HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA BUMISARI NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA BUMISARI NATAR LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh

Irfan Prima Aldi

Masalah penelitian ini adalah hasil belajar siswa rendah. Sedangkan permasalahan penelitian yaitu apakah ada hubungan antara konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar tahun pelajaran 2014/2015.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Populasi adalah siswa kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar yang berjumlah 69 siswa, adapun sampel penelitian dipilih secara acak sebanyak 24 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan skala pengukuran konsep diri untuk mengukur konsep diri siswa dan menggunakan nilai raport siswa sebagai acuan untuk memperoleh hasil belajar siswa. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment Pearson.

Berdasarkan analisis hubungan konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa menggunakan korelasi product moment pearson pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh nilai rhitung = 0,421 > rtabel = 0,388 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan antara konsep diri siswa dengan hasil belajar yang siswa kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015.

Kesimpulan penelitian adalah ada hubungan yang positif antara konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa, artinya semakin positif konsep diri siswa maka semakin positif hasil belajar siswa. Saran (1) Siswa diharapkan dapat mengetahui bahwa konsep diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, (2) Peneliti lain, karena ada banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa selain konsep diri siswa diharapkan peneliti lain dapat menemukan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasiil belajar siswa, (3) Guru hendaknya dapat membimbing dan membentuk konsep diri yang positif pada siswa, agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik sesuai dengan yang diharapkan.


(2)

HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA BUMISARI NATAR LAMPUNG SELATAN

TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

IRFAN PRIMA ALDI

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidiikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(3)

HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA BUMISARI NATAR LAMPUNG SELATAN

TAHUN AJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

IRFAN PRIMA ALDI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Daftar Siswa Kelas XI SMA Swadhipa ... 36

Tabel 3.2 Skor Pernyataan ... 40

Tabel 3.3 Rentang Koefisien Reliabilitas ... 44


(5)

(6)

(7)

Persembahan

Terucap syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada : Ayahandaku tersayang yang telah menjadi sosok ayah yang sangat aku kagumi, menjadi teladan dalam tiap langkahku, dan

selalu menjadi semangatku dalam menggapai cita-cita. Ibundaku tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan tak pernah bosan menyemangatiku,

serta tak pernah lelah menengadahkan tangan dalam tiap sujud malamnya untuk mendoakanku.

Kakak dan Adikku tersayang yang tak pernah bosan memberi dukungan dan motivasi kepadaku

.

Para pendidik dan sahabat-sahabatku yang memberikan semangat untukku


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tanjung Karang tanggal 24 Januari 1990, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Drs. Harianto (Alm) dan Ibu Yuliati.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah di Taman Kanak-kanak Aisyiah yang selesai tahun 1995, SD Muhamadiyah 1 Bandar Lampung yang selesai tahun 2001, SLTP Negeri 8 Bandar Lampung yang selesai tahun 2004, dan SMA Negeri 5 Bandar Lampung yang selesai tahun 2007.

Tahun 2007 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi di kampus yaitu Himajip FKIP Unila sebagai anggota dan Filateli Universitas Lampung. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Malang, Jawa Timur tahun 2011 dan melaksanakan Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) tahun 2011 di SMP Negeri 2 Bandar Lampung.


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Konsep Diri Siswa Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015” sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan atas dorongan, bantuan, arahan, bimbingan, dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus dosen pembimbing I dalam skripsi ini. Penulis sangat berterima kasih atas waktu dan kesedian untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.


(10)

4. Ibu Ratna Widiastuti, S.Psi, M.A, Psi. selaku pembimbing akademik dan dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Ranni Rahmayanthi Z, S.Pd., M.A , selaku dosen pembahas yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran yang bermanfaat kepada penulis. 6. Bapak dan Ibu dosen Ilmu pendidikan program studi Bimbingan dan

Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Ibunda tercinta Yuliati, saudara-saudaraku abang Hendrik dan Oka serta keluarga besarku, terima kasih atas doa, semangat, dan dukungannya.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan Bimbingan dan Konseling 2007 yang memberikan persaudaraan dan kebersamaannya selama ini : Boyce Saputra, Muharom, Meity Fitri Yani, Ardian, Agus, Widi alias Reman, Yudi, Paulus, Bowo, Asep, Wahid, Ewintri, Shufi, Aam, Marlinda, Citra, Susi, Yunis, Tia, Siska, Betty, Ira, Nadya, Eka Sus, Eka Liz, Inoy, Sulis, Rekta, mbak Susi, Lisa, Rafiqoh, Ayu, Ardila, Rika, Ema, Tuti, Prisda, Wita, Wuri, Diah, Dewi, dan Ote.

9. Kakak tingkat 2004 (Rahmat Soleh dkk), 2005 (Egi Jati dkk), 2006 (Dian, Panca, Hendra) serta adik tingkat 2008 (Ari, Nurul, Putu, Cempaka, Cindy, Amel, Yuspa, Dika, Turina, Tio, Idris), 2009, 2010, 2011, dan 2012, 2013, dan 2014 atas kebersamaannya.

10. Rekan-rekan PPL FKIP Unila di SMP N 2 Bandar Lampung : Widi, Joko, Silka, Wayan, Rini, Esti, Nurul, Agus, Sugeng, dan Thomas atas


(11)

persaudaraannya selama ini, dan semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.

11. Rekan-rekan Antika Roma Aprizon, Afrizal Putra, Juanda Ali, Ade Cafesa, Deky Saputra, Mustaqim dan lainnya atas kebersamaan kita selama ini, dukungan, semangatnya dan senyum kebersamaan selama ini.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu saran dan kritik membangaun dari semua pihak sangat praktikan harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini berguna dan bermanfaat untuk menambah wawasan bagi pembaca dan rekan-rekan sejawat.

Bandar Lampung, Maret 2015 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... i

MOTTO ... ii

PERSEMBAHAN ... iii

SANWACANA ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 4

3. Pembatasan Masalah... 4

4. Rumusan Masalah ... 4

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Kegunaan Penelitian ... 5

C. Kerangka Pikir ... 5

D. Hipotesis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar ... 10

2. Pengertian Hasil Belajar ... 12

3. Ciri-Ciri Individu Berprestasi ... 14

4. Faktor yang Menghambat Hasil Belajar ... 15

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 17

B. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri ... 21

2. Dimensi Konsep Diri dalam Belajar ... 25

3. Jenis-jenis Konsep Diri ... 29

4. Perkembangan Konsep Diri ... 30


(13)

C. Hubungan antara Konsep Diri dengan Hasil Belajar ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel ... 36

1. Populasi Penelitian ... 36

2. Sampel Penelitian ... 37

D. Variabel Penelitian ... 37

E. Definisi Operasional... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Uji Persyaratan Instrumen ... 41

1. Uji Validitas Instrumen ... 41

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 43

H. Teknik Analisis Data ... 45

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data ... 47

2. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 47

1. Persiapan Penelitian ... 47

2. Pelaksanaan Penelitian ... 49

3. Analisis Data Penelitian ... 49

4. Uji Hipotesis ... 50

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

C. Keterbatasan Penelitian ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Sebaran Data Uji Coba ... 62

Lampiran 2. Hasil Sebaran Skala Konsep Diri Siswa ... 63

Lampiran 3. Nilai Raport Siswa Kelas XI SMA Swadhipa ... 64

Lampiran 4. Perhitungan Uji Reliabilitas ... 65

Lampiran 5. Perhitungan Uji Validitas ... 66

Lampiran 6. Hasil Analisis Data ... 67

Lampiran 7. Skala Konsep Diri Siswa ... 68

Lampiran 8. Lembar Jawaban Skala Konsep Diri Siswa ... 71

Lampiran 9. Tabel r Product Moment ... 72

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian ... 73


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(16)

MOTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.

Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu kembali” (Q.S Al-Insyirah 5-8)


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dan Masalah 1. Latar Belakang

Pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, merupakan suatu usaha sadar dan terencana dalam rangka membantu peserta didik mengembangkan potensi yang dimilikinya serta menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan, untuk menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan adalah terwujudnya proses belajar dan pembelajaran yang baik.

Konsep diri dalam belajar merupakan salah satu aspek perkembangan psikososial Individu yang penting karena sebagai salah satu variabel yang menentukan dalam proses belajar. Demikian juga mereka yang mengalami kesulitan belajar, lebih disebabkan oleh sikap siswa yang memandang dirinya tidak mampu melaksanakan tugas-tugas dalam proses belajarnya. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa siswa tersebut mempunyai masalah dalam konsep diri dalam belajarnya sehingga tidak yakin dengan kemampuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar.


(18)

Brook dan emmert (Suprapto, 2007: 25-26) menyatakan individu yang mempunyai konsep diri positif memiliki ciri-ciri :

a. percaya diri dan merasa setara dengan orang lain

b. menerima diri apa adanya, mengenal kelebihan dan kekurangan c. mampu memecahkan masalah dan mampu mengevaluasi diri

d. menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya diterima masyarakat

e. bersikap optimis

Hal ini berarti bahwa individu dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang diri sendiri, menyelesaikan masalah, mampu mengevaluasi diri dan bersikap optimis. Siswa mempunyai masalah dengan konsep diri maka akan mempengaruhi hasil belajarnya. Moss dan Kagen (Calhoun, 1990) mengatakan bahwa konsep diri yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi keinginan berprestasi.

Burns (Suprapto, 2007:2003) menyatakan konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang totalitas dari diri sendiri mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip kehidupan, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain.

Gage dan Berliner (Sriati, 2009) juga mengatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan keinginan berprestasi yang dimiliki individu. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMA Swadhipa Natar menunjukkan bahwa konsep diri yang positif memberikan kontribusi terhadap pencapaian hasil belajar siswa.


(19)

Berdasarkan teori di atas dan data yang dikumpulkan dari guru bidang studi dan wali kelas SMA Swadhipa Bumisari Natar masalah yang terjadi dilapangan sehubungan dengan hasil belajar siswa, masih terdapat siswa yang memperoleh hasil belajar rendah. Nilai yang siswa ini rendah karena siswa tersebut jarang mengikuti pelajaran atau kegiatan proses belajar mengajar, sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru, dan masih terdapat siswa yang pasif dalam mengikuti proses belajar mengajar dikelas. Banyaknya yang mempengaruhi hasil belajar siswa serta melihat pentingnya konsep diri dalam belajar dalam mempengaruhi hasil belajar maka konsep diri dalam belajar dan hasil belajar yang menjadi variabel dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan konsep diri belajar merupakan suatu faktor yang dapat menimbulkan rasa percaya diri dan meyakinkan individu mampu mencapai suatu tujuan yaitu hasil belajar yang optimal.

Apabila kenyataan ini diabaikan dan dibiarkan terus-menerus, maka sangat memungkinkan proses belajar mengajar di sekolah SMA Swadipha Natar Lampung Selatan pada kelas XI tidak akan berjalan dengan baik dan tujuan pendidikan nasional tidak akan terwujud. Berdasarkan uraian di atas serta melihat pentingnya konsep diri untuk mencapai hasil belajar yang baik, maka peneliti tertarik mengambil penelitian dengan judul: “Hubungan Konsep Diri Siswa Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”


(20)

2. Identifikasi Masalah

Berdasakan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Terdapat siswa yang mempunyai hasil belajar rendah.

2. Terdapat siswa yang tidak percaya diri dan tidak merasa setara dengan orang lain

3. Terdapat siswa yang tidak mampu memecahkan masalah dan mengevaluasi diri.

4. Terdapat siswa yang tidak menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya diterima masyarakat.

5. Terdapat siswa bersikap pesimis dalam belajar.

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah Hubungan Antara Konsep Diri Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015.

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah adanya siswa yang mempunyai hasil belajar rendah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah apakah terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri siswa dengan hasil belajar


(21)

siswa kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015.

B. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Konsep Diri Siswa Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015

2. Kegunaan Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat berguna secara teori maupun praktek, yaitu:

1. Teoritis

Hasil penelitian ini mampu mengembangkan konsep ilmu pendidikan khususnya pada bidang bimbingan dan konseling tentang kajian hubungan antara konsep diri siswa dan hasil belajar siswa.

2. Praktis

Penelitian ini diharap dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada seluruh elemen yang mempunyai peran dalam meningkatkan pendidikan di SMA Swadhipa Bumi Sari Natar sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan kearah yang lebih baik.

C. Kerangka Pikir

Konsep diri dalam belajar merupakan penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri dalam kegiatan belajar, bagaimana peserta didik menghadapi persoalan dalam belajar. Konsep diri dalam belajar


(22)

merupakan kemampuan individu dalam menilai bagaimana suatu tugas atau persoalan mampu terselesaikan maka maka menunjukkan sikap yang positif.

McInerney (2006:306) menyatakan konsep diri dalam belajar merupakan salah satu aspek perkembangan psikososial individu yang penting karena sebagai salah satu variabel yang menentukan dalam proses pendidikan. Banyak bukti yang menguatkan bahwa rendahnya hasil siswa lebih disebabkan oleh sikap siswa yang memandang dirinya tidak mampu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan, hal ini dikarenakan konsep diri yang dimiliki siswa negatif.

Konsep diri negatif merupakan pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang bersifat negatif dan tidak mampu menerima dirinya, tidak mampu mengevaluasi diri, dan bersikap pesimis. Konsep diri negatif muncul karena pandangan seseorang tentang dirinya benar-benar tidak teratur.

Ada dua jenis konsep diri negatif yaitu, pandangan seseorang tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur dan dia tidak memiliki perasaan kestabilan serta keutuhan diri. Dia benar-benar tidak tahu siapa dia, apa kekuatan dan kelemahannya, atau apa yang dia hargai dalam hidupnya. Erikson (Calhoun, 1995:72), konsep diri mereka kerap kali menjadi tidak teratur untuk sementara waktu dan ini terjadi pada saat masa transisi dari peran anak ke peran orang dewasa. Konsep diri negatif pada jenis ini tidak teratur dan terjadi sementara waktu. Jenis tersebut terjadi pada masa


(23)

peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dimana anak-anak mengalami ketidakstabilan perasaan ataupun pandangan saat mereka menuju peran mereka sebagai orang dewasa.

Tipe kedua dari konsep diri negatif hampir merupakan lawan dari tipe yang pertama. Di sini konsep diri terlalu teratur dan stabil atau kaku. Hal ini bias disebabkan karena didikan yang sangat keras, sehingga individu tersebut menciptakan citra diri yang tidak menginginkan adanya penyimpangan. Pada kedua tipe konsep diri negatif, informasi baru tentang diri hampir pasti menjadi penyebab kecemasan dan rasa ancaman terhadap diri.

Konsep diri dalam belajar dapat diperoleh dengan proses belajar dengan kata lain konsep diri dalam belajar merupakan hasil belajar dari individu. Belajar ini berlangsung secara terus-menerus setiap harinya, biasanya tanpa kita sadari. Banyak penelitian yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri dalam belajar dengan hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki kosep diri yang positif akan memperlihatkan prestasi yang baik atau siswa yang berprestasi tinggi memiliki penilaian diri yang tinggi pula. Jadi konsep diri dalam belajar siswa mempengaruhi Hasil belajarnya.

