40
C. Aspek Personal
Dalam penelitian ini peneliti mengemukakan aspek personal pada konsep diri pasien diabetes melitus yang
meliputi pandangan, pikiran, harapan serta sikap partisipan 1, 2, dan 3 terhadap dirinya sendri.
1. Partisipan 1 Partisipan mendeskripsikan tentang sifatnya yang agamis
dan religius serta taat pada ajaran dan pedoman hidup yang di anut, di rumah partisipan adalah seorang yang
ceria, faktor di dukung oleh cucu-cucu partsipan sehingga partisipan berharap ingin cepat pulang dan berkumpul
dengan keluarga. Partsipan mudah bergaul dengan lingkungan sekitar, jika partisipan memiliki masalah
partisipan dapat mengontrol emosinya meskipun masalah yang dihadapi terlau rumit partisipan menjadikan itu
sebuah tantangan hidup yang segera di selesaikan, kalau misalnya masalah yang di hadapi adalah kesalahan
partisipan sendiri maka akan di lakukan evaluasi diri dan mengakui kesalahan tanpa rasa marah, dampak diabetes
melitus pun terlihat pada kondisi fisik partisipan, namun partisipan berpikir positif bahwa akan segera sembuh bila
diobati terus menerus. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :
41
“ Tidak, ngapain kuatir semua itu wong namanya itu orang jatuh dari tangga sedikit aja meninggal,
jadi gak us
ah kuatir” P1;37-38 “Oh saya PD percaya diri aja gak minder..”
P1;50
“ Menurut diri saya sendiri, saya hidup di desa yang begitu agamis dan religius sehingga saya
taat pada ajaran dan pedoman yang saya anut Islam, sejak kecil sampai sekarang belum pernah
melakukan tindakan yang melawan hukum dunia maupun hukup allah, insya Allah gak pernah yang
macam.” P1;100-104 “Oh di rumah saya ceria sekali apalagi kalau ada
cucu saya, makanya disini gak tahan mau pulang, ceria di rumah tuh saya senang, ke tetangga pun
saya baik ke tetangga-tetangga pokoknya bisa kontrol diri, kalau merasa ada salah ke sesama
juga saya minta maav begitu lah.” P1;107-111 “Bergaul dengan sekitar walau udah sakit gini, iya
jelas itu mbak.” P1;113 “Masalah itu yang mana dulu masalah pribadi
atau masalah yang lain, kalau masalah pribadi yah saya sudah tua jadi bisa mengendalikan nafsu jadi
kalau seandainya masalah lingkungan saya bisa mengendalikan
nafsu, kalau
itu masalah
lingkungan sudah terlalu berat yah itu kita berdoa, entah lewat tahajud kita berdoa untuk dihindarkan
dari masalah-
masalah yang tidak baik.” P1;115- 120
“Malah kalau saya menghadapi masalah yang rumit
malah itu
tantangan, segera
saya selesaikan..,” P1;123-124
“Yang terakhir apa harapan saya, cepat pulih agar bisa kumpul dengan keluarga, kemudian keluarga
saya bahagia dan sama-sama tetap saling
menyayangi satu dengan yang lain itu aja mbak.” P1;192-194
42 2. Partisipan 2
Partispan mengungkapkan tentang sifat semenjak sakit, yaitu partisipan mudah marah jika meminta bantuan
namun tidak cepat di kerjakan dapat memicu emosi partisipan. Sebelumnya juga partisipan sering marah tapi
tergantung situasi, kemudian baik terhadap tetangga dan sering membantu. Sebelum sakit partisipan sering
berkumpul bersama teman sebaya dan melakukan aktivitas ke mesjid maupun ronda malam bersama
bahkan semenjak diabetes melitus partisipan sempat berkumpul bersama teman sebaya, hanya saja sekarang
partisipan sudah tidak kumpul bersama teman, hal itu di picu oleh adanya gangren pada kaki partisipan yang
mengharuskan partisipan untuk hidup di dalam kamar sejak 2 tahun ini.
