Analisis kelayakan perluasan usaha pemasok ikan hias air tawar budi fish farm kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

(1)

Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

Oleh:

DWIASIH AGUSTIKA

A 14105665

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

Halaman

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian... 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Gambaran Umum Usaha Ikan Hias ... 13

2.2 Usaha Pemasok (supplier) Ikan Hias ... 16

2.2.1 Penampungan Ikan ... 16

2.2.1.1 Persiapan dan Pemeliharaan Tempat Penampungan ... 16

2.2.1.2 Kualitas Air ... 16

2.2.1.3 Kultur Pakan Alami ... 18

2.2.1.4 Penyakit Ikan dan Penanggulangannya ... 19

2.2.2 Pemasaran ... 20

2.2.2.1 Proses Penyeleksian ... 20

2.2.2.2 Pengemasan ... 21

2.2.2.3 Pengangkutan ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 23

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 27

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 27

3.1.1 Konsep Skala Usaha ... 27

3.1.2 Studi Kelayakan Proyek ... 29

3.1.3 Umur Proyek ... 31

3.1.4 Teori Biaya dan Manfaat ... 31

3.1.5 Analisis Pendapatan Usaha ... 32

3.1.6 Kriteria Analisis Kelayakan Investasi ... 33

3.1.6.1 Aspek Teknis... 33


(3)

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 38

IV. METODE PENELITIAN ... 42

4.1 Metode Penelitian ... 42

4.2 Lokasi dan Tempat Penelitian ... 42

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 43

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 43

4.4.1 Analisis Aspek Teknis ... 44

4.4.2 Analisis Aspek Manajemen ... 45

4.4.3 Analisis Aspek Pasar ... 45

4.4.4 Analisis Aspek Finansial ... 46

4.4.1Net Present Value (NPV) ... 47

4.4.2Internal Rate of Return (IRR) ... 48

4.4.3Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ... 49

4.4.4Paybcak Period (PP) ... 50

4.4.5 Analisis Sensitivitas ... 52

4.5 Asumsi-asumsi Dasar ... 53

V. ASPEK KELAYAKAN NON FINANSIAL... 56

5.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 56

5.2 Aspek-aspek Kelayakan Investasi Budi Fish Farm ... 57

5.2.1 Aspek Teknis... 58

5.2.1.1 Persiapan Tempat Penampungan ... 58

5.2.1.2 Pakan Alami ... 59

5.2.1.3 Penyakit Ikan dan Cara Penanggulangannya ... 59

5.2.1.4 Penyortiran dan Pengemasan ... 60

5.2.1.5 Pengangkutan ... 61

5.2.2 Aspek Manajemen ... 61

5.2.2.1 Organisasi... 61

5.2.2.2 Ketenagakerjaan ... 63

5.2.3 Aspek Sosial ... 64

5.2.4 Aspek Pasar ... 66

5.2.4.1 Potensi Pasar ... 66

5.2.4.2 Pemasaran ... 67

VI. ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL... 70

6.1 Analisis Usaha... 71

6.2 Analisis Kelayakan Usaha ... 72


(4)

6.2.3 Analisis Pendapatan Usaha ... 79

6.2.3.1 Analisis R/C Rasio ... 79

6.3 Kelayakan Finansial Usaha ... 80

6.3.1 Nilai Sisa ... 81

6.3.2 Analisis Payback Period ... 81

6.3.3 Proyeksi Cash Flow... 82

6.3.4 Analisis Kriteria Investasi ... 83

6.3.5 Analisis Rugi Laba ... 84

6.3.6 Analisi Sensitivitas ... 84

VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 86

7.1 Kesimpulan ... 86

7.2 Saran... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(5)

Nomor Halaman 1. Pangsa Pasar Negara-negara Eksportir Ikan Hias

Periode 2004-2005 ... 3

2. Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Indonesia Menurut Negara Tujuan Periode 2003-2007... 4

3. Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Jawa Barat Menurut Negara Tujuan ... 5

4. Volume dan Nilai Ekspor Ikan Hias Kab.Bogor Tahun 2004-2005 ... 6

5. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor Tahun 2003-2007 ... 6

6. Persentase Pesanan yang diminta dengan Pesanan Terkirim ... 9

7. Rincian Struktur dan Gaji Karyawan Budi Fish Farm Tahun 2007 ... 64

8. Volume, Harga Rata-rata, dan Jumlah Negara Tujuan Ekspor Ikan Hias Air Tawar Indonesia Tahun 2003-2007... 66

9. Komponen Investasi Usaha Ikan Hias Air Tawar BudiFish FarmTahun 2007... 72

10. Proyeksi Produksi, Belanja dan Penerimaan Budi Fish Farmselama 10 tahun ... 73

11. Presentase Komponen Biaya Investasi Usaha ... 76

12. Rincian Biaya Tetap Budi Fish FarmTahun 2007 ... 77

13. Rincian Biaya Variabel Budi Fish FarmTahun 2007 ... 78

14. Penerimaan Total, Biaya Total, Keuntungan, dan Nilai R/C Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar ... 80

15. Total Investasi, Keuntungan Bersih, dan Nilai Payback Period Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar ... 81


(6)

17. Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Usaha Pemasok


(7)

Nomor Halaman

1. Skema Rantai Pemasaran Ikan Hias Domestik ... 15

2. Skema Rantai Pemasaran Ikan Hias Ekspor ... 15

3. Kurva Amplop ... 28

4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 41

5. Struktur Organisasi BudiFish Farm... 62


(8)

Nomor Halaman 1. Rincian Biaya Investasi Usaha Pemasok Ikan Hias

Air Tawar BudiFish Farm, Tahun 2008 (Tanpa Penambahan) ... .. 93

2. . Rincian Biaya Investasi Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar BudiFish Farm, Tahun 2008 (Tanpa Penambahan) ... .. 94

3. Daftar Komponen Investasi, Nilai Investasi, Umur Teknis, Nilai Sisa, dan Penyuustan Pada Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar BudiFish Farm, Tahun 2008 (Tanpa Penambahan Investasi) ... 95

4. Daftar Komponen Investasi, Nilai Investasi, Umur Teknis, Nilai Sisa, dan Penyuustan Pada Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar BudiFish Farm, Tahun 2008 (Dengan Penambahan Investasi) ... 96

5. Analisis Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008 ... 97

6. Daftar Jenis, Jumlah, Harga Beli dan Nilai Beli Ikan Hias BudiFish Farm... 99

7. Jenis Ikan Hias Paling Banyak dipesan ... 101

8. Analisis Cashflow Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar ... 105

9. Analisis Rugi Laba ... 107

10. Analisis Sensitivitas Usaha Pemasok Ikan Hias Jika Terjadi Kenaikan Harga Pakan ... 108

11. Analisis Senstivitas Usaha Pemasok Ikan Hias Jika Terjadi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak ... 110


(9)

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama bi sa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan devisa melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat Jenderal Perikanan 2004). Perikanan dan kelautan Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi dan termasuk prospek bisnis yang cukup besar, sehingga dapat dijadikan sebagai sektor andalan untuk mengatasi krisis ekonomi (Dahuri, 2000).

Trend kegiatan ekspor produk perikanan dan kelautan memacu perusahaan-perusahaan di sektor ini untuk mengoptimalkan salah satu potensi yang menjadi sumberdaya untuk bertahan dan bersaing. Salah satu bisnis se ktor perikanan yang mempunyai potensi cukup besar adalah ikan hias. Jenis ikan hias beranekaragam bentuk dan warnanya, namun ikan hias yang potensial untuk dikembangkan adalah botia, arwana, discus, koki, dan kuda laut .

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang belakangan ini menjadi komoditas perdagangan yang potensial di dalam maupun di luar negeri. Ikan hias dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan devisa bagi negara. Ikan


(10)

hias memiliki daya tarik tersen diri untuk menarik minat para pecinta ikan hias (hobiis) dan juga kini banyak para pengusaha ikan konsumsi yang beralih pada usaha ikan hias. Kelebihan dari usaha ikan hias adalah dapat diusahakan dalam skala besar maupun kecil atau skala rumah tangga, sel ain itu perputaran modal pada usaha ini relatif cepat.

Keberadaan ikan hias di Indonesia tidak semuanya asli dari Indonesia, sebagian besar adalah ikan yang diimpor kemudian dikembangkan dan hasilnya banyak yang sudah diekspor untuk memeuhi selera para p enggemar ikan hias di luar negeri. Ikan hias bukan merupakan ikan konsumsi manusia, tetapi merupakan ikan untuk pajangan, untuk dilihat keindahan akan warna dan corak yang berbeda dari tiap jenis dan memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini menyebabkan ikan hias banyak diminati dan mulai diperdagangkan sebagai komoditas hidup.

Prospek bisnis ikan hias Indonesia sangat cerah, karena didukung oleh beberapa faktor seperti jenis ikannya beragam, ketersediaan air yang cukup, lahan serta iklim yang sesuai. Akan t etapi perkembangan ekspor ikan hias Indonesia cenderung menurun tiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh adanya larangan pesawat Indonesia terbang ke Eropa serta adanya eksportir ikan hias Indonesia yang melakukan ekspor secara individual atau dengan kata la in tidak melalui asosiasi.

