Pengaruh Dimensi Keluarga Terhadap Kinerja Usaha Tahu Di Kabupaten Bogor
PENGARUH DIMENSI KELUARGA TERHADAP KINERJA
USAHA TAHU DI KABUPATEN BOGOR
FEBRINA MAHLIZA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Dimensi
Keluarga terhadap Kinerja Usaha Tahu di Kabupaten Bogor adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis
ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Febrina Mahliza
NIM H351130131
RINGKASAN
FEBRINA MAHLIZA. Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha Tahu
di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA dan
BURHANUDDIN.
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam
perekonomian nasional, antara lain keberadaan jumlah unit usaha, penyerapan
tenaga kerja dan kontribusinya terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Salah
satu ciri UMKM di Indonesia merupakan usaha keluarga. Usaha keluarga
mendominasi dan menyebar di berbagai sektor usaha di Indonesia. Salah satunya
adalah usaha pembuatan tahu. Usaha pembuatan tahu sering menghadapi berbagai
kendala dari lingkungan ekonomi antara lain bahan baku. Bahan baku kedelai yang
digunakan merupakan kedelai impor. Perubahan harga kedelai akan mempengaruhi
keberlangsungan dan perkembangan usaha. Meskipun usaha ini mendapat kendala
dari lingkungan ekonomi, sebagian besar usaha tahu tetap bertahan dan berjalan.
Melihat usaha tahu sebagai usaha keluarga, penelitian pengaruh keluarga disertai
pengaruh lingkungan ekonomi pada usaha tahu menjadi penting untuk diteliti.
Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah (1)
mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik usaha tahu yang termasuk usaha
keluarga; (2) menganalisis pengaruh dimensi keluarga dan lingkungan ekonomi
terhadap kinerja usaha tahu yang termasuk usaha keluarga.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor. Sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan metode purposive sampling sebanyak 114 responden di 9
wilayah pelayanan Kopti Kabupaten Bogor, yaitu Parung, Tamansari, Bojong Gede,
Dramaga, Ciampea, Cibungbulang, Sukaraja, Ciawi Megamendung dan Caringin
Cijeruk. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan menggunakan
kuesioner. Data dianalisis dengan analisis deskriptif dan Structural Equation
Modeling (SEM).
Berdasarkan hasil penelitian, usaha tahu di Kabupaten Bogor memiliki
karakteristik usaha yang bervariatif. Sebagian besar usaha memproduksi tahu
kuning, menggunakan kedelai sebanyak 10-133 kg per hari, menghasilkan omset
sebesar 200 ribu sampai dengan 5.2 juta rupiah per hari, menggunakan 1-8 tenaga
kerja dan menjual tahu secara langsung ke konsumen dengan membuka lapak di
pasar. Salah satu dimensi pengaruh keluarga, yaitu budaya, berpengaruh signifikan
terhadap kinerja usaha. Budaya direfleksikan oleh keselarasan antara nilai keluarga
dan usaha serta komitmen usaha keluarga. Anggota keluarga menjalankan nilainilai keluarga seperti disiplin, saling berkomunikasi dan saling bekerja sama. Nilainilai tersebut mereka terapkan juga saat mereka menjalankan usaha tahu. Mereka
menganggap penerapan nilai tersebut sangat penting pada usaha keluarga demi
tercapainya hasil usaha yang baik. Anggota keluarga memiliki komitmen kuat
terhadap usaha keluarga. Anggota keluarga mendukung setiap visi, misi dan
keputusan yang akan dijalankan oleh usaha keluarga. Anggota keluarga percaya apa
yang diputuskan demi kebaikan usaha keluarga. Komitmen usaha keluarga
merupakan indikator yang memberikan kontribusi terbesar terhadap budaya.
Lingkungan ekonomi juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha.
Lingkungan ekonomi direfleksikan oleh harga input dan daya beli masyarakat.
Harga input atau harga bahan baku yang tinggi dapat menyebabkan biaya produksi
meningkat sehingga tahu yang diproduksi berkurang. Pengurangan produksi tahu
dapat mengurangi kinerja usaha tahu dari sisi omset, profit, volum penjualan,
jumlah tenaga kerja dan pemasaran. Sedangkan daya beli masyarakat terlihat pada
konsumen tahu yang didominasi oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah.
Ketika pendapatan konsumen masyarakat menengah ke bawah naik, mereka
memiliki peluang untuk dapat membeli dan menikmati lauk yang lebih mahal
dibandingkan tahu sehingga pembelian tahu dapat menurun. Daya beli masyarakat
menjadi indikator yang memberikan kontribusi terbesar terhadap lingkungan
ekonomi.
Dengan demikian, pelaku usaha dan anggota keluarga sebaiknya
menerapkan nilai keluarga dan usaha secara selaras, disiplin dalam melakukan
aktivitas usaha seperti pengolahan maupun pemasaran, serta dapat saling
berkomunikasi dan bekerja sama sehingga kinerja usaha dapat meningkat. Anggota
keluarga juga harus selalu berkomitmen kuat terhadap usaha keluarga, seperti
mendukung visi dan misi usaha keluarga, agar usaha dapat terus berjalan dengan
baik. Keluarga juga bisa mulai mencoba untuk membidik konsumen menengah ke
atas maupun konsumen instansi-instansi tertentu agar pembelian tahu dapat tetap
stabil dan tidak menurun.
Kata kunci: UMKM, usaha keluarga, usaha pembuatan tahu, kinerja usaha
SUMMARY
FEBRINA MAHLIZA. The Influence of Family Dimension on Tofu Business
Performance in Kabupaten Bogor. Guided by WAHYU BUDI PRIATNA and
BURHANUDDIN.
Micro, small and medium enterprises (MSMEs) has an important role in the
national economy, such as the existence of the number of business units,
employment and its contribution to Gross Domestic Product (GDP). One of the
characteristics of MSMEs in Indonesia is family business, which is managed by
family members and potentially passed down across generations. Family businesses
dominate and spread in various business sectors in Indonesia, one of them is “tofu”
business. The “tofu” business face many constraints from economic environment.
One of the constraints is the price of raw materials. The soybeans are imported
soybean. The changes in soybean prices will affect the survival and development
of the business. Although these businesses are constrained by the economic
environment, most of them can survive. Seeing “tofu” business as a family business,
the research of family influence with the influence of the economic environment in
the business is important to study. Based on the description, the purpose of this
study were (1) identify and analyze the characteristics of the “tofu” business; (2)
analyze the influence of family dimension and economic environment on the
performance of the “tofu” business that including a family business
This research was conducted in Bogor. The sample is determined by
purposive sampling method as many as 114 respondents in nine service areas of
Kopti Kabupaten Bogor, namely Parung, Tamansari, Bojong Gede, Dramaga,
Ciampea, Cibungbulang, Sukaraja, Ciawi Megamendung and Caringin Cijeruk.
The primary data obtained through interviews using questionnaire. Data were
analyzed with descriptive analysis and Structural Equation Modeling (SEM).
According to the result of the study, “tofu” businesses in Kabupaten Bogor
has varied business characteristics. Most of them are producing the “yellow tofu”,
using soybeans as much as 10-133 kg per day, earning 200 thousand up to 5.2
million per day, having 1-8 workers and selling the tofu to the consumer directly
by opening a stall in the market. One dimension of family influence, namely culture,
has significant effect on business performance. Culture reflected by the overlap
between family and business values as well as the family business commitment.
Family members run family values such as discipline, communicate and cooperate
with each other. These values are also applied in the family business. Family
consider these values are very important to the family business in order to achieve
good performance. Family members have a strong commitment to the family
business. Family members support each vision, mission and decisions that will be
run by family businesses. Family members believe what is decided for the good of
the family business. Family business commitment is an indicator that gives the
greatest contribution to the culture.
The economic environment is also has significant effect on business
performance. The economic environment is reflected by the price of inputs and
people purchasing power. High input prices could lead to increased production
costs and decreased production so that can reduce the business performance in terms
of revenue, profit, sales, employment and marketing. While the people purchasing
power seen in the consumer which is dominated by the lower middle class people.
When their incomes rising, they have opportunity to buy and enjoy dishes than buy
tofu so the tofu puchasing and business permformance decreased. The people
purchasing power be an indicator that gives the largest contribution to the economic
environment.
Therefore, family should implement family values and business values in
harmony, discipline in business activities such as in production and marketing, also
communicate and cooperate each others so that business performance can be
improved. Family members should have strong commitment to family businesses,
such as supporting the vision and mission of the family business, so the business
can continue well. Family can also start trying to target the upper middle consumers
and institution consumers so that the tofu purchasing can stable and not declining.
Keywords : MSMEs, family business, “tofu” business, business performance
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENGARUH DIMENSI KELUARGA TERHADAP KINERJA
USAHA TAHU DI KABUPATEN BOGOR
FEBRINA MAHLIZA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis
: Dr Ir Suharno, MAdev
Penguji Program Studi
: Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak Januari sampai Desember 2015 ini ialah kewirausahaan,
dengan judul “Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha Tahu di
Kabupaten Bogor”. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi dan Dr Ir Burhanuddin, MM selaku komisi
pembimbing, yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan hingga
terselesaikannya tesis ini.
2. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen evaluator pada pelaksanaan
kolokium proposal penelitian.
3. Dr Ir Suharno, MAdev dan Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji
utama dan penguji wakil departemen pada sidang tesis.
4. Bapak Endang dari Kopti Kabupaten Bogor, beserta seluruh pelaku usaha tahu
di Kabupaten Bogor atas waktu dan informasi pada saat pengambilan data.
5. Bapak Mahpud, Mamah Enzah Azizah, Papah Erwin Tyrana, Mamah Etty I.
Tjahjawati, Kak Lia Octavia, Bang Wahyu Kurniawan, Ardho Mahfeliza, dan
Alviana Mahfeliza, selaku orang tua dan saudara, serta suami tercinta, Denny
Indra Nugraha yang telah memberikan doa dan kasih sayang.
6. Teman-teman: Tita Nursiah, Silvia Sari, Diyani Fauziyah, Retna Dewi atas
waktu dan dukungan selama pengambilan dan pengolahan data, serta seluruh
teman Magister Sains Agribisnis (MSA) angkatan 4 yang telah memberikan
semangat selama penelitian hingga terselesaikannya tesis ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2016
Febrina Mahliza
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
1
3
4
4
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh Keluarga dalam Usaha Keluarga
Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha
Pengaruh Lingkungan Ekonomi terhadap Kinerja Usaha
4
4
7
8
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
9
9
12
4 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penentuan Sampel
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
14
14
14
15
15
17
19
5 GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Usaha Tahu di Kabupaten Bogor
Gambaran Umum Responden
Persepsi Responden berdasarkan Variabel Kekuatan
Persepsi Responden berdasarkan Variabel Pengalaman
Persepsi Responden berdasarkan Variabel Budaya
Persepsi Responden berdasarkan Variabel Lingkungan Ekonomi
Persepsi Responden berdasarkan Variabel Kinerja Usaha
20
20
24
28
29
29
30
31
6 HASIL DAN PEMBAHASAN
32
Karakteristik Usaha Tahu di Kabupaten Bogor
32
Analisis Pengaruh Dimensi Keluarga dan Lingkungan Ekonomi terhadap
Kinerja Usaha Tahu di Kabupaten Bogor dengan pendekatan SEM
37
7 SIMPULAN DAN SARAN
52
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
58
RIWAYAT HIDUP
64
DAFTAR TABEL
1 Perkembangan jumlah usaha dan tenaga kerja menurut skala usaha
tahun 2011- 2013
1
2 Jumlah kontribusi PDB atas dasar harga konstan 2000 menurut
skala usaha tahun 2011-2013
1
3 Definisi UMKM di Indonesia berdasarkan UU No 20 tahun 2008
7
4 Anggota Kopti Kabupaten Bogor per wilayah pelayanan tahun 2012
14
5 Sebaran wilayah responden
15
6 Kriteria uji kecocokan model SEM
16
7 Variabel laten dan indikator model pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
17
8 Sebaran responden berdasarkan usia
25
9 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
26
10 Sebaran responden berdasarkan pendidikan
26
11 Sebaran responden berdasarkan asal daerah
27
12 Sebaran responden berdasarkan lama menjalankan usaha
27
13 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel kekuatan
28
14 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel pengalaman
29
15 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel budaya
30
16 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel lingkungan ekonomi
31
17 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel kinerja usaha
31
18 Sebaran usaha responden berdasarkan jenis produk
32
19 Sebaran usaha responden berdasarkan penggunaan kedelai
33
20 Sebaran usaha responden berdasarkan jumlah tenaga kerja
34
21 Sebaran usaha responden berdasarkan omset harian dan tahunan
35
22 Sebaran usaha responden berdasarkan pemasaran
37
23 Hasil uji validitas model awal pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
39
24 Hasil uji reliabilitas model awal pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
39
25 Hasil uji kecocokan model awal pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
40
26 Hasil uji kecocokan model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
41
27 Hasil uji reliabilitas model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
42
28 Hasil uji validitas model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
42
29 Loading factor dan t-hitung indikator variabel kekuatan
43
30 Loading factor dan t-hitung indikator variabel pengalaman
44
31 Loading factor dan t-hitung indikator variabel budaya
44
32 Loading factor dan t-hitung indikator variabel budaya
45
33 Loading factor dan t-hitung indikator variabel kinerja usaha
46
34 Ringkasan keseluruhan hasil analisis model pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
50
DAFTAR GAMBAR
1 Family-Power Experience Culture (F-PEC)
2 Dimensi-dimensi dari F-PEC sebagai variabel yang
mendahului kinerja
3 Pengaruh faktor lingkungan terhadap kinerja usaha
4 Kerangka pemikiran operasional pengaruh dimensi keluarga dan
Lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
5 Diagram lintas persamaan struktural pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
6 Bak plastik untuk perendaman kedelai
7 Mesin giling kedelai
8 Tahang besi untuk merebus bubur kedelai
9 Tahang kayu besar untuk merebus bubur kedelai
10 Bak penampung bubur kedelai hasil perebusan
11 Bak penyimpanan cairan bekas
12 Cetakan kayu dari kayu
13 Kain bungkus putih untuk mencetak tahu
14 Rak penyimpanan tahu
15 Standardized Coeficient model awal pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
16 T-hitung model awal pengaruh dimensi keluarga dan lingkungan
ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
17 T-hitung model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga dan lingkungan
ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
18 Standardized Coeficient model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga
dan lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
10
11
12
13
18
21
21
22
22
22
23
23
23
24
38
40
47
49
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil ouptut analisis model pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
58
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi salah satu kekuatan
pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. UMKM memiliki
peran penting dalam perekonomian nasional. Peran UMKM dalam perekonomian
nasional dapat dilihat dari kedudukannya sebagai pelaku utama dalam kegiatan
ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja yang terbesar, pemain penting
dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat,
pencipta pasar baru dan sumber inovasi serta sumbangannya dalam menjaga necara
pembayaran melalui kegiatan ekspor masyarakat sehingga mengurangi tingkat
kemiskinana dan lain-lain (Tedjasuksmana 2014).
