Batik Kudus LANDASAN TEORI

2.5.8 Mbironi Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik dengan menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu proses mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngiring dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan. 2.5.9 Menyoga Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan warna cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat tersebut. 2.5.10 Nglorod Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna malam. Dalam tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam lilin dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-anginkan hingga kering. Proses membuat batik memang cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan beberapa orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi.

2.6 Batik Kudus

Setiap daerah memiliki cara tersendiri untuk memperkuat identitas dan kepribadian bangsa, antara lain melalui media batik, misalnya Batik Solo, Batik Pekalongan, Batik Cirebon, Batik Lasem, Batik Semarang, Batik Kendal, Batik Demak, dan masih banyak lagi. Kudus terkenal dengan sebutan kota kretek, karena terdapat pabrik rokok terbesar di Indonesia yaitu Djarum. Kudus juga terkenal dengan wisata religinya yaitu Sunan Kudus yang identik dengan menara Kudus dan juga Sunan Muria. Sebagian orang mungkin belum banyak yang mengetahui kota ini juga menghasilkan batik yang unik dan menarik. Batik tersebut dinamai Batik Kudus atau Batik Kudusan. Batik Kudus adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, umumnya jawa dan khususnya daerah kudus dan sekitarnya. Orang-orang Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda, termasuk batik kudus yang sekarang sedang berkembang batikhaskudus.blogspot.com. Batik Kudus diproduksi pada zaman dahulu, tepatnya pada era 40-an ada pedagang dari China yang datang ke kota Kudus, kemudian pedagang tersebut mengundang perajin batik dari berbagai daerah untuk membuatkan batik untuk mereka. Maka, dari kolaborasi ketiga perajin tersebut menghasilkan batik yang unik. Bagian dasarnya kental dengan sentuhan batik Yogyakarta dan Solo, sedangkan bagian motif bunganya lekat dengan karakter batik pekalongan. Pada batik Kudus didapati juga pengaruh Arab kaligrafi lantaran Kudus berdekatan dengan Demak yang identik dengan penyebaran ajaran Islam. Warna coklat dan hitam juga memperkaya batik Kudus yang penuh warna. Inilah yang membuat batik tulis Kudus unik dan bernilai, dan wajar saja jika harganya mahal bisa jutaan untuk kain batik tulis muriabatikkudus.com. Batik Kudus pada era 1980-an mengalami kemunduran karena sudah tidak ada pengrajin yang berproduksi lagi karena adanya perkembangan batik printing maka pengrajin batik Kudus banyak yang gulung tikar dan akhirnya masyarakat Kudus lebih senang bekerja sebagai buruh pabrik rokok karena banyaknya industri rokok di Kudus. Rentang waktu sekitar 20 tahun Batik Kudus seperti tidak ada. Banyak orang tidak yakin Kudus mempunyai tradisi batik. Hanya generasi tua dan pecinta batik yang mengetehui sejarah Batik Kudus.

2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motif Batik