Perkembangan budidaya ikan hias menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir yang cukup berperan dengan potensi ikan hias yang cukup besar baik ikan hias air laut maupun ikan hias air tawar. Sejak tahun 1970, Indonesia telah mengekspor ikan hias dengan tujuan utama negara Singapura dan Hongkong . Perkembangan ekspor tiap tahunnya menjadikan Indonesia sebagai negara


(11)

Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

Oleh:

DWIASIH AGUSTIKA

A 14105665

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

Halaman

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian... 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Gambaran Umum Usaha Ikan Hias ... 13

2.2 Usaha Pemasok (supplier) Ikan Hias ... 16

2.2.1 Penampungan Ikan ... 16

2.2.1.1 Persiapan dan Pemeliharaan Tempat Penampungan ... 16

2.2.1.2 Kualitas Air ... 16

2.2.1.3 Kultur Pakan Alami ... 18

2.2.1.4 Penyakit Ikan dan Penanggulangannya ... 19

2.2.2 Pemasaran ... 20

2.2.2.1 Proses Penyeleksian ... 20

2.2.2.2 Pengemasan ... 21

2.2.2.3 Pengangkutan ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 23

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 27

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 27

3.1.1 Konsep Skala Usaha ... 27

3.1.2 Studi Kelayakan Proyek ... 29

3.1.3 Umur Proyek ... 31

3.1.4 Teori Biaya dan Manfaat ... 31

3.1.5 Analisis Pendapatan Usaha ... 32

3.1.6 Kriteria Analisis Kelayakan Investasi ... 33

3.1.6.1 Aspek Teknis... 33


(13)

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 38

IV. METODE PENELITIAN ... 42

4.1 Metode Penelitian ... 42

4.2 Lokasi dan Tempat Penelitian ... 42

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 43

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 43

4.4.1 Analisis Aspek Teknis ... 44

4.4.2 Analisis Aspek Manajemen ... 45

4.4.3 Analisis Aspek Pasar ... 45

4.4.4 Analisis Aspek Finansial ... 46

4.4.1Net Present Value (NPV) ... 47

4.4.2Internal Rate of Return (IRR) ... 48

4.4.3Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ... 49

4.4.4Paybcak Period (PP) ... 50

4.4.5 Analisis Sensitivitas ... 52

4.5 Asumsi-asumsi Dasar ... 53

V. ASPEK KELAYAKAN NON FINANSIAL... 56

5.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 56

5.2 Aspek-aspek Kelayakan Investasi Budi Fish Farm ... 57

5.2.1 Aspek Teknis... 58

5.2.1.1 Persiapan Tempat Penampungan ... 58

5.2.1.2 Pakan Alami ... 59

5.2.1.3 Penyakit Ikan dan Cara Penanggulangannya ... 59

5.2.1.4 Penyortiran dan Pengemasan ... 60

5.2.1.5 Pengangkutan ... 61

5.2.2 Aspek Manajemen ... 61

5.2.2.1 Organisasi... 61

5.2.2.2 Ketenagakerjaan ... 63

5.2.3 Aspek Sosial ... 64

5.2.4 Aspek Pasar ... 66

5.2.4.1 Potensi Pasar ... 66

5.2.4.2 Pemasaran ... 67

VI. ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL... 70

6.1 Analisis Usaha... 71

6.2 Analisis Kelayakan Usaha ... 72


(14)

6.2.3 Analisis Pendapatan Usaha ... 79

6.2.3.1 Analisis R/C Rasio ... 79

6.3 Kelayakan Finansial Usaha ... 80

6.3.1 Nilai Sisa ... 81

6.3.2 Analisis Payback Period ... 81

6.3.3 Proyeksi Cash Flow... 82

6.3.4 Analisis Kriteria Investasi ... 83

6.3.5 Analisis Rugi Laba ... 84

6.3.6 Analisi Sensitivitas ... 84

VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 86

7.1 Kesimpulan ... 86

7.2 Saran... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(15)

Nomor Halaman 1. Pangsa Pasar Negara-negara Eksportir Ikan Hias

Periode 2004-2005 ... 3

2. Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Indonesia Menurut Negara Tujuan Periode 2003-2007... 4

3. Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Jawa Barat Menurut Negara Tujuan ... 5

4. Volume dan Nilai Ekspor Ikan Hias Kab.Bogor Tahun 2004-2005 ... 6

5. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor Tahun 2003-2007 ... 6

6. Persentase Pesanan yang diminta dengan Pesanan Terkirim ... 9

7. Rincian Struktur dan Gaji Karyawan Budi Fish Farm Tahun 2007 ... 64

8. Volume, Harga Rata-rata, dan Jumlah Negara Tujuan Ekspor Ikan Hias Air Tawar Indonesia Tahun 2003-2007... 66

9. Komponen Investasi Usaha Ikan Hias Air Tawar BudiFish FarmTahun 2007... 72

10. Proyeksi Produksi, Belanja dan Penerimaan Budi Fish Farmselama 10 tahun ... 73

11. Presentase Komponen Biaya Investasi Usaha ... 76

12. Rincian Biaya Tetap Budi Fish FarmTahun 2007 ... 77

13. Rincian Biaya Variabel Budi Fish FarmTahun 2007 ... 78

14. Penerimaan Total, Biaya Total, Keuntungan, dan Nilai R/C Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar ... 80

15. Total Investasi, Keuntungan Bersih, dan Nilai Payback Period Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar ... 81


(16)

17. Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Usaha Pemasok


(17)

Nomor Halaman

1. Skema Rantai Pemasaran Ikan Hias Domestik ... 15

2. Skema Rantai Pemasaran Ikan Hias Ekspor ... 15

3. Kurva Amplop ... 28

4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 41

5. Struktur Organisasi BudiFish Farm... 62


(18)

Nomor Halaman 1. Rincian Biaya Investasi Usaha Pemasok Ikan Hias

Air Tawar BudiFish Farm, Tahun 2008 (Tanpa Penambahan) ... .. 93

2. . Rincian Biaya Investasi Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar BudiFish Farm, Tahun 2008 (Tanpa Penambahan) ... .. 94

3. Daftar Komponen Investasi, Nilai Investasi, Umur Teknis, Nilai Sisa, dan Penyuustan Pada Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar BudiFish Farm, Tahun 2008 (Tanpa Penambahan Investasi) ... 95

4. Daftar Komponen Investasi, Nilai Investasi, Umur Teknis, Nilai Sisa, dan Penyuustan Pada Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar BudiFish Farm, Tahun 2008 (Dengan Penambahan Investasi) ... 96

5. Analisis Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008 ... 97

6. Daftar Jenis, Jumlah, Harga Beli dan Nilai Beli Ikan Hias BudiFish Farm... 99

7. Jenis Ikan Hias Paling Banyak dipesan ... 101

8. Analisis Cashflow Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar ... 105

9. Analisis Rugi Laba ... 107

10. Analisis Sensitivitas Usaha Pemasok Ikan Hias Jika Terjadi Kenaikan Harga Pakan ... 108

11. Analisis Senstivitas Usaha Pemasok Ikan Hias Jika Terjadi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak ... 110


(19)

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama bi sa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan devisa melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat Jenderal Perikanan 2004). Perikanan dan kelautan Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi dan termasuk prospek bisnis yang cukup besar, sehingga dapat dijadikan sebagai sektor andalan untuk mengatasi krisis ekonomi (Dahuri, 2000).

Trend kegiatan ekspor produk perikanan dan kelautan memacu perusahaan-perusahaan di sektor ini untuk mengoptimalkan salah satu potensi yang menjadi sumberdaya untuk bertahan dan bersaing. Salah satu bisnis se ktor perikanan yang mempunyai potensi cukup besar adalah ikan hias. Jenis ikan hias beranekaragam bentuk dan warnanya, namun ikan hias yang potensial untuk dikembangkan adalah botia, arwana, discus, koki, dan kuda laut .

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang belakangan ini menjadi komoditas perdagangan yang potensial di dalam maupun di luar negeri. Ikan hias dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan devisa bagi negara. Ikan


(20)

hias memiliki daya tarik tersen diri untuk menarik minat para pecinta ikan hias (hobiis) dan juga kini banyak para pengusaha ikan konsumsi yang beralih pada usaha ikan hias. Kelebihan dari usaha ikan hias adalah dapat diusahakan dalam skala besar maupun kecil atau skala rumah tangga, sel ain itu perputaran modal pada usaha ini relatif cepat.

Keberadaan ikan hias di Indonesia tidak semuanya asli dari Indonesia, sebagian besar adalah ikan yang diimpor kemudian dikembangkan dan hasilnya banyak yang sudah diekspor untuk memeuhi selera para p enggemar ikan hias di luar negeri. Ikan hias bukan merupakan ikan konsumsi manusia, tetapi merupakan ikan untuk pajangan, untuk dilihat keindahan akan warna dan corak yang berbeda dari tiap jenis dan memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini menyebabkan ikan hias banyak diminati dan mulai diperdagangkan sebagai komoditas hidup.

Prospek bisnis ikan hias Indonesia sangat cerah, karena didukung oleh beberapa faktor seperti jenis ikannya beragam, ketersediaan air yang cukup, lahan serta iklim yang sesuai. Akan t etapi perkembangan ekspor ikan hias Indonesia cenderung menurun tiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh adanya larangan pesawat Indonesia terbang ke Eropa serta adanya eksportir ikan hias Indonesia yang melakukan ekspor secara individual atau dengan kata la in tidak melalui asosiasi.

Perkembangan budidaya ikan hias menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir yang cukup berperan dengan potensi ikan hias yang cukup besar baik ikan hias air laut maupun ikan hias air tawar. Sejak tahun 1970, Indonesia telah mengekspor ikan hias dengan tujuan utama negara Singapura dan Hongkong . Perkembangan ekspor tiap tahunnya menjadikan Indonesia sebagai negara


(21)

eksportir ikan hias dengan pangsa pasar cukup besar yaitu 8,71% pada tahun 2005, tetapi angka tersebut masih kecil bila dibandingkan dengan pangsa pasar Singapura yang mencapai 27,86%. Hal ini disebabkan ikan hias yang dijual ke Singapura dijual kembali oleh Singapura ke negara -negara lain di dunia. Meskipun demikian, pangsa pasar Indonesia telah meningkat sebesar 19,16% dibandingkan tahun 200 4. Pangsa pasar negara-negara eksportir ikan hias yang sebagian besar merupakan negara di Asia, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pangsa Pasar Negara-negara Eksportir Ikan Hias Periode 2004-2005 (dalam Ribu US $)

No. Negara

2004 2005 Perubahan

Share (%)

US$ Share US$ Share

1. Singapura 42.431 25,68 43.449 27,86 2,40 2. Indonesia 11.401 6,90 13.585 8,71 19,16 3. Malaysia 10.712 6,48 11.846 7,60 10,59 4. Rep.Czech 10.316 6,24 10.273 6,59 -0,42 5. Jepang 7.085 4,29 8.476 5,43 19,63 6. Amerika Serikat 10.834 6,56 8.189 5,25 -24,41 7. Hongkong 8.705 5,27 7.386 4,74 -15,15 8. Filipina 6.477 3,92 6.737 4,32 4,01 9. Israel 6.083 3,68 5.399 3,36 -11,24 10. Lain-lain 51.177 30,97 40.621 26,04 -20,63 Total 165.221 100,00 155.961 100,00 -Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan , 2007

Perkembangan ekspor ikan hias air tawar Indonesia pada tahun 200 7 mencapai nilai US$ 3.917.277 dengan negara tujuan ekspor yang tersebar di Asia, Australia, Amerika Serikat dan Eropa. Diantaranya merupakan negara -negara pengimpor utama yang menyerap diatas 50% dari total impor dunia, yaitu Jepang,


(22)

Perancis, Amerika Serikat, Jerman dan Inggris. Perkembangan ekspor ikan h ias air tawar Indonesia tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Indonesia Menurut Negara Tujuan Periode 2003-2007 (dalam US$)

Tahun

Negara 2003 2004 2005 2006 2007

Jepang 826.214 198.200 193.661 2.642.325 1.012.468 Perancis 24.270 3.213 - 71.481 109.716 Amerika

Serikat

219.804 82.952 - 360.485 421.998

Singapura 200.812 239.228 12.959 513.352 729.202 Taiwan 61.193 7.059 - 118.630 475.874 Jerman 37.450 2.565 - 49.547 57.629 Hongkong 159.395 3.053 1.200 227.048 295.513 Malaysia 141.603 68.077 3.330 130.249 209.763 Australia 21.307 1.740 - 91.202 108.007 Negara Lain 98.307 7.794 4.736 475.917 497.107 Total 1.790.728 631.881 215.886 4.680.236 3.917.277

Sumber : Depatemen Perindustrian dan perdagangan, 2008 Ket : - = Tidak ada data

Daerah penghasil ikan hias air di Indonesia adalah Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Su lawesi Selatan, serta Irian Jaya. Jawa Barat merupakan salah satu sentra penghasil ikan hias yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari ekspor ikan hias Jawa Barat pada tahun 2007 mencapai nilai US$ 319.506,58 dan sebagian besar diekspor ke negara Jepang . Perkembangan nilai ekspor ikan hias air tawar Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.