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa hasil yang dicapai siswa diberikan atas pengukuran tertentu. Hasil belajar yang tinggi merupakan


(24)

sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap siswa, dalam hal ini hasil belajar dipengaruhi oleh konsep diri.

Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Konsep diri dalam belajar yang positif dalam diri siswa akan menimbulkan rasa percaya diri, optimis mampu untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai yaitu prestasi belajar, keyakinan itulah yang membuat siswa mempersiapkan diri untuk mewujudkan keinginannya. Sehingga muncul keinginan dari dalam diri untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Calhoun (Asmara, 2007:21) menjelaskan bahwa konsep diri dalam belajar merupakan gambaran mental diri sendiri dan penilaian terhadap diri sendiri dalam proses belajar.

Konsep diri dalam belajar emrupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh peserta didik, karena merupakan suatu penilaian terhadap kemampuannya dalam belajar, konsep diri dalam belajar merupakan suatu faktor yang dapat menimbulkan rasa percaya diri dan meyakinkan individu untuk mampu dalam mencapai suatu tujuan. Konsep diri dalam belajar merupakan salah satu aspek perkembangan psikososial individu yang penting karena sebagai salah stu variabel yang menentukan dalam proses belajar dan hasil belajar.


(25)

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir, dibutuhkan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian ini. Sugiyono (2008:64) mengatakan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis statistik yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho : “Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan hasil belajar siswa SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan tahun ajaran 2014/2015”

Ha : “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan hasil belajar siswa SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan tahun ajaran 2014/2015”

Konsep Diri (X)

Hasil Belajar (Y)


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa terbentuk dan berkembang seiring dengan proses pembelajaran. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan siswa yang dikembangkan mengacu pada kurikulum yang ada. Lazimnya hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru baik nilai tugas maupun nilai yang tertera pada raport. Dalam hal inihasil belajar merupakan pencapaian yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam waktu tertentu.

1. Pengertian Belajar

Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Kimble dan Garmezi (Sudjana, 2009:5) menyatakan bahwa balajar adalah perubahan tingkah laku yang relative permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.

Kesimpulan dari pendapat ini menyatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah lakuberkat adanya pengalaman individu dalam iteraksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif,


(27)

dan psikomotorik. Perubahan tingkah laku meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan apresiasi.

Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam cirri-ciri belajar.

Djamarah (2002:15-16) menyatakan bahwa cirri-ciri belajar adalah sebagai berikut:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku subjek belajar. Banyak faktor yang mempengaruhinya, dari sekian banyak faktor yang berpengaruh itu, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor internal diri subjek belajar dan faktor eksternal diri subjek belajar.

Staton (Sadirman, 1994:39-44) menguraikan bahwa ada enam macam faktor psikologis yang diperlukan dalam kegiatan belajar, yaitu: 1. Motivasi

2. Konsentrasi 3. Reaksi 4. Organisasi 5. Pemahaman 6. Ulangan

Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi belajar seseorang dan berdampak pada besar kecilnya hasil prestasi belajar yang dicapai mahasiswa, semakin besar faktor-faktor yang berada pada diri individu semakin besar pula prestasi yang diraihnhya. Maka sangat penting faktor-faktor ini dimiliki individu dalam proses belajarnya.


(28)

Menurut pendapat di atas belajar merupakan suatu proses perubahan tigkah laku karena pengalaman yang dimiliki individu yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah serangkaian proses yang melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang didasarkan pada pengalaman individu melalui interaksi dengan lingkungannya sehingga menimbulkan adanya suatu perubahan tingkah laku yang baru.

2. Pengertian Hasil Belajar

Tujuan dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah perubahan pada tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajar. Perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa biasanya disebut dengan hasil belajar. Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Senada dengan pendapat tersebut, Abdurrahman (2003:37) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak didik setelah melalui kegiatan belajar. Kemampuan yang diperoleh antara siswa yang satu dengan yang lain pada umumnya tidak sama, kemampuan ini bergantung kepada sejauh mana siswa dapat memahami materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

Proses belajar mengajar, diharapkan terjadi suatu perubahan pada diri siswa, baik perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Menurut


(29)

Anitah, dkk (2008:1.5) hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap, bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali. Perubahan tingkah laku yang didapat setelah proses belajar, menurut Bloom dalam Sudjana (2009:22) dapat diamati melalui tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan penguasaan seseorang terhadap pengetahuan yang telah ia peroleh melalui proses pembelajaran. Ranah afektif berhubungan dengan sikap terhadap nilai-nilai, moral dan norma tertentu. Sedangkan ranah psikomotoris berhubungan dengan keterampilan yang dimiliki untuk menciptakan dan mengembangkan sesuatu. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar, dan dari ketiga ranah tersebut ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru disekolah karena ranah tersebut berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi pelajaran.

Sementara itu, hasil belajar menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006:3) merupakan hasil interaksi dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang diadakan, evaluasi atau penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan siswa setelah melalui kegiatan proses belajar mengajar. Bagi siswa, hasil belajar merupakan potret kemampuan dirinya sendiri dalam menguasai pengetahuan atau materi yang diberikan oleh gurunya. Bagi guru, hasil belajar siswa merupakan gambaran keberhasilan dalam melaksanakan pengajaran. Serta


(30)

bagi sekolah hasil belajar siswa merupakan gambaran keberhasilan sekolah. Seseorang tidak dapat mengatakan bahwa proses belajar mengajar berhasil atau tidak, tanpa mengetahui terlebih dahulu hasil belajar siswanya.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar mengajar dan biasanya berupa perubahan tingkah laku atau perubahan perilaku. Hasil belajar juga dapat dinilai melalui nilai yang diperoleh siswa melalai ujian yang diberikan atau nilai yang tertera pada raport.

3. Ciri-Ciri Individu Berprestasi

Individu yang mempunyai hasil belajar yang baik biasanya memiliki sifat yang ulet dalam proses belajar mengajar dibandingkan mahasiswa yang mempunyai prestasi rendah. Menurut (Rolla, 2006) setiap individu yang telah terpenuhi kebutuhan pokoknya memiliki keinginan berprestasi. Namun yang membedakan antara individu yang memiliki keinginan berprestasi tinggi dan rendah adalah keinginan dirinya untuk dapat menyelesaikan sesuatu dengan baik.

Individu yang memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi adalah individu yang memiliki standar berprestasi, memiliki tanggung jawab pribadi atas apa yang dilakukannya, individu lebih suka bekerja pada situasi dimana dirinya mendapat umpan balik sehingga dapat diketahui seberapa baik tugas yang telah dilakukannya, individu tidak menyukai keberhasilan yang


(31)

bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain, individu lebih suka bekerja pada tugas yang tingkat kesulitannya menengah dan realistis dalam pencapaian tujuannya, individu bersifat inovatif dimana dalam melakukan tugas selalu dengan cara yang berbeda, efisien dan lebih baik dari sebelumnya, dengan demikian individu merasa lebih dapat menerima kegagalan atas apa yang dilakukannya. Hasil belajar yang diperoleh mahasiswa adalah prestasi belajar yang diukur dengan standar nilai khusus melalui angka yang tertera pada raport yang diperoleh tiap akhir semester.

4. Faktor yang Menghambat Hasil Belajar

Hasil belajar akan sulit tercapai, apabila seorang peserta didik mengalami gangguan kesulitan belajar yang dapat dimaknai sebagai hambatan dan gangguan dalam proses penyerapan materi pelajaran yang disampaikan guru kepada peserta didik. Pada prinsipnya setiap peserta didik mempunyai hak dan peluang yang sama untuk memperoleh atau mencapai hasil belajar yang memuaskan. Namun pada kenyataannya ada perbedaan kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar, yang terkadang sangat mencolok antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya (ada peserta didik yang sangat bodoh dan ada peserta didik yang sangat pandai), sehingga perlu adanya perhatian dan penanganan khusus terhadap keduanya sehingga tidak akan timbul apa yang disebut dengan kesulitan belajar.


