Latar Belakang Upaya Penanganan dan Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza) Pada Unggas di Kota Bogor

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan flu burung di Indonesia baik pada unggas maupun pada manusia merupakan permasalahan yang harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Hal ini terkait dengan semakin meluasnya penularan dan penyebaran flu burung di Indonesia. Data mencatat kerugian kematian unggas periode Agustus –Desember 2003 sebanyak 4.179.270 ekor, Januari-Desember 2004 sebanyak 5.014.273 ekor, Januari-Desember 2005 mencapai 1.066.372 ekor dan Januari-Desember 2006 mencapai 1.058.157 ekor Sudarsono 2007, sedangkan kasus flu burung pada manusia hingga saat ini kasusnya semakin bertambah. Sehingga organisasi kesehatan dunia atau WHO World Health Organization mengkhawatirkan virus flu burung akan menjadi ancaman serius di kawasan Asia. Bahkan organisasi PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan flu burung lebih berbahaya dari penyakit SARS Severe Acut Respiratory Syndrome akibat potensi atau kemampuan virus ini untuk mengakibatkan pandemi atau peristiwa letupan dan penyebaran penyakit menular yang terjadi secara cepat dan melintas secara luas melewati batas negara dan benua Soejoedono dan Handharyani 2005. Diperkirakan sedikitnya 7 juta orang akan meninggal dunia. Dirjend PP dan PL, Depkes 2007 Selain itu, dampak berikutnya akibat flu burung adalah kerugian ekonomi yang sangat besar, khususnya bagi peternak unggas. Diperkirakan total kerugian peternak di Indonesia lebih dari Rp.1 trilliun untuk periode Januari-Maret 2007 Sudarsono 2007. Juga dilaporkan hingga Agustus 2006, kerugian akibat flu burung, Thailand mengalami kerugian sebesar 1,2 miliar dolar AS dan Vietnam 200 juta dolar AS, angka ini belum termasuk kerugian bagi negara-negara lainnya yang juga sangat besar akibat pemusnahan dan kematian unggas dengan tingkat kematiannya hingga 95 Siegel 2006. Bahkan dalam perdagangan unggas Internasional, ketakutan masyarakat untuk mengkomsumsi produk unggas daging ayam dan telur sangat berpengaruh pada bisnis industri perunggasan secara global, seperti halnya masalah penyakit Sapi Gila Bovine Spongioform Encephalopathy yang melanda Amerika UtaraAho 2004. Menurut Soejoedono dan Handharyani 2005 akibat flu burung dibedakan menjadi dua, yakni pada ternak unggas meliputi: unggas yang terkena penyakit flu burung akan menunjukkan gejala lengkap, mulai pernapasan, kemampuan produksi ayam, pencernaan dan syaraf yang berdampak pula dengan rusaknya sistem dan organ dalam termasuk limfoid, seperti bursa fabricius dan timus. Sedangkan gejala klinis flu burung pada manusia adalah seperti terkena flu biasa yang diikuti dengan kenaikan suhu tubuh sampai 39ºC, sakit tenggorokan, batuk, sesak napas, dan keluar lendir bening dari hidung. Kondisi ini biasanya diperparah jika penderita tidak memiliki nafsu makan anoreksia, diare, muntah dan peradangan paru-paru pneumonia. Apabila tidak dilakukan penanganan yang baik maka dapat menyebabkan meninggal dunia. Dampak lainnya yang juga akan mengikuti akibat flu burung adalah kerugian sektor pariwisata, turunnya investor diberbagai bidang, ditolaknya beberapa komoditi ekspor Indonesia, berimplikasi pada aspek sosial, kesejahteraan masyarakat, ko ndisi dan stabilitas nasional terganggu Siegel 2006. Kota Bogor sebagai salah satu daerah dalam propinsi Jawa Barat dinyatakan endemis flu burung pada unggas. Oleh karena itu, dibutuhkan peran pemerintah kota Bogor melalui Dinas Agribisnis Bidang Usaha Peternakan untuk melakukan upaya pengendalian flu burung pada unggas di Kota Bogor. Meskipun sejak 2005 hingga April 2007 dilaporkan propinsi Jawa Barat terdapat kasus flu burung pada manusia dengan kasus positif sebanyak 29 orang dengan meninggal 23 orang, hingga akhir Mei 2007 di Kota Bogor belum pernah dilaporkan kasus konfirmasi positif flu burung pada manusia Pusat Komunikasi Publik, Depkes 2007. Meskipun demikian, letak Kota Bogor yang bersinggungan dengan daerah terserang positif flu burung pada manusia dengan insidensi cukup tinggi Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi tidak menutup kemungkinan akan merambah ke Kota Bogor. Sehingga upaya teknis dilapang yang efektif dan efesien dalam pengendalian flu burung pada unggas merupakan upaya terpenting dalam mencegah penularan flu burung pada manusia di Kota Bogor.

I.2 Tujuan