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi roda penggerak
enonomi dan tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi. UMKM juga memiliki
kontribusi besar dalam beberapa aspek, yaitu keberadaan jumlah unit usaha,
penyerapan tenaga kerja, dan sumbangan terhadap Pendapatan Domestik Bruto
(PDB). Berikut data perkembangan jumlah unit usaha dan tenaga kerja UMKM di
Indonesia tahun 2011-2013 yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan jumlah usaha dan tenaga kerja menurut skala usaha tahun
2011- 2013
Unit usaha
Jumlah
(unit)
UMKM
Besar
2011
Tenaga
Kerja (%)
55 206 444
4 952
97.24
2.76
2012
Jumlah
(unit)
2013
Tenaga
Kerja (%)
56 534 592
4 968
97.16
2.84
Jumlah
(unit)
Tenaga
Kerja (%)
57 895 721
5 066
96.99
3.01
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2015)
Berdasarkan data di atas, jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2013
mencapai 57.9 juta unit usaha dengan jumlah tenaga kerja yang diserap mencapai
96.99 persen. Melihat besarnya penyerapan tenaga kerja tersebut, pemberdayaan
UMKM dapat memberikan peluang membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja pun
menjadi berkurang. Selain jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja yang
besar, kontribusi UMKM terhadap PDB juga besar. Pada tahun 2013, kontribusi
UMKM terhadap PDB nasional sebanyak Rp 1.5 milyar atau 57.56 persen (Tabel
2).
Tabel 2 Jumlah kontribusi PDB atas dasar harga konstan 2000 menurut skala usaha
tahun 2011-2013
Unit usaha
UMKM
Usaha Besar
2011
PDB
Pangsa
(Rp.milyar)
(%)
1 369 326
1 007 784
2012
PDB
(Rp.milyar)
57.60
42.40
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2015)
1 451 460
1 073 660
Pangsa
(%)
57.48
42.52
2013
PDB
Pangsa
(Rp.milyar)
(%)
1 536 919
1 133 396
57.56
42.22
2
Pemberdayaan UMKM di Indonesia menjadi sangat strategis karena
memiliki potensi yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat
sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraannya. UMKM bersifat income gathering, yaitu
menaikkan pendapatan dengan ciri-ciri usaha milik keluarga (Sudaryanto et al.
2014), dimana keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap yang sama dalam keadaaan saling ketergantungan. UMKM di Indonesia
merupakan usaha turun temurun (Tambunan 2002; Riyanti 2003). Oleh karena itu,
keberadaan UMKM di Indonesia sering dikaitkan sebagai usaha keluarga.
Usaha keluarga mendominasi usaha di Indonesia dan menyebar di berbagai
2ariab usaha (Winoto dan Graito 2008). Tidak hanya di Indonesia, sekitar 80-90
persen dari keseluruhan usaha yang ada di dunia saat ini dapat diklasifikasikan
sebagai usaha keluarga (Ward 1997). Usaha keluarga secara luas dilihat sebagai
tulang punggung ekonomi karena menciptakan kesejahteraan, menyediakan
pekerjaan, memiliki komunitas dan bertahan untuk jangka waktu yang lama. Usaha
keluarga adalah suatu usaha dimana dua atau lebih anggota keluarga sama-sama
berperan sebagai pemilik atau bekerja sama dalam operasi bisnis dan
kepemilikannya diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya (Longenecker et
al. 1994). Usaha keluarga adalah usaha yang dikelola oleh sebuah koalisi dominan
yang terdiri dari beberapa anggota dari keluarga yang sama yang memberikan
perhatian untuk membentuk dan menjalankan visi usaha, dimana visi usaha tersebut
berpotensi untuk berlanjut sampai dengan lintas generasi (Chua et al. 1999). Sebuah
usaha dengan banyak keterlibatan keluarga harus memiliki minimal satu anggota
keluarga dalam sebuah posisi manajemen dan multigenerasi yang bekerja dalam
perusahaan (Shanker dan Astrachan 1996).
Usaha keluarga unik karena keterlibatan anggota keluarga dalam proses
kebijakan dan peraturan, kepemilikan aset dan lain sebagainya. Keluarga dianggap
berpengaruh pada keberlangsungan dan perkembangan usaha keluarga. Pengaruh
keluarga mengacu pada 2 ariab-faktor keluarga yang mempengaruhi sebuah
perilaku perusahaan atau perilaku dan pilihan anggota keluarga yang menghasilkan
dampak pada hal-hal yang yang tekait dengan perusahaan (Duh dan Belak 2009).
Penelitian-penelitian saat ini menggunakan dimensi kekuatan, pengalaman dan
budaya sebagai ukuran pengaruh keluarga. Hal ini karena kekuatan, pengalaman
dan budaya didefinisikan sebagai pengaruh keluarga dalam usaha keluarga
(Astrachan et al. 2002).
Pengaruh keluarga yang terdiri dari dimensi kekuatan, pengalaman dan
budaya memungkinkan melihat tingkat keterlibatan keluarga dan dampaknya
terhadap kinerja usaha keluarga. Kekuatan mengacu pada dominasi dalam hal
keuangan, kepemimpinan dan pengaturan melalui manajemen yang dijalankan oleh
anggota keluarga. Pengalaman mengacu pada jumlah pengalaman yang keluarga
bawa ke dalam bisnis dan dijalankan oleh lintas generasi pada manajemen dan
kepemilikan bisnis. Sedangkan budaya mengacu pada nilai dan komitmen dimana
asumsi komitmen berakar dan dibentuk oleh nilai dari keluarga. Penelitianpenelitian yang terkait dengan pengaruh keluarga (kekuatan, pengalaman dan
budaya) banyak yang menggunakan sampel usaha kecil dan menengah (Merino et
al. 2012; Zainol et al. 2012; Maheswari et al. 2013). Dengan demikian, pengaruh
3
keluarga yang terdiri dari kekuatan, pengalaman dan budaya pada UMKM menjadi
hal yang menarik untuk diteliti.
Perumusan Masalah
Salah satu UMKM yang dicirikan sebagai usaha keluarga adalah usaha
pembuatan tahu. Usaha tahu merupakan usaha turun temurun yang telah dijalankan
dari generasi selanjutnya. Usaha tahu terbukti telah turun temurun berproduksi
secara konsisten (Arifin 2011). Pekerjaan sebagai pengrajin tahu diturunkan dari
orang tua kepada anaknya seperti secara otomatis. Umumnya diawali dengan
mengikutsertakan anak-anaknya dalam kegiatan produksi atapun pemasaran karena
terbatasnya tenaga kerja yang dimiliki. Dari kebiasaan tersebut, anak mendapat
keterampilan membuat tahu dan tertarik meneruskan pekerjaan tersebut. Apalagi
melihat pekerjaan membuat tahu berhasil dalam menghidupi keluarga, maka
generasi selanjutnya akan terpengaruh secara langsung maupun tidak langsung
untuk mengikuti kegiatan tersebut (Wardhini et al. 2013). Usaha tahu bersifat
sebagai usaha rumah tangga dimana pemilik dan tenaga kerjanya masih mempunyai
hubungan keluarga (Bank Indonesia 2011b).
Usaha tahu sering mengalami permasalahan yang berasal dari lingkungan
di luar usaha, salah satunya adalah lingkungan ekonomi. Contoh permasalahan dari
lingkungan ekonomi yang sering dihadapi oleh usaha tahu adalah bahan baku
kedelai. Sebagian besar pelaku usaha tahu menggunakan kedelai impor. Kalangan
usaha tahu cenderung memilih kedelai impor sebagai bahan baku dibanding kedelai
nasional karena pasokan bahan bakunya terjamin. Ketergantungan kedelai terhadap
produk impor berpengaruh terhadap harga kedelai di dalam negeri akibat terjadinya
fluktuasi harga kedelai di pasar internasional. Bahkan selama periode 2002-2012,
harga kedelai di dalam negeri terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dengan
perubahan kenaikan sekitar 11.46 persen per tahun (BKP Pertanian 2013). Adanya
kenaikan harga bahan baku kedelai akan mengganggu aktivitas produksi usaha tahu
karena biaya produksi tahu menjadi meningkat.
Meskipun usaha tahu mendapat tekanan dari lingkungan ekonomi, usaha ini
tetap konsisten berproduksi. Jika melihat usaha tahu sebagai usaha keluarga,
keluarga diindikasikan mempengaruhi keberlangsungan hidup usaha selain kondisi
lingkungan ekonomi yang juga mempengaruhi keberlangsungan hidup usaha
keluarga. Usaha tahu yang merupakan usaha keuarga pun dapat bertahan hinga
bertahun-tahun. Keberlangsungan hidup usaha berkaitan erat dengan kinerja usaha
dimana kinerja merupakan hal yang dapat menentukan pertumbuhan dan
perkembangan usaha. Dengan demikian, secara bersamaan, pengaruh dimensi
keluarga (kekuatan, pengalaman, budaya) dan lingkungan ekonomi dapat dilihat
pengaruhnya secara langsung terhadap kinerja usaha tahu terutama pada usaha tahu
yang merupakan usaha keluarga yang kepemilikannya berpotensi diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan uraian di atas, muncul beberapa
masalah yang akan menjadi kajian pada penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik usaha tahu yang termasuk usaha keluarga?
2. Bagaimana pengaruh dimensi keluarga (kekuatan, pengalaman, budaya) dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu yang termasuk usaha
keluarga?
4
Tujuan Penelitian
Terkait dengan pertanyaan-pertanyaan yang melandasi dilakukannya penelitian,
maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik usaha tahu yang termasuk
usaha keluarga.
2. Menganalisis pengaruh dimensi keluarga (kekuatan, pengalaman, budaya) dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu yang termasuk usaha keluarga.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Peneliti, merupakan wadah untuk melatih kemampuan analisis serta
mengaplikasikan konsep-konsep ilmu yang diperoleh dengan melihat fenomena
praktis yang terjadi di lapangan.
