dan W2N3 tidak berbeda, kecuali dengan perlakuan W2P1 dan W2P3 Gambar 31a. Nitrogen yang diserap tanaman meningkat menurut kerapatan populasi Tabel 6 dan Gambar 31a dan hasil yang sama diperoleh Al-Kaisi Yin 2003. Nitrogen biji mempunyai pola nonlinier menurut pemberian nitrogen dengan puncaknya pada W2N2 Gambar 31b. Nitrogen biji populasi W2P1 lebih tinggi dibandingkan dengan populasi W2P2 dan W2P3. Nitrogen biji yang tinggi pada masing-masing perlakuan diduga berkaitan erat dengan nitrogen yang diserap tanaman perlakuan tersebut lebih besar Tabel 6 dibandingkan dengan perlakuan nitrogen lainnya. 2.00 52.00 102.00 152.00 202.00 252.00 302.00 352.00 402.00 452.00 502.00 Fase perkembangan tanaman Ni tr o g en t a nam a n k g ha -1 W2N0 W2N1 W2N2 W2N3 W2P1 W2P2 W2P3 0.25 0.50 0.75 1.00 a 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 Ni tr o g en b ij i k g ha -1 W2N0 W2N1 W2N2 W2N3 W2P1 W2P2 W2P3 b Gambar 31. Nitrogen tanaman dan biji masing-masing perlakuan. Pembahasan Air tanah merupakan variabel penting yang berpengaruh langsung pada pengangkutan unsur hara tanah dan metabolisme jaringan tanaman, tidak terkecuali jarak pagar, apabila dihadapkan kondisi kekurangan air juga mengalami penurunan pertumbuhan dan produksi. Dalam Gambar 17 ditunjukkan bahwa penurunan kadar air tanah sudah mencapai batas titik layu permanen dan secara teori masih dalam kondisi tersedia bagi tanaman dan diduga juga mempengaruhi mineralisasi nitrogen, nitrogen yang diserap tanaman, pertumbuhan dan hasil biji. Kadar air tanah atau kelembapan tanah menurut Gardner et al. 1991 berperan dalam aliran massa ion ke dalam akar dan merupakan proses yang utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan W2N2 130 kg ha -1 dengan kadar air tanah 342.2 mm, jumlah nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman sebesar 197.67 kg ha -1 . Sementara itu pada W2N3 195 kg ha -1 dengan kadar air tanah 321.9 mm jumlah nitrogen yang diserap sebesar 172.10 kg ha -1 Tabel 6 atau dengan penurunan air tanah sebesar 20.3 mm 5.9 mengakibatkan pengurangan nitrogen yang dapat diserap tanaman sebesar 25.57 kg ha -1 atau sekitar 13. Pengambilan air tanah yang tinggi karena peningkatan pemupukan nitrogen menyebabkan evapotranspirasi aktual semakin besar dan ini mengisyaratkan bahwa air digunakan dalam penyerapan hara oleh tanaman sehingga yang dapat diuapkan lebih besar dari perlakuan tanpa pemupukan nitrogen. Evapotranspirasi aktual ini selanjutnya akan mempengaruhi efisiensi penggunaan air. Efisiensi penggunaan air WUE pada semakin besar pada perlakuan W2N0 – W2N2 dan pada W2N3 menurun. WUE yang tinggi disebabkan oleh indek luas daun yang besar Tabel 7. Pengurangan WUE perlakuan W2N3 disebabkan penggunan air ETa yang besar 107.7 mm, 47.9 mm dan 43.0 mm dibandingkan perlakuan W2N0, W2N1 dan W2N2. Selain itu, hal ini juga diduga pada perlakuan pemupukan nitrogen yang tinggi, air tidak mencukupi karena menurut Al-Kaisi Yin 2003 peningkatan pemupukan nitrogen meningkatan efisiensi penggunaan air pada tanah yang kahat nitrogen dengan kondisi air yang cukup. Di bawah kondisi lahan kering tempat tanaman tergantung pada curah hujan musiman yang tidak dapat diprediksi menurut Blum 2005 maksimalisasi penggunaan kandungan air tanah merupakan komponen ketahanan kekeringan yang biasanya diwujudkan dengan nilai WUE yang rendah. Nilai WUE yang lebih kecil pada W2N3 berdampak pada biji yang dihasilkan yang juga lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan W2N2 Tabel 7 dan Gambar 19. Kandungan air yang terdapat pada tanaman lebih banyak pada bagian batang dibandingkan dengan bagian daun dan akar. Kandungan air ini berkaitan erat dengan kemampuan tanaman untuk bertahan selama periode kekurangan air. Tanaman jarak pagar seperti tanaman spesies Jatropha lainnya, merupakan tanaman sukulen yang beradaptasi dengan baik pada kondisi-kondisi arid dan semi-arid xerophytic, dengan menggugurkan daunnya selama musim kering untuk mengurangi transpirasi. Akar tunggang tanaman ini