Partisipan merasa kuatir dengan keadaan fisik partisipan sekarang yang tidak dapat beraktivitas seperti
dulu lagi, partisipan tidak memiliki harapan untuk kesembuhan penyakitnya. Jika partisipan memiliki
masalah partisipan akan berusaha menyelesaikannya dengan baik, meskipun masalahnya rumit partisipan akan
mencoba menyelesaikan dan pasrah terhadap Tuhan, kalau yang melakukan kesalahan adalah partispan sendiri
43 Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan
sebagai berikut :
“kuatir pasti mau gimana lagi toh mbak udah nggak kerja seperti saya ini, udah gak kuat apa-
apa...” P2;47-48 “Oh tidak kalau saya ini semenjak sakit ini kok
mudah marah, kadang minta tolong, yang saya minta tolong itu kadang lambat tapi saya udah
nggak tahan jadi yah kadang emosi saya, , seharusnya tidak, tapi saya sendiri nggak bisa
tahan...” P2;98-102 “Kadang marah tapi tergantung, trus baik sama
tetangga sering bantu-
bantu.” P2;107-108 “Wah, kalau dulu iya sering kumpul sama kawan-
kawan, ke mesjid sama-sama, ronda malam sama- sama yah biasa kumpul-kumpul bahkan sejak
diabetes pun kumpul cuma sekarang susah jalan gimana mau kumpul ada luka saya kan malu jadi
sekarang hidupnya di kamar terus jadi nggak bisa
keluar” P2;111-116 “Sudah 2 tahun saya di kamar terus susah
kemana-
mana”. P2;119 “Berusaha untuk menyelesaikannya dengan
baik”.P2;121 “Yah, tergantung saya itu pasrah sama yang
kuasa,tapi kan dicoba dulu sebelumnya”.P2;123- 124
“Oh iya saya akan mengakui dan nda marah”. P2;126
“Ya, biar keluarga dapat sama-sama dan cepat pulang dari sini, tapi kalau untuk kesembuhan
saya rasa keadaan sekarang susah mudah-
mudahan ada mujizat dari yang kuasa aja” P2;185-188
44 3. Partisipan 3
Partisipan mengungkapkan bahwa sifatnya baik dan tidak pemarah, sehingga meski partisipan sakit ruangannya
tetap di kunjungi, makanya tidak merasa sepi. Jika partisipan memiliki masalah partisipan memilih untuk
mengalah, namun jika masalah terlalu rumit partisipan tidak akan menyerah, meskipun yang melakukan
kesalahan adalah partisipan, ia akan meminta maaf tanpa ada rasa marah.pernyataan selengkapnya dilihat dari
ungkapan partisipan sebagai berikut :
“Yah, khawatir, berdoa terus itu takut ada apa- apa
kan” P3;42 “Takut itu pas nanti kalau saya meninggal atau
apa saya kan juga nda mau merepotkan anak, juga sudah tua, anak juga sudah berkeluarga
pada sibuk semuanya, tapi yah saya berdoa saja
.” P3;44-46
“Saya bagus kok mbak, baik sama tetangga, nggak pemarah,keponakan-keponakan ikut sama
saya kok
.” P3;77-78 “Oh, iya he’em, bagus semua tetanggaku
mba,aku disini rame
terus,kalau orangnya gak baik kan nggak didatangi gitu
.” P3;80-81 “Yah, bagimana yah, yah kalau bisa jangan
sampai lah mba, kalau ada yah, saya mengalah aja gitu
.” P3;85-86
45
“Yah ,gak menyerah,bagaimana caranya yah, apa saya yang minta ampun atau gimana, tapi saya
gak nyerah
...” P3:89-90 “Mau,kalau punya masalah mau aja minta maav
dan gak
marah.” P3;94 “Harapannya, dapat segera keluar dari rumah
sakit,
kumpul lagi
dengan anak
cucu, kedepannya biar lebih baik saja”. P3;141-142
Dari penyataan partisipan diatas menggambarkan aspek personal yang terjadi pada ke 3 partisipan yaitu
Partisipan 1 yang agamis,religius, dan dapat mengontrol emosi dengan baik serta memiliki harapan yang baik
terhadap penyakit dan keluarganya kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan partisipan 3 yang sifatnya baik dan
tidak pemarah, namun pada partisipan 2 yang mudah marah dan tidak memiliki harapan serta kuatir akan penyakitnya.
Jika ada masalah rumit yang dihadapi maka P1 menjadikan itu sebuah tantangan yang harus di selesaikan, sama halnya
dengan P2 dan P3 yang tidak mudah menyerah terhadap masalah yang dihadapi, ketiga partisipan akan meminta maaf
dan tidak merasa marah jika yang melakukan kesalahan adalah dirinya sendiri.
46
D. Aspek Keluarga