2. Kalangan akademisi, sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya.
3. Instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan usaha
keluarga dalam rangka pengembangan UMKM di Indonesia.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terbatas pada analisis pengaruh dimensi keluarga (kekuatan,
pengalaman, budaya) dan lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu yang
termasuk usaha keluarga dengan menggunakan analisis Structural Equation
Modeling (SEM). Usaha tahu yang diteliti merupakan usaha yang termasuk dalam
skala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Variabel yang digunakan antara
lain kekuatan terdiri dari kekuatan melalui kepemilikan, kekuatan melalui
pengawasan dan kekuatan melalui manajemen. Pengalaman terdiri dari generasi
dalam kepemilikan, generasi dalam pengawasan, generasi dalam manajemen dan
jumlah anggota keluarga yang berpartisipasi aktif. Budaya terdiri dari kesamaan
antara nilai keluarga dan nilai usaha serta komitmen usaha keluarga. Lingkungan
ekonomi terdiri dari harga input, harga output, ketersediaan input dan daya beli
masyarakat. Kinerja usaha terdiri dari omset, profit, volum penjualan, jumlah
tenaga kerja dan pemasaran.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh Keluarga dalam Usaha Keluarga
Pengaruh keluarga dianggap sebagai faktor yang berkaitan erat dalam usaha
keluarga.Pengaruh keluarga mengacu pada 4 ariab-faktor keluarga yang
mempengaruhi sebuah perilaku perusahaan atau perilaku dan pilihan anggota
keluarga yang menghasilkan dampak pada hal-hal yang yang tekait dengan
5
perusahaan (Duh dan Belak 2009). Pada umumnya, keluarga akan mendominasi
manajemen dalam usaha sehingga nepotisme akan banyak terjadi terutama dilihat
dari adanya pengambilan keputusan yang emosional dan informal (Siakas et al.
2014). Shanker dan Astrachan (1996) menyatakan bahwa sebuah usaha dengan
banyak keterlibatan keluarga memiliki minimal satu anggota keluarga dalam posisi
manajemen dan generasi yang beragam yang bekerja dalam usaha tersebut.
Merino et al. (2012) meneliti tentang hubungan pengaruh keluarga terhadap
aktivitas ekspor di 500 usaha kecil dan menengah manufaktur di Spanyol. Pengaruh
keluarga yang digunakan terdiri dari kekuatan, pengalaman dan budaya. Dari tiga
dimensi yang digunakan, hanya budaya yang berpengaruh positif dan signifikan
terhadap aktivitas ekspor, sedangkan kekuatan dan pengalaman tidak berpengaruh
signifikan terhadap aktivitas ekspor. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori
prediksi yang terkait dengan budaya, dimana usaha-usaha keluarga tersebut
dijalankan oleh generasi baru yang membagi nilai yang sama dengan keluarga
sehingga aktivitas ekspor yang dijalankan generasi baru dianggap lebih baik
dibandingkan dengan aktivitas ekspor yang dikelola oleh generasi sebelumnya.
Ketiga dimensi dari pengaruh keluarga tersebut juga digunakan oleh Zainol
et al. (2012) dalam menguji hubungan antara pengaruh keluarga dengan orientasi
berpelaku usaha pada usaha kecil dan menengah di Malaysia. Adapun dimensidimensi dari pengaruh keluarga dalam kedua penelitian tersebut sama karena diukur
oleh 5 ariable 55 yang valid dan terstandar, yakni F-PEC, yang dibangun oleh
Astrachan et al. (2002). F-PEC dibangun sebagai sebuah 5ariable55 untuk menilai
pengaruh keluarga dalam sebuah usaha keluarga, meskipun 5 ariab lainnya
dianggap berkenaan dengan keluarga (Ayranci 2014). F-PEC ini pun sudah banyak
digunakan oleh peneliti-peneliti yang meneliti tentang usaha keluarga di berbagai
5ariab.
Melihat hasil beberapa penelitian di atas, penelitian tentang pengaruh
keluarga dalam usaha keluarga pada umumnya banyak menggunakan sampel usaha
kecil dan menengah. Akan tetapi, pengaruh keluarga berdasarkan F-PEC juga 5ari
digunakan dengan sampel perusahaan keluarga skala usaha besar. Contohnya
Erikson et al. (2013) yang melakukan studi kasus pada perusahaan Spendrups
Bryggeri AB. Pada hasil studi kasus tersebut, perusahaan Spendrups dimiliki oleh
anggota keluarga secara tidak langsung. Keluarga memiliki 5 ariabl meskipun
mereka bukan satu-satunya yang mengambil keputusan 5ariab ketika menyeleksi
anggota dewan baru. Anggota keluarga yang menjadi anggota dewan kekuasaaan
sebanyak 7 dari 15 anggota. Sedangkan anggota keluarga yang menduduki
manajemen hanya 1 dari 11 anggota, sehingga keterlibatan anggota dalam top
manajemen dinilai rendah. Perusahaan Spendrups dijalankan oleh generasi ketiga
dan keempat. Pergeseran kesuksesan antar generasi di perusahaan Spendrups dan
pengalaman antar manajemen dinilai tinggi, dimana CEO adalah generasi keempat
dan deputi CEO adalah generasi ketiga. Komitmen usaha pada perusahaan
Spendrups juga dinilai tinggi meskipun kesamaan antara nilai usaha dan nilai
keluarganya rendah.
Pengaruh keluarga dari F-PEC dalam penelitian usaha keluarga, yang terdiri
dari kekuatan, pengalaman dan budaya, dapat disesuaikan dengan tujuan dari
masing-masing peneliti. Pada umumnya setiap peneliti akan menggunakan 3
dimensi. Akan tetapi, Maheswari et al. (2013) menggunakan 2 dimensi, yaitu
pengalaman dan budaya, dalam melihat hubungan pengaruh keluarga dengan
6
keefektifan perencanaan 6 ariable 6 pada usaha keluarga 6 ariable kecil di
Coimbatore. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut di atas, dapat diketahui
bahwa pengaruh keluarga memiliki kaitan erat dalam usaha keluarga. Pengaruh
keluarga yang digunakan oleh banyak peneliti saat ini adalah pengaruh keluarga
dari F-PEC yang terdiri dari kekuatan, pengalaman dan budaya. Para peneliti pun
menggunakan sampel pada usaha mikro, kecil dan menengah (Merino et al. 2012;
Zainol et al. 2012; Maheswari et al. 2013). Oleh karena itu, penelitian ini akan
menggunakan ketiga dimensi tersebut untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja
usaha keluarga pelaku usaha tahu. Pelaku usaha tahu dipilih karena termasuk ke
dalam UMKM di Indonesia dan dianggap masih mendekati definisi dan kriteria
UMKM di luar negeri, meskipun definisi UMKM untuk setiap 6ariab berbeda.
Definisi UMKM di dunia internasional umumnya didasarkan pada beberapa
hal, yaitu jumlah tenaga kerja yang terlibat, jumlah 6aria dan jumlah penjualan
tahunan. Beberapa 6ariab yang mendefinisikan UMKM hanya berdasarkan jumlah
karyawan antara lain Maroko (kurang dari 200 orang), Brazil (kurang dari 100
orang), El Savador (kurang dari 4 orang untuk usaha mikro, 5-49 orang untuk usaha
kecil, dan antara 50-99 orang untuk usaha menengah), dan Kolombia (kurang dari
10 orang untuk usaha mikro, 10-50 orang untuk usaha kecil, dan 51-200 orang
untuk usaha menengah). Sedangkan 6ariab yang mendefinisikan UMKM hanya
berdasarkan nilai total penjualan per tahun antara lain Chile (kurang dari USD2 400
untuk usaha mikro, USD25 000 untuk usaha kecil, dan USD1 juta untuk usaha
menengah) (Bank Indonesia 2011a).
Sementara itu, ada beberapa 6 ariab yang mengkombinasikan definisi
UMKM seperti Singapura (UKM memiliki minimal 30 persen pemegang saham
6aria serta 6aria produktif tetap di bawah SG $15 juta), Malaysia (6ariable kecil
memiliki tenaga kerja 5-50 orang atau jumlah modal maksimal M $ 500 000;
6ariable menengah memiliki tenaga kerja 50-75 orang atau jumlah modal maksimal
M $ 500 000-2.5juta), Komisi Eropa (usaha mikro memiliki tenaga kerja kurang
dari 10 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta, jumlah 6aria tidak
melebihi $2 juta; usaha kecil memiliki tenaga kerja kurang dari 50 orang,
pendapatan tahunan tidak melebihi $10 juta, jumlah 6aria tidak melebihi $13 juta;
usaha menengah memiliki tenaga kerja kurang dari 250 orang, pendapatan setahun
tidak melebihi $50 juta, dan jumlah 6aria tidak melebihi $30 juta), serta World
Bank (usaha mikro memiliki tenaga kerja kurang dari 10 orang, pendapatan setahun
tidak melebihi $100 ribu, jumlah 6 aria tidak melebihi $100 ribu; usaha kecil
memiliki tenaga kerja kurang dari 30 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $3
juta, jumlah 6aria tidak melebihi $3 juta; usaha menengah memiliki tenaga kerja
maksimal 300 orang, pendapatan setahun hingga $15 juta dan jumlah 6aria hingga
$15 juta).
Adapun di Indonesia, definisi UKM menurut BPS berdasarkan kuantitas
tenaga kerja, yaitu untuk usaha rumah tangga memiliki jumlah tenaga kerja
maksimal 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang dan usaha
menengah memiliki tenaga kerja 20-99 orang. Sedangkan definisi UMKM menurut
UU RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah dapat
dilihat pada Tabel 3. Dengan demikian, berdasarkan kedua definisi tersebut, definisi
UMKM di Indonesia mendekati definisi-definisi UMKM di berbagai 6ariab.
7
Tabel 3 Definisi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia
berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008
Skala
usaha
Mikro
Kecil
Kekayaan bersih
(tidak termasuk tanah dan bangunan usaha)
(rupiah)
< 50juta
>50juta–500juta
Hasil penjualan tahunan
(rupiah)
< 300juta
>300juta–2.5milyar
Menengah
>500juta-10milyar
>2.5– 50milyar
Sumber: Bank Indonesia (2011a)
Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha
Kinerja merupakan hal yang dapat menentukan pertumbuhan dan
perkembangan usaha. Kinerja usaha adalah ukuran apakah suatu usaha yang
dijalankan berjalan sukses. Kinerja usaha tidak hanya diukur dari nilai profit yang
diperoleh, namun didukung dengan ukuran-ukuran keberhasilan yang lain antara
lain pengetahuan, akses pasar dan pengakuan (penghargaan) dari pihak lain. Kinerja
bersifat multidimensional. Banyak peneliti yang menganjurkan pertumbuhan
penjualan, tenaga kerja, pendapatan dan pangsa pasar sebagai pengukuran kinerja
perusahaan kecil (Kim dan Choi 1994; Lee dan Miller 1996; Hadjimanolis 2000
dalam Handayani 2013). Hal ini berdasarkan argumentasi bahwa pertumbuhan
merupakan indikator yang lebih mudah diperoleh data dan informasinya
dibandingkan kinerja keuangan.
Jumlah indikator kinerja usaha yang digunakan dalam beberapa penelitian
tentang kinerja usaha pada usaha mikro, kecil dan menengah dapat berbeda-beda.
Contohnya Munizu (2010) yang menggunakan 5 indikator yaitu pertumbuhan
penjualan, modal, tenaga kerja, pasar dan keuntungan serta Dirlanudin (2010) yang
menggunakan kepuasan pihak yang berkepentingan, kesetiaan pelanggan, pangsa
pasar, kemampuan bersaing dan pendapatan. Nurhayati et al. (2011) menggunakan
4 indikator yaitu profit, akses pengetahuan, akses pasar dan praise. Sedangkan
Sumantri (2013) dan Handayani (2013) menggunakan 3 indikator kinerja usaha
yang terdiri dari pendapatan, pemasaran dan volum penjualan. Penjualan pun dapat
berupa pertumbuhan penjualan harian, mingguan, bulanan maupun tahunan.
Pertumbuhan penjualan tahunan ini yang digunakan oleh Rose et al. (2006) dalam
mengukur kinerja usaha pelaku usaha kecil dan menengah di Malaysia.
Kinerja usaha sering digunakan dalam berbagai penelitian usaha keluarga.
Penelitian yang menghubungkan antara pengaruh keluarga dari F-PEC dengan
kinerja usaha pun mulai banyak dilakukan. Alcaraz et al. (2009) telah menguji
hubungan antara pengaruh keluarga (kekuatan, pengalaman dan budaya) dengan
kinerja usaha pada usaha keluarga usaha kecil dan menengah di Meksiko. Kinerja
usaha yang digunakan adalah kepuasan terhadap kinerja keuangan. Kinerja
keuangan diukur dalam 6 dimensi, yakni pertumbuhan volum penjualan,
pertumbuhan keuntungan bersih, ROI, kenaikan cash flow positif, operating profit
dan cash balances. Secara bersamaan, kombinasi kekuatan, pengalaman dan
budaya berpengaruh signifikan dan berhubungan positif dengan kinerja keuangan.
Namun jika dilihat secara individu, hanya kekuatan dan budaya yang memiliki
8
hubungan positif dengan kinerja keuangan sedangkan pengalaman tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha.