(23)

Tabel 3. Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Jawa Barat Menurut Negara Tujuan Periode 2003-2007 (dalam US$)

Tahun

Negara 2003 2004 2005 2006 2007

Jepang - 71.856,21 71.856,21 37.522,72 278.323,57 Perancis - - 6.601,02 - 6.256,12

Denmark - - - 1.554,08 1.075,00

Afrika - - - - 2.044,99

Belanda - - - 862,40 1.989,40

Jerman - - 1.672,85 6.702,07 26.549,70 Saudi Arabia - - - 3.961,93 3.267,80 Singapura 197.140,02 822.656,02 - -

-Belgia - - - 3.567,21

-Korea - - - 1.660,00

-Filipina - - - 2.488,24

-Total 197.140,02 894.711,23 41.487,44 58.318,65 319.506,58

Sumber : Depatemen Perindustrian dan perdagangan, 2008 Ket : - = Tidak ada data

Wilayah Bogor yang tidak berbatasan dengan laut menjadikan usaha budidaya ikan hias air tawar berkembang di daerah ini. Usaha ini banyak dilakukan karena komoditi ikan hias ini memili ki pangsa pasar yang sangat potensial baik itu dalam permintaan dari dalam negeri, maupun permintaan dari luar negeri.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah sentra produksi ikan hias yang ada di daerah Jawa Barat. Tabel 4 menunjukkan produksi ikan h ias air tawar sebesar 6.000.000 ekor untuk tahun 2004 dan 2005 dengan volume ekspor senilai Rp 3.150.000.000,00 untuk tahun 2004 dan Rp 3.500.000.000,00 untuk tahun 2005.


(24)

Tabel 4. Volume dan Nilai Ekspor Ikan Hias Kab upaten Bogor

Tahun Volume (ekor) Nilai (Milyar Rupiah)

2004 6.000.000 3,15

2005 6.000.000 3,5

Sumber: Dinas Peternakan dan Perika nan Kabupaten Bogor, 2007

Daerah tujuan ekspor ikan hias dari Kabupaten Bogor meliputi negara-negara Asia, yaitu Singapura, Thailand, Malaysia, Jepang, Cina, India dan Srilanka; Amerika Serikat dan Kanada; negara -negara Eropa, seperti Perancis, Inggris, Belanda, Jerman, Denmark, Swedia Polandia dan Ukraina; juga Negara -negara lain seperti Bahrain, Cyprus, Israel, Turki dan Australia (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2007).

Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2007), produksi ikan hias di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2006, produksi ikan hias mengalami peningkatan dari 75.382.670 ekor atau sekitar 3,85% menjadi 78.288.000 ekor pada tahun 2007. Hal ini disebabkan adanya peningkatan luas areal dan jumlah pembudidaya ikan hias. Data perkembangan produksi ikan hias Tahun 2003-2007 ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor Periode Tahun 2003-2007

Tahun

Ikan Hias Jumlah

(Ekor)

Perubahan (%)

2003 60.438.000

-2004 66.152.000 9,45

2005 72.524.000 9,63

2006 75.382.670 3,94

2007 78.288.000 3,85


(25)

Sehubungan dengan kepentingan pengembangan sisi penawaran produk ikan hias, Departemen Kelautan dan Perikanan telah memiliki program khusus untuk mengangkat produksi ikan hias Indonesia, diantaranya adalah dengan mendirikan Pusat Pengembangan dan Pemasaran Ikan Hias (Raiser) yang berskala Nasional. Adapun tujuan dari program ini antaralain sebagai:

1. Pusat perdagangan industri ikan hias

2. Penyeragaman ukuran dan peningkatan mutu ikan hias 3. Pusat pemasaran ikan hias

4. Penyangga stok

5. Sarana edukasi dan riset 6. Pusat informasi

Usaha budidaya ikan hias di Kabupaten Bogor ini tidak hanya dilakukan oleh petani, banyak juga perusahaan yang mengkhususkan bergerak dalam bidang budidaya ikan hias. Akan tetapi kegiatan budidaya ikan hias tidak lepas dari pera n petani, pemasok (supplier), serta eksportir yang menjadi penggerak utama usaha perdagangan ikan hias ini.

Pemasok (supplier) merupakan pelaku bisnis yang memegang peranan penting dalam kegiatan perdagangan ikan hias, baik di tingkat lokal maupun ekspor. Salah satu perusahaan yang bergerak sebagai pemasok (supplier) ikan hias yang berada di wilayah Kabupaten Bogor adalah Budi Fish Farmyang terletak di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong.

Dalam perkembangan usaha ikan hias, Budi Fish Farm melihat bahwa bisnis ikan hias dapat memberikan harapan yang cukup menjanjikan. Hal tersebut ditunjang dengan adanya peningkatan permintaan produk ikan hias, baik lokal


(26)

maupun ekspor. Untuk mengantisipasinya, Budi Fish Farm berupaya mengembangkan skala usaha dalam rangka mendapatkan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan. Akan tetapi, sebelum melakukan pengembangan usaha perlu adanya suatu kajian terhadap usaha pemasok (supplier) ikan hias ini mengingat situasi perekonomian Indonesia yang masih realtif tidak stabil. Untuk kepentingan tersebut penelitian ini dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Ikan hias air merupakan ikan yang memiliki beragam corak dan warna sehingga tiap jenisnya berbeda dan memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini menyebabkan ikan hias banyak diminati oleh masyarakat dan mulai diperdagangkan sebagai komoditas hidup. Pada mulanya ikan hias y ang diperdagangkan diperoleh dengan cara menangkapnya dari alam, akan tetapi penangkapan dari alam tersebut tidak memperhatikan jumlah, kesinambungan serta dapat menyebabkan kepunahan jenis ikan tertentu. Oleh karena itu, masyarakat mulai membudidayakan ik an hias baik ikan hias air laut, maupun ikan hias air tawar serta dengan kemajuan di bidang transportasi dan pengepakan memudahkan pemasaran ikan hias untuk memenuhi permiintaan domesti k maupun sebagai komoditi ekspor.

Salah satu syarat untuk memenuhi perm intaan pasar adalah dengan memperbaiki kuslitas ikan hias itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemeliharaan yang intensif seperti pemberian pakan teratur dan perawatan media budidaya. Dengan pemeliharaan yang insentif dapat mengurangi resiko ke matian


(27)

ikan hias. Selain itu juga dilakukan pengelompokkan berdasarkan jenis dan ukuran yang seragam agar memudahkan dalam proses penjualan.

BudiFish Farmmerupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan ikan hias, khususnya sebagai pe masok ikan hias untuk eksportir. Perusahaan ini memulai usaha dik arenakan adanya peluang permintaan ikan hias yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini Budi Fish Farm memiliki lahan seluas 900 m2dan telah mencapai volume penjualan sebesar 75.000 ekor ikan hias per minggunya dan penjualan paling banyak dilakukan terhadap eksportir ikan hias. Belakangan ini dirasakan bahwa terjadi peningkatan permintaan dari para eksportir ikan hias. Peningkatan tersebut disebabkan karena jumlah eksportir yang meningkat dan volume permintaan masing -masing eksportir meningkat pula , hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Persentase Pesanan yang diminta dengan Pesanan yang Terkirim

No. Tahun Pesanan

(Kg)

Terkirim (Kg)

Persentase pesanan terkirim

(%)

1. 2005 120.000 90.762 75,64

2. 2006 132.000 105.000 79,55

3. 2007 144.000 115.000 79,86

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab.Bogor, 2007

Peningkatan permintaan ekspor tersebut mendorong BudiFish Farmuntuk memperbesar skala usahanya dengan memanfaatkan lahan yang masih tersedia disekitar lokasi usaha mengingat adanya kemudahan dalam fasilitas kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan formal .

Upaya perluasan skala usaha yang akan dilakukan oleh Budi Fish Farm


(28)

perlengkapan usaha yang didasarkan pada kapasitas produksi sebelumnya yaitu sebesar 75.000 ekor per minggu . Meningkatnya permintaan akan ikakn hias air tawar merupakan peluang bagi perusahaan, sehingga untuk memnuhi peluang tersebut Budi Fish Farm berencana akan mengembangkan usaha dengan menambah skala usaha pemasok ikan hias air tawar. Mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk upaya perluasan skala usaha ini, Budi Fish Farm

perlu melakukan analisis kelayakan investasi untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan penanaman modal yang besar tersebut. Aspek-aspek yang akan dikaji dalam pengembangan usaha pemasok ikan hias air tawar meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar, serta aspek finansial.

Salah satu komponen utama dalam pemeliharaan ikan hias ini adalah cacing sutera yang digunakan sebagai pakan bagi ikan. Harga pakan ikan hias selalu menunjukkan kecenderungan meningkat yang akan menjad i permasalahan bagi perusahaan itu sendiri. Variabel lain yang juga mempengaruhi jalannya usaha pemasok (supplier) ikan hias ini adalah pemakaian bahan bakar untuk transportasi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian yaitu:

1. Bagaimana kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar yang dilakukan oleh Budi Fish farm jika dilihat dari segi aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek pasar?