(32)

Kesulitan belajar tidak hanya dapat menimpa peserta didik yang berkemampuan rendah saja, akan tetapi juga dapat menimpa kepada mereka yang berkemampuan tinggi. Sabari (2005:48) mengemukakan bahwa terdapat dua faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar peserta didik. Pertama, faktor intern peserta didik yang meliputi gangguan psiko/fisik peserta didik, yang berkaitan dengan:

a) aspek kognitif, dalam hal ini terkait dengan rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi peserta didik

b) aspek afektif , dalam hal ini terkait dengan labilnya emosi dan sikap c) aspek psikomotor, dalam hal ini terkait dengan terganggunya fungsi

panca indera peserta didik.

Kedua, faktoreksternpeserta didik yang meliputi:

a) lingkungan keluarga, misalnya ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu, rendahnya pendapatan ekonomi keluarga

b) lingkungan perumahan atau masyarakat, misalnya berada dalam lingkungan kumuh dan kelompok bermain yang nakal

c) lingkungan sekolah, misalnya tata letak sekolah yang kurang nyaman dan strategis (dekat pasar, dekat rel kereta api, dekat terminal dan sebagainya)

d) guru yang kurang memiliki kompetensi dibidang mata pelajaran yang diampu, fasilitas belajar yang kurang memadai dan sebagainya.


(33)

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia menerima pengalaman pembelajaran. Sejumlah pengalaman yang diperoleh peserta didik mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didi dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui proses kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya setelah mendapat informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik lebih lanjut baik untuk individu maupun kelompok belajar.

Keberhasilan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal ataupun faktor eksternal. Faktor-faktor menurut Purwanto (2007:107) tersebut adalah:

1. faktor internal meliputi faktor bakat, minat, tingkat kecerdasan, sikap, motivasi, kemampuan kognitif, dan lain-lain;

2. faktor eksternal antra lain kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberi pelajaran, sarana dan fasilitas serta manajemen yang berlaku di sekolah dan lain-lain. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, siswa dan guru yang merupakan komponen utama dalam kegiatan belajar mengajar harus menyadari akan adanya pengaruh-pengaruh tersebut.

Menurut Rolla (2006) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

a. Pengaruh Keluarga dan Kebudayaan

Dalam pengaruh keluarga seberapa besar kebebasan yang diberikan orang tua kepada anaknya, jenis pekerjaan orang tua, jumlah serta


(34)

urutan anak dalam keluarga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan prestasi anak dalam mencapai hasil belajar yang baik.

b. Pengaruh dari Peran Jenis Klamin

Hasil belajar yang baik biasanya diidentikkan dengan sifat maskulin, banyak wanita yang belajar tidak maksimal khususnya jika berada diantara pria. Pada diri wanita tersebut terdapat rasa takut akan kesuksesan, yang artinya terdapat kekhawatiran akan ditolak oleh masyarakat jika memperoleh kesuksesan, akan tetapi hingga kini konsep tersebut masih diperdebatkan.

c. Pengakuan dan Prestasi

Setiap individu akan bekerja keras dan optimis dalam belajar jika merasa diperdulikan oleh orang lain seperti halnya orang tua, keluarga, dan lingkungan, sehingga hal tersebut dapat menjadi motivasi agar tidak mengecewakan orang-orang yang memberikan dukungan. Individu yang memperoleh dorongan akan berusaha untuk melajar dan optimis dalam mencapai tujuannya.

d. Konsep Diri

Konsep diri merupakan bagaimana individu berfikir tentang dirinya sendiri atau cara pandang individu dalam menilai dirinya sendiri yang berkaitan dengan pengetahuan, perasaan, perilaku yang dimiliki, dan dapat memahami kekurangan dan kelebihan tentang dirinya dan bagaimana hal tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Pikiran atau


(35)

persepsi individu tentang dirinya sendiri merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi prestasi dan tingkah laku individu.

e. Locus of control

Individu dapat melihat hubungan antara lingkah laku dan akibatnya, apakah dapat bertanggung jawab atau tidak atas segala tindakannya. Locus of control memiliki dua dimensi, yakni dimensi eksternal dan internal. Dimendi eksternal akan akan menganggap bahwa tanggung jawab segala perbuatan berada di luar perilaku dan memiliki rasa gelisah, curiga, dan rasa permusuhan. Sedangkan dimensi internal melihat bahwa segala perbuatan ada pada diri sendiri, memiliki sifat suka bekerja sendiri dan efektif.

f. Kecemasan yang Dialami

Kecemasan merupakan gambaran emosional yang dikaitkan dengan kekuatan. Dimana dalam proses belajar mengajar, individu memiliki derajat dan jenis kegelisahan yang berbeda. Semakin cemas maka individu akan merasa lebih tertekan dan merasa tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya. Apabila hal ini terus terjadi maka tidak menutup kemungkinan dapat mempengaruhi prestasi dan hasil belajarnya.

g. Motivasi dan Hasil Belajar

Jika motivasi individu untuk berhasil lebih kuat dari pada rasa takut terhadap kegagalan, maka individu akan mampu merincikan kesulitan yang dihadapinya. Sebaliknya jika rasa takut terhadap kegagalan lebih besar maka individu akan cenderung mencari persoalan yang lebih


(36)

mudah. Motivasi belajar merupakan dorongan dari dalam diri untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan kata lain motivasi melajar dapat mempengaruhi hasil belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (Rusman, 2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:

1. Faktor Internal

a. Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.

b. Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.


(37)

b. Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru

Berdasarkan uraian di atas hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan yang diperoleh siswa berupa pengetahuan mengenai materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya, setelah melalui kegiatan belajar di sekolah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, baik yang berasal dari dalam diri individu tersebut maupun yang berasal dari lingkungan luar. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kasil belajar adalah konsep diri.

B. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri berkaitan erat dengan indvidu termasuk ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Menurut Hurlock dalam Ghufron dan Rini (2010:13) mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang me-rupakan gabungan dari keyakinan, psikologis, sosial, emosional, aspiratif dan prestasi yang mereka capai. Sedangkan Brooks dalam Rakhmat (2005:99) menjelaskan konsep diri sebagai pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi mengenai diri sendiri dapat


(38)

bersifat psikologis, sosial dan fisis, yang di-peroleh melalui pengalaman individu dalam interaksi dengan orang lain.

Konsep diri dapat berkembang menjadi positif atau negatif. Selain itu, konsep diri menurut Rakhmat (2005:100) bukan hanya gambaran deskriptif, melainkan juga penilaian individu mengenai dirinya sendiri. Konsep diri adalah apa yang dipikirkan dan dirasakan tentang dirinya sendiri. Ada dua komponen dalam konsep diri yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif (self image) merupakan pengetahuan individu tentang dirinya mencakup pengetahuan gambaran tentang dirinya yang disebut citra diri. Sedangkan komponen afektif (self esteem) merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk bagaimana penerimaan terhadap diri dan harga diri individu.

Berkaitan dengan belajar, siswa akan mendapat pandangan atau pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar inilah yang membentuk konsep diri siswa. Menurut Calhoun dan Acocella dalam Sururi (2005:29) konsep diri adalah pandangan tentang diri sendiri. Selanjutnya konsep diri menurut Calhoun dan Acocella dalam Ghufron dan Rini (2010:17) memiliki tiga dimensi, yaitu pengetahuan, pengharapan, dan penilaian mengenai diri sendiri. Pengetahuan individu mengenai diri dan gambarannya berarti bahwa dalam aspek kognitif individu yang bersangkutan terdapat informasi mengenai keadaan dirinya, seperti nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa. Dimensi yang kedua adalah harapan individu di masa mendatang. Dimensi ini juga disebut dengan diri


(39)

ideal, yaitu kekuatan yang mendorong individu untuk menuju ke masa depan. Dimensi yang terakhir, penilaian terhadap diri sendiri, merupakan perbandingan antara pengharapan diri dengan standar diri yang akan menghasilkan harga diri.

Sementara itu Calhoun dan Acocella dalam Ghufron dan Rini (2010:14) mengemukkan bahwa ketika manusia lahir tidak memiliki konsep diri, pengetahuan tentang diri sendiri, harapan diri sendiri dan penilaian diri sendiri. Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam berinteraksi ini setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diterima akan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Jadi konsep diri terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu.

Konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupan, biasanya dipengaruhi oleh orang tua, guru dan teman-teman. Hal ini sesuai dengan Mead dalam Slameto (2010:182) menyebutkan konsep diri sebagai suatu produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologis. Pengalaman-pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya sendiri yang diterima dari orang-orang yang berpengaruh pada dirinya.


(40)

Konsep diri memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku. Perilaku yang ditampilkan sesuai dengan bagaimana seseorang memandang dirinya. Pujijogjanti dalam Ghufron dan Rini (2010:18) mengatakan ada tiga peranan penting dari konsep diri sebagai penentu perilaku.

1. Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin. Pada dasarnya individu selalu mempertahankan keseimbangan dalam kehidupan batinnya. Bila timbul perasaan, pikiran, dan persepsi yang tidak seimbang atau bahkan saling berlawanan, maka akan terjadi iklim psikologi yang tidak menyenangkan sehingga akan mengubah perilaku.

2. Keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap diri berpengaruh besar terhadap pengalamannya. Setiap akan memberikan penafsiran yang berbeda terhadap sesuatu yang dihadapi.

3. Konsep diri adalah penentu pengharapan individu. Jadi pengharaan adalah inti dari konsep diri. Konsep diri merupakan seperangkat harapan dan penilaian perilaku yang menunjuk pada harapan tersebut. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri menyebabkan individu menetapkan titik harapan yang rendah. Titik tolak yang rendah menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi yang tinggi.

Konsep diri merupakan hal penting dalam membentuk tingkah laku, termasuk hasil belajar. Sesuai pendapat Rakhmat (2005:104) bahwa konsep diri berpengaruh besar terhadap perubahan perilaku siswa, yaitu siswa akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki. Studi-studi korelasi menunjukkan hubungan positif yang besar antara prestasi siswa dengan hasil pengukuran konsep diri menurut Slameto (2010:182). Siswa yang memiliki pandangan tentang diri yang positif akan menimbulkan konsep diri yang positif, sebaliknya terjadi jika pandangan tentang diri siswa negatif. Konsep diri yang positif dapat meningkatkan kepercayaan terhadap dirinya sehingga akan mencapai hasil belajar yang baik, namun sebaliknya terjadi jika konsep diri yang negatif.


(41)

Brooks dan Emmert (Rakhmat, 2005:105) menyebutkan ciri-ciri konsep diri negatif. Pertama peka terhadap kritik, kedua responsif terhadap pujian, ketiga tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada orang lain atau hiperkritis, keempat merasa tidak disenangi orang lain, serta kelima bersikap pesimis terhadap kompetisi yang terungkap dalam keengganan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat perstasi. Sebaliknya, siswa yang memiliki konsep diri yang positif memunyai ciri-ciri, pertama merasa yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, kedua merasa setara dengan orang lain, ketiga menerima pujian tanpa rasa malu, keempat menyadari bahwa setiap orang memunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku dirinya yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, serta kelima mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Konsep diri dalam penelitian ini disimpulkan bahwa gambaran seseorang mengenai diri sendiri baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang mencakup citra diri, penilaian diri dan harga diri yang diperoleh melalui interaksi dengan orang lain.


(42)

2. Dimensi Konsep Diri dalam Belajar

Dimensi konsep diri menurut Calhoun (1995:67-71) dijelaskan sebagai berikut:

a. Dimensi Pengetahuan

Dimensi pengetahuan dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri. Dalam benak kita ada satu daftar julukan yang menggambarkan kita: usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, dan lain sebagainya. Faktor dasar ini semua seharusnya dicatat dan menempatkan kita dalam kelompok sosial, kelompok umur, kelompok suku bangsa, dan sebagainya.

b. Dimensi Penghargaan atau Harapan

Selain dapat mengetahui dan mengenal diri sendiri, individu dapat menghargai atau berharaptentang apa yang dia inginkan kelak. Pada saat individu mempunyai pandangan tentang siapa dirinya, individu juga mempunyai seperangkat pandangan yang lain yaitu tentang kemungkinan individu akan menjadi apa di masa yang akan datang.

Roges (Calhoun, 1995:71) menyatakan pada saat kita mempunyai satu set pandangan tentang siapa kita, kita juga mempunyai satu set pandangan lain yaitu tentang kemungkinan kita menjadi apa dimasa mendatang.

Dengan kata lain kita mempunyai penghargaan bagi diri kita sendiri. Penghargaan ini merupakan diri ideal yang sangat berbeda untuk tiap


(43)

idividu. Individu dapat berharap dan menghargai dirinya sendiri untuk menjadi individu yang mereka inginkan dan harapkan.

c. Dimensi Penilaian

Setelah individu mampu mengetahui diri dan berharap tentang bagaimana dirinya kelak, individu dapat mengevaluasi atau menilai terhadap diri individu tersebut. Dimana individu dapat menilai dan mengukur bagaimana pengharapan dan standar bagi diri mereka sendiri.

Eipsten (Calhoun, 1995:71) menyatakan dimensi ketiga dari konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri sendiri. Kita berkedudukan sebagai penilai tentang diri kita sendiri setiap hari, mengukur apakah kita bertentangan dengan (1) “saya-dapat-menjadi apa”, yaitu pengharapan kita bagi kita sendiri, dan (2) “saya-seharusnya-menjadi apa”, yaitu standar kita bagi diri sendiri.

Dengan demikian, seberapa besar individu tersebut menyukai dirinya sendiri. Semakin besar ketidaksesuaian antara gambaran tentang seharusnya individu tersebut menjadi apa atau dapat menjadi apa semakin reendah rasa harga diri kita.

Konsep diri dalam belajar merupakan penilaian tentang diri mengenai diri sendiridalamkegiatan belajar dan bagaimana peserta didik menghadapi persoalan dalam belajar. Konsep diri dalam belajar merupakan kemampuan individu dalam menilai suatu tugas atau persoalan dan bagaimana cara menyelesaikannya dengan baik maka hal tersebut menunjukkan sikap yang positif. Anggapan individu


(44)

bahwa dia tidak memiliki kemampuan menunjukkan sikap yang negatif terhadap kemampuan yang dimilikinya sehingga menyebabkan individu tersebut memandang tugasnya sebagai sesuatu yang sulit untuk diselesaikan. Calhoun (Asmara, 2007:21) menjelaskan bahwa konsep diri dalam belajar merupakan gambaran mental diri sendiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan diri dan penilaian terhadap diri sendiri dalam proses belajar. Hal ini berarti konsep diri adalah gambaran mental individu.