Penelitian pengaruh keluarga terhadap kinerja usaha tidak semuanya
menggunakan tiga dimensi secara lengkap. Di Pofi (2003) dalam Ayranci (2010)
menggunakan 2 dimensi dalam menganalisis hubungan antara pengaruh keluarga
dengan kepuasan manajer terhadap kinerja keuangan. Dimensi yang digunakan
meliputi pengalaman dan budaya. Kedua dimensi tersebut menunjukkan sebuah
hubungan yang positif dengan kepuasan kinerja keuangan.
Sementara itu, penggunaan satu dimensi dalam pengaruh keluarga dapat
dilihat pada penelitian Dudaroglu (2008) dalam Ayranci (2010). Dimensi yang
digunakan untuk menilai pengaruh keluarga terhadap kinerja usaha di 8ariable
bahan baku otomotif hanya budaya. Budaya tersebut menunjukkan hubungan yang
positif dengan perilaku integrasi top manajemen dan kinerja usaha. Sedangkan
Dewantoro (2011) hanya menggunakan kekuatan keluarga untuk melihat
pengaruhnya terhadap kinerja usaha keluarga (ukuran keuangan dan non keuangan)
di Surabaya. Dari penelitian yang telah dilakukan, kekuatan keluarga mempunyai
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan, yaitu semakin
tinggi tingkat kekuatan keluarga yang berkembang dalam perusahaan maka
semakin tinggi pula kinerja perusahaan.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, pengaruh keluarga yang terdiri
dari kekuatan, pengalaman dan budaya dianggap dapat memberikan dampak pada
kinerja usaha keluarga. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan ketiga
dimensi tersebut untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja usaha tahu yang
termasuk usaha keluarga. Sedangkan kinerja usaha yang akan digunakan terdiri dari
omset, profit, volum penjualan, jumlah tenaga kerja dan pemasaran.
Pengaruh Lingkungan Ekonomi terhadap Kinerja Usaha
Kinerja suatu usaha bergantung pada lingkungan karena usaha akan berjalan
jika terdapat permintaan terhadap barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan.
Kinerja dapat dibentuk secara langsung oleh lingkungan di luar usaha (Delmar
1996). Lingkungan ekonomi dan non-ekonomi termasuk lingkungan di luar usaha
yang dapat mempengaruhi daya hidup usaha sehingga lingkungan ekonomi dan
non-ekonomi dapat dilihat pengaruhnya secara langsung terhadap kinerja usaha.
Tekait dengan lingkungan ekonomi, Wilkinson (Munizu 2002) menyatakan
bahwa usaha kecil dan mikro akan tumbuh jika lingkungan makroekonomi dikelola
dengan baik, stabil dan dapat diprediksi. Dalam melihat pengaruh lingkungan
ekonomi terhadap kinerja usaha UMKM dan kinerja usahatani, Padi (2005), Sapar
et al. (2006) dan Puspitasari (2013) memasukkan ketersediaan bahan input sebagai
8 ariab eksternal aspek ekonomi. Handayani (2013) menggunakan lingkungan
ekonomi yang terdiri dari turunnya nilai kurs mata uang, tingkat suku bunga,
pertumbuhan ekonomi, dan daya beli masyarakat. Sedangkan Ariesa (2013)
menggunakan lingkungan ekonomi yang terdiri dari harga input output, akses
modal, struktur pasar, inovasi produk olahan dan peranan asosiasi. Berdasarkan
hasil penelitian-penelitian tersebut, lingkungan ekonomi berpengaruh nyata positif
terhadap kinerja usaha.
9
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa lingkungan ekonomi dapat dilihat
pengaruhnya terhadap kinerja usaha secara langsung. Oleh karena itu, penelitian ini
juga akan melihat pengaruh lingkungan ekonomi, khususnya yang terkait dengan
harga input, harga output, ketersediaan input, dan daya beli masyarakat, terhadap
kinerja usaha tahu. Adapun pengaruh lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha
tahu akan dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling seperti penelitian
Munizu (2010) dan Sumantri (2008).
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha
Usaha keluarga adalah sebuah usaha dimana anggota keluarga memiliki
keterlibatan dalam kepemilikan dan manajemen (Handler 1994).Sebuah usaha
dengan banyak keterlibatan keluarga harus memiliki minimal satu anggota keluarga
dalam sebuah posisi manajemen dan multigenerasi yang bekerja dalam perusahaan
(Shanker dan Astrachan 1996). Chua et al. (1999) mendefinisikan usaha keluarga
sebagai sebuah usaha yang dikelola dengan tujuan untuk membentuk dan meraih
visi usaha yang diselenggarakan oleh sebuah koalisi dominan yang dikontrol oleh
anggota dari keluarga yang sama atau sejumlah kecil dari keluarga yang berpotensi
berlanjut melintasi generasi.
Berdasarkan analisis mendalam berbagai definisi tentang usaha keluarga,
terdapat tiga dimensi penting dari pengaruh keluarga, yaitu kekuatan, pengalaman
dan budaya (Astrachan et al. 2002). Tiga dimensi tersebut merupakan bagian dari
F-PEC (Family-Power Experience Culture), yaitu sebuah pengukuran dari
pengaruh keluarga yang menyediakan sebuah ukuran keseluruhan dari pengaruh
keluarga. F-PEC memungkinkan untuk membedakan tingkat keterlibatan keluarga
dan dampaknya terhadap kinerja usaha.
Dimensi yang pertama adalah kekuatan. Kekuatan dari pengaruh keluarga
menilai derajat pengaruh keseluruhan yang berada di tangan anggota keluarga yakni
melalui kepemilikan, pengawasan dan partisipasi manajemen. Kekuatan mengacu
pada dominasi dalam hal aset/keuangan, kepemimpinan, pengawasan serta
pengaturan melalui manajemen yang dijalankan oleh anggota keluarga.
Kepemilikan, pengawasan dan partisipasi manajemen dipadukan menjadi sebuah
definisi dimana tingkat pengaruh satu sama lain dapat menyeimbangkan
kekurangan yang ada pada salah satu unsur dari tiga unsur tersebut. Misalkan jika
terjadi kekurangan dalam kepemilikan akibat dari keluarga tidak memiliki 9aria
dan/atau modal penuh pada usaha, maka kekurangan dalam kepemilikan tersebut
dapat diimbangi oleh pengaruh dari pengawasan atau partisipasi manajemen.
Sedangkan pengaruh keluarga melalui pengawasan dan manajemen dapat diukur
sebagai keberadaan keluarga yang menjadi pelaku pengawasan dan manajemen.
Dimensi yang kedua adalah pengalaman. Pengalaman 9aria pada generasi
yang aktif terlibat dalam usaha keluarga, baik dalam kepemilikan, pengawasan
10
maupun manajemen. Sebuah perusahaan dapat dilihat sebagai sebuah usaha
keluarga ketika telah terjadi transfer atau pewarisan ke generasi selanjutnya (Heck
et al. 1999). Pengalaman mengacu pada jumlah pengalaman yang keluarga bawa
ke dalam usaha dan dijalankan oleh lintas generasi pada manajemen, pengawasan
dan kepemilikan usaha sehingga dapat dilihat pada generasi yang sedang
menjalankan kepemilikan, manajemen dan pengawasan. Selain itu, pengalaman
juga dibangun dari jumlah anggota keluarga yang berkontribusi dan berasosiasi
aktif dengan usaha karena akan menambah atau memperbanyak pengalaman yang
dimiliki oleh usaha keluarga.
Dimensi yang ketiga adalah budaya. Budaya melihat keselarasan antara
nilai keluarga dengan nilai usaha serta komitmen keluarga terhadap usaha. Nilai
usaha dibentuk oleh apa yang dianggap penting oleh keluarga, sehingga nilai
keluarga adalah dasar bagi pengembangan nilai pada usaha. Apa yang dipegang
teguh dan diaplikasikan dalam keluarga akan diaplikasikan juga dalam usaha
keluarga. Komitmen usaha keluarga merupakan perilaku pengabdian anggota
keluarga terhadap usaha keluarga. Komitmen usaha keluarga dapat dilihat pada tiga
hal, yaitu keinginan menjalin hubungan dengan usaha, kepercayaan dan dukungan
terhadap tujuan dan rencana usaha, serta kesediaan untuk berkontribusi terhadap
usaha.
Pengaruh keluarga F-PEC telah divalidasi oleh Klein et al. (2005) sebagai
sebuah lensa teoritikal untuk menguji bagaimana pengaruh keluarga mempengaruhi
kinerja perusahaan. Hal ini juga didukung oleh Cliff dan Jennings (2005) yang
memaparkan pengaruh keluarga sebagai sebuah 10 ariable independen, dimana
dapat digunakan untuk menjelaskan hubungannya dengan beberapa hal seperti
keberhasilan dan hasil (kinerja), kesediaan generasi selanjutnya untuk bergabung
dengan perusahaan, berbagai strategi yang dikejar oleh perusahaan serta derajat
profesionalisme dalam perusahaan. Adapun F-PEC secara lengkap dapat dilihat
pada Gambar 1.
F-PEC
Kekuatan
Kekuatan melalui
kepemilikan
Kekuatan melalui
manajemen
Pengalaman
Generasi dalam
kepemilikan
Generasi dalam
manajemen
Budaya
Keselarasan antara
nilai keluarga dan nilai
usaha
Komitmen usaha
keluarga
Generasi dalam
pengawasan
Kekuatan melalui
pengawasan
Jumlah anggota
keluarga yang teribat
Gambar 1 Family-Power Experience Culture (F-PEC)
Sumber: Astrachan et al. (2002)
11
Kinerja adalah hasil kerja individu maupun perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan, yaitu dalam bentuk profitabilitas dan kesejahteraan (Baye 2010).
Penilaian kinerja sangat penting sebab selain digunakan sebagai ukuran
keberhasilan, hal ini juga dapat menjadi masukan untuk perbaikan atau peningkatan
kinerja suatau organisasi (Riyanti 2003). Kinerja usaha dapat dilihat dari adanya
keberlangsungan dan pertumbuhan usaha, penambahan tenaga kerja, peningkatan
keuntungan dan pendapatan (Praag 2008). Sedangkan menurut Day (1988) kinerja
usaha meliputi kepuasan yang terkait dengan semakin banyak pihak merasa
terpuaskan oleh keberadaan perusahaan, loyalitas yang menyangkut kesetiaan
pelanggan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, pangsa pasar yang
dikaitkan dengan kemampuan memperluas pangsa pasar, dan peningkatan
pendapatan yang ditandai dengan adanya peningkatan profit yang signifikan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dimensi-dimensi pengaruh keluarga
berdasarkan F-PEC, yang terdiri dari kekuatan, pengalaman, dan budaya, dapat
menjadi 11 ariable yang mendahului atau yang mempengaruhi kinerja usaha
keluarga. Adapun hal ini didukung pula oleh Astrachan dan Zellweger (2008) yang
memberikan pemahaman mengenai bagaimana pengaruh keluarga mempengaruhi
kinerja usaha keluarga yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Kekuatan
- Kekuatan melalui kepemilikan
- Kekuatan melalui manajemen
- Kekuatan melalui pengawasan
Pengalaman
- Generasi berkontribusi dalam kepemilikan
- Generasi berkontribusi dalam manajemen
- Generasi berkontribusi dalam pengawasan
- Jumlah anggota keluarga yang terlibat
Kinerja usaha
keluarga
Budaya
- Keselarasan antara nilai keluarga dan usaha
- Komitmen usaha keluarga
Gambar 2 Dimensi-dimensi dari F-PEC sebagai 11ariable yang
mendahului kinerja (sesuai dengan Astrachan et al. 2002)
Sumber: Astrachan dan Zellweger (2008)
Pengaruh Lingkungan Ekonomi terhadap Kinerja Usaha
Lingkungan merupakan faktor yang berada di luar usaha dan dapat
mempengaruhi keberadaaan usaha. Delmar (1996) menunjukkan bahwa faktor
lingkungan dapat berpengaruh langsung ke kinerja usaha. Hal ini didukung oleh
Kuratko dan Hodgetts (2004) yang menunjukkan bahwa lingkungan menjadi salah
satu dimensi yang dapat memengaruhi kinerja secara langsung.
12
Faktor Lingkungan
Kinerja Usaha
Gambar 3 Pengaruh faktor lingkungan terhadap kinerja usaha
Sumber: di adopsi dari Delmar (1996)
Lingkungan terdiri dari lingkungan internal dan eksternal dimana
lingkungan ekonomi dan non-ekonomi termasuk ke dalam lingkungan eksternal
jauh yang dapat memengaruhi daya hidup usaha (Porter 1980, Siagian 2008 dan
Suryana 2009). Menurut Kumar et al. (2003), faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan usaha dibagi menjadi dua kategori, yaitu kondis
USAHA TAHU DI KABUPATEN BOGOR
FEBRINA MAHLIZA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Dimensi
Keluarga terhadap Kinerja Usaha Tahu di Kabupaten Bogor adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis
ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Febrina Mahliza
NIM H351130131
RINGKASAN
FEBRINA MAHLIZA. Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha Tahu
di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA dan
BURHANUDDIN.
