Analisis kelayakan pengembangan usaha ikan hias air tawar Iwan Wahana Fish Farm Kota Bekasi

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN

HIAS AIR TAWAR IWAN WAHANA FISH FARM

KOTA BEKASI

GALIH TRISTIANNI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(2)

(3)

PERNYATAAN

MENGENAI

SKRIPSI

DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar Iwan Wahana Fish Farm Kota Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

Galih Tristianni


(4)

ABSTRAK

GALIH TRISTIANNI. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar Iwan Wahana Fish Farm Kota Bekasi. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Budi Purwanto, ME

Ikan hias merupakan salah satu komoditas andalan baru yang masih memerlukan upaya pengembangan yang lebih intensif di Indonesia.. Iwan Wahana Fish Farm sebagai badan usaha yang bergerak pada bidang usaha budidaya ikan hias air tawar belum mampu memenuhi permintaan terhadapnya yang setiap tahun semakin meningkat, sehingga akan dilakukan pengembangan untuk memperluas skala usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan pengembangan usaha ikan hias air tawar Iwan Wahana Fish Farm di Kota Bekasi berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, dan aspek finansial. Alat analisis yang digunakan adalah analisis TOWS, metode EOQ, NPV, Net B/C, IRR, Payback Period, dan analisis Sensitivitas Switching Value dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Office Excel. Hasilnya, aspek pasar dan aspek teknis pengembangan usaha dinyatakan layak untuk dijalankan. Pada aspek finansial pengembangan usaha pada Iwan Wahana Fish Farm layak untuk dijalankan dengan nilai NPV sebesar Rp 377 989 000 ; Net B/C sebesar 2.29 ; IRR sebesar 46% serta Payback Period selama 1.5 tahun. Hasil perhitungan analisis sensitivitas switching value didapatkan perubahan maksimal penurunan tingkat ketahanan hidup ikan hias air tawar sebesar 48.98%, perubahan maksimal penurunan permintaan pasar sebesar 24.82%, dan perubahan maksimal untuk peningkatan biaya bahan baku adalah sebesar 51.55%.

Kata kunci: analisis kelayakan usaha, ikan hias air tawar.

ABSTRACT

GALIH TRISTIANNI. Feasibility Analysis Business Development of Ornamental Fish in Iwan Wahana Fish Farm Bekasi. Supervised by Dr. Ir. Budi Purwanto, ME Ornamental fish is one of the new commodity that still require more intensive development efforts in Indonesia. Iwan Wahana Fish Farm as a business entity engaged in the field of cultivation of freshwater ornamental fish have not been able to meet the demand against the increasing every year, so it will be done to expand the scale of business development. The purpose of this research is to analyze the feasibility of the development of freshwater ornamental fish Iwan Wahana Fish Farm in Bekasi based on market aspects, technical aspects, and financial aspects. The analysis tool used are the TOWS analysis, EOQ method, NPV, Net B / C, IRR, Payback Period, and Switching Value Sensitivity analysis supported by Microsoft Office Excel software. As a result, market aspects and technical aspects of business development declared eligible to run. On the financial aspects of business development at Iwan WahanaFish Farm feasible with NPV of Rp 377 989 000; Net B / C of 2.29; IRR of 46% and payback period for 1.5 years. The results of the sensitivity analysis calculation of switching values obtained maximum changes decrease the survival rate of freshwater ornamental fish by 48.98%, the maximum change in market demand decline of 24.82%, and the maximum change for the increase in raw material costs amounted to 51.55%. Keywords: feasibility analysis, freshwater ornamental fish


(5)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN

HIAS AIR TAWAR IWAN WAHANA FISH FARM

KOTA BEKASI

GALIH TRISTIANNI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(6)

(7)

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 sampai April 2015 ini ialah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar Iwan Wahana Fish Farm Kota Bekasi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Budi Purwanto selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan dan inspirasinya. Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Irawan sebagai pemilik usaha Iwan Wahana Fish Farm yang telah bersedia menizinkan Peneliti melakukan penelitian di tempat usahanya. Di samping itu, ungkapan terima kasih disampaikan kepada Bapak, Ibu, dan Kakak penulis atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh keluarga, teman-teman, dosen, dan staff Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor atas segala doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Studi Kelayakan Bisnis 4

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis 4

Penelitian Terdahulu 7

METODE 9

Kerangka Pemikiran 9

Lokasi dan Waktu Penelitian 11

Jenis dan Sumber Data 11

Pengolahan dan Analisis Data 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Gambaran Umum Iwan Wahana Fish Farm 14

Aspek Pasar 15

Aspek Teknis 19

Aspek Keuangan 21

Implikasi Manajerial 24

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 29


(10)

DAFTAR TABEL

1 Produksi perikanan darat Kota Bekasi 2

2 Jumlah produksi dan permintaan 2

3 Penelitian terdahulu 7

4 Kriteria kelayakan investasi 23

5 Sensitivitas dengan switching value 24

DAFTAR GAMBAR

1 Nilai perdagangan produk perikanan non-konsumsi Indonesia 1

2 Kerangka pemikiran 10

3 Struktur organisasi Iwan Wahana Fish Farm 15

4 Ikan discus 15

5 Ikan patin albino 15

6 Analisis SWOT Iwan Wahana Fish Farm 17

7 Alur budidaya ikan discus dan ikan patin albino 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Keadaan dan data umum perusahaan 29

2 Asumsi penelitian 30

3 Rencana fisik pengembangan usaha ikan hias air tawar Iwan Wahana

Fish Farm 31

4 Daftar harga barang untuk pengembangan usaha ikan hias air tawar 32 5 Perhitungan rencana anggaran biaya pengembangan usaha ikan hias air

tawar 33

6 Perhitungan biaya penyusutan aset 35

7 Penetapan aspek permodalan dan penerimaan 36

8 Bunga bank dan pengembalian pinjaman pokok 37

9 Rekapitulasi biaya operasional 38

10 Perhitungan cash flow, net present value (NPV) dan payback period 39

11 Perhitungan IRR dan Net B/C 40

12 Perhitungan break even point (BEP) 41

13 Perhitungan biaya pokok produksi 42

14 Perhitungan sensitivitas (switching value) 42

15 Perhitungan metode EOQ per tahun 43


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki potensi sumberdaya ikan yang besar. Salah satunya adalah ikan hias, baik ikan hias air tawar maupun laut. Potensi kekayaan ikan hias yang berlimpah dan kondisi alam yang mendukung ini membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor non migas, khususnya komoditas ikan hias.

Gambar 1 Nilai perdagangan produk perikanan non-konsumsi Indonesia Sumber : Direktorat Pengembangan Produk Nonkonsumsi, KKP Pada gambar 1 terjadi peningkatan nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi, dengan capaian pada tahun 2011 adalah 565 milyar rupiah dari target sebesar 350 milyar rupiah (161.43 %) dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 1.4 trilyun rupiah dari target sebesar 1 trilyun rupiah, sementara capaian pada tahun 2013 adalah 1,789 trilyun rupiah dari target 1.5 trilyun rupiah. Dari 17 komoditas yang ditangani oleh Direktorat Pengembangan Produk Nonkonsumsi, Ditjen P2HP nilai perdagangan produk nonkonsumsi terbesar pada tahun 2012 adalah ikan hias sebesar Rp. 815.4 milyar rupiah atau sekitar 58%. Hal ini menunjukkan perkembangan yang cukup pesat dan memiliki prospek yang menjanjikan terjadi pada sektor perikanan nonkonsumsi termasuk komoditas ikan hias di Indonesia.

Ikan hias merupakan salah satu komoditas andalan baru yang masih memerlukan upaya pengembangan yang lebih intensif di Indonesia, mengingat pasar internasional yang prospektif dan potensi sumber daya yang melimpah. Dari sisi pasokan, menurut data Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi budidaya ikan hias pada tahun 2012 mencapai 938 juta ekor. Pada tahun 2013, dari target produksi sebesar 1.1 miliar ekor, sampai dengan bulan Desember 2013 tercapai 1.04 miliar ekor atau 94.26 %. Dari

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800

2011 2012 2013

NIL

AI

P

E

RDAG

ANG

AN

(m

ily

a

r

)

TAHUN

Target Realisasi


(12)

2

sisi permintaan, pemasaran ikan hias Indonesia didominasi untuk pasar luar negeri atau ekspor. Berdasarkan data dari United Nation Commodity Trade Statistics Database, nilai ekspor ikan hias Indonesia pada tahun 2012 meningkat sebesar US$21.015 juta, atau 8.12% dari total nilai ekspor ikan hias di dunia yang mencapai US$258.8 juta, sehingga Indonesia menempati posisi kelima di bawah Singapura, Spanyol, Jepang, dan Malaysia.

Dinas Perekonomian Rakyat mengatakan, Kota Bekasi merupakan eksportir ikan hias terbesar di Indonesia, saat ini ada 20 eksportir dan 500 pembudidaya ikan hias air tawar. Namun, dari total 500 pembudidaya ikan hias air tawar tersebut hanya mampu memasok 5 hingga 10 juta ekor ikan hias dalam satu bulan. Jumlah ini masih sangat jauh dari kebutuhan pasar luar negeri.

Pembudidaya ikan hias air tawar Kota Bekasi mengakui belum siap menghadapi perdagangan bebas dalam implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) karena kesulitan permodalan dari perbankan. Selama ini, modal yang didapat oleh petani budidaya ikan hias air tawar berasal dari koperasi petani ikan hias. Lembaga perbankan beralasan tidak mau menanggung risiko dalam bisnis pembudidayaan ikan hias yang berkategori makhluk hidup.

Ikan hias air tawar di Kota Bekasi memiliki potensi untuk dikembangkan. Dapat dilihat dari segi produksi budidaya ikan hias air tawar pada tahun 2012 hingga tahun 2013 terjadi peningkatan dari 233 292 000 ekor menjadi 273 000 000 ekor.

Tabel 1 Produksi perikanan darat Kota Bekasi

Keterangan 2012 2013

Perikanan Darat 1 154.20 1 164.40

Kolam / Tambak (Ton) 1 124.05 1 135.90

Sawah (Ton) - -

Perairan Umum(Ton) 30.15 28.50 Budidaya Ikan Hias Air Tawar(000 Ekor) 233 292 273 000 Sumber : Dinas Perekonomian Rakyat Kota Bekasi (2014)

Kota Bekasi sebagai kontributor nilai ekspor ikan hias Indonesia memberikan peluang bagi Indonesia untuk menjadi pengekspor ikan hias terbesar di dunia. Salah satu badan usaha ikan hias air tawar di Kota Bekasi adalah Iwan Wahana Fish Farm yang memiliki mitra kurang lebih 25 pembudidaya yang tersebar di Kota Bekasi. Jenis ikan hias yang diproduksi adalah Discus (Symphysodon discus) dan Patin Albino (Pangasius sutchi).

Tabel 2 Jumlah produksi dan permintaan

Tahun Produksi (Ekor) Permintaan (Ekor)

Discus Patin Discus Patin

2012 280 750 000 500 1 000 000

2013 335 890 000 650 1 200 000

2014 314 850 000 900 1 400 000

Sumber : Data produksi Iwan Wahana Fish Farm (2014)

Usaha Iwan Wahana Fish Farm sudah berjalan selama 5 tahun. Seiring berjalannya waktu permintaan ikan hias air tawar terhadap Iwan Wahana Fish Farm terus meningkat, namun jumlah produksinya belum mampu memenuhi semua permintaan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui kelayakan


(13)

3 usaha Iwan Wahana Fish Farm jika dilakukan pengembangan kapasitas jumlah produksi.

Perumusan Masalah

Dalam menjalankan usaha diperlukan suatu perencanaan yang matang agar pemilik usaha mengetahui usaha yang dijalankan layak atau tidak untuk dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan menganalisis kelayakan usaha dari usaha tersebut. Ikan hias air tawar memiliki daya tarik sendiri dengan beragam corak dan warnanya, sehingga banyak diminati oleh masyarakat dan mulai diperdagangkan sebagai komoditas hidup. Kota Bekasi sebagai salah satu kota yang berkontribusi terhadap nilai ekspor ikan hias Indonesia masih perlu mengembangkan kemampuan para petani ikan hias air tawar untuk memproduksi ikan hias dengan kualitas yang terstandar. Potensi pasar ekspor ikan hias yang besar menjadikan hal tersebut peluang bagi petani ikan hias di Kota Bekasi untuk menjadi penghasil dan pengekspor ikan hias. Iwan Wahana Fish Farm sebagai badan usaha yang memiliki mitra kurang lebih 25 pembudidaya yang tersebar di Kota Bekasi kesulitan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat terhadapnya, maka akan dilakukan upaya untuk memperluas skala usaha dengan kembali berinvestasi lahan untuk tempat usaha. Dengan adanya studi kelayakan usaha maka akan dikaji aspek-aspek non keuangan, keuangan dan analisis sensitivitasnya. Oleh karena itu muncul permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut: (1) Bagaimana kelayakan pengembangan usaha ikan hias air tawar Iwan Wahana Fish Farm Kota Bekasi, jika dilihat dari aspek pasar, aspek teknis dan aspek finansial?; (2) Bagaimana tingkat kepekaan atau sensitivitas pada usaha ikan hias air tawar Iwan Wahana Fish Farm Kota Bekasi terhadap penurunan ketahanan hidup ikan, penurunan permintaan dan kenaikan harga pakan?.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut : (1) menganalisis kelayakan pengembangan usaha ikan hias air tawar Iwan Wahana Fish Farm di Kota Bekasi berdasarkan aspek pasar, aspek teknis dan aspek finansial; (2) menganalisis tingkat kepekaan pada usaha ikan hias air tawar.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat berguna untuk perkembangan usaha ikan hias air tawar di Iwan Wahana Fish Farm. Dengan dilakukan analisa kelayakan bisnis pada aspek finansial dapat menghindari kerugian dengan memperkirakan kemungkinan untung rugi sebuah usaha di masa yang akan datang, sedangkan pada aspek teknis dapat memaksimalkan produksi dan mengefisiensikan penggunaan sarana produksi dan meminimalisir tingkat kerugian, serta pada aspek


(14)

4

pasar dapat meningkatkan pendapatan usaha dengan memenangkan persaingan pasar.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada kelayakan pengembangan usaha ikan hias air tawar di Kota Bekasi dilihat dari aspek non finansial seperti aspek pasar dan aspek teknis, serta aspek finansial. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Iwan Wahana Fish Farm di Kota Bekasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Umar (2003), mengemukakan Studi kelayakan bisnis atau usaha merupakan penelitian terhadap rencana bisnis atau usaha yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan misalnya peluncuran produk baru.

Menurut Husnan (1997), hasil studi kelayakan bisnis pada prinsipnya dapat digunakan antara lain :

1. Untuk merintis usaha baru, misalnya untuk membuka toko, membangun pabrik membuka usaha dagang dan lain sebagainya.

2. Untuk mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menambah kapasitas pabrik, untuk memperluas skala usaha, untuk mengganti peralatan atau mesin, untuk menambah mesin baru, untuk memperluas cakupan usaha, dan lain sebagainya.

3. Untuk memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling mengutungkan, mislanya pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau asemblasi, proyek A atau B, dan lain sebagainya.

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Aspek Pasar dan Pemasaran

Menurut Johan (2011), semua bisnis pasti akan memerlukan sebuah pasar, kalau pasar tidak besar atau pasar mengalami penurunan, maka usaha yang akan dijalankan dipastikan akan mengalami hambatan untuk berhasil. Pasar adalah dimana permintaan ada dan penawaran hadir untuk memenuhinya. Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Penawaran diartikan sebagai kuantitas barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran :

1. Harga barang-barang lain. Pada permintaan barang, ada yang saling bersaing (jika merupakan barang pengganti) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.


(15)

5

2. Biaya faktor produksi.

3. Tujuan perusahaan. Jika tujuan perusahaan adalah memaksimumkan keuntungan, dapat saja ia tidak berusaha menggunakan kapasitas produksinya secara maksimal, tetapi pada tingkat kapasitas yang memaksimumkan keuntungannya.

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Berbagai kemungkinan ini dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, diantaranya :

a. Product (produk) adalah barang atau jasa yang dapat diperjual belikan. Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Dalam tingkat pengecer, produk sering disebut sebagai merchandise. Dalam manufaktur, produk dibeli dalam bentuk barang mentah dan dijual sebagai barang jadi. Produk yang berupa barang mentah seperti metal atau hasil pertanian sering pula disebut sebagai komoditas.

b. Price (harga) adalah suatu nilai tukar yang bisa di samakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

c. Place (tempat, termasuk juga distribusi) adalah yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran.

d. Promotion (promosi) adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan

produk atau jasa pada dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan.

Aspek Teknik dan Teknologi

Umar (2009) Manajemen operasional adalah suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan dan pengawasan terhadap operasi perusahaan. Ada tiga masalah pokok yang dihadapi perusahaan yaitu masalah penentuan posisi perusahaan, masalah desain dan masalah operasional.

Model economic order quantity merupakan model matematik yang menentukan jumlah barang yang harus dipesan untuk memenuhi permintaan yang diproyeksikan, dengan biaya persediaan yang diminamalkan (Siegel dan Shim 1999 dalam Fahmi et al. 2009)

Aspek Finansial

Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal) dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masing sumber dana yang dipakai dalam investasi. Aspek finansial merupakan suatu gambaran yang bertujuan untuk menilai kelayakan suatu usaha untuk dijalankan atau tidak dijalankan dengan melihat dari beberapa indikator yaitu keuntungan, R/C Ratio, Break Event Point (BEP) dan Payback Period (PP) yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Keuntungan suatu perusahaan didapatkan dari hasil penjualan produk setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi produk tersebut. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan dari usaha yang dilakukan dan semakin besar keuntungan maka semakin bagus.


(16)

6

2. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio), bertujuan untuk melihat seberapa jauh biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha yang dilakukan dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya.

3. Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa lama modal yang telah ditanamkan bias kembali dalam satuan waktu.

4. BEP (Break Event Point) analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampai batas mana usaha yang dilakukan bias memberikan keuntungan atau pada tingkat tidak rugi dan tidak untung. Estimasi ini digunakan dalam kaitannya antara pendapatan dan biaya.

Analisis Kriteria Investasi

Menurut Umar (2009) studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu menganalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Beberapa criteria investasi yang digunakan untuk menentukan diterima atau tidaknya sesuatu usulan usaha sebagai berikut :

1. Net Present Value (NPV) merupakan ukuran yang digunakan untuk mendapatkan

hasil neto (net benefit) secara maksimal yang dapat dicapai dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yag diperoleh selama umur ekonomi proyek. Proyek dinyatakan layak dilaksanakan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih besar atau sama dengan satu, dan merugi dan tidak layak dilakukan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih kecildari satu.

2. Net Benefit/ Cost Ratio, perbandingan antara present value dari net benefit positif dengan present value dari net benefit negative. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya keuntungan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek.

3. IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat suku bunga yag dapat membuat besarnya nilai NPV dari suatu usaha sama dengan nol (0) atau yang dapat membuat nilai Net B/C Ratio sama dengan satu dalam jangka waktu tertentu.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian yang peka memerlukan pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin hasil yang diharapkan akan lebih menguntungkan perekonomian. Membantu menemukan variabel (unsur) input atau output yang sangat berpengaruh dalam proyek sehingga dapat menentukan hasil usaha dan juga dapat membantu mengarahkan perhatian orang pada unsur input atau output yang penting untuk memperbaiki perkiraan dan memperkecil bidang ketidakpastian.


(17)

7

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan studi literatur dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Penelitian terdahulu

Peneliti (Tahun) Judul Alat analisis Hasil Rohmawati

(2010)

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar Pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor.

NPV, Net B/C, IRR, Payback Period, Sensitivitas.

Hasil Perhitungan aspek finansial pada usaha ikan hias air tawar rencana pengembangan dengan lahan 800 m2 menunjukan bahwa perhitungan nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 2.039.639.749,00, nilai Net B/C diperoleh sebesar 4,08, nilai IRR sebesar 60 persen, payback period sebesar 2,03, nilai manfaat bersih yang diperoleh sebesar Rp 434.591.902,00. Hasil perhitungan analisis sensitivitas usaha rencana pekembangan lahan 800 m2 terhadap penuruanan harga penjualan menunjukkan usaha ini masih tetap layak untuk dilanjutkan. Penurunan harga jual ikan hias sebesar 20 persen per tahun menghasilkan NPV Rp 1.125.203.260,00 ; Net B/C sebesar 2,43 dan IRR sebesar 34 persen. sedangkan penurunan sebesar 30 persen, menghasilkan NPV sebesar 667.985.016,00; Net B/C sebesar 1,79 dan IRR sebesar 24 persen.

Imandaya (2010) Analisis Pengembangan Usaha Server Pulsa Elektronik (Kasus Pada CV Satria Gemilang, Serang, Banten)

NPV, Net B/C, IRR, Payback Period.

Aspek pasar dan pemasaran bisnis pulsa elektronik yang dijalankan perusahaan memiliki pangsa pasar yang luas, disamping aspek pasar dan teknologi telah mendukung usaha yang dijalankan perusahaan, aspek manajemen telah memiliki struktur organisasi yang jelas, aspek sosial dengan membuka lapangan pekerjaan baru untuk mengurangi pengangguran, aspek finansial menunjukkan NPV Rp 187.963.211, IRR 39,71%, Net B/C 2,24 dan

Payback Period 1,34 tahun, maka usaha layak dijalankan dan dapat dikembangkan. Sedangkan dari hasil analisis sensitivitas didapatkan bahwa harga beli dan harga jual pulsa merupakan faktor yang sangat mempengaruhi usaha server pulsa yang dijalankan. Sedangkan transaksi penjualan tidak terlalu mempengaruhi usaha yang dijalankan.


(18)

8

Peneliti (Tahun) Judul Alat analisis Hasil Setiawan (2010) Analisis Studi

Kelayakan Bisnis Warung Internet (Warnet) Studi Kasus pada Warnet “Yo Net”, Cibinong, Kabupaten Bogor.

NPV, Net B/C, IRR, Payback Period.

Hasil analisis kelayakan pada aspek teknik dan teknologi dan aspek maanjemen dan operasional menunjukkan bahwa usaha warnet ini layak untuk dijalankan. Sedangkan hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa usaha yang

dijalankan Warnet “Yo Net” telah

memenuhi persyaratan sebagai usaha yang layak dijalankan dan dapat dikembangkan untuk ke depan. Hal ini terlihat dari nilai NPV yang bernilai positif Rp 12.823.954, nilai Net B/C lebih besar dari 1, yaitu 1,29, nilai IRR 34,66 persen yang artinya leih besar dari tingkat diskon rate 16 persen dan masa pengembalian modal (PP) yang lebih cepat dari umur proyek yaitu 18 bulan 6 hari.

Nurcahyo (2011) Analisis

Kelayakan Bisnis (Studi Kasus di PT Pemuda Mandiri

Sejahtera).

NPV, Net B/C, IRR, Payback Period.

Berdasarkan analisa finansial yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Dari perhitungan rugi laba, setiap tahun usaha ini akan menghasilkan keuntungan terus meningkat. b. Dari perhitungan periode pengembalian ( pay back period) dan MARR yang ditentukan (7,5% dan 10 %), dapat diketahui bahwa periode pengembalian dari usaha ini terbilang cepat yaitu 7 bulan 21 hari dan 1 tahun 1 bulan 5 hari. c. Dari hasil perhitungan parameter kelayakan menunjukkan hasil sebagai berikut : NPV> 0 ; IRR>MARR ; BCR>O Dengan demikian dan segi finansial, rencana usaha ini layak untuk diimplementasikan. 4. Berdasarkan hasil analisa sensitivitas, bisnis ini ternyata cukup sensitive dan relatif cukup baik walaupun masih banyak perubahan-perubahan yang terjadi, yang dapat mempengaruhi perubahan terhadap perusahaan.


(19)

9 Peneliti (Tahun) Judul Alat analisis Hasil

Sudomo (2011) Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha

Peternakan Sapi Potong di Jalur Lintas Selatab (JLS)

Banyuwangi.

NPV, Net B/C, IRR, Payback Period,

Sensitivitas, FFA (Force Field Analysis)

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (i) Usaha peternakan sapi potong di JLS Banyuwangi memberikan keuntungan, (ii) Secara finansial usaha peternakan sapi potong di JLS Banyuwangi layak untuk diusahakan pada tingkat suku bunga 13%, (iii) Sensitivitas kenaikan harga input 5% sampai dengan 10% berdampak kurang nyata terhadap kelayakan finansial peternakan sapi potong, namun perubahan harga bahan operasional (bibit, obat dan pakan) paling sensitif mempengaruhi kelayakan usaha penggemukan sapi, (iv) Pengembangan peternakan sapi potong di JLS Kabupaten Banyuwangi bersifat mendorong (positif), dimana faktor pendorong lebih dominan dibanding dengan faktor penghambat, dan (v) Aktivitas dan investasi yang dapat dilakukan dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong adalah pembentukan jaringan kerjasama, pengadaan dan penyaluran saprodi, pembentukan dan pengembangan Forum Agribisnis, pembentukan dan pengembangan Klinik Agribisnis, pembentukan dan pengembangan Sub Terminal Agribisnis, perbaikan sarana dan prasarana penunjang, dan dukungan peran pemerintah.

Penelitian yang tertera pada Tabel 3 menjadi referensi bagi penulis dalam menganalisis kelayakan pengembangan usaha ikan hias air tawar Iwan Wahana Fish Farm.

METODE

Kerangka Pemikiran

Usaha ikan hias air tawar Kota Bekasi memiliki potensi untuk berkembang dan berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi. Iwan Wahana Fish Farm sebagai salah satu badan usaha yang bergerak dibidang usaha ikan hias air tawar ini setiap tahunnya memiliki permintaan yang melebihi kapasitas produksi usahanya. Selama ini, untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar, Iwan Wahana Fish Farm mengandalkan mitra pembudidaya ikan hias air tawar yang dimilikinya, sehingga diperlukan perluasan skala usaha jangka panjang agar mampu memenuhi permintaan dengan kemampuan sendiri.


(20)

10

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif adalah menganalisis kelayakan usaha dilihat dari aspek pasar dan aspek teknis. Metode analisis secara kuantitatif dilakukan pada aspek teknis dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity) dan pada aspek finansial dengan cara menghitung kelayakan usaha ini. Dalam aspek finansial akan dilakukan perhitungan Net Present Value (NPV), Interest Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost, Payback Period (PP), dan analisis sensitivitas dengan menggunakan Switching Value. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Excel. Kerangka penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka pemikiran

Pengembangan Usaha

Evaluasi Evaluasi

Tidak Layak Layak Layak Tidak Layak Aspek

Keuangan Aspek Non

Keuangan

Aspek Pasar 1. Potensi Pasar 2. Strategi Pemasaran Aspek Teknis

1. Proses

2. Persediaan bahan baku

Aspek Finansial 1. NPV 2. Net B/C 3. IRR

4. Payback Period 5. Analisis Sensitivitas Iwan Wahana

Fish Farm

Kelayakan Usaha


(21)

11

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Iwan Wahana Fish Farm yang menjalankan usaha ikan hias air tawar, berada di Kota Bekasi, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2015.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan dengan pemilik usaha, dan petani budidaya ikan hias air tawar. Data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, artikel, skripsi yang relevan dengan penelitian ini dan internet.

Pengolahan dan Analisis Data Aspek Pemasaran

Pada pengkajian terhadap aspek pemasaran akan dianalisis permintaan, penawaran, harga, peluang pasar, program pemasaran dan juga kebijakan bauran pemasaran, serta mencari alternatif strategi pemasaran dengan analisis strategi TOWS.

Aspek Teknis

Aspek teknis dalam hal ini akan dilakukan pengkajian mengenai proses pembenihan ikan hias air tawar, bahan baku utama dan bahan baku penunjang, pemasok, manajemen persediaan bahan baku, dan pemilihan teknologi. Hal-hal yang harus diperhitungkan untuk mengefisiensikan persediaan bahan baku dengan metode EOQ adalah sebagai berikut :

1) Pembelian bahan baku yang ekonomis adalah jumlah bahan baku yang harus dibeli dalam sekali pemesanan secara ekonomis.

Q* = √ � � (1)

Dimana :

Q* = Kuantitas bahan baku yang dibeli secara ekonomis D = Total kebutuhan bahan baku

S = Biaya pemesanan dalam sekali pesan H = Biaya simpan per satuan bahan baku

2) Frekuensi pemesanan bahan baku adalah jumlah pemesanan yang ekonomis untuk dilakukan oleh usaha dalam satu tahun.

F = √�

�∗ (2)

Dimana :

F = Frekuensi pemesanan bahan baku yang ekonomis Q* = Kuantitas bahan baku yang dibeli secara ekonomis D = Total kebutuhan bahan baku


(22)

12

3) Total biaya persediaan adalah total biaya yang dikeluarkan untuk pemesanan dan penyimpanan bahan baku.