2. Bagaimana kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar yang dilakukan oleh BudiFish Farmdilihat dari segi aspek finansial?


(29)

3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar Budi Fish Farm terhadap perubahan pada harga pakan ikan hias dan harga bahan bakar?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antaralain:

1. Melihat kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar BudiFish Farmdari segi aspek teknis, aspek manajemen, aspek so sial, dan aspek pasar.

2. Menganalisis kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar berdasarkan aspek finansial.

3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar BudiFish Farm.

1.4 Kegunaan Penelitian

Budi Fish Farm merupakan perusahaan perikanan y ang bergerak pada usaha pemasok ikan hias air tawar di Jawa Barat. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan dan memberikan informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan untuk tertarik dalam usaha pemasok ikan hias baik jenis air laut maupun air tawar. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan terhadap manajemen perusah aan untuk mengetahui kelayakan usaha pemasok ikan hias, serta mengetahui variabel -variabel yang mempengaruhi usaha apabila terjadi kenaikan output maupun input .


(30)

2. Bagi penulis, dengan penelitian ini memberikan kesempatan untuk menambah wawasan dan pengala man dalam menerapkan ilmu -ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini, aspek non finansial yang dibahas adalah aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek pasar. Pembatasan penelitian ini bertujuan untuk mengarahkan penelitian agar sesuai dengan tujuannya. Aspek finansial yang digunakan dalam penelitian ini menggunaka n beberapa kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), serta Payback Period (PP). Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas yang bertujuan untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat mempertahankan usahanya apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap input maupun output .


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Usaha Ikan Hias

Berdasarkan habitatnya ikan hias dapat digolongkan kedalam dua jenis, yaitu ikan hias air tawar dam ikan hias air laut. Ikan hias mempunyai jenis yang beranekaragam dengan corak dan warna yang berbeda -beda. Tempat pemeliharaan ikan hias dapat berupa kolam (bak semen) ataupun akuarium. Tempat tersebut praktis dan mudah dibuat serta cocok untuk budidaya yang dilakukan pada lahan sempit.

Ikan hias adalah ikan yang umumnya mempunyai bentuk, warna dan karakter yang khas pada masing -masing jenisnya, sehingga menc iptakan keindahan tersendiri ketika melihat gerakan -gerakannya dalam akuarium ataupun kolam yang mendukung serta dapat memberikan suasana tentram. Gerakan ikan hias yang umumnya lembut dan dipadukan dengan tanaman hias ataupun alat pendukung lainnya di dalam akuarium akan selalu menarik untuk dilihat.

Kegiatan budidaya perikanan, khususnya ikan hias air tawar membutuhkan input modal yang tidak dan sarana lain yang tidak sedikit nilainya. Oleh karena itu, persiapan harus dilakukan dengan sungguh -sungguh agar usahanya terhindar dari resiko kegagalan (Daelami, 2000).

Secara garis besar, ikan hias dibagi kedalam empat macam dilihat dari jenisnya, yaitu:

1. Ikan hias yang berasal dari air tawar dengan istilah perdagangannya


(32)

2. Ikan hias yang berasal dari laut yang dikenal sebagai Marine Ornamental Fish.

3. Tanaman hias air tawar yang dikenal sebagai Freshwater Ornamental Plant

atauAquatic Plant.

4. Kerang-kerangan atau biota laut yang dikenal sebagai invertebrata.

Pada kegiatan perdagangan ikan hias, sangat memperhatikan mutu dari ikan yang dihasilkan. Mutu yang dimaksud adalah mutu yang disesuaikan dengan standar berlaku, hal ini dikarenakan perdagangan ikan hias lebih besar untuk ekspor. Faktor-faktor yang mempengaruhi mut u suatu ikan hias antaralain:

1. Kegiatan Budidaya, meliputi:

a) Perawatan yang terdiri dari penangkapan, pembenihan, pembesaran, kemampuan untuk berkembangbiak.

b) Pemberian pakan

c) Penanggulangan penyakit

d) Variasi dan ketajaman warna ikan hias e) Ukuran dan umur ikan hias

2. Metode Penangkapan dan Peralatan

Metode penangkapan yang salah dapat mengakibatkan ketidaksehatan hasil tangkapan, sedangkan penangkapan dengan menggunakan alat yang tidak sesuai dapat menyebabkan rusaknya hasil tangkapan terse but.

3. Penanganan pada tempat pengumpulan

Ikan hias harus benar-benar mendapatkan perlakuan yang tepat, baik dalam hal kadar oksigen dalam air, sirkulasi dan kebersihan air, kecukupan


(33)

makanannya, kadar suhu tempat pengumpulan dan intensitas cahaya pada tempat tersebut (Badan Pengembangan Ekspor Nasional, 2000).

Prosedur dalam perdagangan ikan hias adalah bebas, artinya tidak ada batasan dalam jumlah. Namun jika perdagangan ikan hias dalam skala ekspor, maka eksportir harus memiliki ijin perdagangan dari K ementerian Industri dan Perdagangan. Ikan hias merupakan komoditi yang mempunyai ciri dan sifat tertentu, sehingga para pelaku pasar ikan hias harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik agar dapat menghasilkan ikan yang sesuai dengan keinginan pasar.

Pada umumnya saluran distribusi perdagangan ikan hias dalam pasar domestik dimulai dari petani atau peternak lalu ke pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul akan menjualnya kembali kepada p edagang pengumpul lain yang berada di kota besar, baru setelah itu disalurkan kepada pengecer dam konsumen. Saluran distribusi perdagangan ikan hias dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Rantai Pemasaran Ikan Hias Domestik

Saluran pemasaran yang ditujukan untuk tingkat ekspor dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Skema Rantai Pemasaran Ikan Hias Ekspor

Petani

Pengumpul di kota besarPengumpul Pengecer Konsumen Petani


(34)

2.2 Usaha Pemasok (supplier) Ikan Hias

Order ikan hias dari para eksportir biasanya datang setelah adanya permintaan dari luar negeri, kemudian eksportir akan mencari ikan -ikan hias tersebut kepada pemasok (supplier) dengan mengirimkan daftar pemesanan tersebut. Setelah order datang, pemasok (supplier) akan mendatangi atau menghubungi petani.

Pemasok (supplier) dijadikan ujung tombak oleh sebagian besar eksportir, sedangkan ujung tombak pemasok (supplier) adalah petani ikan hias. Akan tetapi pihak pemasok juga tetap melakukan kegiatan pemeliharaan, penyeleksian dan pengangkutan sebelum ikan hias terjual.

2.2.1 Penampungan Ikan

2.2.1.1 Persiapan dan Pemeliharaan Tempat Penampungan

Lokasi penampungan seb aiknya memiliki sumber air yang cukup, tenang dan aman. Selain itu, lokasi juga sebaiknya dekat dengan lingkungan peternak serta dekat jalan utama, sehingga akan memudahkan transportasi. Tempat yang digunakan untuk menampung ikan adalah Aquarium. Aquarium merupakan tempat yang sangat sesuai sebagai tempat penampungan ikan hias, karena kondisi ikan serta kualitas air dapat dikontrol dengan teliti. Selain aquarium, ikan hias juga dapat ditempatkan pada kolam semen, bak plastic maupun bak yang terbuat dari fiberglass. Hal ini biasanya ditentukan oleh jenis dan ukuran ikan hias tersebut (Lingga dan Susanto, 2003).

2.2.1.2 Kualitas Air

Air adalah unsur penunjang terpenting dalam p roses pemeliharaan ikan hias, oleh karena itu kondisi air harus bersih dari bahan -bahan beracun. Umumnya


(35)

air tanah atau air sumur relatif lebih aman bila digunakan dalalm pemeliharaan ikan hias ini. Menurut Sitanggung (2002), ada beberapa parameter yanag mempengaruhi kualitas air yaitu:

1. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman biasanya diukur dengan skala 1 -14 dan umumnya angka tujuh menandakan air bersifat netral. Ikan hias biasanya hidup optimal dalam kisaran pH 6,5–8.

2. Kesadahan (HD)

Kesadahan air (hardness) menunjukkan kandungan mineral, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan seng (Zn) di dalam air. Jika kandungan unsur mineral tersebut tinggi, maka air dianggap bersifat hardness atau keras. Sebaliknya jika kandungan mineralnya rendah, air dianggap softness atau lunak. Ikan hias biasanya hidup pada air yang rata-rata memiliki kesadahan antara 8 – 10 HD.. Kesadahan air dapat dilakukan dengan menambahkan aquades.

3. Oksigen Terlarut

Sebagian besar ikan hias membutuhkan oksigen (O2) terlarut dalam air

sebanyak 3 mg/l. Umumnya, batas minimal kandungan oksi gen terlarut untuk pertumbuhan ikan adalah 5 mg/l. Gejala kekurangan oksigen pada ikan terlihat dari gerak-geriknya yang mulai gelisah, selalu berenang di permukaan air, serta frekuensi pernafasannya lebih cepat, yaitu insang dan mulut membuka dan menutup lebih cepat.


(36)

2.2.1.3 Kultur Pakan Alami

Tingginya angka kematian pada budidaya ikan hias salah satunya dipengaruhi oleh lancar atau tidaknya suplai makanan yang diberikan pada ikan tersebut. Pakan yang paling sesuai untuk ikan hias air tawar adalah pak an alami. Pakan alami merupakan pakan gratis yang dapat ditemukan di alam, misalnya di perairan umum atau bahkan dibudidayakan sendiri.

Pakan alami biasanya berupa renik, seperti cacing -cacingan, larva nyamuk serta dapat pula udang renik. Ukurannya bernac am-macam sehingga dapat disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan dan umur ikan pada pemberiannya.

Menurut Lingga dan Susanto (2003), ada beberapa jenis pakan alami berprotein tinggi yang lazim untuk diberikan pada ikan hias, diantaranya adalah: 1. Infusoria

Infusoriaadalah protozoa yang sangat cocok diberikan sebagai pakan ikan hias yan gberukuran kecil (benih) setelah kuning telurnya habis. Protozoa ini kebanyakan hidup di air tawar seperti kolam, sawah, rawa dan perairan tawar tergenang lainnya. Infusoria mampu tumbuh dan berkembang biak dengan cepat sekalipun di lingkungan yang sedang tercemar dan mengalami proses pembongkaran sisa bahan organik.