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam
perekonomian nasional, antara lain keberadaan jumlah unit usaha, penyerapan
tenaga kerja dan kontribusinya terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Salah
satu ciri UMKM di Indonesia merupakan usaha keluarga. Usaha keluarga
mendominasi dan menyebar di berbagai sektor usaha di Indonesia. Salah satunya
adalah usaha pembuatan tahu. Usaha pembuatan tahu sering menghadapi berbagai
kendala dari lingkungan ekonomi antara lain bahan baku. Bahan baku kedelai yang
digunakan merupakan kedelai impor. Perubahan harga kedelai akan mempengaruhi
keberlangsungan dan perkembangan usaha. Meskipun usaha ini mendapat kendala
dari lingkungan ekonomi, sebagian besar usaha tahu tetap bertahan dan berjalan.
Melihat usaha tahu sebagai usaha keluarga, penelitian pengaruh keluarga disertai
pengaruh lingkungan ekonomi pada usaha tahu menjadi penting untuk diteliti.
Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah (1)
mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik usaha tahu yang termasuk usaha
keluarga; (2) menganalisis pengaruh dimensi keluarga dan lingkungan ekonomi
terhadap kinerja usaha tahu yang termasuk usaha keluarga.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor. Sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan metode purposive sampling sebanyak 114 responden di 9
wilayah pelayanan Kopti Kabupaten Bogor, yaitu Parung, Tamansari, Bojong Gede,
Dramaga, Ciampea, Cibungbulang, Sukaraja, Ciawi Megamendung dan Caringin
Cijeruk. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan menggunakan
kuesioner. Data dianalisis dengan analisis deskriptif dan Structural Equation
Modeling (SEM).
Berdasarkan hasil penelitian, usaha tahu di Kabupaten Bogor memiliki
karakteristik usaha yang bervariatif. Sebagian besar usaha memproduksi tahu
kuning, menggunakan kedelai sebanyak 10-133 kg per hari, menghasilkan omset
sebesar 200 ribu sampai dengan 5.2 juta rupiah per hari, menggunakan 1-8 tenaga
kerja dan menjual tahu secara langsung ke konsumen dengan membuka lapak di
pasar. Salah satu dimensi pengaruh keluarga, yaitu budaya, berpengaruh signifikan
terhadap kinerja usaha. Budaya direfleksikan oleh keselarasan antara nilai keluarga
dan usaha serta komitmen usaha keluarga. Anggota keluarga menjalankan nilainilai keluarga seperti disiplin, saling berkomunikasi dan saling bekerja sama. Nilainilai tersebut mereka terapkan juga saat mereka menjalankan usaha tahu. Mereka
menganggap penerapan nilai tersebut sangat penting pada usaha keluarga demi
tercapainya hasil usaha yang baik. Anggota keluarga memiliki komitmen kuat
terhadap usaha keluarga. Anggota keluarga mendukung setiap visi, misi dan
keputusan yang akan dijalankan oleh usaha keluarga. Anggota keluarga percaya apa
yang diputuskan demi kebaikan usaha keluarga. Komitmen usaha keluarga
merupakan indikator yang memberikan kontribusi terbesar terhadap budaya.
Lingkungan ekonomi juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha.
Lingkungan ekonomi direfleksikan oleh harga input dan daya beli masyarakat.
Harga input atau harga bahan baku yang tinggi dapat menyebabkan biaya produksi
meningkat sehingga tahu yang diproduksi berkurang. Pengurangan produksi tahu
dapat mengurangi kinerja usaha tahu dari sisi omset, profit, volum penjualan,
jumlah tenaga kerja dan pemasaran. Sedangkan daya beli masyarakat terlihat pada
konsumen tahu yang didominasi oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah.
Ketika pendapatan konsumen masyarakat menengah ke bawah naik, mereka
memiliki peluang untuk dapat membeli dan menikmati lauk yang lebih mahal
dibandingkan tahu sehingga pembelian tahu dapat menurun. Daya beli masyarakat
menjadi indikator yang memberikan kontribusi terbesar terhadap lingkungan
ekonomi.
Dengan demikian, pelaku usaha dan anggota keluarga sebaiknya
menerapkan nilai keluarga dan usaha secara selaras, disiplin dalam melakukan
aktivitas usaha seperti pengolahan maupun pemasaran, serta dapat saling
berkomunikasi dan bekerja sama sehingga kinerja usaha dapat meningkat. Anggota
keluarga juga harus selalu berkomitmen kuat terhadap usaha keluarga, seperti
mendukung visi dan misi usaha keluarga, agar usaha dapat terus berjalan dengan
baik. Keluarga juga bisa mulai mencoba untuk membidik konsumen menengah ke
atas maupun konsumen instansi-instansi tertentu agar pembelian tahu dapat tetap
stabil dan tidak menurun.
Kata kunci: UMKM, usaha keluarga, usaha pembuatan tahu, kinerja usaha
SUMMARY
FEBRINA MAHLIZA. The Influence of Family Dimension on Tofu Business
Performance in Kabupaten Bogor. Guided by WAHYU BUDI PRIATNA and
BURHANUDDIN.
Micro, small and medium enterprises (MSMEs) has an important role in the
national economy, such as the existence of the number of business units,
employment and its contribution to Gross Domestic Product (GDP). One of the
characteristics of MSMEs in Indonesia is family business, which is managed by
family members and potentially passed down across generations. Family businesses
dominate and spread in various business sectors in Indonesia, one of them is “tofu”
business. The “tofu” business face many constraints from economic environment.
One of the constraints is the price of raw materials. The soybeans are imported
soybean. The changes in soybean prices will affect the survival and development
of the business. Although these businesses are constrained by the economic
environment, most of them can survive. Seeing “tofu” business as a family business,
the research of family influence with the influence of the economic environment in
the business is important to study. Based on the description, the purpose of this
study were (1) identify and analyze the characteristics of the “tofu” business; (2)
analyze the influence of family dimension and economic environment on the
performance of the “tofu” business that including a family business
This research was conducted in Bogor. The sample is determined by
purposive sampling method as many as 114 respondents in nine service areas of
Kopti Kabupaten Bogor, namely Parung, Tamansari, Bojong Gede, Dramaga,
Ciampea, Cibungbulang, Sukaraja, Ciawi Megamendung and Caringin Cijeruk.
The primary data obtained through interviews using questionnaire. Data were
analyzed with descriptive analysis and Structural Equation Modeling (SEM).
According to the result of the study, “tofu” businesses in Kabupaten Bogor
has varied business characteristics. Most of them are producing the “yellow tofu”,
using soybeans as much as 10-133 kg per day, earning 200 thousand up to 5.2
million per day, having 1-8 workers and selling the tofu to the consumer directly
by opening a stall in the market. One dimension of family influence, namely culture,
has significant effect on business performance. Culture reflected by the overlap
between family and business values as well as the family business commitment.
Family members run family values such as discipline, communicate and cooperate
with each other. These values are also applied in the family business. Family
consider these values are very important to the family business in order to achieve
good performance. Family members have a strong commitment to the family
business. Family members support each vision, mission and decisions that will be
run by family businesses. Family members believe what is decided for the good of
the family business. Family business commitment is an indicator that gives the
greatest contribution to the culture.
The economic environment is also has significant effect on business
performance. The economic environment is reflected by the price of inputs and
people purchasing power. High input prices could lead to increased production
costs and decreased production so that can reduce the business performance in terms
of revenue, profit, sales, employment and marketing. While the people purchasing
power seen in the consumer which is dominated by the lower middle class people.
When their incomes rising, they have opportunity to buy and enjoy dishes than buy
tofu so the tofu puchasing and business permformance decreased. The people
purchasing power be an indicator that gives the largest contribution to the economic
environment.
Therefore, family should implement family values and business values in
harmony, discipline in business activities such as in production and marketing, also
communicate and cooperate each others so that business performance can be
improved. Family members should have strong commitment to family businesses,
such as supporting the vision and mission of the family business, so the business
can continue well. Family can also start trying to target the upper middle consumers
and institution consumers so that the tofu purchasing can stable and not declining.
Keywords : MSMEs, family business, “tofu” business, business performance
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENGARUH DIMENSI KELUARGA TERHADAP KINERJA
USAHA TAHU DI KABUPATEN BOGOR
FEBRINA MAHLIZA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis
: Dr Ir Suharno, MAdev
Penguji Program Studi
: Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak Januari sampai Desember 2015 ini ialah kewirausahaan,
dengan judul “Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha Tahu di
Kabupaten Bogor”. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi dan Dr Ir Burhanuddin, MM selaku komisi
pembimbing, yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan hingga
terselesaikannya tesis ini.
2. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen evaluator pada pelaksanaan
kolokium proposal penelitian.
3. Dr Ir Suharno, MAdev dan Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji
utama dan penguji wakil departemen pada sidang tesis.
4. Bapak Endang dari Kopti Kabupaten Bogor, beserta seluruh pelaku usaha tahu
di Kabupaten Bogor atas waktu dan informasi pada saat pengambilan data.
5. Bapak Mahpud, Mamah Enzah Azizah, Papah Erwin Tyrana, Mamah Etty I.
Tjahjawati, Kak Lia Octavia, Bang Wahyu Kurniawan, Ardho Mahfeliza, dan
Alviana Mahfeliza, selaku orang tua dan saudara, serta suami tercinta, Denny
Indra Nugraha yang telah memberikan doa dan kasih sayang.
6. Teman-teman: Tita Nursiah, Silvia Sari, Diyani Fauziyah, Retna Dewi atas
waktu dan dukungan selama pengambilan dan pengolahan data, serta seluruh
teman Magister Sains Agribisnis (MSA) angkatan 4 yang telah memberikan
semangat selama penelitian hingga terselesaikannya tesis ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2016
Febrina Mahliza
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
1
3
4
4
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh Keluarga dalam Usaha Keluarga
Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha
Pengaruh Lingkungan Ekonomi terhadap Kinerja Usaha
4
4
7
8
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
9
9
12
4 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penentuan Sampel
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
14
14
14
15
15
17
19
5 GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Usaha Tahu di Kabupaten Bogor
Gambaran Umum Responden
Persepsi Responden berdasarkan Variabel Kekuatan
Persepsi Responden berdasarkan Variabel Pengalaman
Persepsi Responden berdasarkan Variabel Budaya
Persepsi Responden berdasarkan Variabel Lingkungan Ekonomi
Persepsi Responden berdasarkan Variabel Kinerja Usaha
20
20
24
28
29
29
30
31
6 HASIL DAN PEMBAHASAN
32
Karakteristik Usaha Tahu di Kabupaten Bogor
32
Analisis Pengaruh Dimensi Keluarga dan Lingkungan Ekonomi terhadap
Kinerja Usaha Tahu di Kabupaten Bogor dengan pendekatan SEM
37
7 SIMPULAN DAN SARAN
52
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
58
RIWAYAT HIDUP
64
DAFTAR TABEL
1 Perkembangan jumlah usaha dan tenaga kerja menurut skala usaha
tahun 2011- 2013
1
2 Jumlah kontribusi PDB atas dasar harga konstan 2000 menurut
skala usaha tahun 2011-2013
1
3 Definisi UMKM di Indonesia berdasarkan UU No 20 tahun 2008
7
4 Anggota Kopti Kabupaten Bogor per wilayah pelayanan tahun 2012
14
5 Sebaran wilayah responden
15
6 Kriteria uji kecocokan model SEM
16
7 Variabel laten dan indikator model pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
17
8 Sebaran responden berdasarkan usia
25
9 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
26
10 Sebaran responden berdasarkan pendidikan
26
11 Sebaran responden berdasarkan asal daerah
27
12 Sebaran responden berdasarkan lama menjalankan usaha
27
13 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel kekuatan
28
14 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel pengalaman
29
15 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel budaya
30
16 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel lingkungan ekonomi
31
17 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel kinerja usaha
31
18 Sebaran usaha responden berdasarkan jenis produk
32
19 Sebaran usaha responden berdasarkan penggunaan kedelai
33
20 Sebaran usaha responden berdasarkan jumlah tenaga kerja
34
21 Sebaran usaha responden berdasarkan omset harian dan tahunan
35
22 Sebaran usaha responden berdasarkan pemasaran
37
23 Hasil uji validitas model awal pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
39
24 Hasil uji reliabilitas model awal pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
39
25 Hasil uji kecocokan model awal pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
40
26 Hasil uji kecocokan model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
41
27 Hasil uji reliabilitas model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
42
28 Hasil uji validitas model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
42
29 Loading factor dan t-hitung indikator variabel kekuatan
43
30 Loading factor dan t-hitung indikator variabel pengalaman
44
31 Loading factor dan t-hitung indikator variabel budaya
44
32 Loading factor dan t-hitung indikator variabel budaya
45
33 Loading factor dan t-hitung indikator variabel kinerja usaha
46
34 Ringkasan keseluruhan hasil analisis model pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
50
DAFTAR GAMBAR
1 Family-Power Experience Culture (F-PEC)
2 Dimensi-dimensi dari F-PEC sebagai variabel yang
mendahului kinerja
3 Pengaruh faktor lingkungan terhadap kinerja usaha
4 Kerangka pemikiran operasional pengaruh dimensi keluarga dan
Lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
5 Diagram lintas persamaan struktural pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
6 Bak plastik untuk perendaman kedelai
7 Mesin giling kedelai
8 Tahang besi untuk merebus bubur kedelai
9 Tahang kayu besar untuk merebus bubur kedelai
10 Bak penampung bubur kedelai hasil perebusan
11 Bak penyimpanan cairan bekas
12 Cetakan kayu dari kayu
13 Kain bungkus putih untuk mencetak tahu
14 Rak penyimpanan tahu
15 Standardized Coeficient model awal pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
16 T-hitung model awal pengaruh dimensi keluarga dan lingkungan
ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
17 T-hitung model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga dan lingkungan
ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
18 Standardized Coeficient model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga
dan lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
10
11
12
13
18
21
21
22
22
22
23
23
23
24
38
40
47
49
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil ouptut analisis model pengaruh dimensi keluarga dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor
58
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi salah satu kekuatan
pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. UMKM memiliki
peran penting dalam perekonomian nasional. Peran UMKM dalam perekonomian
nasional dapat dilihat dari kedudukannya sebagai pelaku utama dalam kegiatan
ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja yang terbesar, pemain penting
dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat,
pencipta pasar baru dan sumber inovasi serta sumbangannya dalam menjaga necara
pembayaran melalui kegiatan ekspor masyarakat sehingga mengurangi tingkat
kemiskinana dan lain-lain (Tedjasuksmana 2014).