(3)

Dimana :

TIC = Total biaya persediaan

Q* = Kuantitas bahan baku yang dibeli secara ekonomis D = Total kebutuhan bahan baku

S = Biaya pemesanan dalam sekali pesan H = Biaya simpan per satuan bahan baku

Aspek Finansial

Sebuah usaha akan dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntunngan layak dan mampu memenuhi kewajiban keuangan. Pada pengkajian aspek keuangan ini akan dilakukan penghitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan pengadaan harta tetap. Analisa finansial adalah suatu analisis yang membandingkan apakah suatu proyek menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad, 2000). Analisis finansial yang berkaitan dengan sumber dana akan diperoleh dan diproyeksikan pengembaliannya dengan tingkat biaya modal dan sumber dana yang bersangkutan. Analisis finansial meliputi :

1) Net Present Value (NPV)

NPV suatu usaha menunjukkan manfaat bersih yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV, perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Bentuk persamaan matematisnya adalah :

NPV = PVB – PVC (4)

Dimana :

NPV = Net Present Value PVB = Present Value of Benefit PVC = Present Value of the Cost

NPV = ∑ At

+it

= – IO (5)

Dengan:

I = Discount rate yang digunakan

At = Arus kas tahunan setelah pajak dalam periode tahunan t t = Jumlah tahun analisa

IO = Jumlah investasi (Initial Outlay)

n = Periode yang terakhir dari arus kas yang diharapkan Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV yaitu :


(23)

13 i. NPV > 0, artinya proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat

dilaksanakan

ii. NPV < 0, artinya proyek tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan

iii. NPV = 0, artinya proyek mampu mengembalikan persisi sebesar modal sosial opportunity cost faktor produksi normal, dengan kata lain proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C Rasio menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net B/C Rasio merupakan angka perbandingan antara present value dari benefit yang positif dengan present value dari benefit yang negative. Bentuk persamaan matematisnya adalah :

Net B/C = ∑��=1� +̅̅̅̅̅̅̅

∑��=1� −̅̅̅̅̅̅̅ (6)

Kriteria investasi berdasarkan NET B/C Rasio adalah : i. Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan ii. Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan

iii. Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi 3) Interest Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan present value (PV) kas keluar yang diharapkan dengan PV kas masuk yang diharapakan atau dapat diartikan sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV = 0. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan. Suatu investasi dikatakan layak, apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Bentuk persamaan matematisnya adalah :

(7)

Dengan ;

I = Discount rate yang digunakan

Bt = Jumlah benefit dalam periode tahun t T = Jumlah tahun analisa

Ct = Jumlah cost dalam periode tahun t

N = Periode yang terakhir dari arus kas yang diharapkan 4) Payback Period (PP)

Tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan usaha yang digunakan untuk mengukur periode waktu pengembalian modal yang digunakan. Semakin cepat modal yang digunakan dapat kembali, maka semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang digunakan akan cepat kembali dan digunakan untuk membiayai


(24)

14

kegiatan lain (Husnan dan Muhammad, 2000). Bentuk persamaan matematisnya adalah :

PP = �

� � � � � �� ℎ (8)

5) Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap analisis proyek, jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat. Variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti atau switching value, merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan harga produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan biaya produksi) yang masih dapat diperbolehkan agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besarnya perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Iwan Wahana Fish Farm

Iwan Wahana Fish Farm berdiri sejak 10 Maret 2010 oleh Bapak Irawan berlokasi di Perum Wahana Permai Blok E2 No 26, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Ikan hias yang dihasilkan yaitu Ikan Discus (Symphysodon discus) dan Ikan Patin Albino (Pangasius sutchi). Usaha ini diawali dari hobi pemilik usaha untuk memelihara dan mengembangbiakkan ikan hias kemudian tercetuslah ide bisnis untuk menjual ikan hias. Dengan modal kerja awal 10 juta rupiah dilengkapi dengan 4 aquarium berukuran 10 cm x 50 cm x 40 cm dan hanya ditangani sendiri oleh Bapak Iwan. Saat ini Iwan Wahana Fish Farm sudah memiliki 2 karyawan untuk membantu membudidayakan ikan hiasnya yang didapat dari perkumpulan komunitas ikan hias, sehingga karyawan yang dimiliki oleh Bapak Iwan mempunyai hasrat di bidang ini. Dalam menjalani usaha budidaya ikan hias Bapak Iwan mengatakan harus memiliki ketertarikan terhadap ikan hias, karena untuk merawat ikan hias sampai panen dibutuhkan kecintaan, kesabaran dan ketelitian. Hasil budidaya ikan hias ini dijual kepada eksportir, komunitas, dan individu.

Struktur Organisasi

Dalam menjalankan usaha ini, Iwan Wahana Fish Farm didukung oleh dua karyawan dimana masing-masing karyawan memiliki tanggung jawab atas satu jenis ikan hias yang dihasilkan. Karyawan tersebut langsung bertanggung jawab kepada pemilik usaha sebagai hirarkhi tertinggi dalam struktur organisasi.


(25)

15

Gambar 3 Struktur organisasi Iwan Wahana Fish Farm

Produk

Iwan Wahana Fish Farm menghasilkan dua jenis ikan hias air tawar, diantaranya Ikan Discus (Symphysodon discus) dan Ikan Patin Albino (Pangasius sutchi).

Menurut Iradewa (2015), Ikan discus (Symphysodon discus) merupakan ikan asal perairan Amazon. Bentuk ikan ini sangat unik karena memiliki tubuh yang ramping, disebut discus karena bentuknya seperti piringan (disc) dengan warna-warni yang atraktif dan cerah. Pembawaan ikan hias air tawar ini sangat tenang serta gerakannya yang lembut ditambah warna-warna cerahnya menjadikan tubuh ikan ini semakin terlihat cantik.

Menurut Mahyuddin (2010), Patin albino (putih kemerahan) umumnya hanya dijadikan sebagai ikan hias karena sosok dan warananya yang indah jika dipajang di dalam aquarium. Selain itu, patin bewarna putih kemerahan (albino) oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai pembawa hoki.

Pemilik Usaha

Irawan

Karyawan 1

Kartono

Karyawan 2

Kristanto

Gambar 4 Ikan discus


(26)

16

Aspek Pasar Permintaan Pasar

Iwan Wahana Fish Farm bergerak dalam usaha pembenihan dan pengembangbiakkan ikan hias air tawar. Produk yang dijual yaitu Ikan Discus (Symphysodon discus) dan Ikan Patin Albino (Pangasius sutchi). Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diketahui bahwa permintaan terhadap ikan hias tidak sesuai dengan tingkat permintaan, permintaan lebih tinggi dari penawaran. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi Iwan Wahana Fish Farm untuk meningkatkan jumlah produksinya. Untuk memperluas skala usaha dapat dilakukan dengan pengadaan lahan untuk tempat usaha, pembelian peralatan produksi dan memproduksi jenis ikan hias air tawar yang baru.

Strategi Pemasaran

Dalam perencanaan pemasaran sebuah produk diperlukan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan pasar. Analisa strategi dapat dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunitty, dan Threath) yang dapat dijadikan acuan dalam penentuan strategi perusahaan. Berikut adalah analisa SWOT dari Iwan Whana Fish Farm :

Analisa SWOT : 1. Kekuatan

 Memiliki jaringan yang kuat dengan pembudidaya, pengusaha dan komunitas ikan hias air tawar

 Kemudahan mendapatkan sumber bahan baku

 Sumberdaya manusia yang memiliki passion dalam budidaya ikan hias air tawar

 Kepercayaan pelanggan terhadap ikan hias air tawar yang dihasilkan 2. Kelemahan

 Belum mampu melakukan ekspor sendiri

 Tidak adanya catatan jumlah aset yang dimiliki perusahaan

 Kurangnya ketersediaan modal yang cukup untuk pengembangan usaha 3. Peluang

 Permintaan ikan hias air tawar yang terus meningkat

 Banyak jenis ikan hias air tawar dengan keunikan yang berbeda-beda

 Segmen pasar yang luas

 Dukungan Kementerian Perikanan dan Kelautan yang menginginkan peningkatan ekspor hasil budidaya ikan hias Indonesia

4. Ancaman

 Perlakuan terhadap setiap jenis ikan hias air tawar yang berbeda-beda

 Sulitnya mendapatkan dana pinjaman usaha untuk ikan hias air tawar dari lembaga keuangan

 Persaingan harga jual

Keempat analisa tersebut akan dijadikan acuan oleh Iwan Wahana Fish Farm dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan bisnisnya, yang merupakan


(27)

17 perencanaan jangka panjang yang memerlukan analisa berbagai aspek yang lebih dalam dan terperinci untuk menentukan arah perkembangan perusahaan.

Pada tahap analisis strategi dapat dilakukan dengan model Matriks TOWS dikembangkan oleh David (2006) yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S)

1. Memiliki jaringan yang kuat dengan pembudidaya, pengusaha dan komunitas ikan hias air tawar

2. Kemudahan mendapatkan sumber bahan baku 3. Sumberdaya manusia

yang memiliki passion dalam budidaya ikan hias air tawar

4. Kepercayaan pelanggan yang tinggi terhadap ikan hias air tawar yang dihasilkan

Kelemahan (W)

1. Belum mampu melakukan ekspor sendiri 2. Tidak adanya catatan jumlah aset yang dimiliki perusahaan

3. Kurangnya ketersediaan modal yang cukup untuk pengembangan usaha

Peluang (O)

1. Permintaan ikan hias air tawar yang terus meningkat

2. Banyak jenis ikan hias air tawar dengan keunikan yang berbeda-beda 3. Segmen pasar yang luas 4. Dukungan Kementerian

Perikanan dan Kelautan yang menginginkan peningkatan ekspor hasil budidaya ikan hias Indonesia

Strategi SO

1. Meningkatkan jumlah produksi ikan hias air tawar yang ada serta menambah jenis ikan hias air tawar yang diproduksi dengan kualitas yang baik untuk meningkatkan pangsa pasar

(S1, S2, S3, S4, O1, O2, O3, O4)

Strategi WO 1. Melakukan

pengembangan produk dan pasar dibantu dengan dana pinjaman lembaga keuangan diiringi dengan perbaikan manajemen perusahaan

(WI, W2, W3, O1, O2, O3, O4)

Ancaman (T)

1. Perlakuan terhadap setiap jenis ikan hias air tawar yang berbeda-beda 2. Sulitnya mendapatkan

dana pinjaman usaha untuk ikan hias air tawar dari lembaga keuangan 3. Persaingan harga jual

Strategi ST 1. Meningkatkan

pengetahuan tentang budidaya ikan hias jenis tertentu

(S1, S2, S3, T1)

2. Memenuhi persyaratan untuk bisa mengajukan pinjaman dana usaha serta melampirkan proposal kelayakan usaha (S1, S2, S3, T2)

3. Menekan biaya operasional dan menjual produk dengan harga lebih terjangkau dari pasar dalam jumlah yang banyak

(S1, S2, S3, T3)

Strategi WT 1. Meningkatan

pengetahuan tentang budidaya jenis ikan hias yang diproduksi dan memperbaiki sistem manajemen perusahaan salah satunya dengen membuat secara jelas catatan laporan keuangan dan proposal kelayakan pengembangan usaha sebagai syarat pengajuan dana pinjaman

(W1, W2, W3, T1, T2) 2. Efisiensi pengeluaran

biaya operasional untuk menghasilkan tawaran harga jual yang terjangkau oleh banyak konsumen

(W1, W2, W3, T3)

Gambar 6 Analisis SWOT Iwan Wahana Fish Farm

Strategi SO (Strength-Opportunity) dibentuk berdasarkan memanfaatkan seluruh


(28)

18

dari perusahaan. Meningkatkan jumlah produksi ikan hias air tawar yang ada serta menambah jenis ikan hias air tawar yang diproduksi dengan kualitas yang baik untuk meningkatkan pangsa pasar merupakan hal yang bisa dilakukan oleh Iwan Wahana Fish Farm untuk mengembangkan skala usahanya.