2. Rotifera

Jenis Rotifera yang sering ditemukan adalah Brachiomus. Namun,

Brachiomus yang ada di air tawar berbeda dengan yang ada di air payau dan air laut. Makanannya terdiri dari ganggang renik, ragi, bakteri, dan protozoa. Siklus hidup Brachiomushanya berkisar 8–12 hari.


(37)

3. Kutu Air

Kutu air yang dimaksud di kalangan perikanan seb enarnya bukan berupa kutu, melainkan udang renik yang dikenal dengan sebutan Cladocera. Diantara banyak udang renik, Cladoceraini paling terkenal. Jenis yang sering di kolam dan perairan umum adalah MoinadanDaphnia.

4. Cacing Sutera

Cacing sutera terkenal mampu memacu pertumbuhan anak ikan. Bagi induk ikan yang sedang bunting, cacing ini memang kurang cocok karena dikhawatirkan dapat menghambat keluarnya telur. Kandungan lemak cacing ini diduga akan menyum bat saluran telur induk ikan tersebut.

5. Jentik Nyamuk

Pakan larva nyamuk tergolong sangat cocok diberikan pada induk ikan hias yang sudah atau akan kawin. Selain ukuran tubuhnya cocok dengan induk ikan hias, kandungan proteinnya pun tinggi. Bahkan induk ikan yang sudah bertelur akan lebih cepat matang telur kembali apabila diberikan pakan jentik nyamuk.

2.2.1.4 Penyakit Ikan dan Penanggulannya

Menurut Lingga dan Susanto (2003), penyakit ikan hias umumnya disebabkan oleh dua kelompok besar, yaitu penyakit yang disebabkan oleh parasit (parasiter) dan bukan parasit (non parasiter). Penyakit parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya parasit yang menyerang tubuh, insang, lendir, maupun organ dalam tubuh ika n sendiri. Penyakit tersebut dapat disebab kan oleh protozoa, cacing, udang, renik, jamur, bakteri, dan virus (Lingga dan Susanto, 2003).


(38)

Penyakit non parasiter merupakan penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, melainkan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pakan. Lingkungan yang tidak sesuai sejak awal pemeliharaan atau berubah mendadak dapat menyebabkan ikan sakit. Sementara kesalahan dalam pemberian pakan misalnya berlebih atau berkualitas jelek dapat menyebabkan kematian pada ikan. Akibat dari serangan non parasiter ini terkadang lebih hebat dari penyakit parasiter sendiri. Kekurangan oksigen, kesalahan pemberian pakan, perubahan temperature dan keracunan adalah contoh penyakit non parasiter yang sering dijumpai (Lingga dan Susanto, 2003).

2.2.2 Pemasaran

Untuk pasar lokal, umumnya jalur pemasarannya adalah produsen -pengumpul-agen-pedagang pengecer-konsumen. Jalur pemasaran ini akan semakin panjang untuk keperluan ekspor karena menyertakan eksportir, importer, pedagang besar, agen, maupun pedagang pengecer. Panjang pendek nya jalur pemsaran akan mempengaruhi harga ikan di tangan konsumen (Ismail, 2003).

Selain jalur pemsaran, tingginya resiko pemasaran akan meningkatkan biaya sehingga harga ikan juga akan meningkat. Untuk mengurangi resiko, ikan hias yang akan dipasarkan h arus melalui proses penyeleksian, pengemasan, dan pengangkutan yang baik.

2.2.2.1 Proses Penyeleksian

Penyeleksian sangat penting peranannya dalam usaha pemasok (supplier) dan ekspor ikan hias. Kesehatan dan ukuran ikan hias adalah standar mutu yang harus dipenuhi. Kesehatan ikan hias meliputi warna yang tidak pucat dan tidak


(39)

ada kelainan, sedangkan standar ukuran ikan hias ada beberapa ukuran, yaitu S (Small), SM (antara Small dan Medium), ML (antara Medium dan Large), L (Large), dan XL (ekstra Large). Ukuran ini diukur dari ujung mulut sampai pangkal ekor, tidak termasuk panjang ekor (Alijera, 2002). Proses penyeleksian mutlak dilakukan agar diperoleh ukuran, jumlah dan jenis ikan yang seragam dalalm setiap kemasan.

2.2.2.2 Pengemasan

Ikan yang sudah diseleksi selanjutnya akan melalui proses pengemasan. Salah satu teknik pengemasan ikan yang terbaik adalah dengan memasukkan ikan ke dalam kantong plastik berisi air yang kemudian diberi oksigen murni sebelum diikat.

Kantong plastik yang sudah disiapkan rengkap dua diisi air sebanyak 1/5 -1/7 volumenya, kemudian ikan yang akan diangkut dipindahkan ke dalam kantong secara hati-hati agar tidak merusak tubuh ataupun membuat ikan menjadi stress. Jumlah ikan yang dimasukkan ke dalam kantong plastik, disesuaikan dengan ukuran kantong, ukuran ikan, jenis ikan dan jarak tempuh lokasi yang dituju. Setelah itu, ujung kantong yang terbuka di tekan agar udara di atas air keluar baru kemudian diberi oksigen minimal 2/3 bagian dari ka ntong terpenuhi. Terakhir ujung kantong plastik diputar dengan kuat dan diikat erat dengan menggunakan karet gelang.

Untuk jarak tempuh yang jauh atau ekspor, kantong plastik dimasukkan ke dalam kotak Styrofoam yang dapat memuat hingga 2 -4 kantong. Dalam proses ini harus diusahakan kotak Styrofoam terisi penuh, agar kantong plastik yang ada di dalamnya tidak mudah bergerak yang dapat menyebabkakn ikan menjadi stress.


(40)

Setelah itu, kotak ditutup dan direkatkan den gan lakban agar tidak mudah terbuka, selanjutnya kotak Styrofoam dimasukkan ke dalam kardus yang kemudian diikat atau direkatkan dengan lakban yang sebelumnya pada bagian luar kardus su dah diberi label.

2.2.2.3 Pengangkutan

Proses pengangkutan dibedakan a tas pengangkutan lokal dan pengangkutan ekspor. Pengangkutan lokal biasanya dilakukan dengan menggunakan angkutan bus atau truk tertutup. Umumnya kemasan kantong plastik dapat langsung dikemas dalam kotak kardus tanpa Styrofoam. Namun, pengangkutannya dilakukan pada sore dan malam hari dengan alasan suhu udaranya rendah pada saat malam hari dan sesuai untuk ikan mengalami perjalanan. Pengangkutan lokal berjarak dekat tidak memerlukan dokumen pengiriman, catatan tentang jumlah dan jenis ikan cukup ditulis pa da setiap kantong dengan menggunakan spidol yang tahan air.

Pengangkutan ekspor biasanya menempuh jarak yang sangat jauh dengan waktu yang cukup lama, sehingga fisik kemasan dan kondisi ikan biasanya harus dipastikan dengan aman dan teliti. Kemasan kanton g plastik harus dimasukkan ke dalam kotak styrofoam terlebih dahulu sebelum dikemas dalam kardus. Untuk pengangkutan ekspor diperlukan beberapa dokumen penting antara lain Surat Pengantar Pengiriman Ikan, Sertifikat Kesehatan Ikan, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) serta Surat Pemberitahuan Ekspor Bsrang.


(41)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang menganalisis tentang ikan hias sudah banyak dilakukan, diantaranya berjudul Analisis ekonomi Pemanfaatan Situ Malang Tengah untuk Usaha Budidaya Ikan Mas Koki dengan Sistem Jaring Tancap di Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor oleh Suhendra (2004). Dari hasil analisisnya, di dapat bahwa pemanfaatan situ sebagai la han untuk budidaya Ikan Mas Koki dengan sistem jarung tancap mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang memanfaatkan Situ Malang Tengah baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini terlihat dari hasil Net Present Value (NPV) dari pemanfaatan situ tersebut sebesar Rp 500.903.585,00 dan perhitungan Net B/C sebesar 4,29 yang artinya usaha Budidaya Ikan Mas Koki dengan sistem jaring tancap layak untuk dikembangkan dengan pemanfaatan Situ Malang Tengah.

Angraini (2004) dalam penelitiannya yang berjudu l Alokasi Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pembesaran Ikan Guppy di Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor menjelaskan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa input yang berpengaruh nyata terhadap usaha tersebut adalah benih ikan Guppy dan Pakan Cacing Sutera. Dilihat dari nilai rasio NPM/BKM, diketahui penggunaan benih perlu ditingkatkan dari 218 ekor per m3menjadi 940 ekor per m3, cacing sutera ditingkatkan dari 0,08 takar per m3menjadi 4,08 takar per m3. Output yang dihasilkan men ingkat dari 210 ekor per m3 menjadi 3414 ekor per m3. Pada analisis usaha diperoleh nilai keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp 10.196.330,00, R/C sebesar 1,65, PP sebesar 0,48 tahun dan kondisi optimal keuntungan yang duperoleh sebesar Rp 106.115.330, 00; R/C sebesar 3,93 dan PP sebesar 0,047 tahun. Pada kedua kondisi menunjukkan usaha layak untuk


(42)

dijalankan. Dilihat dari analisis kriteria investasi, pada skenario I (modal sendiri) didapatkan nilai NPV sebesar Rp 301.621.671,70; nilai net B/C sebesar 20 ,95 dan nilai IRR sebesar 640%. Sedangkan pada skenario II (modal pinjaman) didapatkan nilai NPV sebesar Rp 300.306.236,93; net B/C sebesar 20,86 dan IRR sebesar 70,9%. Dengan demikian, dilihat dari analisis kriteria investasi baik pada skenario I dengan modal sendiri maupun pada skenario II menggunakan modal pinjaman, dapat diambil kesimpulan bahwa usaha pembesaran ikan Guppy tersebut layak untuk dijalankan.

Peneliitan mengenai ikan hias lainnya telah dilakukan oleh Astuti (2008) dengan penelitiannya yang berjudul Optimalisasi Produksi Ikan Hias Air Tawar pada Heru Fish Farm di Desa Kota Batu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Dari hasil pemrograman linear menunjukkan bahwa Heru Fish Farmbelum dapat mengalokasikan input produksi secara optimal. Ini terbu kti dari adanya input aktual yang tidak sama dengan input produksi optimalnya, yaitu ketersediaan pakan buatan, ketersediaan kapasitas volume air dan ketersediaan modal produksi. Hasil analisis sensitivitas terhadap fungsi tujuan menyatakan bahwa selama perubahan kontribusi keuntungan masih berada pada selang sensitivitas maka tidak akan merubah solusi optimalnya. Hasil sensitivitas terhadap fungsi kendala menyatakan bahwa selama penambahan ataupun pengurangan input produksi berada pada selang sensitivitas maka tidak akan merubah harga bayangan (dual price) dari masing-masing input produksi yang digunakan sehingga tidak akan merubah fungsi tujuannya.

Analisis dengan judul yang sama dan komoditas berbeda juga sudah banyak dilakukan, diantaranya Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan


(43)

Usaha Pembesaran Lele Dumbo di Agro Niaga Insani, Kabupaten Bogor dilakukan oleh Rohaeni (2005). Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi, menunjukan bahwa jumlah net benefit yang akan diperoleh selama umur pr oyek 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai saat ini adalah sebesar Rp 118.976.123,41. Nilai NetB/C yang diperoleh sebesar 1,89; ini berari penerimaan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran atau biaya. Nilai IRR dari usaha pembesaran lele dumbo sebesar 34,80, ini menunjukan usaha tersebut memberikan keuntungan sebesar 34,80 persen dari total investasi yang ditanamkan. Hasil dari kriteria investasi tersebut menunjukan bahwa NPV >1,Net

B/C>1, dan IRR>discount rate. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembesaran lele dumbo dengan adanya penambahan investasi layak untuk diusahakan dan dikembangkan.

Wijayanto (2005) penelitiannya yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas Kolam Air Deras, studi kasus di MN Fish Farm, Kabupaten Subang. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa usaha pembesaran ikan mas kolam air deras MN Fish Farmlayak pada tingkat diskonto 6 persen dan modal sepenuhnya modal pribadi. Hasil yang didapat adalah NPV sebesar Rp 823.606.812,00 dengan Net B/C sebesar 3,06 dan IRR 26 persen serta pengembalian modal (MPI) selama 4 tahun 6 bulan. Proyek menghasilkan keuntungan bersih sekarang yang positif, pengeluaran sebesar Rp 1,00 menhasilkan manfaat sebesar Rp 3,06 dan tingkat pengembalian in ternal dari proyek lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku. Selain dengan scenario awal, juga dilakukan analisis dengan perubahan scenario yaitu modal sebagian berasal dari pinjaman bank (skenario II). Pada skenario II tingkat diskonto yang


(44)

digunakan adalah 6 dan 15 persen. Hasil yang diperoleh dengan suku bunga 6 persen adalah NPV sebesar Rp 682.145.459,00, Net B/C 4,41 dengan IRR 32 persen dan MPI 5 tahun 1 bulan. Usaha masih layak untuk dilaksanakan dengan skenario II pada tingkat suku bunga 6 pers en, pelaksanaan usaha dengan modal pinjaman dari bank lebih layak untuk dilaksanakan. Pada tingkat suku bunga 15 persen dengan modal sebagian berasal dari pinjaman bank hasil yang diperoleh adalah NPV sebesar Rp 324.433.731,00, Net B/C sebesar 2,62 dengan IRR 22 persen dan MPI 6 tahun 1 bulan. Nilai NPV positif dan Net B/C lebih besar dari pengeluaran, sedangkan nilai IRR sebesar 22 persen menunjukkan bahwa usaha tersebut akan dapat mengembalikan pinjaman beserta bunganya karena pengembalian internal usaha tersebut lebih besar dari suku bunga kredit yang berlaku yaitu 15 persen. Analisis sensitivitas dilakukan pada penurunan harga output sebesar 5,65; 11,11 dan 16,67 persen, serta kenaikan harga input benih sebesar 30,4 persen dan harga input pakan sebesar 7,91 persen. Usaha masih layak apabila terjadi kenaikan harga benih sebesar 30,4 persen, kenikan harga pakan sebesar 7,91 persen, penurunan harga output sebesar 5,56 persen dan kenaikan suku bunga menjadi 15 persen.

Penelitian terdahulu di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Persamaannya terletak pada judul yaitu menganalisis kelayakan usaha, sedangkan perbedaannya ada pada jenis usaha dan komoditi yang dianalisis serta daerah penelitian, dimana penelitian tentang jenis usaha pemasok (supplier) ikan hias di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor belum pernah dilakukan sebelumnya.


(45)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Perluasan Skala Usaha

Analisis skala usaha (return to scale) dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang diteliti berada dalam kondisi kenaikan hasil ya ng semaking bertambah (Increasing Return to Scale), kondisi kenaikan hasil yang tetap (Constant Return to Scale), atau berada dalam kondisi kenaikan hasil yang semakin berkurang (Decreasing Return to Scale). Besar kecilnya tingkat pendapatan usahatani dipengaruhi oleh skala usaha. Untuk meningkatkan hasil produksi yang maksimal, perlu diketahui berapa skala usaha yang harus dilakukan. Dalam jangka panjang, perluasan skala usaha dapat dilaksanakan dengan menamb ah semua faktor produksi beramaan. Sedangkan dalam jangka pendek, perusahaan hanya dapat memilih satu pabrik saja untuk berproduksi. Tetapi dalam jangka panjang, pengusaha dapat menambah atau mengurangi jumlah pabrik sesuai dengan tingkat produksi yang direncanakan. Kemampuan tersebut memungkinkan peru sahaan beroperasi dengan biaya rata -rata yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Kurva yang menunjukkan titik -titik biaya rata-rata minimum pada berbagai tingkat produksi disebut kurva amplop (envelope curve). Adapun gambar kurva amplop ini dapat diihat pada Gambar 3.


(46)

Menurut Sudarsono (1995), d alam perluasan skala usaha berlaku tiga kemungkinan hukum perluasan skala usaha antara lain:

1. Increasing Return to Scale yaitu apabila kuantitas semua faktor produksi dinaikkan secara seragam dengan kelip atan tertentu akan mengakibatkan kenaikan produk dalam kelipatan yang lebih besar.

2. Constant Return to Scale yaitu kuantitas produksi bertambah tetapi kenaikannya dalam porsi yang sama dengan kenaikan kuantitas faktor produksi.

3. Decreasing Return to Sc ale yaitu kuantitas produksi secara absolut akan tetap naik akan tetapi kenaikannya semakin kecil.

Biaya

SAC1 SAC3

LRAC

A SAC2 C

B

0 Q1 Q2 Q3 Q(Output)

Gambar 3. Kurva Amplop

Dari gambar 3 dapat dijelaskan bahwa dari titik A sampai titik B menunjukkan law of increasing return to scale artinya pada tingkat output yang lebih tinggi akibat penambahan skala usaha, rata -rata jumlah input per unit output


(47)

yang diperlukan semakin kecil , sedangkan titik B sampai titik C menunjukkan law of decreasing return to scale artinya pada tingkat output yan glebih tinggi akibat penambahan skala usaha terus -menerus, maka rata-rata jumlah input per u nit output yang diperlukan semakin besar, sehingga petani yang berada pada titik A yaitu titik skala usaha Q1untuk menghemat biaya produksi per satuan petani harus

memperluas skala usahanya. Petani yang berada pada titik C yaitu titik skala usaha Q3 untuk menghemat biaya per satuan petani, harus memperkecil skala

usahanya dan titik B yaitu Q2 merupakan titik keseimbangan atau titik skala

efisien untuk dilanjutkan usahanya.

Pada usahatani, sumber penghematan skala usaha dapat berasal dari segi kegiatan produksi, pemasaran, dan pengelolaan. Segi produksi misalnya dengan memperbesar skala usaha lebih banyak peluang untuk mengadakan spesialisasi tugas dan pembagian kerja yang dapat menaikan produktivitas kerja sehingga biaya produk menjadi lebih rendah. Penghematan skala juga ada batasnya sehingga apabila produksi terlalu besar, dibutuhkan organisasi yang terlalu besar dengan rentang kendali pengawasan menjadi terlalu luas, sehingga pengawasam menjadi tidak efeketif (Sudarsono, 1995).

3.1.2 Studi Kelayakan Proyek

Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang/biaya -biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan -kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian d asar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap -tahap identifikasi, persiapan dan


(48)

analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi. Analisis proyek adalah memperbaiki pemilihan investasi. Sumber -suimber yang tersedia terbatas maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proye k. Kelayakan investasi dalam suatu usaha dapat ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya aspek teknis, aspek sumberdaya manusia, aspek pemasaran dan aspek finansial (Gitinger, 1986). Evaluasi adalah alat yang paling penting dalam suatu proyek yang sedang berjalan dan dapat dilakukan dalam beberapakali selama pelaksanaan proyek tersebut. Penilaian terhadap suatu proyek pada dasarnya untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan.

Menurut Kadariah et,al(1999), proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber -sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan mendapatkan hasil (returns) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Proyek investasi merupakan gabungan suatu aktivitas yang memerlukan penggunaan sumberdaya dan modal dengan harapan memperoleh manfaat yang dapat berarti p roduk. Suatu proyek investasi pada umumnya memerlukan dana dan modal yang cukup besar serta memiliki jangka waktu umur ekonomis yang panjang.

Dalam menganalisis suatu proyek, haruslah mempertimbangkan aspek -aspek yang saling berkaitan yang secara bersama -sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya (Gittinger, 1986).


(49)

3.1.3 Umur Proyek

Menurut Kadariah,et al(1999), ada beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek, antara lain:

1. Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode atau jangka waktu yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari proyek. Umur ekonomis suatu asset yaitu jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan dari padanya.

2. Untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar sekali, lebih mudah untuk menggunakan umur teknis dari unsur -unsur pokok investasi. Untuk proyek -proyek tertentu, umur teknis dari unsur -unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena ketinggalan jaman akibat adanya teknologi baru yang lebih efisien. Keadaan ini hanya terdapat da lam proyek-proyek pertanian. 3. Untuk proyek-proyek yang umurnya lebih lama dari 25 tahun, dapat

diambil 25 tahun karena nilai -nilai setelah itu jika di lakukan diskon dengan menggunakan discount rate sebesar 10 persen ke atas, maka

present valuenya sudah kecil sekali.

3.1.4 Teori Biaya dan Manfaat

Definisi mengenai biaya dan manfaat menurut Gitinger (1986), secara sederhana biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan.