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi roda penggerak
enonomi dan tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi. UMKM juga memiliki
kontribusi besar dalam beberapa aspek, yaitu keberadaan jumlah unit usaha,
penyerapan tenaga kerja, dan sumbangan terhadap Pendapatan Domestik Bruto
(PDB). Berikut data perkembangan jumlah unit usaha dan tenaga kerja UMKM di
Indonesia tahun 2011-2013 yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan jumlah usaha dan tenaga kerja menurut skala usaha tahun
2011- 2013
Unit usaha
Jumlah
(unit)
UMKM
Besar
2011
Tenaga
Kerja (%)
55 206 444
4 952
97.24
2.76
2012
Jumlah
(unit)
2013
Tenaga
Kerja (%)
56 534 592
4 968
97.16
2.84
Jumlah
(unit)
Tenaga
Kerja (%)
57 895 721
5 066
96.99
3.01
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2015)
Berdasarkan data di atas, jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2013
mencapai 57.9 juta unit usaha dengan jumlah tenaga kerja yang diserap mencapai
96.99 persen. Melihat besarnya penyerapan tenaga kerja tersebut, pemberdayaan
UMKM dapat memberikan peluang membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja pun
menjadi berkurang. Selain jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja yang
besar, kontribusi UMKM terhadap PDB juga besar. Pada tahun 2013, kontribusi
UMKM terhadap PDB nasional sebanyak Rp 1.5 milyar atau 57.56 persen (Tabel
2).
Tabel 2 Jumlah kontribusi PDB atas dasar harga konstan 2000 menurut skala usaha
tahun 2011-2013
Unit usaha
UMKM
Usaha Besar
2011
PDB
Pangsa
(Rp.milyar)
(%)
1 369 326
1 007 784
2012
PDB
(Rp.milyar)
57.60
42.40
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2015)
1 451 460
1 073 660
Pangsa
(%)
57.48
42.52
2013
PDB
Pangsa
(Rp.milyar)
(%)
1 536 919
1 133 396
57.56
42.22
2
Pemberdayaan UMKM di Indonesia menjadi sangat strategis karena
memiliki potensi yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat
sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraannya. UMKM bersifat income gathering, yaitu
menaikkan pendapatan dengan ciri-ciri usaha milik keluarga (Sudaryanto et al.
2014), dimana keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap yang sama dalam keadaaan saling ketergantungan. UMKM di Indonesia
merupakan usaha turun temurun (Tambunan 2002; Riyanti 2003). Oleh karena itu,
keberadaan UMKM di Indonesia sering dikaitkan sebagai usaha keluarga.
Usaha keluarga mendominasi usaha di Indonesia dan menyebar di berbagai
2ariab usaha (Winoto dan Graito 2008). Tidak hanya di Indonesia, sekitar 80-90
persen dari keseluruhan usaha yang ada di dunia saat ini dapat diklasifikasikan
sebagai usaha keluarga (Ward 1997). Usaha keluarga secara luas dilihat sebagai
tulang punggung ekonomi karena menciptakan kesejahteraan, menyediakan
pekerjaan, memiliki komunitas dan bertahan untuk jangka waktu yang lama. Usaha
keluarga adalah suatu usaha dimana dua atau lebih anggota keluarga sama-sama
berperan sebagai pemilik atau bekerja sama dalam operasi bisnis dan
kepemilikannya diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya (Longenecker et
al. 1994). Usaha keluarga adalah usaha yang dikelola oleh sebuah koalisi dominan
yang terdiri dari beberapa anggota dari keluarga yang sama yang memberikan
perhatian untuk membentuk dan menjalankan visi usaha, dimana visi usaha tersebut
berpotensi untuk berlanjut sampai dengan lintas generasi (Chua et al. 1999). Sebuah
usaha dengan banyak keterlibatan keluarga harus memiliki minimal satu anggota
keluarga dalam sebuah posisi manajemen dan multigenerasi yang bekerja dalam
perusahaan (Shanker dan Astrachan 1996).
Usaha keluarga unik karena keterlibatan anggota keluarga dalam proses
kebijakan dan peraturan, kepemilikan aset dan lain sebagainya. Keluarga dianggap
berpengaruh pada keberlangsungan dan perkembangan usaha keluarga. Pengaruh
keluarga mengacu pada 2 ariab-faktor keluarga yang mempengaruhi sebuah
perilaku perusahaan atau perilaku dan pilihan anggota keluarga yang menghasilkan
dampak pada hal-hal yang yang tekait dengan perusahaan (Duh dan Belak 2009).
Penelitian-penelitian saat ini menggunakan dimensi kekuatan, pengalaman dan
budaya sebagai ukuran pengaruh keluarga. Hal ini karena kekuatan, pengalaman
dan budaya didefinisikan sebagai pengaruh keluarga dalam usaha keluarga
(Astrachan et al. 2002).
Pengaruh keluarga yang terdiri dari dimensi kekuatan, pengalaman dan
budaya memungkinkan melihat tingkat keterlibatan keluarga dan dampaknya
terhadap kinerja usaha keluarga. Kekuatan mengacu pada dominasi dalam hal
keuangan, kepemimpinan dan pengaturan melalui manajemen yang dijalankan oleh
anggota keluarga. Pengalaman mengacu pada jumlah pengalaman yang keluarga
bawa ke dalam bisnis dan dijalankan oleh lintas generasi pada manajemen dan
kepemilikan bisnis. Sedangkan budaya mengacu pada nilai dan komitmen dimana
asumsi komitmen berakar dan dibentuk oleh nilai dari keluarga. Penelitianpenelitian yang terkait dengan pengaruh keluarga (kekuatan, pengalaman dan
budaya) banyak yang menggunakan sampel usaha kecil dan menengah (Merino et
al. 2012; Zainol et al. 2012; Maheswari et al. 2013). Dengan demikian, pengaruh
3
keluarga yang terdiri dari kekuatan, pengalaman dan budaya pada UMKM menjadi
hal yang menarik untuk diteliti.
Perumusan Masalah
Salah satu UMKM yang dicirikan sebagai usaha keluarga adalah usaha
pembuatan tahu. Usaha tahu merupakan usaha turun temurun yang telah dijalankan
dari generasi selanjutnya. Usaha tahu terbukti telah turun temurun berproduksi
secara konsisten (Arifin 2011). Pekerjaan sebagai pengrajin tahu diturunkan dari
orang tua kepada anaknya seperti secara otomatis. Umumnya diawali dengan
mengikutsertakan anak-anaknya dalam kegiatan produksi atapun pemasaran karena
terbatasnya tenaga kerja yang dimiliki. Dari kebiasaan tersebut, anak mendapat
keterampilan membuat tahu dan tertarik meneruskan pekerjaan tersebut. Apalagi
melihat pekerjaan membuat tahu berhasil dalam menghidupi keluarga, maka
generasi selanjutnya akan terpengaruh secara langsung maupun tidak langsung
untuk mengikuti kegiatan tersebut (Wardhini et al. 2013). Usaha tahu bersifat
sebagai usaha rumah tangga dimana pemilik dan tenaga kerjanya masih mempunyai
hubungan keluarga (Bank Indonesia 2011b).
Usaha tahu sering mengalami permasalahan yang berasal dari lingkungan
di luar usaha, salah satunya adalah lingkungan ekonomi. Contoh permasalahan dari
lingkungan ekonomi yang sering dihadapi oleh usaha tahu adalah bahan baku
kedelai. Sebagian besar pelaku usaha tahu menggunakan kedelai impor. Kalangan
usaha tahu cenderung memilih kedelai impor sebagai bahan baku dibanding kedelai
nasional karena pasokan bahan bakunya terjamin. Ketergantungan kedelai terhadap
produk impor berpengaruh terhadap harga kedelai di dalam negeri akibat terjadinya
fluktuasi harga kedelai di pasar internasional. Bahkan selama periode 2002-2012,
harga kedelai di dalam negeri terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dengan
perubahan kenaikan sekitar 11.46 persen per tahun (BKP Pertanian 2013). Adanya
kenaikan harga bahan baku kedelai akan mengganggu aktivitas produksi usaha tahu
karena biaya produksi tahu menjadi meningkat.
Meskipun usaha tahu mendapat tekanan dari lingkungan ekonomi, usaha ini
tetap konsisten berproduksi. Jika melihat usaha tahu sebagai usaha keluarga,
keluarga diindikasikan mempengaruhi keberlangsungan hidup usaha selain kondisi
lingkungan ekonomi yang juga mempengaruhi keberlangsungan hidup usaha
keluarga. Usaha tahu yang merupakan usaha keuarga pun dapat bertahan hinga
bertahun-tahun. Keberlangsungan hidup usaha berkaitan erat dengan kinerja usaha
dimana kinerja merupakan hal yang dapat menentukan pertumbuhan dan
perkembangan usaha. Dengan demikian, secara bersamaan, pengaruh dimensi
keluarga (kekuatan, pengalaman, budaya) dan lingkungan ekonomi dapat dilihat
pengaruhnya secara langsung terhadap kinerja usaha tahu terutama pada usaha tahu
yang merupakan usaha keluarga yang kepemilikannya berpotensi diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan uraian di atas, muncul beberapa
masalah yang akan menjadi kajian pada penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik usaha tahu yang termasuk usaha keluarga?
2. Bagaimana pengaruh dimensi keluarga (kekuatan, pengalaman, budaya) dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu yang termasuk usaha
keluarga?
4
Tujuan Penelitian
Terkait dengan pertanyaan-pertanyaan yang melandasi dilakukannya penelitian,
maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik usaha tahu yang termasuk
usaha keluarga.
2. Menganalisis pengaruh dimensi keluarga (kekuatan, pengalaman, budaya) dan
lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu yang termasuk usaha keluarga.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Peneliti, merupakan wadah untuk melatih kemampuan analisis serta
mengaplikasikan konsep-konsep ilmu yang diperoleh dengan melihat fenomena
praktis yang terjadi di lapangan.
