Penggunaan Alkohol Pada Gangguan Bipolar

kasus-kasus yang jarang, dengan usia rata-rata adalah 30 tahun. Gangguan Bipolar I lebih sering terjadi pada orang yang telah bercerai dan hidup sendirian daripada orang yang menikah, sosioekonomi tinggi, dan orang yang tidak tamat dari perguruan tinggi. Pasien-pasien dengan gangguan bipolar mempunyai angka komorbiditas psikiatrik dan medik yang tinggi. Studi yang dilakukan oleh ECA Epidemiologic Catchment Area menemukan bahwa diantara pasien-pasien dengan gangguan bipolar, sebesar 46 merupakan penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol, 41 penyalahgunaan dan ketergantungan obat-obatan, 21 gangguan panik, dan 21 gangguan obsesi-kompulsif. Orang-orang dengan Gangguan Bipolar I adalah 3 kali lebih mungkin untuk mempunyai gangguan penyalahgunaan atau ketergantungan alkohol, dan 7 kali lebih mungkin mempunyai gangguan penyalahgunaan atau ketergantungan obat-obatan dibandingkan dengan populasi umum. Pasien-pasien dengan gangguan bipolar adalah 26 kali lebih mungkin untuk mempunyai gangguan panik dan 8 kali lebih mungkin mempunyai gangguan obsesi-kompulsif daripada orang-orang didalam populasi umum tanpa gangguan mood. 3 8

2.2. Penggunaan Alkohol Pada Gangguan Bipolar

Gangguan penggunaan alkohol pada pasien gangguan bipolar I berkisar antara 10 - 50. 1,9,10 Dalam suatu studi dengan sedikit subjek gangguan bipolar II, ditemukan angka seumur hidup penyalahgunaan atau Universitas Sumatera Utara ketergantungan zat lebih tinggi pada bipolar I daripada subjek dengan gangguan bipolar II 60,7 banding 48,1 untuk obat-obatan lainnya, 46,2 banding 39 untuk alkohol, 11 banding 5,6 untuk kokain, dan 20 banding 5,6 untuk mariyuana. 9 Penelitian yang dilakukan oleh Strakowski dan kawan-kawan pada tahun 1998 pada 77 pasien gangguan bipolar I menemukan sebanyak 34 dari pasien merupakan gangguan penggunaan alkohol. Ketergantungan alkohol 2 kali lebih sering terjadi pada orang-orang dengan gangguan bipolar daripada depresi unipolar, dan juga patut diperhatikan bahwa gangguan bipolar lebih sering terjadi bersamaan dengan ketergantungan alkohol daripada penyalahgunaan alkohol. Sebagian dari studi ECA yang dilakukan oleh Helzer dan Prybeck pada tahun 1988 menemukan bahwa mania contohnya pada Gangguan Bipolar I dan gangguan penggunaan alkohol adalah sangat sering terjadi secara bersama-sama 6,2 kali lebih sering. 10 1 Pria dengan gangguan bipolar lebih banyak berkemungkinan untuk mempunyai komorbiditas dengan gangguan penggunaan alkohol atau zat daripada wanita, meskipun wanita dengan gangguan bipolar mempunyai prevalensi yang lebih tinggi untuk gangguan penggunaan alkohol atau zat daripada wanita di dalam populasi umum. Wanita dengan gangguan bipolar mempunyai 4 kali angka gangguan penggunaan alkohol dan 7 kali angka gangguan penggunaan zat daripada wanita dalam komunitas. 9 Universitas Sumatera Utara Pasien-pasien dengan gangguan bipolar biasanya minum untuk meringankan kedua gejala-gejala manik dan depresi mereka, meskipun bukti menunjukkan bahwa risiko yang paling besar untuk heavy drinking terjadi selama fase manik dari penyakit. Meskipun peneliti-peneliti telah mengusulkan penjelasan- penjelasan mengenai hubungan yang erat antara alkoholisme dengan gangguan bipolar, hubungan yang tepat diantara gangguan-gangguan ini tidaklah secara baik dimengerti. Satu penjelasan yang diusulkan adalah bahwa gangguan psikiatrik tertentu seperti gangguan bipolar mungkin merupakan faktor risiko untuk gangguan penggunaan zat. Kemungkinan lain, gejala-gejala gangguan bipolar dapat muncul selama intoksikasi ataupun withdrawal. Contohnya, withdrawal dari alkohol dapat mencetuskan gejala-gejala bipolar. Studi-studi lain berpendapat bahwa orang-orang dengan gangguan bipolar menggunakan alkohol selama episode manik dalam usaha untuk pengobatan diri, untuk memperpanjang stadium yang menyenangkan mereka atau untuk menenangkan agitasi pada saat mania. Peneliti-peneliti lain mengusulkan bahwa penggunaan alkohol dan withdrawal dapat mempengaruhi kimia otak yang sama neurotransmiter seperti yang terlibat didalam gangguan bipolar, dengan cara demikian menyebabkan satu gangguan dapat merubah perjalanan klinis dari gangguan yang lainnya. Dengan kata lain, penggunaan alkohol dan withdrawal dapat mencetusakan gejala-gejala gangguan bipolar. Masih belum jelas mekanisme potensial mana yang mungkin 11 Universitas Sumatera Utara berhubungan kuat dengan alkoholisme dan gangguan bipolar. Mungkin hubungan ini tidak mencerminkan penyebab dan efeknya secara sederhana, tetapi lebih kompleks dan saling berhubungan, dan faktor- faktor genetik juga dapat berperan. Peran faktor-faktor genetik dalam gangguan psikiatri telah memperoleh banyak perhatian akhir-akhir ini. Beberapa bukti yang tersedia telah mendukung kemungkinan transmisi keluarga pada kedua gangguan bipolar dan alkoholisme. Preisig pada tahun 2001 menemukan hubungan keluarga yang lebih besar antara alkoholisme dan gangguan bipolar daripada alkoholisme dan depresi unipolar. 1 Gangguan bipolar yang disertai gangguan penggunaan alkohol dihubungkan dengan konsekuensi negatif, yaitu risiko yang besar untuk ketidakpatuhan terhadap pengobatan, penyembuhan yang lambat dari episode-episode mood, lebih sering hospitalisasi, bunuh diri, dan kecelakaan. 1,12 13 Minuman beralkohol banyak terdapat di masyarakat, yang sering digunakan untuk rekreasi, sehingga disebut ”popular recreational drug”. Sebagai contohnya bir, bir hitam, whisky, vodka, brandy, Cognag, macam- macam minuman anggur wine dan sebagainya. Minuman beralkohol lazim disebut ”minuman keras” dan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Minuman Keras No. 86Men.KesPerIV77, digolongkan sebagai berikut : golongan A; kadar etanol 1-5 misalnya, bir dan shandy, golongan B; kadar etanol 5-20 misalnya, anggur, Universitas Sumatera Utara golongan C; kadar etanol 20-55 misalnya whisky dan brandy. Disamping itu juga terdapat minuman beralkohol tradisional seperti Brem, Ciu, tuak, arak, dan sebagainya. 14

2.3. Kuesioner CAGE