59
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Masukan zat gizi yang berasal dari makanan yang dimakan setiap hari harus dapat memenuhi kebutuhan tubuh karena konsumsi makanan sangat
berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang baik terjadi bila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup sehingga dapat digunakan oleh
tubuh untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak, produktivitas kerja serta daya tahan tubuh terhadap infeksi secara optimal. Faktor-faktor status gizi anak jalanan
di pengaruhi oleh pola makan yang tidak teratur serta gaya hidup tidak terkontrol di jalanan. Baik buruknya pola makan anak jalanan itu sendiri yang meliputi
faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, aktivitas kerja, status tempat tinggal, kebutuhan energi dan penyakit infeksi yang berhubungan dengan status gizi anak
jalanan di Kota Semarang.
5.1.1 Hubungan Antara Umur Dengan Status Gizi Anak Jalanan
Penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan status gizi pada anak jalanan di Kota Semarang.
Pada umur ≤ 18 tahun adalah masa yang sulit untuk memenuhi kebutuhan makanan sehingga memungkinkan
status gizi yang terima kurang. Lebih dari setengah anak jalanan yang berstatus gizi sangat kurus adalah
anak jalanan yang berumur ≤ 18 tahun yaitu sebanyak 14 responden 46,7 dari
26 responden 86,7. Hal ini disebabkan karena kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur dimana remaja sedang dalam masa pubertas yang
membuat sikap mereka kadang tidak tentu. Hal ini juga dapat berakibat mereka jadi lebih suka memilih-milih makanan atau makan tidak teratur. Sedangkan pada
kelompok umur ≥ 18 tahun dari jumlah 4 responden 13,3 terdapat 2 responden
6,7 berstatus gizi gemuk disebabkan pada kelompok umur tersebut makan mereka masih teratur selain itu selama bekerja mereka lebih sering jajan dan
mengkonsumsi cemilan. Hasil penelitian ini didukung pendapat Isbach dkk, 2013: 4-5 bahwa
umur merupakan faktor yang sangat penting. Masa anak-anak kaitannya dengan status gizi merupakan masa yang tidak bisa mengatur konsumsi makan serta
kesadaran terhadap kesehatan. Disamping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor sosio ekonomi lainnya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup dan
makanan.
5.1.2 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Status Gizi Anak Jalanan
Hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi anak jalanan karena jenis kelamin seseorang tidak bisa di prediksi berat
badan seseorang saat lahir apakah kurus, normal dan gemuk. Jenis kelamin laki-laki berjumlah 19 responden 63, terdapat 10
reponden 33,3 status gizi kurus, 8 reponden 26,7 status gizi normal sedangkan yang mengalami kegemukan ada 1 responden 3,3. Dilihat dari
jenis kelamin laki-laki hasil terbesar status gizi kurus. Pada jenis kelamin perempuan dengan jumlah 11 responden 36,7, terdapat 5 responden 16,7
status gizi kurus dan 5 responden 16,7 status gizi normal sedangkan 1 responden 3,3 mengalami kegemukan. Dilihat dari hasil, status gizi kurus dan
normal pada perempuan hasilnya sama-sama 5 responden 16,7. Kedua kategori jenis kelamin yang status gizi gemuk juga sama hasilnya yaitu 1
responden 3,3. Maka nilai p value sebesar = 0,886. Sesuai dengan penelitian menurut Tarigan, 2003:7 Jenis kelamin bukan
merupakan faktor yang berhubungan dengan status gizi karena jenis kelamin hanya sebagai pembeda jenis dan setiap jenis memiliki masing-masing standar
gizi. Demikian juga hasil penelitian Pritasari menyatakan tidak ada perbedaan antara status gizi balita berdasarkan jenis kelamin
5.1.3 Hubungan Antara Pendidikan Dengan Status Gizi Anak Jalanan