2. Kalangan akademisi, sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya.
3. Instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan usaha
keluarga dalam rangka pengembangan UMKM di Indonesia.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terbatas pada analisis pengaruh dimensi keluarga (kekuatan,
pengalaman, budaya) dan lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu yang
termasuk usaha keluarga dengan menggunakan analisis Structural Equation
Modeling (SEM). Usaha tahu yang diteliti merupakan usaha yang termasuk dalam
skala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Variabel yang digunakan antara
lain kekuatan terdiri dari kekuatan melalui kepemilikan, kekuatan melalui
pengawasan dan kekuatan melalui manajemen. Pengalaman terdiri dari generasi
dalam kepemilikan, generasi dalam pengawasan, generasi dalam manajemen dan
jumlah anggota keluarga yang berpartisipasi aktif. Budaya terdiri dari kesamaan
antara nilai keluarga dan nilai usaha serta komitmen usaha keluarga. Lingkungan
ekonomi terdiri dari harga input, harga output, ketersediaan input dan daya beli
masyarakat. Kinerja usaha terdiri dari omset, profit, volum penjualan, jumlah
tenaga kerja dan pemasaran.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh Keluarga dalam Usaha Keluarga
Pengaruh keluarga dianggap sebagai faktor yang berkaitan erat dalam usaha
keluarga.Pengaruh keluarga mengacu pada 4 ariab-faktor keluarga yang
mempengaruhi sebuah perilaku perusahaan atau perilaku dan pilihan anggota
keluarga yang menghasilkan dampak pada hal-hal yang yang tekait dengan
5
perusahaan (Duh dan Belak 2009). Pada umumnya, keluarga akan mendominasi
manajemen dalam usaha sehingga nepotisme akan banyak terjadi terutama dilihat
dari adanya pengambilan keputusan yang emosional dan informal (Siakas et al.
2014). Shanker dan Astrachan (1996) menyatakan bahwa sebuah usaha dengan
banyak keterlibatan keluarga memiliki minimal satu anggota keluarga dalam posisi
manajemen dan generasi yang beragam yang bekerja dalam usaha tersebut.
Merino et al. (2012) meneliti tentang hubungan pengaruh keluarga terhadap
aktivitas ekspor di 500 usaha kecil dan menengah manufaktur di Spanyol. Pengaruh
keluarga yang digunakan terdiri dari kekuatan, pengalaman dan budaya. Dari tiga
dimensi yang digunakan, hanya budaya yang berpengaruh positif dan signifikan
terhadap aktivitas ekspor, sedangkan kekuatan dan pengalaman tidak berpengaruh
signifikan terhadap aktivitas ekspor. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori
prediksi yang terkait dengan budaya, dimana usaha-usaha keluarga tersebut
dijalankan oleh generasi baru yang membagi nilai yang sama dengan keluarga
sehingga aktivitas ekspor yang dijalankan generasi baru dianggap lebih baik
dibandingkan dengan aktivitas ekspor yang dikelola oleh generasi sebelumnya.
Ketiga dimensi dari pengaruh keluarga tersebut juga digunakan oleh Zainol
et al. (2012) dalam menguji hubungan antara pengaruh keluarga dengan orientasi
berpelaku usaha pada usaha kecil dan menengah di Malaysia. Adapun dimensidimensi dari pengaruh keluarga dalam kedua penelitian tersebut sama karena diukur
oleh 5 ariable 55 yang valid dan terstandar, yakni F-PEC, yang dibangun oleh
Astrachan et al. (2002). F-PEC dibangun sebagai sebuah 5ariable55 untuk menilai
pengaruh keluarga dalam sebuah usaha keluarga, meskipun 5 ariab lainnya
dianggap berkenaan dengan keluarga (Ayranci 2014). F-PEC ini pun sudah banyak
digunakan oleh peneliti-peneliti yang meneliti tentang usaha keluarga di berbagai
5ariab.
Melihat hasil beberapa penelitian di atas, penelitian tentang pengaruh
keluarga dalam usaha keluarga pada umumnya banyak menggunakan sampel usaha
kecil dan menengah. Akan tetapi, pengaruh keluarga berdasarkan F-PEC juga 5ari
digunakan dengan sampel perusahaan keluarga skala usaha besar. Contohnya
Erikson et al. (2013) yang melakukan studi kasus pada perusahaan Spendrups
Bryggeri AB. Pada hasil studi kasus tersebut, perusahaan Spendrups dimiliki oleh
anggota keluarga secara tidak langsung. Keluarga memiliki 5 ariabl meskipun
mereka bukan satu-satunya yang mengambil keputusan 5ariab ketika menyeleksi
anggota dewan baru. Anggota keluarga yang menjadi anggota dewan kekuasaaan
sebanyak 7 dari 15 anggota. Sedangkan anggota keluarga yang menduduki
manajemen hanya 1 dari 11 anggota, sehingga keterlibatan anggota dalam top
manajemen dinilai rendah. Perusahaan Spendrups dijalankan oleh generasi ketiga
dan keempat. Pergeseran kesuksesan antar generasi di perusahaan Spendrups dan
pengalaman antar manajemen dinilai tinggi, dimana CEO adalah generasi keempat
dan deputi CEO adalah generasi ketiga. Komitmen usaha pada perusahaan
Spendrups juga dinilai tinggi meskipun kesamaan antara nilai usaha dan nilai
keluarganya rendah.
Pengaruh keluarga dari F-PEC dalam penelitian usaha keluarga, yang terdiri
dari kekuatan, pengalaman dan budaya, dapat disesuaikan dengan tujuan dari
masing-masing peneliti. Pada umumnya setiap peneliti akan menggunakan 3
dimensi. Akan tetapi, Maheswari et al. (2013) menggunakan 2 dimensi, yaitu
pengalaman dan budaya, dalam melihat hubungan pengaruh keluarga dengan
6
keefektifan perencanaan 6 ariable 6 pada usaha keluarga 6 ariable kecil di
Coimbatore. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut di atas, dapat diketahui
bahwa pengaruh keluarga memiliki kaitan erat dalam usaha keluarga. Pengaruh
keluarga yang digunakan oleh banyak peneliti saat ini adalah pengaruh keluarga
dari F-PEC yang terdiri dari kekuatan, pengalaman dan budaya. Para peneliti pun
menggunakan sampel pada usaha mikro, kecil dan menengah (Merino et al. 2012;
Zainol et al. 2012; Maheswari et al. 2013). Oleh karena itu, penelitian ini akan
menggunakan ketiga dimensi tersebut untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja
usaha keluarga pelaku usaha tahu. Pelaku usaha tahu dipilih karena termasuk ke
dalam UMKM di Indonesia dan dianggap masih mendekati definisi dan kriteria
UMKM di luar negeri, meskipun definisi UMKM untuk setiap 6ariab berbeda.
Definisi UMKM di dunia internasional umumnya didasarkan pada beberapa
hal, yaitu jumlah tenaga kerja yang terlibat, jumlah 6aria dan jumlah penjualan
tahunan. Beberapa 6ariab yang mendefinisikan UMKM hanya berdasarkan jumlah
karyawan antara lain Maroko (kurang dari 200 orang), Brazil (kurang dari 100
orang), El Savador (kurang dari 4 orang untuk usaha mikro, 5-49 orang untuk usaha
kecil, dan antara 50-99 orang untuk usaha menengah), dan Kolombia (kurang dari
10 orang untuk usaha mikro, 10-50 orang untuk usaha kecil, dan 51-200 orang
untuk usaha menengah). Sedangkan 6ariab yang mendefinisikan UMKM hanya
berdasarkan nilai total penjualan per tahun antara lain Chile (kurang dari USD2 400
untuk usaha mikro, USD25 000 untuk usaha kecil, dan USD1 juta untuk usaha
menengah) (Bank Indonesia 2011a).
Sementara itu, ada beberapa 6 ariab yang mengkombinasikan definisi
UMKM seperti Singapura (UKM memiliki minimal 30 persen pemegang saham
6aria serta 6aria produktif tetap di bawah SG $15 juta), Malaysia (6ariable kecil
memiliki tenaga kerja 5-50 orang atau jumlah modal maksimal M $ 500 000;
6ariable menengah memiliki tenaga kerja 50-75 orang atau jumlah modal maksimal
M $ 500 000-2.5juta), Komisi Eropa (usaha mikro memiliki tenaga kerja kurang
dari 10 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta, jumlah 6aria tidak
melebihi $2 juta; usaha kecil memiliki tenaga kerja kurang dari 50 orang,
pendapatan tahunan tidak melebihi $10 juta, jumlah 6aria tidak melebihi $13 juta;
usaha menengah memiliki tenaga kerja kurang dari 250 orang, pendapatan setahun
tidak melebihi $50 juta, dan jumlah 6aria tidak melebihi $30 juta), serta World
Bank (usaha mikro memiliki tenaga kerja kurang dari 10 orang, pendapatan setahun
tidak melebihi $100 ribu, jumlah 6 aria tidak melebihi $100 ribu; usaha kecil
memiliki tenaga kerja kurang dari 30 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $3
juta, jumlah 6aria tidak melebihi $3 juta; usaha menengah memiliki tenaga kerja
maksimal 300 orang, pendapatan setahun hingga $15 juta dan jumlah 6aria hingga
$15 juta).
Adapun di Indonesia, definisi UKM menurut BPS berdasarkan kuantitas
tenaga kerja, yaitu untuk usaha rumah tangga memiliki jumlah tenaga kerja
maksimal 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang dan usaha
menengah memiliki tenaga kerja 20-99 orang. Sedangkan definisi UMKM menurut
UU RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah dapat
dilihat pada Tabel 3. Dengan demikian, berdasarkan kedua definisi tersebut, definisi
UMKM di Indonesia mendekati definisi-definisi UMKM di berbagai 6ariab.
7
Tabel 3 Definisi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia
berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008
Skala
usaha
Mikro
Kecil
Kekayaan bersih
(tidak termasuk tanah dan bangunan usaha)
(rupiah)
< 50juta
>50juta–500juta
Hasil penjualan tahunan
(rupiah)
< 300juta
>300juta–2.5milyar
Menengah
>500juta-10milyar
>2.5– 50milyar
Sumber: Bank Indonesia (2011a)
Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha
Kinerja merupakan hal yang dapat menentukan pertumbuhan dan
perkembangan usaha. Kinerja usaha adalah ukuran apakah suatu usaha yang
dijalankan berjalan sukses. Kinerja usaha tidak hanya diukur dari nilai profit yang
diperoleh, namun didukung dengan ukuran-ukuran keberhasilan yang lain antara
lain pengetahuan, akses pasar dan pengakuan (penghargaan) dari pihak lain. Kinerja
bersifat multidimensional. Banyak peneliti yang menganjurkan pertumbuhan
penjualan, tenaga kerja, pendapatan dan pangsa pasar sebagai pengukuran kinerja
perusahaan kecil (Kim dan Choi 1994; Lee dan Miller 1996; Hadjimanolis 2000
dalam Handayani 2013). Hal ini berdasarkan argumentasi bahwa pertumbuhan
merupakan indikator yang lebih mudah diperoleh data dan informasinya
dibandingkan kinerja keuangan.
Jumlah indikator kinerja usaha yang digunakan dalam beberapa penelitian
tentang kinerja usaha pada usaha mikro, kecil dan menengah dapat berbeda-beda.
Contohnya Munizu (2010) yang menggunakan 5 indikator yaitu pertumbuhan
penjualan, modal, tenaga kerja, pasar dan keuntungan serta Dirlanudin (2010) yang
menggunakan kepuasan pihak yang berkepentingan, kesetiaan pelanggan, pangsa
pasar, kemampuan bersaing dan pendapatan. Nurhayati et al. (2011) menggunakan
4 indikator yaitu profit, akses pengetahuan, akses pasar dan praise. Sedangkan
Sumantri (2013) dan Handayani (2013) menggunakan 3 indikator kinerja usaha
yang terdiri dari pendapatan, pemasaran dan volum penjualan. Penjualan pun dapat
berupa pertumbuhan penjualan harian, mingguan, bulanan maupun tahunan.
Pertumbuhan penjualan tahunan ini yang digunakan oleh Rose et al. (2006) dalam
mengukur kinerja usaha pelaku usaha kecil dan menengah di Malaysia.
Kinerja usaha sering digunakan dalam berbagai penelitian usaha keluarga.
Penelitian yang menghubungkan antara pengaruh keluarga dari F-PEC dengan
kinerja usaha pun mulai banyak dilakukan. Alcaraz et al. (2009) telah menguji
hubungan antara pengaruh keluarga (kekuatan, pengalaman dan budaya) dengan
kinerja usaha pada usaha keluarga usaha kecil dan menengah di Meksiko. Kinerja
usaha yang digunakan adalah kepuasan terhadap kinerja keuangan. Kinerja
keuangan diukur dalam 6 dimensi, yakni pertumbuhan volum penjualan,
pertumbuhan keuntungan bersih, ROI, kenaikan cash flow positif, operating profit
dan cash balances. Secara bersamaan, kombinasi kekuatan, pengalaman dan
budaya berpengaruh signifikan dan berhubungan positif dengan kinerja keuangan.
Namun jika dilihat secara individu, hanya kekuatan dan budaya yang memiliki
8
hubungan positif dengan kinerja keuangan sedangkan pengalaman tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha.