Dalam melakukan analisa proyek, biaya dan manfaat yang digunakan biasanya adalah yang ber sifat tangible (dapat di nilai dengan uang), sedangkan


(50)

biaya dan manfaat yang bersifat intangible (tidak dapat di nilai dengan uang) seperti hanya digunakan sebagai ma sukan tambahan yang digunakan untuk pertimbangan subyektif pengambil keputusan. Pada analisis kelayakan usaha secara finansial, biaya dan manfaat yang digunakan adalah yang berpengaruh langsung (direct effect) terhadap proyek yang bersangkutan, yaitu yang secara langsung menaikkan/menurunkan fisik dan/atau menaikkan/menurunkan biaya.

Biaya yang dimaksud antara lain biaya investasi, biaya operasional dan biaya lainnya, sedangkan yang termasuk manfaat antara lain nilai produksi total, penerimaan pinjaman, ban tuan, nilai sewa dan nilai sisa.

3.1.5 Analisis Pendapatan Usaha

Analisis pendapatan usaha pertanian pada umumnya digunakan untuk melakukan evaluasi bagi suatu usaha perikanan dalalm satu tahun. Tujuannya adalah untuk membantu perbaikan pengelolaan usaha perikanan. Harga yang digunakan dalam analisis pendapatan usaha pe rikanan adalah harga yang berlaku, demikian halnya dengan analisis investasi usaha (Riyanto, 1989).

Adapun bentuk-bentuk dari analisis pendapatan usahatani antaralain adalah sebagai berikut:

(1) Analisis Pendapatan

Analisis yang digunakan untuk melihat ke untungan dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial.

(2) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)

Analisis yang digunakan untuk melihat seberapa besar nilai biaya yang dipakai dalam kegiatan usaha tersebut dapat member ikan manfaat.


(51)

Dengan diperolehnya biaya dan manfaat dari usaha akan mempermudah analisis kelayakan yang dilakukan terhadap usaha tersebut. Analisis pendapatan usaha sangat penting sebagai pelengkap pada analisis kelayakan investasi proyek perikanan, selain itu analisis ini juga sangat penting untuk memperhitungkan hasil keuntungan dari suatu proyek perikanan, tidak hanya secara keseluruhan selama umur investasi tetapi memperlihatkan keadaan usaha dari tahun ke tahun.

3.1.6 Kriteria Kelayakan Investasi

Tujuan dari analisis proyek adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga dapat dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan serta menentukan prioritas investasi. Menurut Gitinger (1986), untuk me ndapatkan dan mengananlisis proyek yang efektif, maka harus mempetimbangkan banyak aspek yang secara bersama -sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Aspek-aspek tersebut terdiri atas aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial dan aspek ekonomi.

Umar (2005) membagi analisis kelayakan menjadi aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek finansial. Dalam penelitian ini aspek -aspek yang akan dibahas adalah aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, dan aspek finansial saja.

3.1.6.1 Aspek Teknis

Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Kerangka kerja proyek harus dibuat secara jelas agar analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti. Aspek-aspek


(52)

lain dari analisis proyek hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan.

Analisis secara teknis akan menguji hubungan -hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang diusulkan, misalnya: keadaan tanah di daerah proyek dan potensinya bagi pembangunan usaha, ketersediaan air, baik secara alami (hujan dan penyebaran hujan) serta pengadaan (kemungkinan -kenungkinan untuk membangun irigasi), varietas benih yang cocok. Atas dasar pertimbangan -pertimbangan ini, analisis secara teknis akan dapat menentukan ha sil-hasil yang potensial (Gittinger, 1986).

3.1.6.2 Aspek Manajemen

Aspek ini membahas tentang bagaimana merencanakan pengelolaan proyek tersebut dalam operasinya nanti. Analisa ini berkaitan dengan hal -hal yang berkenaan dengan pertimbangan mengenai ses uai atau tidaknya proyek dengan pola sosial budaya masyarakat setempat, susunan organisasi proyek agar sesuai dengan prosedur organisasi setempat, kesanggupan atau keahlian staf yang ada untuk mengelola proyek.

Manajemen berfungsi untuk menjalankan roda o rganisasi melalui kegiatan-kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dna pengendalian. Identifikasi jenis-jenis pekerjaan diperlukan untuk mengembangkan suatu usaha, ada berbagai cara untuk mengklasifikasikan pekerjaan -pekerjaan tersebut, yaitu berdasarkan fungsi dan tipe pekerjaan manajerial dan operasional.


(53)

3.1.6.3 Aspek Pasar

Aspek pasar dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. Menurut Kadariah et.al (1999), aspek komersial menyangkut penawaran input beru pa barang dan jasa yang diperlukan dalam proyek, baik pada saat membangun proyek maupun pada saat proyek sudah berproduksi, serta menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh proyek. Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tangg apan yang diinginkan oleh pasar sasaran mereka, alat tersebut membentuk suatu bauran pemasaran.

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat -alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Alat-alat tersebut diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P, yaitu; produk (Product), harga (Price), tempat (Place), dan promosi (Promotion). Empat P menggambarkan pandangan seorang penjual mengenai alat-alat pemasaran yang dapat diguna kan untuk mempengaruhi pembeli (Kotler, 1997).

Analisis aspek komersil terdiri dari rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gitinger, 1986). Dari sisi output, analisis pasar untuk hasil proyek adalah sangat penting dalam meyakinkan bahwa terdapat suatu pemintaan yang efektif pada harga yang menguntungkan. Dari sudut pandang input, rencana -rencana harus dibuat bagi para petani untuk meyakinkan adanya input, saluran distribusi, kapasitas, kontinuitas, dan tingkat harga.


(54)

3.1.6.4 Aspek Finansial

Menurut Gitinger (1986), aspek -aspek finansial dari persiapan dan analisis proyek menerangkan pengaruh -pengaruh finansial dari suatu proyek diusulkan terhadap peserta. Dalam proyek -proyek pertanian, para peserta terdiri dari petani, perusahaan swasta, koperasi , dan lembaga-lembaga lainnya. Tujuan utama dari analisis finansial adalah menentukan insentif bagi orang -orang yang terlibat dalam pelaksanaan proyek.

Analisis proyek pertanian adalah untuk membandingkan biaya -biaya dengan manfaatnya dan menentukan proye k-proyek yang mempunyai keuntungan yang layak. Suatu proyek dapat dilaksanakan atau tidak, bila hasil yang diperoleh dari proyek dapat dibandingkan dengan sumber -sumber yang diperlukan (biaya). Dalam analisis ini diperlukan criteria investasi yang merupaka n metode yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Beberapa kriteria sebagai tolak ukur penilaian kelayakan investasi diantaranya adalah:

1. Net Present Value (NPV), merupakan nilai sekarang dari arus tambahan manfaat bagi pelaksanaan proyek dihitung berdasarkan tingkat diskonto. 2. Internal Rate of Return (IRR), merupakan tingkat suku bunga yang

menjadikan manfaat bersih sekarang sama dengan nol. Tingkat suku bunga tersebut merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), merupakan angka perbandingan nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya.


(55)

4. Payback Period (PP), merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi.

3.1.7 Analisis Sensitivitas

Tujuan dari analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada kesalahan atau perubahan dalam dasar -dasar perhitungan biaya atau manfaat. Dalam analisis kepekaan s etiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti bahwa setiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini diperlukan karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi -proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang terjadi di waktu yang akan datang. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh penurunan harga dan kenaikan biaya yang terjadi terhadap kelayakan suatu usahatani, yaitu layak ataupun menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Dalam analisis sensitivitas, setiap kemungkinan harus dicoba yang berarti bahwa setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal ini diperlukan karena analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketdakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang. P ada sektor pertanian, proyek dapat berubah-ubah yang biasanya bersumber dari fluktuasi harga -harga input dan output maupun perubahan pada volume produksi (Gittinger, 1986).

Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan switching value

(nilai pengganti), dimana analisis ini mencari beberapa perubahan maksimum membuat NPV sama dengan nol. Perubahan -perubahan yang terjadi misalnya perubahan tingkat produksi, harga jual output maupun harga input. Teknik analisis


(56)

ini dilakukan secara coba -coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar NPV sama dengan nol.

Analisis switching value merupakan salah satu variasi dari analisis sensitivitas yang mencoba melihat kon disi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Pada analisis ini dicari berapa nilai pengganti pada komponen manfaat dan biaya yang masih memenuhi kriiteria minimum kelayakan investasi.

3.2 Kerangka Pemikiran Op erasional

Usaha pemasok (supplier) ikan hias untuk eksportir merupakan salah satu bidang usaha yang memiliki prospek bagus dalam m elakukan pengembangan. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya permintaan ikan hias dalam jumlah yang besar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Oleh sebab itu, peluang usaha ini banyak menarik masuk para pena nam modal untuk terlibat di dalamnya. Salah satunya adalah Budi Fish Farm. Dalam penelitian ini, Budi Fish Farm

bermaksud memanfaatkan peluang pasar yang ada.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka perlu dilakukan analisis kelayakan untuk nelihat apakah usaha perluasan pemasok ikan hias air tawar layak untuk dilaksanakan atau tidak, sehingga perlu dilakukan pembahasan mengenai aspek-aspek yang berkaitan seperti aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar, serta aspek finansial.

Penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis finansial untuk melihat nilai NPV, IRR, Net B/C ratio, dan Payback Period. Menurut Umar


(57)

(2005), NPV merupakan selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menentukan nilai sekarang itu diperlukan tingkat suku bunga yang relevan.

Analisis pendapatan usaha yang digunakan adalah analisis keuntungan dan R/Cratio. Penelitian ini juga menggunakan aspe k-aspek kelayakan investasi yang berbeda-beda setiap analisis aspeknya. Aspek pasar menggunakan analisis kuantitatif deskriptif, sedangkan aspek so sial, aspek manajemen dan aspek teknis menggunakan analisis kualitatif deskriptif. Aspek finansial menggunaka n analisis

cashflowmelalui perhitungan NPV, Net B/C, dan IRR.

Kriteria kelayakan yang digunakan untuk aspek pasar yaitu bahwa produk ikan hias yang dihasilkan mempunyai peluang pasar. Kriteria kelayakan pada aspek teknis ditunjukkan dengan adanya peningk atan produksi dan nilai penualan. Aspek sosial ditunjukkan dengan respon masyarakat sekitar yang tidak mempunyai keluhan apapun selama usaha berjalan, aspek manajemen menggunakan kriteria kelayakan yang ditunjukkan dengan pengelolaan dan pemeliharaan manajemen yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan usaha. Aspek finansial menggunakan kriteria kelayakan NPV> 0 , Net B/C > 1, dan IRR> tingkat diskonto yang ditetapkan.