Strategi WO (Weakness-Opportunity) penerapan strategi ini berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Melakukan pengembangan produk dan pasar dibantu dengan dana pinjaman lembaga keuangan diiringi dengan perbaikan manajemen perusahaan merupakan hal yang dapat dilakukan oleh Iwan Wahana Fish Farm untuk memanfaatkan peluang pasar yang besar dengan meminimalkan kelemahan pada perusahaan.

Strategi ST (Strenght-Threat) adalah strategi yang digunakan perusahaan untuk mengatasi ancaman yang timbul dengan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan. Meningkatkan pengetahuan tentang budidaya ikan hias jenis tertentu akan membantu karyawan untuk menghasilkan produk yang berkualitas sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar. Memenuhi persyaratan untuk bisa mengajukan pinjaman dana usaha serta melampirkan proposal kelayakan usaha,

hal ini berguna untuk meyakinkan lembaga keuangan agar memiliki ketertarikan terhadap usaha Iwan Wahana Fish Farm. Menekan biaya operasional dan menjual produk dengan harga lebih terjangkau dari pasar dalam jumlah yang banyak akan menjaring lebih banyak pelanggan dan meningkatkan pendapatan.

Strategi WT (Weakness-Threat) strategi ini didasarkan pada sikap perusahaan yang defensif atau bertahan untuk berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Kelemahan dari pihak Iwan Wahana Fish Farm adalah belum mampu memenuhi permintaan pasar terhadap produknya yang disebabkan oleh permasalahan mendapatkan modal usaha yang sulit dari lembaga keuangan. Akan tetapi hal ini bukanlah masalah yang cukup besar karena tidak memaksa perusahaan untuk sampai menutup atau menghentikan perusahaan. Meningkatan pengetahuan tentang budidaya jenis ikan hias yang diproduksi dan memperbaiki sistem manajemen perusahaan salah satunya dengen membuat secara jelas catatan laporan keuangan dan proposal kelayakan pengembangan usaha sebagai syarat pengajuan dana pinjaman dapat dilakukan oleh Iwan Wahana Fish Farm untuk meyakinkan lembaga keuangan untuk memberikan dana pinjaman. Efisiensi pengeluaran biaya operasional untuk menghasilkan tawaran harga jual yang terjangkau oleh banyak konsumen sehingga perusahaan mampu bersaing di pasar.

Bauran Pemasaran Produk

Produk yang dihasilkan oleh Iwan Wahana Fish Farm adalah ikan hias air tawar dengan 2 jenis ikan, yaitu Patin Albino dan Discus dengan ukuran minimal 2 inch tergantung pemesanan. Produk ini dijual kepada eksportir, komunitas, dan individu dengan kualitas yang baik.

Harga

Iwan Wahana Fish Farm menjual ikan patin berukuran 2 inch seharga Rp 250 per ekor, sedangkan ikan discus berukuran 2 inch dijual seharga Rp 15 000. Penetapan harga ini didasarkan pada harga pasaran.

Promosi

Promosi yang dilakukan Iwan Wahana Fish Farm melalui pameran ikan hias air tawar dimana tempat berkumpulnya para komunitas, melalui rekanan


(29)

19 eksportir, mouth to mouth, dan menggunakan media online seperti Facebook. Promosi disini bukan hanya berarti menjual produk namun juga memberikan informasi dapat berupa pengenalan jenis ikan hias serta cara merawatnya.

Tempat

Kegiatan produksi dan penjualan biasa dilakukan di sebuah rumah yang dijadikan tempat produksi ikan hias. Berbagai pameran ikan hias pun diikuti untuk menjangkau masyarakat umum dan komunitas untuk memperkenalkan produk kemudian terjadi transaksi. Untuk ikan hias yang diekspor dilakukan melalui saluran distribusi perusahaan ekspor ikan hias.

Aspek Teknis Proses Produksi

Dalam memproduksi hasil ikan hias air tawar, dilakukan beberapa tahapan proses mulai dari pemijahan sampai panen. Berikut adalah tahapan proses produksi ikan hias air tawar

1. Pemijahan

Pemijahan adalah suatu proses pembuahan telur oleh sperma yang terjadi dalam media pemijahan. Teknik pemijahan patin dilakukan dengan cara pemijahan buatan (induce breeding), yaitu dengan menyuntikkan hormone perangsang ke tubuh induk patin. Sebelum pemijahan dilakukan harus dipastikan terlebih dahulu bahwa wadah pemijahan dalam aquarium bersih dan siap digunakan. Hal yang selanjutnya dilakukan adalah pemilihan

Proses Jenis Ikan

Pemijahan Pematangan Telur Pembesaran Panen

Ikan Discus 1. Bersihkan wadah

2. Pemilihan Induk (Sehat dan Bewarna cerah) 3. Pasangkan dalam satu wadah (tunggu 2 hari hingga bertelur dan 7 hari hingga menetas)

1. Pada hari ke-8 hingga ke-21 adalah fase gendong

2. Hari ke-22 hingga ke-30 fase lepas gendong

1. Hari ke-31 dipindahkan ke wadah pembesaran

1. Hari ke-90 pada saat ukuran ikan sektar 2 Inch 2. Menguras 80% air

3. Memindahkan ikan ke plastic yang diberi oksigen. Ikat.

Ikan Patin

Albino

1. Bersihkan wadah 2. Pemilihan Induk (betina : 1,5 tahun perut buncit dan empuk. Jantan : 1,5 tahun, anus membengkak) 3. Pasangkan dalam satu wadah (tunggu 2 hari)

4. Hari ke-3 berikan suntikan ovaprim dan HCl (tunggu 24 jam) 5. Proses streping, kemudian dimasukkan ke corong penetasan (tunggu selama 7 hari)

1. Hari ke-8 dipindahkan ke wadah penetasan telur

1. Hari ke-21 dilakukan pendederan di wadah yang lebih luas

1. Hari ke-45 pada saat ukuran ikan sektar 2 Inch 2. Menguras 80% air

3. Memindahkan ikan ke plastic yang diberi oksigen. Ikat.


(30)

20

indukan ikan yang siap, untuk ikan Discus indukan yang baik adalah yang berusia minimal satu tahun dalam kondisi sehat, yakni warna cerah dan ikan tidak cacat. Sedangkan untuk indukan ikan Patin yang baik adalah yang berusia minimal satu setengah tahun dan siap bertelur, ciri ikan patin yang siap bertelur adalah yang memiliki perut buncit dan empuk. Kemudian indukan ikan Discus dipasangkan dalam satu aquarium dengan media bertelur cone dan ikan Patin dipasangkan dalam kolam berok atau kolam karantina selama 48 jam untuk membuang kotoran dan meningkatkan birahi indukan. 2. Pematangan Telur

Setelah ikan Discus bertelur, hal yang pertama dilakukan adalah mengurung telurnya dan ditunggu selama 7 hari saat telur menetas. Hari 8 hingga ke-21 adalah fase ikan gendong, ikan yang baru menetas menempel dengan induknya dan pada fase ini ikan tersebut tidak perlu diberi makan karena mereka memakan lendir induknya. Hari ke-22 hingga ke-30 anak ikan dibantu makan dengan Artemia atau kutu air hidup dan pada hari ke-31 anak ikan sudah lepas gendong dan masuk ke aquarium pembesaran. Pada hari ke-3 indukan ikan Patin, jantan dan betina disuntik HCl dan Ovaprim dan 24 jam kemudian indukan betina diangkat dan dilakukan streping atau pengeluaran telur secara paksa begitupun dengan indukan jantan dikeluarkan spermanya. Setelah itu, telur dibersihkan dengan air sedangkan sperma dicampur dengan aquadest. Kemudian sperma yang telah dicampur aquadest diaduk bersama dengan sel telur dengan bulu ayam. Lalu, telur dan sperma yang telah dicampur tadi dimasukkan ke corong penetasan, ditunggu hingga menetas menjadi larva. Larva yang telah menetas dan sehat akan berenang ke atas mengikuti aliran air dan selanjutnya akan masuk ke saluran pembuangan, larva yang telah jadi diberi pakan Artemia dan dipindahkan ke aquarium pembesaran.

3. Pembesaran

Pada tahap pembesaran, ikan Discus idealnya ditempatkan pada aquarium berukuran 100 cm x 50 cm x 40 cm dengan maksimum kapasitas 50 ikan. Pada usia ke-31 hingga panen anakan ikan ini diberi pakan cacing rambut atau cacing beku. Sedangkan untuk ikan patin albino, pada hari ke-8 hingga panen, diberi pakan cacing rambut atau cacing beku.

4. Panen

Panen hasil pada Iwan Wahana Fish Farm adalah ketika ikan Discus dan ikan Patin minimal berukuran 2 Inch tergantung dengan permintaan pasar. Pemanenan dilakukan dengan cara membuang air sebanyak 80 persen dari volume awal, dengan tujuan mempermudah pengambilan ikan. Kemudian dipindahkan ke baskom yang telah berisi air dan ditutup dengan kain kasa, kemudian dimasukkan ke dalam plastik dilengkapi dengan oksigen. Pemanenan dilakukan pada saat ikan akan dikirim ke eksportir atau pembeli yang lain.