Penelitian pengaruh keluarga terhadap kinerja usaha tidak semuanya
menggunakan tiga dimensi secara lengkap. Di Pofi (2003) dalam Ayranci (2010)
menggunakan 2 dimensi dalam menganalisis hubungan antara pengaruh keluarga
dengan kepuasan manajer terhadap kinerja keuangan. Dimensi yang digunakan
meliputi pengalaman dan budaya. Kedua dimensi tersebut menunjukkan sebuah
hubungan yang positif dengan kepuasan kinerja keuangan.
Sementara itu, penggunaan satu dimensi dalam pengaruh keluarga dapat
dilihat pada penelitian Dudaroglu (2008) dalam Ayranci (2010). Dimensi yang
digunakan untuk menilai pengaruh keluarga terhadap kinerja usaha di 8ariable
bahan baku otomotif hanya budaya. Budaya tersebut menunjukkan hubungan yang
positif dengan perilaku integrasi top manajemen dan kinerja usaha. Sedangkan
Dewantoro (2011) hanya menggunakan kekuatan keluarga untuk melihat
pengaruhnya terhadap kinerja usaha keluarga (ukuran keuangan dan non keuangan)
di Surabaya. Dari penelitian yang telah dilakukan, kekuatan keluarga mempunyai
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan, yaitu semakin
tinggi tingkat kekuatan keluarga yang berkembang dalam perusahaan maka
semakin tinggi pula kinerja perusahaan.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, pengaruh keluarga yang terdiri
dari kekuatan, pengalaman dan budaya dianggap dapat memberikan dampak pada
kinerja usaha keluarga. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan ketiga
dimensi tersebut untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja usaha tahu yang
termasuk usaha keluarga. Sedangkan kinerja usaha yang akan digunakan terdiri dari
omset, profit, volum penjualan, jumlah tenaga kerja dan pemasaran.
Pengaruh Lingkungan Ekonomi terhadap Kinerja Usaha
Kinerja suatu usaha bergantung pada lingkungan karena usaha akan berjalan
jika terdapat permintaan terhadap barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan.
Kinerja dapat dibentuk secara langsung oleh lingkungan di luar usaha (Delmar
1996). Lingkungan ekonomi dan non-ekonomi termasuk lingkungan di luar usaha
yang dapat mempengaruhi daya hidup usaha sehingga lingkungan ekonomi dan
non-ekonomi dapat dilihat pengaruhnya secara langsung terhadap kinerja usaha.
Tekait dengan lingkungan ekonomi, Wilkinson (Munizu 2002) menyatakan
bahwa usaha kecil dan mikro akan tumbuh jika lingkungan makroekonomi dikelola
dengan baik, stabil dan dapat diprediksi. Dalam melihat pengaruh lingkungan
ekonomi terhadap kinerja usaha UMKM dan kinerja usahatani, Padi (2005), Sapar
et al. (2006) dan Puspitasari (2013) memasukkan ketersediaan bahan input sebagai
8 ariab eksternal aspek ekonomi. Handayani (2013) menggunakan lingkungan
ekonomi yang terdiri dari turunnya nilai kurs mata uang, tingkat suku bunga,
pertumbuhan ekonomi, dan daya beli masyarakat. Sedangkan Ariesa (2013)
menggunakan lingkungan ekonomi yang terdiri dari harga input output, akses
modal, struktur pasar, inovasi produk olahan dan peranan asosiasi. Berdasarkan
hasil penelitian-penelitian tersebut, lingkungan ekonomi berpengaruh nyata positif
terhadap kinerja usaha.
9
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa lingkungan ekonomi dapat dilihat
pengaruhnya terhadap kinerja usaha secara langsung. Oleh karena itu, penelitian ini
juga akan melihat pengaruh lingkungan ekonomi, khususnya yang terkait dengan
harga input, harga output, ketersediaan input, dan daya beli masyarakat, terhadap
kinerja usaha tahu. Adapun pengaruh lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha
tahu akan dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling seperti penelitian
Munizu (2010) dan Sumantri (2008).
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha
Usaha keluarga adalah sebuah usaha dimana anggota keluarga memiliki
keterlibatan dalam kepemilikan dan manajemen (Handler 1994).Sebuah usaha
dengan banyak keterlibatan keluarga harus memiliki minimal satu anggota keluarga
dalam sebuah posisi manajemen dan multigenerasi yang bekerja dalam perusahaan
(Shanker dan Astrachan 1996). Chua et al. (1999) mendefinisikan usaha keluarga
sebagai sebuah usaha yang dikelola dengan tujuan untuk membentuk dan meraih
visi usaha yang diselenggarakan oleh sebuah koalisi dominan yang dikontrol oleh
anggota dari keluarga yang sama atau sejumlah kecil dari keluarga yang berpotensi
berlanjut melintasi generasi.
Berdasarkan analisis mendalam berbagai definisi tentang usaha keluarga,
terdapat tiga dimensi penting dari pengaruh keluarga, yaitu kekuatan, pengalaman
dan budaya (Astrachan et al. 2002). Tiga dimensi tersebut merupakan bagian dari
F-PEC (Family-Power Experience Culture), yaitu sebuah pengukuran dari
pengaruh keluarga yang menyediakan sebuah ukuran keseluruhan dari pengaruh
keluarga. F-PEC memungkinkan untuk membedakan tingkat keterlibatan keluarga
dan dampaknya terhadap kinerja usaha.
Dimensi yang pertama adalah kekuatan. Kekuatan dari pengaruh keluarga
menilai derajat pengaruh keseluruhan yang berada di tangan anggota keluarga yakni
melalui kepemilikan, pengawasan dan partisipasi manajemen. Kekuatan mengacu
pada dominasi dalam hal aset/keuangan, kepemimpinan, pengawasan serta
pengaturan melalui manajemen yang dijalankan oleh anggota keluarga.
Kepemilikan, pengawasan dan partisipasi manajemen dipadukan menjadi sebuah
definisi dimana tingkat pengaruh satu sama lain dapat menyeimbangkan
kekurangan yang ada pada salah satu unsur dari tiga unsur tersebut. Misalkan jika
terjadi kekurangan dalam kepemilikan akibat dari keluarga tidak memiliki 9aria
dan/atau modal penuh pada usaha, maka kekurangan dalam kepemilikan tersebut
dapat diimbangi oleh pengaruh dari pengawasan atau partisipasi manajemen.
Sedangkan pengaruh keluarga melalui pengawasan dan manajemen dapat diukur
sebagai keberadaan keluarga yang menjadi pelaku pengawasan dan manajemen.
Dimensi yang kedua adalah pengalaman. Pengalaman 9aria pada generasi
yang aktif terlibat dalam usaha keluarga, baik dalam kepemilikan, pengawasan
10
maupun manajemen. Sebuah perusahaan dapat dilihat sebagai sebuah usaha
keluarga ketika telah terjadi transfer atau pewarisan ke generasi selanjutnya (Heck
et al. 1999). Pengalaman mengacu pada jumlah pengalaman yang keluarga bawa
ke dalam usaha dan dijalankan oleh lintas generasi pada manajemen, pengawasan
dan kepemilikan usaha sehingga dapat dilihat pada generasi yang sedang
menjalankan kepemilikan, manajemen dan pengawasan. Selain itu, pengalaman
juga dibangun dari jumlah anggota keluarga yang berkontribusi dan berasosiasi
aktif dengan usaha karena akan menambah atau memperbanyak pengalaman yang
dimiliki oleh usaha keluarga.
Dimensi yang ketiga adalah budaya. Budaya melihat keselarasan antara
nilai keluarga dengan nilai usaha serta komitmen keluarga terhadap usaha. Nilai
usaha dibentuk oleh apa yang dianggap penting oleh keluarga, sehingga nilai
keluarga adalah dasar bagi pengembangan nilai pada usaha. Apa yang dipegang
teguh dan diaplikasikan dalam keluarga akan diaplikasikan juga dalam usaha
keluarga. Komitmen usaha keluarga merupakan perilaku pengabdian anggota
keluarga terhadap usaha keluarga. Komitmen usaha keluarga dapat dilihat pada tiga
hal, yaitu keinginan menjalin hubungan dengan usaha, kepercayaan dan dukungan
terhadap tujuan dan rencana usaha, serta kesediaan untuk berkontribusi terhadap
usaha.
Pengaruh keluarga F-PEC telah divalidasi oleh Klein et al. (2005) sebagai
sebuah lensa teoritikal untuk menguji bagaimana pengaruh keluarga mempengaruhi
kinerja perusahaan. Hal ini juga didukung oleh Cliff dan Jennings (2005) yang
memaparkan pengaruh keluarga sebagai sebuah 10 ariable independen, dimana
dapat digunakan untuk menjelaskan hubungannya dengan beberapa hal seperti
keberhasilan dan hasil (kinerja), kesediaan generasi selanjutnya untuk bergabung
dengan perusahaan, berbagai strategi yang dikejar oleh perusahaan serta derajat
profesionalisme dalam perusahaan. Adapun F-PEC secara lengkap dapat dilihat
pada Gambar 1.
F-PEC
Kekuatan
Kekuatan melalui
kepemilikan
Kekuatan melalui
manajemen
Pengalaman
Generasi dalam
kepemilikan
Generasi dalam
manajemen
Budaya
Keselarasan antara
nilai keluarga dan nilai
usaha
Komitmen usaha
keluarga
Generasi dalam
pengawasan
Kekuatan melalui
pengawasan
Jumlah anggota
keluarga yang teribat
Gambar 1 Family-Power Experience Culture (F-PEC)
Sumber: Astrachan et al. (2002)
11
Kinerja adalah hasil kerja individu maupun perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan, yaitu dalam bentuk profitabilitas dan kesejahteraan (Baye 2010).
Penilaian kinerja sangat penting sebab selain digunakan sebagai ukuran
keberhasilan, hal ini juga dapat menjadi masukan untuk perbaikan atau peningkatan
kinerja suatau organisasi (Riyanti 2003). Kinerja usaha dapat dilihat dari adanya
keberlangsungan dan pertumbuhan usaha, penambahan tenaga kerja, peningkatan
keuntungan dan pendapatan (Praag 2008). Sedangkan menurut Day (1988) kinerja
usaha meliputi kepuasan yang terkait dengan semakin banyak pihak merasa
terpuaskan oleh keberadaan perusahaan, loyalitas yang menyangkut kesetiaan
pelanggan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, pangsa pasar yang
dikaitkan dengan kemampuan memperluas pangsa pasar, dan peningkatan
pendapatan yang ditandai dengan adanya peningkatan profit yang signifikan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dimensi-dimensi pengaruh keluarga
berdasarkan F-PEC, yang terdiri dari kekuatan, pengalaman, dan budaya, dapat
menjadi 11 ariable yang mendahului atau yang mempengaruhi kinerja usaha
keluarga. Adapun hal ini didukung pula oleh Astrachan dan Zellweger (2008) yang
memberikan pemahaman mengenai bagaimana pengaruh keluarga mempengaruhi
kinerja usaha keluarga yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Kekuatan
- Kekuatan melalui kepemilikan
- Kekuatan melalui manajemen
- Kekuatan melalui pengawasan
Pengalaman
- Generasi berkontribusi dalam kepemilikan
- Generasi berkontribusi dalam manajemen
- Generasi berkontribusi dalam pengawasan
- Jumlah anggota keluarga yang terlibat
Kinerja usaha
keluarga
Budaya
- Keselarasan antara nilai keluarga dan usaha
- Komitmen usaha keluarga
Gambar 2 Dimensi-dimensi dari F-PEC sebagai 11ariable yang
mendahului kinerja (sesuai dengan Astrachan et al. 2002)
Sumber: Astrachan dan Zellweger (2008)
Pengaruh Lingkungan Ekonomi terhadap Kinerja Usaha
Lingkungan merupakan faktor yang berada di luar usaha dan dapat
mempengaruhi keberadaaan usaha. Delmar (1996) menunjukkan bahwa faktor
lingkungan dapat berpengaruh langsung ke kinerja usaha. Hal ini didukung oleh
Kuratko dan Hodgetts (2004) yang menunjukkan bahwa lingkungan menjadi salah
satu dimensi yang dapat memengaruhi kinerja secara langsung.
12
Faktor Lingkungan
Kinerja Usaha
Gambar 3 Pengaruh faktor lingkungan terhadap kinerja usaha
Sumber: di adopsi dari Delmar (1996)
Lingkungan terdiri dari lingkungan internal dan eksternal dimana
lingkungan ekonomi dan non-ekonomi termasuk ke dalam lingkungan eksternal
jauh yang dapat memengaruhi daya hidup usaha (Porter 1980, Siagian 2008 dan
Suryana 2009). Menurut Kumar et al. (2003), faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan usaha dibagi menjadi dua kategori, yaitu kondis