Konsep diri dalam belajar merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh peserta didik, karena hal tersebut merupakan suatu penilaian terhadap kemampuannya dalam belajar, konsep diri dalam belajar merupakan suatu faktor yang dapat menimbulkan rasa percaya diri dan meyakinkan individu untuk mampu dalam mencapai suatu tujuan. Konsep diri dapat diperoleh dengan belajar dengan demikian konsep diri merupakan hasil belajar dari individu. Proses belajar ini berlangsung terus-menerus setiap harinya dan biasanya terjadi tanpa kita sadari. Konsep diri dalam belajar merupakan salah satu aspek perkembangan psikososial individu yang penting karena merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam proses belajar dan hasil belajar.


(45)

3. Jenis-jenis konsep diri

Jenis konsep diri menurut Calhoun (1995: 72-74) jenisnya ada dua yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif :

a. Konsep diri negatif

Konsep diri negatif merupakan pandangan seseorang tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur. Seseorang tidak mengetahui apa kekuatan dan kelemahannya serta apa yang dia hargai dalam hidupnya. Hal ini terjadi mungkin karena di didik dengan sangat keras sehingga individu tersebut menciptakan citra diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dari hukum yang keras dan kaku yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat. Jadi ciri konsep diri yang negatif adalah pengetahuan yang tidak tepat tentang diri sendiri, harapan yang tidak realistis dan harga diri yang rendah.

b. Konsep diri positif.

Orang dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Konsep diri positif cukup luas untuk menampung seluruh pengalaman seseorang, maka penilaian tentang dirinya sendiri secara apa adanya. Hal ini tidak berarti bahwa dia tidak pernah kecewa terhadap dirinya sendiri. Dengan menerima dirinya sendiri, dia juga dapat menerima orang lain. Orang dengan konsep diri positif akan mempunyai harapan dan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan dirinya dan realistis.


(46)

Artinya memiliki kemungkinan besar untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

4. Perkembangan Konsep Diri

Perkembangan konsep diri dipengaruhi beberapa faktor, Calhoun (1995:77) mengemukakan ada empat factor yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri pada individu yaitu:

a. Orang tua

Orang tua merupakan kontak sosial paling awal yang dialami oleh tiap individu. Individu sangat tergantung terhadap orang tua untuk dapat belajar pada saat individu tumbuh dan memberikan informasi yang konstan tentang diri kita. Dengan demikian konsep diri pada individu dapat tumbuh berdasarkan nilai yang diberikan oleh orang tuanya, hal inilah yang membuat kita dapat mengenal diri kita sendiri dan dapat membangun interaksi dengan orang lain.

b. Teman sebaya

Kelompok teman sebaya anak menempati urutan kedua setelah orang tua dalam mempengaruhi konsep diri. Pada mulanya mereka merasa cukup hanya mendapatkan cinta dan perhatian orang tua, namun seiring proses pertumbuhan anak membutuhkan penerimaan anak-anak lain dikelompoknya. Jika penerimaan ini tidak juga diperoleh maka konsep diri akan terganggu. Selain itu peran yang diukir anak dalam kelompok sebayanya mungkin memiliki pengaruh yang dalam pada pandangannya tentang dirinya sendiri.


(47)

c. Masyarakat

Mulanya anak tidak terlalu mempermasalahkan asal-usul mereka. Tetai masyarakat menganggap hal tersebut penting, fakta-fakta dan penilaian semacam itu akhirnya sampai kepada anak dan mulai menjadi konsep diri.

d. Belajar

Konsep diri juga dapat diperoleh dari belajar. Dengan kata lain konsep diri juga merupakan hasil belajar idividu tersebut. Proses ini berlangsung setiap harinya, dan biasanya proses belajar ini terjadi tanpa disadari. Pengalaman yang diperoleh individu dari proses interaksi dengan orang lain dan masyarakat luas akan menyebabkan perubahan pada diri idividu dalam menilai diri dan nantinya akan dapat merubah kearah mana konsep dirinya akan dibawa.

5. Peranan Konsep Diri

Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin, penafsiran pengalaman dan menentukan harapan individu dalam belajar. Konsep diri dalam belajar mempunyai peranan dalam mempertahankan keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, ia akan mengubah perilakunya sampai dirinya merasakan adanya keseimbangan kembali dan situasinya menjadi menyenangkan lagi.


(48)

Rakhmat (Suprapto, 2007:37) memaparkan konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi dan interaksi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.

Individu akan berperilaku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki. Oleh karena itu, individu berusaha hidup sesuai dengan label yang diletakkan pada dirinya. Dengan kata lain sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang, apakah konsep diri positif atau negatif. Konsep diri yang positif akan membuat sukses dalam berkomunikasi interpersonal dan jika konsep diri yang dimiliki individu negatif maka komunikasi interpersonal akan sulit untuk dibentuk.

C. Hubungan Konsep Diri dengan Hasil Belajar

Konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang diri sendiri baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang mencakup citra diri, penilaian diri dan harga diri yang diperoleh melalui interaksi dengan orang lain. Konsep diri dalam belajar merupakan suatu faktor yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan meyakinkan siswa agar mampu dalam mencapai suatu tujuan sehingga membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Konsep diri dalam belajar merupakan salah satu aspek perkembangan psikososial individu yang penting karena sebagai salah satu variabel yang menentukan dalam proses belajar dan hasil belajar.


(49)

Brook dan Emmert (Suprapto, 2007:25-26) menyatakan individu yang mempunyai konsep diri positif memiliki cirri-ciri :

a. Percaya diri dan merasa setara dengan orang lain

b. Menerima diri apa adanya, mengenal kelebihan dan kekurangan c. Mampu memecahkan masalah dan mampu mengevaluasi diri d. Menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan dan

perilaku yang tidak seluruhnya diterima masyarakat e. Bersikap optimis

Hal ini menegaskan bahwa siswa dengan konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri, dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, dapat mengevaluasi diri dan bersikap optimis. Siswa yang mempunyai masalah dengan konsep diri dalam belajar maka hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai.

Konsep diri dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam belajar, sesuai pendapat Rakhmat (2005:100) bahwa konsep diri berpengaruh besar terhadap perubahan perilaku siswa, yaitu siswa akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki. Dalam konsep diri terkandung pengetahuan, harapan dan penilaian tentang diri. Konsep diri merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan hasil belajar. Siswa yang memiliki pandangan tentang diri yang positif dengan penuh gagasan, percaya diri akan menimbulkan konsep diri yang positif yang dapat mencapai hasil belajar yang tinggi, sebaliknya terjadi jika pandangan tentang diri siswa negatif.


(50)

Menurut Sudjana (2005: 39), Hasil Belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor- faktor tersebut yaitu:

1) Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri siswa), meliputi: a) kemampuan yang dimilikinya

b) motivasi belajar c) minat dan perhatian

d) sikap dan kebiasaan belajar e) konsep diri

f) ketekunan g) sosial ekonomi h) fisik dan psikis

2) Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri), yaitu lingkungan dan yang paling dominan adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional y ang dimiliki oleh guru, yaitu kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah dan konsep diri merupakan salah satu faktor tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bila konsep diri siswa semakin positif maka kemungkinan akan semakin besar pula peluang siswa untuk memperoleh hasil belajar hasil belajar yang baik di sekolah.


(51)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan cara atau metode yang digunakan dan disesuaikan dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai sehingga penelitian akan berjalan dengan sistematis. Menurut Arikunto (2002:151) “metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan itu dilandasi oleh keilmuan”. Penelitian ini, menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Dalam penelitian berusaha menganalisis berdasarkan fakta dan data tentang hubungan antara konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa sebab penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dari dua variabel tersebut, dan bila ada seberapa signifikan hubungan antara keduanya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Swadhipa yang beralamat Jl. Swadhipa No.217 Bumisari Natar Lampung Selatan Telp. (0721) 91342. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.


