Permasalahan Keluarga IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

13 menentu, kadang-kadang jika sawah dilanda kekeringan dan hujan yang lebat maka masa panen pun bisa gagal.Penghasilan anak sulungnya yang kurang lebih hanya Rp.1.850.000 per bulan dari hasil ngukir dan nyablon.Penghasilan menantunya dari hasil memotong dan menjahit kain kurang lebih Rp. 750.000 per bulan.Keseluruhan penghasilan yang diperoleh perbulan tidak seimbang dengan pengeluaran keluarga tersebut.

2.2.2 Masalah Pendidikan

Di era globalisasi saat ini, pendidikan adalah salah satu aspek penting yang berhubungan untuk menaikkan taraf ekonomi keluarga.Faktor pendidikan merupakan masalah yang sangat sering dijumpai dalam keluarga pedesaan.Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan dari anak dan menantu dari Bapak I Made Orni hanyalah tamat SMP sederajat.Dalam hasil wawancaranya bahwa Bapak I Made Orni tidak mampu menyekolahkan anak sulungnya yaitu I Wayan Suastika ke jenjang pendidikan SMA atau SMK sederajat.Hal ini disebabkan karena penghasilan yang lebih kecil dari biaya pendidikan yang terus meningkat.Menantu beliau juga hanya tamatan SMP karena menikah muda.Sekarang Bapak I Made Orni juga masih mempunyai masalah dalam mewujudkan cita-cita anak ketiga beliau Ni Nyoman Sutariani yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi.

2.2.3 Masalah Kesehatan

Prioritas masalah kesehatan keluarga bapak I Made Orni saat ini adalah menderita penyakit yang dipengaruhi oleh perubahan cuaca seperti sakit kepala, flu, dan pusing. Kesehatan sang Istri, Ni Made Lotri yang juga sering sakit-sakitan dan mulai sembuh dari gangguan jiwa juga perlu diperhatikan. Kemudian, kesehatan anak kedua beliau Ni Made Sukayani yang belum sepenuhnya sembuh dari gangguan jiwa juga harus selalu diberi perhatian lebih. Masalah kesehatan lingkungan yang menjadi prioritas adalah mengatasi atau mengolah sampah yang masih berserakan di area teba pekarangan belakang rumah Bapak I Made Orni dan kebersihan tempat MCK yang perlu lebih di perhatikan. 14

