5
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan
1.2.1 Pendapatan Keluarga
- Sumber Penghasilan
Keadaan perkonomian pada keluarga dampingan yang saya dampingi selama pelaksanaan KKN PPM Universitas Udayana Periode XIII tahun 2016 ini tergolong
keluarga dengan ekonomi yang kurang cukup, dimana pendapatan yang diperoleh berasal dari penghasilannya sebagai petani, dan peternak 2 ekor sapikadasan. Keluarga Bapak I
Made Orni mendapat bagian sawah 7,5 are yang ditanami padi, sayur bayam dan singkong. Sawah tersebut biasanya hanya mampu menghasilkan 150 kg beras.Hasil panen
sayur dan padi tidak pernah dijual, melainkan dikonsumsi untuk kebutuhan sehari- hari.Hasil pertanian yang dijual hanya singkong.Hasilnya pun tidak seberapa.Penghasilan
yang beliau peroleh sebagai peternak sapi biasanya tidak menentu tergantung harga pasar.Seekor sapi yang umurnya 1 tahun kalau dijual di Pasar Bringkit biasanya hanya
Rp. 4.000.000.Hasil tersebut harus dibagi 2, jadi hasil yang beliau dapatkan hanya Rp. 2.000.000.Hasil penjualan sapi biasanya digunakan untuk kebutuhan mendesak.
Karena penghasilan Bapak I Made Orni tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan sehari-hari beliau adalah
putra sulungnya yaitu I Wayan Suastika yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang ukir kayu dan tukang sablon baju, plastik, karung beras, dan lain-lain. Penghasilan beliau
sebagai tukang ukir tidak menentu tergantung dari pesanan. Penghasilannya sekitar Rp. 450.000,- per bulan. Usaha sampingannya yaitu sebagai tukang sablon.Usaha sablon ini
dirintis oleh beliau karena kebulatan tekad untuk mempunyai usaha sendiri dirumah agar bisa tetap ngayah gotong royong di Banjar.Usaha ini dimulai dari tahun 2012 dan
dibantu oleh seluruh anggota keluarga dalam menjalankannya.Usaha sablon beliau sangat sederhana, dan tradisional tetapi kreatif yang diciptakan dengan penuh kerja keras tanpa
mengenal lelah untuk bertanya dan belajar dari pedagang usaha tinta sablon dari China dan internet google.Hasil sablon baju tersebut biasanya dikirim ke pasar oleh-oleh
6
Sukawati, sedangkan plastik, karung beras, dan kertas dikirim ke konsumennya masing- masing. Pendapatan yang diperoleh beliau dari hasil sablon per bulan sekitar
Rp.1.400.000. Penghasilan tambahan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari Bapak I Made Orni yaitu dari menantu beliau Ni Wayan Resmiani yang bekerja
sebagai tukang potong dan jahit kain yang berlokasi di Banjar Manik Gunung. Hasil yang diperoleh tergantung banyaknya kain yang dapat dipotong dan dijahit. Harga untuk kain
per roll yaitu Rp. 6.000,-. Ibu Wayan setiap harinya hanya mampu menyelesaikan 3 sampai 4 roll. Jadi, penghasilan beliau hanya Rp. 18.000 sampai Rp. 24.000.Tetapi, kalau
tidak ada kain untuk dijahit beliau tidak dapat pemasukan dan ikut membantu usaha sablon suaminya.
1.1.2 Pengeluaran Keluarga
Keluarga BapakI Made Orni tergolong ke dalam keluarga prasejahtera karena penghasilan dan pekerjaaan yang dilakukan oleh keluarga ini hampir sebanding,
sehingga keluarga ini cukup mampu dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja. Biaya
– biaya yang dikeluarkan oleh Bapak I Made Orni terbilang banyak apabila dibandingkan dengan pendapatannya yang tidak menentu, seperti dibawah ini:
a. Kebutuhan Sehari-Hari
Untuk pengeluaran kebutuhan sehari-hari, Keluarga Bapak I I Made Orni menghabiskan dana rata-rata sebesar Rp. 70.000,-. Umumnya pengeluaran yang terjadi
lebih banyak dari pemasukan yang diterima. Pengeluaran dana tersebut dihabiskan untuk keperluan makan sebanyak 8 orang. Pengeluaran untuk biaya konsumsi kadang-kadang
bertambahkarena anak kedua beliau, Ni Made Sukayani yang menderita gangguan jiwa mempunyai nafsu makan yang sangat tinggi yaitu bisa makan lebih dari 5 kali sehari
dengan porsi yang besar. Jadi, keluarga Bapak I Made Orni biasanya menghabiskan dana kurang lebih sebesar Rp. 1.800.000 setiap bulannya. Untuk pembayaran listrik beliau
7
mengeluarkan biaya sebesar Rp. 50.000,-dan air beliau mengeluarkan biaya sebesar Rp. 45.000 per bulannya.