Jika NPV> 0, maka proyek dikatakan layak atau bermanfaat karena dapat menghasilkan laba lebih besar dari modal opportunity cost faktor produksi modal. Apabila NPV=0, berarti proyek menghasilkan sebesar opportunity cost faktor produksi modal, dalam kondisi ini proyek tidak untung dan tidak rugi. Jika nilai NPV<0, maka proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang digunakan ssehingga menunjukkan bahwa proyek tersebut tidak layak dilakukan.


(58)

Nilai Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Proyek dikatakan layak untuk dilakukan apabila nilai Net B/C ratio menunjukkan angka lebih dari satu, sebaliknya apabila Net B/C ratio menunjukkan angka kurang dari satu maka proyek tidak layak dilakukan. Untuk menget ahui periode pengembalian modal dapat menggunakanpayback period.

Analisis sensitivitas juga digunakan dalam penelitian ini untuk menguji kepekaan suatu perubahan keadaan terhadap kelayakan investasi. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang rencana perluasan skala usaha yang akan dilakukan. Apabila dari hasil evaluasi kelayakan usaha menunjukkan bahwa usaha pemasok ikan hias air tawar yang dilakukan oleh Budi Fish Farm layak untuk dilaksanakan, maka sebaiknya perusahaan mempertahankan usahanya dengan melakukan pengembangan-pengembangan lebih lanjut guna mencapai keuntungan yang optimal. Sebaliknya, apabila hasil dari evaluasi kelayakan yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha pemasok ikan hias air tawar tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, maka perusahaan sebaiknya mengadakan perbaikan -perbaikan dalam hal manajemen, teknis, dan pasar dalam operasional usahanya.

Adapun gambar kerangka pemikiran operasional ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.


(59)

Adanya peningkatan permintaan ikan hias air tawar baik dari dalam negeri maupun luar

negeri

BudiFish Farm

Permasalahan yang dihadapi:

 Harga Pakan ikan yang terus naik serta harga bahan baker yang masih fluktuatif

 Karakterisrik tingkat keberhasilan atau

survival rate(SR) yang rendah dan berbeda untuk setiap masing -masing jenis ikan hias

Aspek Manajemen

Aspek Sosial Aspek Finansial:

NPV, IRR, Net B/C,Payback Period

Sensitivitas

Analisis Kelayakan Usaha

Aspek Teknis

Aspek Pasar

Tidak Layak Layak

Pengembangan usaha pemasok ikan hias air tawar


(60)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dala m penelitian ini adalah studi kasus . Studi kasus atau penelitian kasus merupakan peneliitan tentang subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Nazir, 1999). Tujuan studi kasus adalah untuk memberika n gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat -sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu. Dalam hal ini kasus yang akan diteliti adalah kasus usaha pemasok (supplier) ikan hias Budi Fish Farm yang beralamat di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja k arena Kabupaten Bogor merupakan daerah yang potensial untuk pengambangan usaha bidang perikanan, baik ikan hias maupun konsumsi . Selain itu, Budi Fish Farm

merupakan satu-satunya pemasok yang memiliki banyak jenis ikan hias dan produksinya kontinyu terhadap pelanggannya. Waktu pengambilan data berlangsung selama kurang lebih satu bulan, dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan September 2008.


(61)

4.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara dan observasi dengan petani dan pihak perusahaan yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan permasalahan yang akan diteliti. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Kecamatan Cibinong, Perpustakaan Fakultas Perikanan IPB, Perpustakaan Pusat IPB (LSI), serta penelusuran melalui internet, buku -buku, dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini antaralain:

1. Data gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, aktivitas produksi, jenis produk, pemasaran, dan keuangan.

2. Data historis perusahaan, yaitu komponen -komponen biaya investasi, biaya variabel dan biaya tetap, harga jual produk, volume produksi, dan realisasi penjualan.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh merupakan jawaban secara kualitatif dan kuantitatif, sehingga analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitat if dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek usaha pamasok (supplier) ikan hias yang dilakukan oleh Budi Fish Farm yang meliputi analisi aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek pasar.


(62)

Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finan sial usaha pamasok (supplier) ikan hias dengan menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi sepertiNet Present Value(NPV),Internal Rate of Returns (IRR),Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), serta analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan kalkulator dan komputer yaitu

Microsoft Excel. Hasil pengolahan data tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi dengan cara memasukkan data primer k e dalam bentuk yang musah dibaca dan dipahami. Data kualitatif disajikan dalam bentuk uraian deskriptif serta dalam bentuk tabel, bagan atau gambar sehingga memudahkan pe mahaman.

4.4.1 Analisis Kriteria Kelayakan Non Finansial 4.4.1.1 Aspek Teknis

Analisis secara teknis akan menguji hubungan -hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang diusulkan, seperti keadaan tanah di daerah proyek dan potensinya bagi pengembangan usaha, ketersediaan air baik secara alami maupun pengadaan (kemungkinan untuk me mbangun irigasi), serta varietas benih yang cocok. Atas dasar pertimbangan -pertimbangan ini, analisis secara teknis akan dapat menentukan hasil -hasil yang potensial (Gitinger, 1986).

Analisis teknis perlu dikaji secara deskriptif untuk mendapatkan gambara n mengenai lokasi usaha pemasok ikan hias air tawar, besarnya skala usaha atau luas produksi, proses kegiatan produksi yang dilakukan serta peralatan yang digunakan dalam usaha pemasok ikan hias air tawar pada Budi Fish Farm. Dalam aspek teknis dinilai lokasi proyek, tata letak atau layout pabrik, proses produksi, serta teknologi yang digunakan. Aspek teknis dikatakan layak jika pemilihan


(1)

Lampiran 6. Daftar Jenis, Jumlah, Harga Beli dan Nilai Beli Ikan Hias BudiFish Farm

No. Jenis Ikan Jumlah

(ekor)/Bulan

Harga Beli (Rp)

Nilai Beli (Rp)

1. Coral Platy 10000 125 1.250.000

2. Lamp Eye 10000 100 1.000.000

3. Neon Tetra 10000 275 2.750.000

4. Red Nose 10000 350 3.500.000

5. Silver Tipped 10000 70 700.000

6. Checker Barb 10000 70 700.000

7. Ambachis 10000 70 700.000

8. Oscar Hitam 5000 500 2.500.000

9. Guppy Cobra 5000 200 1.000.000

10. Sumatra 5000 100 500.000

11. Grand Tiger 5000 300 1.500.000

12. Pedang Wagtiled 5000 200 1.000.000

13. Pedang Marbel 5000 200 1.000.000

14. Pedang Kuning 5000 200 1.000.000

15. Pedang Hijau 5000 200 1.000.000

16. Sunset Platy 5000 125 625.000

17. Wagtile Platy 5000 125 625.000

18. Mickey Mouse Platy 5000 125 625.000

19. Blue Platy 5000 125 625.000

20. Oscar Albino 5000 500 2.500.000

21. Guppy Tricolor 5000 200 1.000.000

22. Guppy Black 5000 200 1.000.000

23. Guppy Delta 5000 200 1.000.000

24. Guppy Green 5000 200 1.000.000

25. Sumatra Golden 5000 150 750.000

26. Lamp Eye Albino 5000 250 1.250.000

27. Neon Tetra Albino 5000 1000 5.000.000

28. Neon Tetra Negro Berlian 5000 400 2.000.000

29. Neon Api 5000 150 750.000

30. Neon Api Albino 5000 250 1.250.000

31. Black Neon 5000 250 1.250.000

32. Pequin Tetra 5000 300 1.500.000

33. Lombardi 5000 200 1.000.000

34. Niasa 5000 200 1.000.000

35. Blue Chicklid 5000 300 1.500.000

36. Lemon Chicklid 5000 450 2.250.000

37. Red Belly 5000 250 1.250.000

38. Pristella 5000 150 750.000

39. Pristella Albino 5000 200 1.000.000


(2)

41. Serve 3000 100 300.000

42. Schuberty 3000 70 210.000

43. Golden Rameresi 3000 150 450.000

44. Blue Rameresi 3000 150 450.000

45. Monoguanse 3000 200 600.000

46. Ninety Nine 3000 200 600.000

47. Venostus 3000 450 1.350.000

48. Sumatra Diamond 3000 150 450.000

49. Impactys Carie 3000 350 1.050.000

50. Manfis Red Eye 3000 600 1.800.000

51. Manfis Albino 3000 600 1.800.000

52. Manfis Black 3000 600 1.800.000

53. Manfis Diamond 3000 600 1.800.000

54. Manfis Marbel 3000 600 1.800.000

55. Manfis Tricolour 3000 600 1.800.000

56. Manfis Black White 3000 500 1.500.000

57. Pedang Merah 3000 200 600.000

58. Palmeri 3000 350 1.050.000

59. Labiosa 2000 250 500.000

60. Balsani 1000 250 250.000

61. Bipasiatum 1000 250 250.000

62. Negro Paciatum 1000 250 250.000

63. Meiki Chicklid 1000 400 400.000

64. Ralis 1000 250 250.000

65. Cunang 1000 250 250.000

66. Koki Spenser Merah 500 1500 750.000

67. Koki Spenser Hitam 500 1500 750.000

68. Koki Palasinga Merah 500 1500 750.000

69. Koki Palasinga Hitam 500 1500 750.000

70. Koki Tossa 500 1500 750.000

71. Koki Butterfly 500 1500 750.000

72. Koki Bulldog 500 1500 750.000

73. Koki Matabola 500 1500 750.000

74. Koki Koliko Spenser 500 1500 750.000

75. Koki Koliko Lion Head 500 1500 750.000

76. Koki Koliko Tossa 500 1500 750.000

77. Koki Mutiara 500 1500 750.000

78. Neon Tetra Berlian 500 800 400.000

Total per Bulan 303.500 83.560.000


(3)

Lampiran 7. Gambar Ikan Hias Paling Banyak di pesan

(a)Blue Coral Palty


(4)

Lanjutan Lampiran 7. Gambar Ikan Hias Paling Banyak dipesan

(c)Lamp Eye


(5)

Lanjutan Lampiran 7. Gambar Ikan Hias Paling Banyak dipesan

(e) Neon Tetra


(6)

Lanjutan Lampiran 7. Gambar Ikan Hias Paling Banyak dipesan

(g)Red Nose