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

3.1 Program

Berdasarkan masalah yang telah teridentifikasi dan diprioritaskan tersebut, maka adapun alternatif terhadap pensolusian masalah yang harus diselesaikan dan dipecahkan mengenai masalah yang dihadapi oleh keluarga Bapak I Made Orni, antara lain: 3.1.1 Solusi Masalah Perekonomian Pendapatan yang diperoleh oleh Bapak I Made Orni dan Istri yaitu Ni Made Lotri sebagai petani dan peternak sapi tidak terlalu banyak setiap bulannya.Begitu pula penghasilan putra sulung beliau yang menjadi tulang punggung keluarga yaitu Bapak I Wayan Suastika dari usaha sablon kecil-kecilan miliknya dan sebagai tukang ukir ditambah dengan penghasilan istrinya sebagai tukang jahit dan potong kain tetap tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga terdiri dari 8 orang yang kian hari kian meningkat. Berdasarkan permasalahan perekonomian keluarga Bapak I Made Orni diatas, penulis memberikan solusi yaitu sebaiknya beliau dan keluarga membuat usaha sampingan lain yang hasilnya dapat diperoleh dan dinikmati setiap hari dengan memanfaatkan potensi disekitar mereka. Usaha-usaha yang penulis sarankan untuk dikembangkan diantaranya menanam bunga pacar air di sawah sebagai tambahan penghasilan sampingan.Membudidayakan tanaman pacar air di sawah bisa dilakukan selain menanam padi karena bunga dari tanaman pacar air dapat dipanen setiap hari dan tidak memerlukan lahan terlalu banyak dan waktu untuk panennya sangat cepat. Jika menanam pacar air di lahan seluas 2 are, hasi panennya bisa mencapai 30 kg sampai 40 kg bunga pacar air. Harganya pun bervariasi tergantung dari hari raya keagaamaan umat Hindu.Kalau di hari biasanya harganya bisa mencapai Rp.4.000kg sampai Rp. 5.000kg.Kalau di hari raya besar seperti Galungan dan Kuningan, harga pacar air bisa 15 mencapai Rp. 25.000kg sampai Rp. 30.000kg.Jadi, kalau Bapak I Made Orni dan keluarga membudidayakan tanaman pacar air di sawah mereka yang tidak terlalu luas, mereka tetap bisa mendapatkan hasil setiap hari sebagai tambahan penghasilan untuk keluarga. Solusi dari permasalahan ekonomi lainnya yang disarankan penulis kepada keluarga bapak I Made Orni adalah membuat jamur crispy baca krispi sebagai industri rumahan untuk menambah penghasilan harian.Program pengolahan jamur tiram putih menjadi jamur crispy merupakan salah satu program pokok dari mahasiswa KKN PPM di Desa Selanbawak. Penulis menyarankan pengolahan jamur tiram putih menjadi jamur crispy karena di Banjar Selanbawak Kelod yaitu di daerah tempat tinggal Bapak I Made Orni banyak yang membudidayakan jamur tiram putih sehingga mudah didapatkan sebagai bahan baku pembuatan jamur crispy. Alasan berikutnya karena anak ketiga Bapak I Made Orni yaitu Ni Nyoman Sutariani mengenyam pendidikan di jurusan tata boga sehingga penulis menganggap usaha ini cocok dengan kemampuan mengolah makanan yang dia miliki.Cara mengolah jamur crispy sangat mudah dan bahan-bahan yang diperlukan selain jamur tersedia di pasar seperti tepung terigu, tepung beras, air, garam, bawang putih, lada, dan penyedap.Keuntungan yang didapat dari penjualan jamur crispy ini juga cukup menjanjikan.Modal yang dibutuhkan untuk membuat satu bungkus jamur crispy kurang lebih Rp. 3.000bungkus, kemudian dipasarkan dengan harga Rp. 7.000bungkus.Sehingga, keuntungan yang didapatkan bisa mencapai Rp.4.000bungkus. Penulis juga menyarankan cara memasarkan produk jamur crispy tersebut yaitu di warung-warung sekitar rumah dan di pasar-pasar yang dekat dengan desa Selanbawak seperti Pasar Marga, Pasar Sembung, Pasar Werdhibuana, dan Pasar Mengwi. Penulis menyarankan solusi tersebut bertujuan agar taraf perekonomian keluarga Bapak I Made Orni bisa meningkat dan mendapatkan penghasilan yang pasti setiap harinya.Sehingga sedikit demi sedikit beliau bisa membayar hutang, menyekolahkan anaknya, memperbaiki rumah dan mewujudkan cita-cita yang belum terwujud selama ini. 16

3.1.2 Solusi Masalah Pendidikan

Setiap keluarga mempunyai tingkatan ekonomi yang berbeda-beda.Pada tingkatan ekonomi yang rendah tentunya aktivitas utama dari setiap keluarga adalah bagaimana untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga mulai dari kebutuhan sandang, pangan dan tempat tinggal.Untuk mendapatkan kebutuhan primer tersebut kegiatan utama keluarga adalah berusaha sekuat mungkin untuk bekerja setiapharinya mulai dari pagi sampai sore. Sehingga, hal itu menyebabkan terabaikannya kebutuhan sekunder yang seyogyanya merupakan kebutuhan masa depan keluarga yang dalam hal ini adalah kebutuhan pendidikan keluarga khususnya untuk anak-anaknya. Selain dari faktor ekonomi diatas, tingkat pendidikan orang tua juga berpengaruh pada pendidikan seorang anak. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Bapak I Made Orni dan istrinya yang bernama Ni Made Lotri hanya bersekolah sampai kelas 3 SD. Begitu pula dengan anaknya I Wayan Suastika hanya mengenyam pendidikan sampai SMP. Hal ini disebabkan karena, Bapak I Made Orni dan istrinya Ni Made Orni tidak mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi lagi karena, dari penghasilan mereka yang tidak mencukupi memenuhi kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga, mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan sekunder anaknya seperti pendidikan. Begitu pula halnya dengan menantu beliau Ni Wayan Resmiani yang hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas 2 SMK, kemudian berhenti karena menikah muda Dalam menyikapi hal ini, penulis memberikan saran dan solusi kepada keluarga Bapak I Made Orni terutama kepada Bapak I Wayan Suastika dan istrinya Ni Wayan Resmiani dengan cara memberikan pengertian dan motivasi bahwa mereka bisa mengikuti paket C untuk melanjutkan ke program Paket-C setara SMA. Manfaat dari menempuh paket C ini adalah bisa menambah rasa percaya diri karena bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan tidak perlu malu mengulang di sekolah formal karena telah tertinggal beberapa tahun. Selain itu, hal ini bisa didukung karena di desa Sembung, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung telah berdiri Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM