Pembahasan EFISIENSI PENGGUNAAN RADIASI SURYA DAN

2.3.6.6. Nitrogen tanaman Pada fase MF jumlah nitrogen yang diserap oleh tanaman semakin besar dengan peningkatan pemberian nitrogen, sedangkan pada perlakuan kerapatan populasi jumlah nitrogen semakin banyak pada populasi rapat W1P1. Nitrogen biji meningkat sampai perlakuan W1N2 kemudian turun pada perlakuan W1N3. Perlakuan kerapatan populasi W1P1 lebih tinggi dibandingkan dengan W1P2 Gambar 17. 2.0 52.0 102.0 152.0 202.0 252.0 302.0 352.0 402.0 452.0 Fase perkembangan tanaman s N it r o g e n ta n ., A G N N , k g h a -1 W1N0 W1N1 W1N2 W1N3 W1P1 W1P2 BM pupuk 1 pupuk 2 KB 0.25 0.50 0.75 1.00 a 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 Pemupukan nitrogen N it ro g e n bi ji , N , kg ha -1 W1N0 W1N1 W1N2 W1N3 W1P1 W1P2 b Gambar 17. Nitrogen di atas tanah, AGN kg ha -1 a dan nitrogen biji kg h -1 b masing-masing perlakuan.

2.4. Pembahasan

Konsep heat unit telah banyak digunakan untuk tanaman yang tidak peka terhadap panjang hari. Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia juga menunjukkan bahwa metode ini dapat diterapkan untuk menentukan fase perkembangan tananam. Misalnya pada tanaman gandum Handoko, 2007 dengan perlakuan air, nitrogen dan ketinggian tempat, kelapa sawit Djufry et al. 2000 dengan perlakuan air dan nitrogen. Pada tanaman soba Koesmaryono et al . 2002 dengan ketinggian tempat yang berbeda. Waktu fase perkembangan ini akan menentukan pengalokasian fotosintat ke organ-organ tanaman, sehingga keperluan air dan hara masing-masing periode perkembangan ini tidak sama. Air diperlukan dalam mineralisasi nitrogen yang selanjutnya diperlukan sebagai sarana pengangkutan unsur hara menurut aliran massa. Oleh karena itu, pada perlakuan pemupukan nitrogen defisit air W1N1, W1N2 dan W1N3 masing-masing sebesar -44.5; -54.2 dan -80.1 terlihat kandungan air tanah yang menurun dengan cepat dibandingkan tanpa pemupukan defisit air sebesar -33.5 mm. Hal ini yang menyebabkan evapotranspirasi aktual tanaman semakin besar. Evapotranspirasi W1N0 sebesar 399.1 mm sementara itu W1N3 sebesar 491.0 mm. Evapotranspirasi proporsional dengan biomassa yang akan dihasikan Purcell, 2006. Intersepsi radiasi setelah memasuki fase bunga mekar relatif konstan sektar 0.50. Hal yang sama juga ditemukan oleh Purcell et al. 2002 pada tanaman kedele. Intersepsi radiasi surya membentuk pola linier menurut pemberian nitrogen pada rentang W1N0 – W1N3. Fraksi radiasi yang diintersepsi tanaman ini sangat menentukan nilai efisiensi penggunaan radiasi. RUE bervariasi dengan kandungan nitrogen dari tanaman Sinclair Muchow, 1999 dan defisit air dari kondisi kapasitas lapang Demetriades-Shah et al . 1992. Pada percobaan lapang, Gallagher Biscoe 1978 menemukan RUE tanaman gandum yang dipupuk meningkat 10 dibandingkan dengan RUE tanaman gandum yang tidak dipupuk. Pada penelitian ini peningkatan RUE pada selang 14 – 38. Di samping itu, dalam Tabel 4. juga memperlihatkan nilai efisiensi penggunaan radiasi lebih tinggi pada populasi yang rapat. Hal serupa ditemukan oleh Kemanian et al. 2004 pada tanaman Barley walaupun antara populasi yang rapat dan jarang tidak nyata perbedaannya. Kumar et al. 1996 memperoleh RUE jarak kepyar Ricinus communis L. bervariasi antara 0.79 – 1.19 g MJ −1 karena pengaruh indek kekeringan. Indeks luas daun ternyata berperan dalam menentukan RUE, sehingga semakin besar ILD maka RUE juga meningkat Tabel 4. Ini terjadi karena ILD menentukan distribusi cahaya yang masuk ke dalam tajuk tanaman. Komponen ILD dan RUE ini selanjutnya menentukan biomassa yang dihasikan yang menurut prinsip fisiologi tanaman adalah proposional dengan akumulasi radiasi yang diintersepsi oleh tanaman dan juga proposional dengan sejumlah air yang ditranspirasikan selama periode pertumbuhan tanaman Purcell, 2006. Selain itu RUE dipengaruhi antara lain oleh 1 arsitekturbentuk tajuk dan daun yang berkaitan dengan jenis atau varietas tanaman, 2 selain ILD, juga kandungan khlorofil dan air daun 3 suhu udara, status air dan hara tanaman Chang, 1968. Proporsi biomassa akar dan daun menurun pada saat bunga mekar dan diikuti oleh peningkatan pada bagian batang. Proporsi biomassa batang yang meningkat untuk tanaman tahunan akan dipergunakan lagi untuk pertumbuhan berikutnya. Selain pemupukan, kerapatan tanaman juga menentukan hasil. Hasil biji gtanaman W1P1 lebih kecil dibandingkan dengan W1P2. Ini diduga kandungan air tanah pada W1P2 275.2 mm lebih besar dari W1P1 264.3 mm. Sementara itu kandungan nitrogen biji W1P1 dan W1P2 masing-masing sebesar 3.691 kg ha -1 dan 0.958 kg ha -1 .

2.5. Kesimpulan