(52)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan individu yang terdapat dalam penelitian ini. Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah seluruh subjek peelitian. Populasi harus dibatasi dan ditegaskan sampai pada batas-batas tertentu yang dapat dipergunakan untuk menentukan sampel. Hal ini ditegaskan lagi bahwa suatu hal yang diperhatikan keadaan homogenitasnya. Apabila keadaan populasi itu homogen maka pengambilan sampel akhir tidak ada permasalahan.

Berdasarkan dengan tujuan dari penelitian ini dan pendapat diatas, maka populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 69 siswa. Adapun daftar siswa kelas XI SMA Swadhipa berada pada tabel 3.1. Berikut tabel siswa yang menjadi subjek penelitian:

Tabel 3.1 Daftar siswa kelas XI SMA Swadhipa

Jurusan Jumlah Siswa

IPA 34 Siswa

IPS 35 Siswa


(53)

2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. Sampel yang akan secara nyata akan diteliti harus representative dalam arti mewakili populasi baik dalam karakteristik maupun jumlahnya. Menurut Sugiyono (2010:62) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Dalam pengertian lain sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 24 siswa dari total populasi 69 siswa. Proses penarikan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan simple random sampling, menurut Riduwan (2005:58) simple random sampling adalah “cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut”. Jadi dalam penentuan sampel, anggota populasi dianggap sama sehingga dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya.

D. Variabel Penelitian

Arikunto (2006:94) menyatakan bahwa: variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Berdasar pada definisi tersebut dapat kita katakan bahwa variabel penelitian adalah objek yang bervariasi dan dapat dijadikan titik perhatian.


(54)

Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu :

1. Variabel independent atau variabel bebas yaitu :

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain atau variabel yang menjadi penyebab munculnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsep diri siswa (variabel X)

2. Variabel dependent atau variabel terikat yaitu :

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel yang kemunculannya disebabkan oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa (variabel Y)

E. Definisi Operasional

Secara operasional, maksud dari variabel dalam penelitian adalah: 1. Konsep Diri

Konsep diri dalam konteks penelitian ini adalah gambaran seseorang mengenai diri sendiri baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang mencakup citra diri, penilaian diri dan harga diri yang diperoleh melalui interaksi dengan orang lain. Siswa yang memiliki konsep diri memiliki indikator seperti mampu memecahkan masalah dan mampu mengevaluasi diri, percaya diri dan merasa setara dengan orang lain, menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya diterima masyarakat, peka terhadap orang lain dan optimis dalam belajar


(55)

2. Hasil Belajar

Hasil belajar dalam konteks penelitian ini adalah kemampuan yang diperoleh siswa berupa pengetahuan mengenai materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya, setelah melalui kegiatan belajar di sekolah. Dalam penelitian ini hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai raport siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian sangatlah dibutuhkan karena teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan. Menurut Arikunto (2002:129), metode pengumpulan data adalah “Segenap fakta yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk menyusun informasi”. Berdasarkan pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan data adalah gambaran dari keadaan atau persoalan dalam penelitian. Dengan demikian pengumpulan data merupakan suatu langkah guna memecahkan persoalan dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1. Skala

Penelitian ini menggunakan skala konsep diri yang berupa skala psikologi. Skala psikologi merupakan alat pengumpulan data yang dilaksanakan secara tertulis dan diisi oleh responden.

Menurut Azwar (2009:4), skala psikologi adalah stimulus yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.


(56)

Untuk memudahkan pengklasifikasian hasil pada masing-masing alternatif jawaban maka skala yang digunakan dalam penelitian ini memiliki 5 alternatif jawaban beserta pensekorannya Azwar (2009: 33). Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert ini mempunyai gradasi dari sangat positif hingga sangat negatif, yang disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respon yang menunjukkan tingkatan seperti:

Tabel 3.2 Nilai Skor Pernyataan

Pernyataan SS S RR TS STS

Favorable 4 3 2 1 0

Unfavorable 0 1 2 3 4

Dalam pemberian skor, setiap respon positif terhadap item Favorable akan diberi bobot yang lebih tinggi dari pada respon negatif yaitu dari empat sampai dengan nol, sebaliknya untuk item unfavorable respon negatif akan diberi skor yang bobotnya lebih rendah dari respon negatif, yaitu nol sampai dengan empat. Setiap jenis respon mendapat nilai sesuai dengan arah pernyataan yang bersangkutan. Pilihan alternatif jawaban dan skoring setiap item pernyataan dalam skala konsep diri. Kisi-kisi instrumen konsep diri yang dikembangkan serta digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.


(57)

2. Dokumentasi

Dalam penelitian ini selain menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan skala sebagai metode pokok peneliti juga akan menggunakan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa. Dokumentsi merupakan teknik pencarian data dengan cara menelaah catatan atau dokumen sebagai sumber data. Hal ini sesuai dengan pendapat (Arikunto 2006:2) yang mengemukakan bahwa “metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip buku dan sebagainya”. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder berupa jumlah siswa dan data tentang hasil belajar siswa SMA Swadhipa, dari raport siswa, arsip tata usaha, dan catatan guru bimbingan dan konseling.

G. Uji Persyaratan Instrumen

Untuk mendapatkan alat pengumpul data yang baik perlu dilakukan perhitungan validitas terhadap instrumen yang akan digunakan sebagai metode penelitan. Untuk itu sebelum instrumen tersebut dipakai, terlebih dahulu perlu diujicobakan. Tujuannya agar dapat diketahui apakah instrumen yang digunakan tersebut sudah valid dan reliabel atau belum.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat keandalan atau kesahihan suatu instrumen (Riduwan, 2005:97). Sebuah


(58)

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Dalam penelitian ini, validitas yang akan digunakan untuk mengetahui kesahihan instrumen adalah validitas konstruk (construct validity), hal ini dikarenakan instrumen pengumpulan data yang digunakan merupakan instrumen pengumpulan data non-tes. Menurut Sugiyono (2010) Untuk menguji validitas konstrak dapat digunakan pendapat dari ahli.

Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini, maka digunakan rumus Product Moment Pearson dengan bantuan Soft Ware berupa Microsof office excel edisi 2010 dan SPSS 13.0 untuk mempermudah proses perhitungan. Adapun Rumus korelasi product moment pearson adalah:

 



  2 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N X X xy N rxy Keterangan : XY

r = Koefisien korelasi antar skor N = Jumlah subyek

X N

= Jumlah skor item

Y = Jumlah skor total

XY = Jumlah perkalian skor item dengan skor total

2

X = Jumlah kuadrat skor item

2


(59)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen konsep diri. Peneliti menggunakan instrumen yang telah diuji validitas, yang di adaptasi dari Skripsi Asep Lukman Efendi (BK 2007) dari 60 item pernyataan yang dibuat 36 item yang berkontribusi atau valid sedangkan 24 item tidak berkontribusi atau tidak valid, jadi untuk skala konsep diri siswa hanya 36 item yang dipakai tanpa diuji cobakan lagi oleh peneliti karena instrumen tersebut sudah valid. Penghitungan validitas instrumen dapat dilihat pada lampiran.

2. Reliabilitas

Reliabilitas memiliki pengertian keajegan atau konsistensi, serta sejauh mana suatu instrumen pengukuran dapat dipercaya (Azwar 2009:4). Sedangkan menurut Arikunto (2002:154) menyatakan reliabilitas menunjuk pada suaru pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut dianggap sudah baik. Oleh sebab itu instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula.