b. Kebutuhan Kesehatan Keluarga BapakI Made Orni dan istri sering mengalami masalah kesehatan karena
faktor usia. Mereka sering mengalami sakit kepala, nyeri, sakit tulang, dan pegal linu.Mereka mempunyai kartu JKBM Jaminan Kesehatan Bali Mandara yang bisa
digunakan untuk berobat kerumah sakit.JKBM tersebut digunakan jika mereka menderita sakit parah dan harus masuk rumah sakit.Namun, untuk sakit yang ringan beliau tidak
pernah menggunakan JKBM.Jika mereka menderita sakit yang ringan biasanya cukup dengan pergi berobat ke puskesmas pembantu di Banjar Selanbawak Kelod dan
beristirahat yang cukup di rumah.Pemulihan kesehatan anak kedua beliau dari gangguan jiwa juga menjadi prioritas.Beliau membutuhkan perhatian lebih dan harus mendapat
asupan makanan yang bergizi.
c. Kerohanian
Dari segi kerohanian, pengeluaran keluarga I Made Orni menghabiskan biaya kurang lebih sebesar Rp. 70.000,00 per bulan untuk sarana persembahyangan sehari-
haridirumah karena beliau membuat sendiri dengan mengambil daun pisang dan janur yang sudah tersedia di sawah.Rainan upacara keagamaan di rumah beliauyang diadakan
setiap enam bulan menghabiskan biaya sekitar Rp. 2.000.000, sedangkan pengeluaran untuk hari-hari raya besar keagamaan seperti Galungan dan Kuningan biasanya
menghabiskan Rp. 600.000.
d. Sosial
Untuk pengeluaran piodalan di pura-pura, keluarga BapakI Made Orni bisa menghabiskan dana sekitar Rp. 300.000,00. Beliau juga membayar iuran wajib di 6 pura
setiap enam bulan yaitu Rp. 150.000 di Pura Dalem, Rp. 150.000 di Pura Pidengan, Rp.
8
150.000 di Pura Ibu, Rp. 250.000 di Pura Ratu Ngurah, Pura Biji Rp. 50.000, dan Pura Melanting Rp. 80.000. Iuran wajib di Banjar tiap bulan yang harus dibayarkan juga ada
yaitu sebesar Rp. 5.000,-. Beliau juga mengeluarkan biaya untuk kegiatan suka duka di Banjar seperti pada saat upacara ngaben upacara pembakaran mayat, potong gigi,
telubulanan tiga bulanan, dan upacara keagamaan lainnya.Pengeluaran untuk upacara ngaben yang disebut patis kelapa, beras, dupa, dan uang biasanya mencapai Rp.
50.000.Sedangkan pengeluaran untuk kegiatan kundangan pada upacara lainnya di Banjar bisa mencapai Rp. 100.000, karena barang yang dibawa lebih bervariasi seperti gula,
beras, kado, dupa, dan lain-lain.
e. Pengeluaran Tambahan
Pengeluaran tambahan dari keluarga Bapak I Made Orni, seperti melakukan pembayaran pinjaman hutang setiap bulan Rp. 500.000 di Lembaga Perkreditan Desa LPD Desa
Adat Kekeran.Uang dari hasil pinjaman tersebut digunakan sebagai modal usaha sablon kecil-kecilan mereka.
9
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
2.1 Permasalahan Keluarga
Permasalahan keluarga Bapak I Made Orni yang dapat teridentifikasi ada dua segi permasalahan yaitu permasalahan dari segi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Untuk
mendapatkan informasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi Bapak I Made Orni, penulis menggunakan metode wawancara dengan cara melakukan kunjungan beberapa
kali ke rumah Bapak I Made Orni dan melakukan percakapan-percakapan dengan narasumber dan keluarganya terutama dengan anak sulung beliau yaitu Bapak I Wayan
Suastika yang sekarang bertanggung jawab sebagai tulang punggung utama keluarga. Selain itu, ada hal-hal yang dilakukan untuk memperoleh informasi antara lain
berkenalan dengan keluarga I Made Orni, berdiskusi, sosialisasi mengenai program KKN-PPM Universitas Udayana yang diadakan di desa Selanbawak, Beberapa masalah
yang dialami oleh keluarga BapakI Made Orni sesuai dengan hasil pengamatan penulis yaitu :
a. Masalah Ekonomi Ekonomi dalam rumah tangga merupakan hal yang penting yang langsung
menyangkut kesejahteraan keluarga.Dari penghasilan yang didapatkan Bapak I Made Orni dan anaknya Bapak I Wayan Suastika dari segi ekonomi rumah tangga bisa
dikatakan kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Hal tersebut disebabkan karena pengeluaran keluarga tidak sebandingnya dengan penghasilan yang
didapatkannya.Hal ini bisa dilihat dari pekerjaan Bapak I Made Orni dan istri Ni Made Lotri yang bekerja sebagai petani dan peternak sapi tidak bisa mendapat hasil pasti setiap
harinya.Penghasilan yang diperoleh oleh anak sulung beliau yaitu I Wayan Suastika sebagai tukang sablon dan ukir juga tidak menentu dan minim tergantung dari sedikit atau
banyaknya orderan.Penghasilan yang diperoleh oleh istri beliau sebagai tukang jahit dan potong kain juga minim. Beliau mendapat panggilan bekerja sewaktu-waktu jika ada kain
yang harus dipotong dan dijahit, sehingga kalau tidak ada panggilan beliau tidak akan