Produk yang paling representatif yang dapat dihasilkan dari kerusakan oksidatif pada sel DNA adalah 8-hidroksi-
2’-deoksiguanosin 8-OHdG, sebuah produk oksidatif basa guanin pada DNA. ROS menyerang atom C nomor 8 pada basa
nukleotida. Meskipun basa nukleotida yang lain juga dapat bereaksi dengan ROS dengan cara yang sama, namun hasil dari oksidasi guanosin menjadi 8-OHdG
hasilnya paling melimpah karena relatif mudah terbentuk promutagenik Valavanidis et al., 2009.
Peningkatan kadar 8-OHdG telah ditemukan dalam serum dan miokardium pasien dengan gagal jantung dan dalam urin pasien dengan penyakit Parkinson.
Banyak metode seperti HPLC-ECD, GC-MS, LC-MS, dan immunoassay telah dilakukan untuk mengukur 8-OHdG dalam spesimen biologi dan ditelaah secara rinci
dalam beberapa artikel Ogino and Wang, 2007.
2.6 Buah Kakao Theobroma cacaoL.
Kakao TheobromacacaoL. merupakan
tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang
dikenal sebagai kakao Plant Database, 2012. Pohon kakao memiliki tinggi 12-25 kaki, serta cabang di bagian puncaknya.
Batangnya tegak, lurus dan panjang 1,5-2 meter. Kayunya terang dan putih, kulit kayunya tipis, halus, dan kecoklatan. Benihnya banyak berukuran 2,5 cm, bagian
luarnya berwarna merah kecoklatan, bagian dalam kakao gelap dan dibungkus dengan
lapisan putih, manis serta berminyak Ide, 2008. Bentuk buah kakao disajikan dalam Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Buah KakaoTheobroma cacao L. Plant Database, 2012
Klasifikasi buah kakao Plant database, 2012: - Kingdom
: Plantae Tumbuhan - Subkingdom
: Tracheobionta Tumbuhan berpembuluh - Super Divisi
: Spermatophyta Menghasilkan biji - Divisi
: Magnoliophyta Tumbuhan berbunga - Kelas
: Magnoliopsida Berkeping duadikotil - Subkelas
: Dilleniidae - Ordo
: Malvales - Famili
: Sterculiaceae - Genus
: Theobroma - Spesies
: Theobroma cacao L.
Antioksidan utama dalam kakao merupakan anggota dari sub-grup flavonoid yang disebut katekin. Selain sebagai antioksidan, katekin yang memberikan warna
pada biji kako. Biji kakao langsung difermentasi setelah di panen dari buah kakao supaya aroma bijinya keluar Ide, 2008.
2.7 Tikus Wistar
Hewan coba merupakan hewan yang dikembangbiakkan untuk digunakan sebagai hewan uji coba. Tikus sering digunakan pada berbagai macam penelitian
medis selama bertahun-tahun. Hal ini dikarenakan tikus memiliki karakteristik genetik yang unik, mudah berkembang biak, murah serta mudah untuk
mendapatkannya. Tikus merupakan hewan yang melakukan aktivitasnya pada malam hari nocturnal Ardhiansyah, 2012. Gambar tikus wistar disajikan dalam Gambar
2.11.
Gambar 2.11 Tikus WistarArdhiansyah, 2012
Sebuah galur atau strain yang mengacu pada tikus adalah sebuah kelompok yang semua anggotanya secara genetik mempunyai ciri yang identik. Pada tikus, ciri
ini dicapai melalui perkawinan sedarah dengan memiliki populasi jenis ini mungkin
untuk dilakukan percobaan pada peran gen, atau melakukan percobaan yang mengecualikan variasi dalam genetika sebagai faktor. Sebaliknya, outbred strain
digunakan ketika identik genotip tidak diperlukan atau populasi acak diperlukan, dan lebih didefinisikan sebagai leluhur pembanding strain Estina, 2011.
Tikus wistar merupakan tikus albino spesies Rattus norvegicus. Jenis galur ini dikembangkan di Institut Wistar pada tahun 1906 untuk digunakan dalam biologi dan
penelitian medis. Jenis Tikus ini merupakan galur tikus pertama yang dikembangkan sebagai model organisme Estina, 2011.
Tikus Wistar saat ini menjadi salah satu tikus paling populer yang digunakan untuk penelitian laboratorium.Ciri tikus ini adalah mempunyai kepala lebar, telinga
panjang, dan memiliki ekor panjang tidak melebihi panjang tubuhnya. Galur tikus Sprague Dawley dan Long-Evans dikembangkan dari tikus galur Wistar. Tikus
Wistar lebih aktif daripada jenis lain seperti tikus Sprague dawley Estina, 2011.
2.7.1 Konversi manusia ke tikus
Konversi dosis pada manusia dengan berat badan 70 kg ke tikus Wistar dengan berat badan 200 gram adalah 0,018 Indrapraja, 2009. Konversi usia manusia
ke tikus adalah usia 10 tahun pada manusia sama dengan 1 bulan 4 minggu pada tikus wistar Umami, 2012.
2.8 Ekstraksi
Ekstraksi dapat diartikan sebagai proses penarikan keluar senyawa-senyawa yang terdapat pada tumbuhan atau hewan dengan menggunakan suatu pelarut. Pelarut
yang digunakan sebaiknya memiliki sifat kepolaran yang mirip dengan senyawa yang akan diekstrak, tidak toksik, tidak mudah menguap, dan harganya murah Iskandar,
2000. Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sederhana dalam proses
penarikan bahan dalam suatu komponen sampel. Sejumlah sampel yang telah dihaluskan direndam selama 2 hingga 14 hari dengan pelarut organik dalam suatu
wadah atau toples tertutup dan dilakukan pengocokan beberapa kali Lenny, 2006. Banyaknya pelarut yang digunakan umunya ditentukan sesuai kebutuhan untuk
merendam sampel 2 hingga 3 cm di atas permukaan sampel yang direndam.
2.9 Partisi