dapat menembus tanah sampai kedalaman 5 m. Total air tanaman yang dapat dipertahankan selama percobaan masih di atas 70 dengan rentang 74 – 82. Air pada bagian tanaman dapat dipergunakan sampai 58.1 seperti pada W2N3 Gambar 20. Kandungan air tanaman berkayu umumnya berada di bawah 70. Kandungan air tanaman budidaya herba bervariasi antara 70 – 80, tergantung pada umur, spesies, jaringan tertentu dan lingkungan Gardner et al. 1991. Jadi, jarak pagar kemampuan menyimpan air lebih besar dibandingkan tanaman berkayu dan tanaman budidaya herba dan dapat menggunakan air dalam bagian tubuhnya sampai di bawah 60. Hasil biji tertinggi mencapai sebesar 0.476 t ha -1 dengan pemupukan sebesar 130 kg Urea ha -1 dengan kandungan air tanah sekitar 341.2 mm. Sementara itu hasil biji W2N3 sebesar 0.300 t ha -1 dengan pemupukan 195 kg ha -1 dan kandungan air sebesar 321.9 mm. Penurunan hasil sebesar 0.176 t ha -1 36.9 karena perbedaan air tanah sebesar 20.3 mm atau 5.9. Hasil ini menunjukkan bahwa jarak memerlukan nutrisi dan air yang cukup untuk berproduksi tinggi. Angus van Herwaarden 2001 menjelaskan pengurangan hasil biji karena air yang kurang selama pengisian biji dan lebih banyak air dipergunakan dalam menghasilkan bahan vegetatif tambahan. Menurut Pitono et al. 2008 defisit air tanah dengan kadar air tanah yang terus menurun dari 25 pada periode 40 hari menjelang panen dapat menyebabkan penurunan hasil lebih dari 50. Sementara dampak tersebut pada parameter total luas daun menyebabkan penurunan sekitar 70. Peningkatan dari amonium selalu diikuti oleh peningkatan jumlah nitrat. Amonium dan nitrat ini merupakan bentuk yang dapat diserap oleh tanaman dari dalam tanah Marschner, 1995. Kesimpulan Evapotranspirasi aktual semakin besar dengan peningkatan pemupukan nitrogen yang berarti air banyak digunakan dalam penyerapan hara untuk pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air tanaman yang besar akan menyebabkan nilai efisiensi penggunaan air tanaman menjadi lebih kecil karena digunakan untuk pertumbuhan vegetatif lainnya. Efisiensi penggunaan air semakin besar pada rentang perlakuan 0 – 130 kg Urea per ha -1 dan pada pemberian Urea sebesar 195 kg ha -1 menjadi kecil. Sementara itu, efisiensi penggunaan air populasi rapat lebih tinggi dibandingkan kerapatan populasi lainnya. Indeks luas daun juga mempengaruhi nilai efisiensi penggunaan air. Semakin besar indeks luas daun, semakin besar pula efisiensi penggunaan air oleh tanaman tersebut. Kandungan air yang terdapat pada tanaman perlakuan pemupukan lebih banyak pada bagian batang dibandingkan dengan bagian daun dan akar. Sementara itu, tanaman yang tidak diberi pemupukan nitrogen proporsi air pada akar, batang dan daun relatif sama. Ini merupakan mekanisme antisipasi tanaman untuk menghadapi kekeringan. Jika air tanah mulai berkurang, maka tanaman memanfaatkan air pada bagian organnya seperti yang ditunjukkan oleh W2N3. Ini menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam kerangka melihat kemungkinan pemanfaatan tanaman ini untuk konservasi dan sekat bakar fire break. Secara keseluruhan bentuk nitrogen dalam tanah baik pada perlakuan pemberian nitrogen maupun kerapatan populasi, lebih banyak berupa nitrat dibandingkan dengan amonium. Ketersediaan nitrogen dalam tanah ini menentukan jumlah yang dapat diserap oleh tanaman dan jumlah nitrogen dari biji. Sementara itu, nitrogen biji populasi rapat W2P1 lebih tinggi dibandingkan dengan populasi sedang W2P2 dan jarang W2P3. Akumulasi biomassa yang lebih kecil pada perlakuan W2N0 290.5 gtanaman dibandingkan dengan perlakuan pemberian nitrogen lainnya W2N1 – W2N3 yang bearti bahwa tanaman jarak pagar memerlukan pemeliharaan yang optimal. Perlakuan populasi rapat W2P1 menghasilkan biomassa tanaman yang kecil 350.2 gtanaman dibandingkan dengan populasi sedang W2P2 dan populasi jarang W2P3. Biomassa ini selanjutnya menentukan hasil biji yang lebih banyak pada biomassa yang lebih besar jika air mencukupi.

4. PEMODELAN PERTUMBUHAN DAN