Perubahan Sifat Kimia Jerami Padi Selama Pengomposan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perubahan Sifat Kimia Jerami Padi Selama Pengomposan

Sifat-sifat kimia dari jerami padi dan kompos yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Sifat Kimia Jerami Padi dan Kompos Sifat Kimia Jerami Padi J o Kompos 4 bulan J 4 Kompos 8 bulan J 8 Total C-organik 44,71 29,17 21,05 N-total 1,08 1,44 1,49 CN 41,4 20,26 14,13 P-total 0,17 0,16 0,32 K-total 2,7 3,15 4,46 Abu 22,92 49,70 63,71 Tabel 3 menunjukkan bahwa kandungan C-organik menurun selama pengomposan jerami padi sebesar 35 - 53. Sebaliknya konsentrasi N-total cenderung meningkat dengan lamanya waktu pengomposan jerami padi, tetapi bertambahnya waktu pengomposan setelah 4 bulan tidak memperlihatkan peningkatan konsentrasi N -total. Persentase C-organik yang ter tera dalam Tabel 3 didasarkan pada hilangnya bahan organik yang terkandung dalam jerami atau kompos yang terjadi selama proses pengabuan kering pada 700 o C. Penurunan kandungan C-organik ini mencerminkan adanya degradasi karbohidrat dalam jerami menjadi CO 2 , yang mengakibatkan menyusutnya bobot kompos yang dihasilkan. Inoko et al. 1982 menggolongkan bahan organik didasarkan pada komponen organik yang dikandungnya, yaitu bahan berkayu woody materials, bahan berselulosa cellulosive materials, dan bahan bernitrogen nitrogenous materials. Jerami padi termasuk bahan berselulosa yang kaya hemiselulosa dan selulosa Tabel Lampiran 2, dan kandungan karbohidrat tersebut yang menyebabkan kandungan C-organik dalam jerami padi tinggi. Umumnya pengomposan baha n organik dapat dianggap sebagai pola perubahan komponen organik dari bahan organik. Meningkatnya konsentrasi N-total dalam kompos berkaitan dengan menurunnya bobot kompos yang diakibatkan oleh degradasi senyawa C-organik labil, seperti hemiselulosa dan se lulosa. Proses degradasi senyawa C-organik dalam jerami ini menyebabkan nisbah karbon terhadap nitrogen CN terus menurun sampai seluruh komponen yang mudah melapuk terdegradasi. Sampai saat ini nisbah CN dianggap sebagai indeks tingkat kematangan kom pos atau tingkat humifikasi. Pengomposan jerami selama 4 bulan dan 8 bulan menurunkan nisbah CN yang cukup besar, masing-masing sebesar 51 dan 66 dari nisbah CN jerami segar. Selama pengomposan jerami terjadi degradasi komponen-komponen organik yang labil dan pembentukan senyawa baru yang relatif tahan terhadap pelapukan, yaitu humus. Tan 1996 menyatakan bahwa humus yang terbentuk melalui proses dekomposisi mempunyai nisbah CN sekitar 8-15. Rendahnya nisbah CN kompos J 4 dan J 8 menunjukkan adanya proses dekomposisi selama pengomposan jerami. Konsentrasi P-total dan K-total dalam kompos meningkat terus sampai 8 bulan pengomposan Tabel 3. Konsentrasi K-total dalam J 8 meningkat cukup tajam 65,19 bila dibandingkan dengan konsentrasi K-total dalam jerami segar J o , sedangkan pada pengomposan 4 bulan J 4 konsentrasi K-total meningkat sebesar 16,67. Konsentrasi P-total dalam J 8 juga meningkat sebesar 88,24, jauh lebih besar bila dibandingkan dengan konsentrasi P -total dalam J o . Demikian juga dengan konsentrasi abu yang meningkat dengan waktu pengomposan sampai 8 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa proses dekomposisi jerami padi masih terus berlangsung sampai 8 bulan waktu pengomposan. Kandungan abu mencerminkan kandungan mineral dalam bahan orga nik tersebut. Konsentrasi abu dari jerami padi relatif cukup tinggi 22,92. Hal ini karena adanya sumbangan dari silika dalam jerami padi yang konsentrasinya relatif cukup tinggi Tabel Lampiran 2. Hasil pengomposan jerami selama 4 bulan J 4 dan 8 bulan J 8 memperlihatkan peningkatan konsentrasi abu, yaitu masing-masing sebesar 54 dan 64 bila dibandingkan dengan jerami padi segar J o . Hal ini sesuai dengan pernyataan Ponnamperuma 1984 bahwa kandungan relatif unsur hara atau mineral akan meningkat dengan tingkat dekomposisi atau kematangan jerami. Peningkatan ini berkaitan dengan pengaruh pemekatan dalam kompos karena berkurangnya total bobot kompos akibat degradasi senyawa C yang labil, seperti selulosa dan hemiselulosa menjadi CO 2 , selama proses pengomposan.

4.2. Percobaan di Laboratorium