Selama proses budidaya ikan hias ini tidak semua telur mampu menetas sempurna, untuk ikan hias jenis discus dan patin albino kemampuan menetas atau Hatching Rate sebesar 70 persen. Sedangkan, ketahanan hidup atau Survival Rate ikan discus sebesar 70 persen dan ikan patin albino sebesar 65 persen. Dalam melakukan kegiatan budidayanya khusus penanganan ikan patin, Iwan Wahana Fish Farm sudah memiliki teknologi yang cukup baik dengan adanya corong


(31)

21 penetasan, sehingga dapat diketahui sejak dini ikan mana yang berkualitas atau tidak.

Persediaan Bahan Baku

Iwan Wahana Fish Farm dalam melakukan kegiatan produksinya sangat berkaitan dengan persediaan bahan baku yang merupakan komponen penting yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi. Bahan baku yang digunakan adalah cacing beku sebagai bahan pakan ikan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan persediaan bahan baku, maka akan dilakukan perhitungan persediaan dengan metode EOQ. Untuk melakukan pengadaan pakan dilakukan satu bulan sekali, sehingga dalam satu tahun melakukan 12 kali transaksi, kebutuhan pakan dalam setahun 4 200 Kg cacing beku.

Biaya pemesanan adalah biaya yang dikaitkan dengan usaha untuk mendapatkan bahan baku dari luar. Iwan Wahana Fish Farm mengeluarkan biaya transportasi untuk memesan sebesar Rp 480 000 dalam satu tahun dengan asumsi harga bahan bakar minyak seharga Rp 8000 per liter dan biaya telepon Rp 240 000 per tahun.

Biaya penyimpanan adalah biaya yang memiliki komponen utama yaitu biaya modal, biaya simpan dan biaya risiko. Iwan Wahana Fish Farm mengeluarkan biaya listrik untuk 2 buah freezer yang masing-masing memiliki 300 watt sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 8 052 192 setiap tahunnya.

Biaya pemesanan setiap kali pesan (S) sebesar Rp 280 000, sedangkan biaya penyimpanan per satuan bahan baku (H) sebesar Rp 1 917 per Kg. Pembelian bahan baku dapat diperhitungkan berdasarkan kebijakan perusahaan yang melakukan pemesanan setiap bulan sekali, maka didapatkan jumlah pembelian pakan Iwan Wahana Fish Farm dalam sekali pemesanan adalah sebesar 350 Kg. Total biaya persediaan yang harus ditanggung oleh Iwan Wahana Fish Farm adalah Rp 3 695 508.

Dengan menggunakan metode EOQ, maka hal-hal tersebut diperhitungkan dan menghasilkan pembelian bahan baku yang ekonomis adalah sebesar 1108 Kg setiap kali pemesanan. Frekuensi pemesanan dalam satu tahun menurut metode EOQ adalah sebanyak 4 kali. Total biaya persediaan bahan baku Iwan Wahana Fish Farm dengan metode EOQ sebesar Rp 2 123 594.

Aspek Keuangan

Iwan Wahana Fish Farm akan melakukan perluasan lahan produksi dan pembelian peralatan bertujuan untuk mengetahui jumlah biaya untuk menjalankan proses produksi. Perluasan lahan dan pembelian peralatan untuk memenuhi permintaan ikan hias air tawar ini memerlukan perhitungan analisis kelayakan finansial. Analisis finansial dilakukan dengan melakukan kriteria-kriteria penilaian investasi yang terdiri dari; NPV, IRR, Net B/C rasio, dan Payback period. Untuk menganalisis empat kritera tersebut, digunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh Iwan Wahana Fish Farm selama umur proyek yaitu 5 tahun.


(32)

22

Arus Penerimaan (Inflow)

a. Ikan Discus

Kegiatan usaha ikan hias air tawar yang dilakukan oleh Iwan Wahana Fish farm dalam penerimaan yang dihasilkan dari jumlah penjualan untuk ikan Discus dengan ukuran 2 inch harga jual Rp 15 000 per ekor. Jumlah telur sebanyak 3000 butir, dari total 10 set induk masing-masing terdiri dari lima ekor betina dan jantan dengan derajat penetasan (Hatching Rate/HR) 70 persen maka menghasilkan jumlah telur yang menetas 2100 ekor. Benih yang menetas memiliki tingkat kemampuan hidup (Survival Rate/SR) sebesar 70 persen sehingga jumlah benih sebesar 1470 dalam satu tahun. Total produksi sebesar 1470 ekor, sehingga total penerimaan sebesar Rp 22 050 000 per tahun.

b. Ikan Patin

Penjualan untuk ikan Patin dengan ukuran 2 inch harga jual Rp 250 per ekor. Jumlah telur sebanyak 5 000 000 butir, dari total 10 set induk terdiri lima ekor betina dan lima ekor jantan dengan derajat penetasan (Hatching Rate/HR) 70 persen yang akan menghasilkan 3 500 000 telur yang menetas. Benih yang hidup memiliki tingkat kemampuan hidup (Survival Rate/SR) sebesar 65 persen sehingga jumlah panen sebesar 2 275 000 ekor dalam satu tahun. Total produksi sebesar 2 275 000 ekor, sehingga total penerimaan sebesar Rp 568 750 000 per tahun.

Arus Pengeluaran (Outflow)

Arus pengeluaran (outflow) terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Selama proyek berlangsung pada tahun ke nol, biaya investasi sebesar Rp. 293 084 000 sedangkan untuk biaya operasional tahun pertama sebesar Rp. 275 968 000 dengan pembayaran cicilan kredit investasi sebesar Rp 48 456 000 sehingga total pengeluaran pada tahun pertama sejumlah Rp 324 424 000. Pada tahun kedua pengeluaran total biaya sebesar Rp 324 425 000, tahun ketiga sebesar Rp 332 826 000, tahun keempat sebesar Rp 337 096 000, dan tahun kelima sebesar Rp 337 097 000. Rincian lengkap aliran kas dapat dilihat pada Lampiran 10.

Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana pada tahun pertama usaha atau proyek. Rincian biaya investasi yang akan dikeluarkan pada usaha ikan hias air tawar oleh Iwan Whana Fish Farm dapat dilihat pada Lampiran 5. Dapat diketahui bahwa biaya investasi yang dibutuhkan sejumlah Rp 293 084 000.

Biaya Operasional

Biaya Operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama menjalankan kegiatan pokok sebuah usaha. Iwan Wahana Fish Farm mengeluarkan biaya tetap dan biaya tidak tetap dalam biaya operasionalnya. Biaya tetap terdiri dari gaji karyawan tetap dan biaya penyusutan, sedangkan biaya tidak tetap terdiri dari isi gas oksigen, plastic, karet gelang, tali rapia, pakan, serta biaya umum. Biaya operasional yang dikeluarkan tahun pertama sebesar Rp 275 968 000, tahun kedua Rp 275 969 000, tahun ketiga Rp 284 370 000, tahun keempat Rp 288 640 000,


(33)

23 dan tahun kelima sebesar Rp 288 641. Rincian lengkap biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 9.

Analisis Kelayakan Finansial

Dalam mengukur tingkat kelayakan sebuah usaha diperlukan analisis kelayakan usaha. Metode yang digunakan untuk mengukur kelayakan usaha ikan hias air tawar ini adalah metode penilaian investasi yang meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).

Hasil analisis finansial diperoleh dengan nilai NPV sebesar Rp 377 989 000, artinya usaha ikan hias air tawar Iwan Wahana Fish Farm memberikan manfaat yang positif pada tingkat suku bunga kredit 14 persen. Sedangkan nilai Net B/C sebesar 2.29 lebih besar dari satu yang artinya dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 2.29 rupiah dan usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR sebesar 46 persen lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman sebesar 14 persen, sehingga investasi usaha ini memiliki prospek yang menguntungkan. Berdasarkan kriteria IRR, maka usaha ini layak untuk dijalankan. Payback Period yang diperoleh adalah selama 1.5 tahun yang artinya perusahaan dapat mengembalikan modal dalam jangka satu tahun sebelas bulan atau berarti bahwa tingkat pengembalian modal lebih kecil daripada umur proyek. Hal ini berarti perusahaan dilihat dari Payback Period dinyatakan layak karena pengembalian modal tercapai sebelum proyek berakhir.

Tabel 4 Kriteria kelayakan investasi

No Kriteria Investasi Nilai

1 NPV (Rp '000) 377 989

2 IRR (%/Th) 46

3 Net B/C 2.29

4 PP (Th) 1.5

Sumber : Data diolah

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk mengukur seberapa layak sebuah usaha jika dihadapkan pada perubahan. Analisis yang dilakukan pada usaha ikan hias air tawar ini dengan variasi analisis sensitivitas yakni menggunakan nilai pengganti atau switching value pada aspek teknis terhadap penurunan Survival Rate ikan hias, pada aspek pasar terhadap penurunan volume penjualan, dan pada aspek keuangan terhadap peningkatan biaya bahan baku. Pada analisis sensitivitas dengan switching value akan dilihat berapa perubahan maksimum yang diperbolehkan untuk kondisi usaha layak dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besarnya perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).


(34)

24

Tabel 5 Sensitivitas dengan switching value

Kriteria Perubahan Nilai Teknis Survival rate 48.98% Pasar Penurunan permintaan

pasar 24.82% Keuangan Peningkatan biaya bahan

baku 51.55%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan perhitungan sensitivitas dengan switching value dari aspek teknis, usaha ini masih dikatakan layak untuk dijalankan apabila batas ketahanan hidup atau survival rate terhadap telur ikan yang menetas mencapai 48.98 persen, artinya secara bersama-sama survival rate pada ikan discus menurun 21.02 persen dari survival rate normal 70 persen dan pada ikan patin albino menurun 16.02 persen dari survival rate normal 65 persen. Pada aspek pasar, usaha ini masih dikatakan layak untuk dijalankan apabila batas perununan permintaan pasar mencapai 24.82 persen. Pada aspek keuangan, usaha ini masih dikatakan layak untuk dijalankan apabila batas peningkatan biaya bahan baku mencapai 51.55 persen.

Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan implikasi manajerial untuk Iwan Wahana Fish Farm sebagai berikut : (1) Pada aspek pasar dilakukan analisis matriks SWOT dan strategi TOWS untuk mendapatkan strategi perusahaan dalam menghadapi peluang dan ancaman dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Berdasarkan analisis tersebut didapatkan strategi SO (Strength-Opprotunity) yaitu perusahaan bisa meningkatkan jumlah produksi ikan hias air tawar yang ada serta menambah jenis ikan hias air tawar yang diproduksi dengan kualitas yang baik untuk meningkatkan pangsa pasar dalam hal pengembangan skala usahanya. Strategi WO (Weakness-Opportunity) dengan melakukan pengembangan produk dan pasar dibantu dana pinjaman oleh lembaga keuangan diiringi dengan perbaikan manajemen perusahaan. Strategi ST (Strength-Threat) perusahaan dapat meningkatkan pengetahuan tentang budidaya ikan hias jenis tertentu yang akan membantu karyawan untuk menghasilkan produk yang berkualitas sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar. Kemudian perusahaan harus memenuhi persyaratan untuk bisa mengajukan pinjaman dana usaha serta melampirkan proposal kelayakan usaha, hal ini berguna

untuk meyakinkan lembaga keuangan agar memiliki ketertarikan terhadap usaha Iwan Wahana Fish Farm. Menekan biaya operasional dan menjual produk dengan harga lebih terjangkau dari pasar dalam jumlah yang banyak akan menjaring lebih banyak pelanggan dan meningkatkan pendapatan. Pada strategi WT ( Weakness-Threat) perusahaan dapat Meningkatan pengetahuan tentang budidaya jenis ikan hias yang diproduksi dan memperbaiki sistem manajemen perusahaan salah satunya dengen membuat secara jelas catatan laporan keuangan dan proposal kelayakan pengembangan usaha sebagai syarat pengajuan dana pinjaman dapat


(35)

25 dilakukan oleh Iwan Wahana Fish Farm untuk meyakinkan lembaga keuangan untuk memberikan dana pinjaman.Efisiensi pengeluaran biaya operasional untuk menghasilkan tawaran harga jual yang terjangkau oleh banyak konsumen sehingga perusahaan mampu bersaing di pasar; (2) Berdasarkan hasil perhitungan persediaan bahan baku yang ekonomis dengan metode EOQ maka Iwan Wahana Fish Farm bisa mengurangi biaya operasional dengan melakukan pemesanan 4 kali dalam satu tahun dan jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis adalah sebesar 1108 Kg setiap kali pemesanan. Dengan demikian perusahaan hanya akan menanggung biaya persedian sejumlah Rp 2 123 494 dibanding sebelumnya yang melakukan pemesanan setiap bulan dan biaya persediaan yang harus ditanggung sebesar Rp 3 695 508; (3) Berdasarkan analisis sensitivitas dengan nilai pengganti atau switching value, pada aspek teknis Iwan Wahana Fish Farm harus memperhatikan asupan vitamin dan obat serta pakan ikan hias air tawar agar menghasilkan ikan hias yang cantik, berwarna cerah dan sehat sehingga dapat mengurangi tingkat kegagalan hidup. Pada aspek pasar Iwan Wahana Fish Farm setidaknya harus menjaga kepercayaan yang baik dari pelanggan terhadap ikan hias yang dihasilkannya sehingga dapat meminimalkan penurunan permintaan. Pada aspek keuangan apabila terjadi peningkatan harga bahan baku dimana hal ini merupakan faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan maka perusahaan harus menyesuaikan harga jual produk serta mencari alternatif pakan ikan yang memiliki kandungan serupa cacing beku dengan harga yang lebih murah sehingga dapat mengurangi biaya bahan baku.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan kelayakan usaha ikan hias air tawar pada Iwan Wahana Fish Farm dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan aspek pasar dan aspek teknis diketahui pengembangan usaha Iwan Wahana Fish Farm layak untuk dijalankan. Berdasarkan aspek finansial pengembangan usaha ikan hias air tawar pada Iwan Wahana Fish Farm layak untuk dijalankan dengan nilai NPV sebesar Rp 377 989 000, berarti bahwa investasi yang ditanam pada 5 tahun yang akan datang dapat memberikan keuntungan bersih sebesar Rp 377 989 000. Net B/C yang diperoleh sebesar 2.29 artinya setiap Rp 1.00 investasi bersih yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan sebesar Rp 2.29. Dengan IRR sebesar 46% menunjukkan bahwa rencana pengembangan ini layak dan mampu untuk mengembalikan modal dalam tingkat bunga sebesar 14%, serta Payback Period sebesar 1.5 tahun lebih cepat dari umur proyek. 2. Hasil perhitungan analisis sensitivitas menggunakan switching value

didapatkan pada aspek teknis secara bersama-sama tingkat ketahanan hidup ikan hias air tawar yang masih bisa ditoleransi adalah sebesar 48.98 persen, apabila mencapai dibawah 48.98 persen maka usaha dinyatakan tidak layak. Pada aspek pasar, batas penurunan permintaan pasar sehingga usaha ini masih dikatakan layak adalah sebesar 24.82 persen, apabila


(36)

26

penurunan permintaan melebihi 24.82 persen maka usaha dinyatakan tidak layak. Pada aspek keuangan, batas peningkatan biaya bahan baku sehingga usaha ini masih dikatakan layak adalah sebesar 51.55 persen, apabila peningkatan biaya bahan baku melebihi 51.55 persen maka usaha ini dikatakan tidak layak. Dengan demikian diketahui perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen yang masih dapat diperbolehkan agar bisnis masih tetap layak.

Saran

Berdasarkan penelitian ini, maka saran yang bisa disampaikan untuk peneliti selanjutnya adalah melakukan analisis strategi pemasaran yang cocok untuk usaha ini serta memperhitungkan dampak dari sisi keuangan apabila strategi dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bekasi Ekspres. 2014. Usaha Ikan Hias Bekasi Didorong untuk Ekspor.[Internet]

[diunduh 2015 Januari 11]. Tersedia pada:

http://bekasiekspresnews.co.id/2014/09/usaha-ikan-hias-bekasi-didorong-untuk-ekspor/

Bisnis. 2014. Ikan Hias, Pembudidaya di Bekasi Kesulitan Lahan dan Modal. [Internet] [diunduh 2015 Januari 11]. Tersedia pada:

http://industri.bisnis.com/read/20140526/99/230830/ikan-hias-pembudidaya-di-bekasi-kesulitan-lahan-dan-modal

David, R Fred. 2006. Manajemen Strategis [Edisi 10]. Jakarta (ID): Salemba Empat.

Detik Finance. 2014. Kementerian Pimpinan Susi Pudjiastuti Targetkan RI Jadi Eksportir Ikan Hias Terbesar. [Internet] [diunduh 2015 Januari 11].

Tersedia pada:

http://finance.detik.com/read/2014/11/09/140821/2743120/4/kementerian-pimpinan-susi-pudjiastuti-targetkan-ri-jadi-eksportir-ikan-hias-terbesar Fahmi I, Syahiruddin, Hadi YL. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Teori dan Aplikasi.

Bandung (ID): Alfabeta.

Husnan, Suad dan Muhammad, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta (ID): UPP AMP YKPN.

Husnan, Suad. 1997. Manajemen Keuangan teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Yogyakarta (ID): BPFE.

Imandaya, Alief D. 2010. Analisis Pengembangan Usaha Server Pulsa Elektronik (Kasus Pada CV Satria Gemilang, Serang, Banten) [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.

Iradewa. 2015. Ikan Hias, Pembudidaya di Bekasi Kesulitan Lahan dan Modal. [Internet] [diunduh 2015 April 23]. Tersedia pada:


(37)

27 Kadariah, L. Kahlien dan G. Clive. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta

(ID): FE UI

Kotler, Philip; Armstrong, Gary. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran [Jilid 1 Edisi 12 Terjemahan]. Jakarta (ID): Erlangga.

Mahyuddin, Kholis. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Nurcahyo, Dwi F. 2011. Analisis Kelayakan Bisnis (Studi Kasus di PT Pemuda Mandiri Sejahtera) [skripsi]. Depok [ID] : Universitas Indonesia.

Rohmawati, Oom. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar Pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.

Setiawan, Indradi A. 2010. Analisis Studi Kelayakan Bisnis Warung Internet (Warnet) Studi Kasus Pada Warnet “Yo Net”, Cibinong [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.

Sudomo, Sumatri. 2011. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong di Jalur Lintas Selatab (JLS) Banyuwangi [tesis]. Jember [ID] : Universitas Jember.

Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan dalam Bisnis Jasa. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Umar, H. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT.Gramedia Pustaka Utama.


(38)

28

LAMPIRAN

Lampiran 1 Keadaan dan data umum perusahaan

KERANGKA DRAFT

STUDI KELAYAKAN BISNIS

IKAN HIAS AIR TAWAR

KEADAAN DAN DATA UMUM PERUSAHAAN


(39)

29

Lampiran 2 Asumsi penelitian

Tabel 1 : Asumsi Penelitian

No Asumsi Satuan Ikan Discus Ikan Patin Albino

1 Jumlah pasang induk pasang 10 10

2 Jumlah telur yang dihasilkan per pasang per panen butir 150 250000

3 Keberhasilan menetas (Hatching Rate) % 70 70

4 Ketahanan hidup (Survival Rate) % 70 65

5 Jumlah panen per pasang per tahun kali 2 2

6 Umur ekonomis induk tahun 2 2

7 Jarak waktu pemijahan hingga panen hari 90 45

8 Umur Induk tahun 1 1.5

9 Ukuran panen Inch 2 2

10 Umur proyek tahun 5


(1)

40

Lampiran 12 Perhitungan

break even point

(BEP)

Tabel 11 : PERHITUNGAN BEP (Rp) & BEP (Q)

No Uraian Satuan Tahun Analisa

1 2 3 4 5

1 Total BT (Fixed Cost) Rp ('000) 97,064 97,064 97,064 97,064 97,064

2 Total BTT (Variabel Cost) Rp ('000) 178,904 178,905 187,306 191,576 191,577

3 Harga Per Ekor Rp ('000) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25

4 Total Produksi 2276470 2276470 2276470 2276470 2276470

5 Biaya Variabel per Ekor Rp ('000) 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08

6 Margin Konstribusi per Ekor Rp ('000) 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17

BEP (Rp) = Rp ('000) 141,565.34 141,565.70 144,680.57 146,316.91 146,317.30

FC/(Margin Kontribusi/Hrg Per Ekor)

BEP (Q) = Ekor 566261 566263 578722 585268 585269

FC/(Hrg Per Ekor/VC per ekor)

0.00 20,000.00 40,000.00 60,000.00 80,000.00 100,000.00 120,000.00 140,000.00 160,000.00

0 100 200 300 400 500 600

Tausende

BEP FC BEP

TC=FC+VC TR

FC

Wilayah Untung Wilayah Rugi


(2)

41

Lampiran 13 Perhitungan biaya pokok produksi

Tabel 12: PERHITUNGAN BIAYA POKOK PRODUKSI DALAM KASUS INI ADALAH BPP : (Rp /Ekor)

No TAHUN PROYEK 1 2 3 4 5

1 TOTAL BT 97,064 97,064 97,064 97,064 97,064

2 TOTAL BTT 178,904 178,905 187,306 191,576 191,577

3 TOTAL (RP/TH) 275,968 275,969 284,370 288,640 288,641

4 Total Produksi 2,276,470 2,276,470 2,276,470 2,276,470 2,276,470

5 BPP 0.12 0.12 0.12 0.13 0.13

6 MARGIN (%) 106.23 1.06 1.00 97.17 97.17

7 Harga Jual 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25

Lampiran 14 Perhitungan sensitivitas (

switching value

)

Tabel 13 : PERHITUNGAN SENSITIVITAS (SWITCHING VALUE) Kriteria

Kelayakan

Dasar Teknis Pasar Keuangan

Survival Rate 48.98% Permintaan Pasar Menurun 24.82% Biaya Bahan Baku Meningkat 51.55%

NPV 377,989 0 0 0

IRR 46 14 14 14

Net B/C 2.29 1 1 1

PP 1.467022315 3.2 3.2 3.3

Kesimpulan Layak Apabila secara bersama-sama survival rate pada ikan discus dan ikan patin albino menjadi dibawah 48.98% maka usaha ini dinyatakan tidak layak.

Apabila permintaan pasar menurun lebih dari 24,82% maka usaha ini dinyatakan tidak layak

Apabila biaya bahan baku meningkat lebih dari 51.55% maka usaha ini dinyatakan tidak layak


(3)

42

Lampiran 15 Perhitungan metode EOQ per tahun

Tabel 14 : PERHITUNGAN METODE EOQ PER TAHUN

NO I T E M BIAYA

STN HARGA TOTAL

A. Kebutuhan Bahan Baku

1 Cacing Beku 4200 Kg 30,000 126,000,000

B. Biaya Pemesanan

1 Biaya Telepon 20,000 240,000

2 Biaya Transportasi 60 Liter 8,000 480,000

C. Biaya Penyimpanan

1 Biaya Listrik 2 Freezer 300 Watt 1532/kwh 8,052,192

Total Kebutuhan Bahan Baku (D) 4200

Perhitungan Biaya Pesan (S) 280,000

Biaya Penyimpanan Per Satuan Bahan Baku (H) 1,917

Pembelian Bahan Baku Sekali Pesanan (Q) 350

Total Biaya Persediaan 3,695,508

Metode EOQ

1. Pembelian Bahan Baku yang Ekonomis (Q*) 1,108

2. Frekuensi Pemesanan Bahan Baku (F) 4


(4)

43

Lampiran 16 Strategi TOWS Iwan Wahana Fish Farm

SO S1 S2 S3 S4

O O1

Meningkatkan jumlah produksi Meningkatkan jumlah produksi Meningkatkan jumlah produksi Meningkatkan jumlah produksi dan

mempertahankan kualitas O

O2

Pengembangan produk Pengembangan produk Pengembangan produk Pengembangan produk dan menjaga

kualitas O

O3

Meningkatkan jumlah produksi dan meningkatkan pangsa pasar

Meningkatkan jumlah produksi dan meningkatkan pangsa pasar

Meningkatkan jumlah produksi dan meningkatkan pangsa pasar

Meningkatkan jumlah produkai,

meningkatkan pangsa pasar dan

menjaga kualitas O

O4

Meningkatkan jumlah produksi Meningkatkan jumlah produksi Meningkatkan jumlah produksi Meningkatkan jumlah produksi dan

menjaga kualitas

ST S1 S2 S3 S4

T1 Meningkatan pengetahuan

tentang budidaya jenis ikan hias yang diproduksi

Meningkatkan jumlah produksi disertai penguasaan budidaya ikan ikan hias jenis tersebut

Meningkatan pengetahuan

tentang budidaya jenis ikan hias yang diproduksi

Meningkatkan jumlah produksi

disertai penguasaan budidaya ikan ikan hias jenis tersebut dan menjaga kualitas

T2 Memenuhi persyaratan untuk

bisa mengajukan pinjaman dana usaha dan melampirkan proposal kelayakan usaha

Memenuhi persyaratan untuk bisa mengajukan pinjaman dana usaha

dan melampirkan proposal

kelayakan usaha

Memenuhi persyaratan untuk bisa mengajukan pinjaman dana usaha dan melampirkan proposal kelayakan usaha

Memenuhi persyaratan untuk bisa mengajukan pinjaman dana usaha dan

melampirkan proposal kelayakan

usaha

T3 Menekan biaya operasional dan

menjual produk dengan harga lebih terjangkau dari pasar dalam jumlah yang banyak

Menekan biaya operasional dan menjual produk dengan harga lebih terjangkau dari pasar dalam jumlah yang banyak

Menekan biaya operasional dan menjual produk dengan harga lebih terjangkau dari pasar dalam jumlah yang banyak

Menekan biaya operasional dan menjual produk dengan harga lebih terjangkau dari pasar dalam jumlah yang banyak dan menjaga kualitas


(5)

44

WO W1 W2 W3

O1 Penguasaan pengetahuan untuk menjadi eksportir

dan memenuhi persyaratan usaha untuk menjadi eksportir

Membuat secara jelas catatan laporan keuangan

Memenuhi persyaratan untuk bisa mengajukan pinjaman dana usaha dan melampirkan proposal kelayakan pengembangan usaha

O2 Pengembangan produk dan pasar Membuat secara jelas catatan

laporan keuangan sebagai syarat pengajuan dana pinjaman

Memenuhi persyaratan untuk bisa mengajukan pinjaman dana usaha dan melampirkan proposal kelayakan pengembangan usaha

O3 Pengembangan produk dan pasar Membuat secara jelas catatan

laporan keuangan sebagai syarat pengajuan dana pinjaman

Memenuhi persyaratan untuk bisa mengajukan pinjaman dana usaha dan melampirkan proposal kelayakan pengembangan usaha

O4 Menjadikan perusahaan sebagai eksportir dan

mengembangkan produk diiringi dengan

peningkatan jumlah produksi

Membuat secara jelas catatan laporan keuangan sebagai syarat pengajuan dana pinjaman

Memenuhi persyaratan untuk bisa mengajukan pinjaman dana usaha dan melampirkan proposal kelayakan pengembangan usaha

WT W1 W2 W3

T1 Meningkatan pengetahuan tentang budidaya

jenis ikan hias yang diproduksi dan penguasaan pengetahuan untuk menjadi eksportir dan memenuhi persyaratan usaha untuk menjadi eksportir

Meningkatan pengetahuan tentang

budidaya jenis ikan hias yang diproduksi dan membuat secara jelas catatan laporan keuangan sebagai syarat pengajuan dana pinjaman

Meningkatan pengetahuan tentang budidaya

jenis ikan hias yang diproduksi dan

mengajukan pinjaman dana dengan memenuhi persyaratan menjadi debitur

T2 Memperbaiki sistem manajemen perusahaan dan

membuat proposal kelayakan pengembangan usaha

Membuat secara jelas catatan laporan keuangan sebagai syarat pengajuan dana pinjaman

Memperbaiki sistem manajemen perusahaan, memenuhi persyaratan untuk bisa mengajukan pinjaman dana usaha danmelampirkan proposal kelayakan pengembangan usaha

T3 Menekan biaya operasional dan menjual produk

dengan harga lebih murah dari pasar dalam jumlah yang banyak

Membuat secara jelas catatan laporan keuangan sehingga diketahui biaya-biaya apa saja yang bisa diminimalisir sehinggga dapat bersaing dalam penawaran harga jual

Melakukan pengembangan usaha dengan memperhatikan efisiensi biaya opersional sehingga dapat menawarkan harga yang terjangkau dan mampu bersaing


(6)

45

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Galih Tristianni lahir di Bekasi pada tanggal 21 September

1993 merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan

pendidikan di Sekolah Dasar Sepanjang Jaya VI pada tahun 2005, selanjutnya

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kota Bekasi,

dan kemudian melanjutkan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Bekasi.

Pada tahun 2011, penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tulis ke

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selain kegiatan

akademik penulis aktif sebagai pengurus beberapa organisasi di dalam maupun

diluar kampus, diantaranya:

Young On Top Campus Ambassador Batch

5 dan

AIESEC IPB.

Penulis terdaftar sebagai salah satu penerima beasiswa dari Yayasan

Goodwill International

sejak 2013 hingga 2015. Penulis tergabung dalam program

internship

di

Mitsui-Sumitomo Insurance Group

(MSIG) pada tahun 2015 yang

meneerbitkan buku

Design and Product Development Strategy of Micro

Insurance

PT Asuransi MSIG Indonesia”.

Penulis senang menghabiskan waktu

dengan menonton film, menikmati buku-buku

science fiction

serta menulis di blog

pribadi http://galihtristianni.blogspot.com sejak tahun 2011.