Dalam penelitian ini menggunakan pengukuran reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha. Alasan menggunakan rumus ini karena instrumen yang digunakan adalah menggunakan skor skala bertingkat (Rating Scale). Menurut Arikunto (2002; 180), untuk instrumen dengan skala bertingkat di uji dengan menggunakan rumus Alpha yaitu skor bukan 1 dan 0. Rumus Alpha tersebut adalah sebagai berikut :


(60)

Keterangan :

r11 = Koefisien realibilitas alpha

k = Banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

2

b

α = Jumlah varians butir

2

t

α = Varians total

Reliabilitas instrumen skala konsep diri siswa dengan menggunakan rumuas Alpha Cronbach diperoleh hasil 0,930. Berdasarkan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas maka tingkat reliabilitas instrumen adalah sangat kuat.. Dengan demikian instrumen konsep diri siswa dapat digunakan. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen dapat dilihat pada lampiran sedangkan indeks pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.4 Rentang Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Kategori

0,80-1,00 Derajat keterandalan sangat kuat 0,60-0,799 Derajat keterandalan kuat 0,40-0,599 Derajat keterandalan cukup 0,20-0,399 Derajat keterandalan rendah 0,00-0,199 Derajat keterandalan sangat rendah

               

2

2 1 1 11 t b k k r α α


(61)

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2010:147). Dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi. Dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS.

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hipotesis pertama yang menyatakan ada hubungan positif dan signifikan antara konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa di sekolah. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment pearson dengan bantuan program komputer SPSS versi 13.0. Dengan rumus sebagai berikut:

Rumus:

 



  2 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( Y Y n X X n Y X XY n rxy Keterangan:

rhitung = koefisiensi korelasi x = jumlah skor item

y = jumlah skor total n = jumlah responden

Berdasarkan perhitungan pada taraf signifikan 0.05, didapatkan nilai p(sig.2-tailed) = 0.421. Berdasarkan pada tabel r product moment diperoleh rtabel = 0.388 dengan demikian rhitung > rtabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.


(62)

Artinya ada hubungan yang signifikan antara konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan Tahun ajaran 2014/2015.


(63)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan. Artinya semakin tinggi konsep diri siswa maka akan semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai rhitung = 0,421 kemudian dibandingkan dengan tabelproduct momentdengan taraf signifikan 0,05 diperoleh rtabel= 0,388 Dengan demikian rhitung > rtabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar Tahun Ajaran 2014/2015.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian tentang hubungan konsep diri dengan hasil belajar siswa kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar tahun pelajaran 2014/2015 maka berikut dipaparkan rekomendasi yang ditujukan kepada beberapa pihak yang secara langsung


(64)

terkait dengan kemungkinan upaya pengembangan dan penerapan temuan penelitian sebagai berikut :

1. Kepada siswa

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi siswa SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan, bahwa konsep diri adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dan siswa yang memiliki konsep diri yang positif akan memiliki hasil belajar yang baik pula.

2. Kepada peneliti lain

Kepada peneliti lain karena dalam penelitian ini diperoleh hubungan yang berkualitas sedang antara variabel konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa, maka kemungkinan besar masih ada variabel-variabel lain yang diduga turut mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga perlu dicari variabel-variabel lainnya.

3. Kepada guru

Kepada guru diharapkan dapat membimbing serta membentuk konsep diri yang positif pada siswa-siswanya. Agar siswa dapat mengevaluasi diri, memiliki rasa percaya diri, mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, dan bersikap optimis dalam belajar agar memperoleh hasil belajar yang baik sesuai dengan yang kita harapkan.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Pustaka Cipta.

Ananda, Nandang Kosasih. 2001. Motivasi, Sikap Terhadap Mengajar dan Konsep Diri Mahasiswa FKIP Universitas Lampung Tahun 2001. Universitas Lampung. Lampung.

Anitah W, Sri dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmara, Tejo. 2007. Efektivitas Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Peer Group Dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III A di SMP Mardasiswa I Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). Universitas Semarang. Semarang.

Azwar, Syarifuddin. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Calhoun, JF. 1995.Psikologi Tentang Penyesuaian Dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Desmita. 2011.Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung Rosdakarya. Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djaali. 2008.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, S Bahri. 2002.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S. 2010.TeoriTeori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Grup.


(66)

Lukman Effendi, Asep. 2014. Hubungan antara Konsep Diri dalam Belajar dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Akademik (Studi pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Lampung). (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung.

McInerney, Dennis M. 2006. Development Psychology For Teacher. Australia: National Library.

Purwanto, E. 2007.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta. Gava Media. Riduwan. 2005.Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Penelitian

Pemula. Bandung: Alfabeta

Rolla, F.2006.Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada Remaja. 2006 USU Repository. Diakses dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1938/3/06010309.pdf.txt. pada tanggal 26 Februari 2015.

Rusman. 2012.Model-model Pembelajaran. Depok: PT Rajagrafindo Persada Sabari, Ahmad. 2005.Metode Pembelajaran Interaktif. Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman. 1994.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka cipta

Sriati, Aat. 2009. Pengaruh Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi Akademik Remaja Akhir. (Skripsi). Universitas Padjajaran. Bandung.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta

Suprapto. 2007. Efektivitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Mengembangkan Konsep diri Positif Pada Siswa Kelas XI SMA Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). Universitas Semarang. Semarang.

Sururi, Ridwan. 2005. Pengaruh Metode Jarimatika Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunanetra Sekolah Dasar SLB Negeri 1 Pemalang. (Skripsi). Universitas Diponegoro. Semarang.


(67)

Unila. 2010. Panduan Umum Universitas Lampung. Lampung. Universitas Lampung


(1)

(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan. Artinya semakin tinggi konsep diri siswa maka akan semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai rhitung = 0,421 kemudian dibandingkan dengan tabelproduct momentdengan taraf signifikan 0,05 diperoleh rtabel= 0,388 Dengan demikian rhitung > rtabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar Tahun Ajaran 2014/2015.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian tentang hubungan konsep diri dengan hasil belajar siswa kelas XI SMA Swadhipa Bumisari Natar tahun pelajaran 2014/2015 maka berikut dipaparkan rekomendasi yang ditujukan kepada beberapa pihak yang secara langsung


(3)

1. Kepada siswa

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi siswa SMA Swadhipa Bumisari Natar Lampung Selatan, bahwa konsep diri adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dan siswa yang memiliki konsep diri yang positif akan memiliki hasil belajar yang baik pula.

2. Kepada peneliti lain

Kepada peneliti lain karena dalam penelitian ini diperoleh hubungan yang berkualitas sedang antara variabel konsep diri siswa dengan hasil belajar siswa, maka kemungkinan besar masih ada variabel-variabel lain yang diduga turut mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga perlu dicari variabel-variabel lainnya.

3. Kepada guru

Kepada guru diharapkan dapat membimbing serta membentuk konsep diri yang positif pada siswa-siswanya. Agar siswa dapat mengevaluasi diri, memiliki rasa percaya diri, mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, dan bersikap optimis dalam belajar agar memperoleh hasil belajar yang baik sesuai dengan yang kita harapkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Pustaka Cipta.

Ananda, Nandang Kosasih. 2001. Motivasi, Sikap Terhadap Mengajar dan

Konsep Diri Mahasiswa FKIP Universitas Lampung Tahun 2001.

Universitas Lampung. Lampung.

Anitah W, Sri dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Asmara, Tejo. 2007. Efektivitas Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Peer Group Dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III A di SMP Mardasiswa I Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). Universitas Semarang. Semarang.

Azwar, Syarifuddin. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Calhoun, JF. 1995.Psikologi Tentang Penyesuaian Dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Desmita. 2011.Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung Rosdakarya. Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djaali. 2008.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, S Bahri. 2002.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S. 2010.TeoriTeori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Grup.


(5)

McInerney, Dennis M. 2006. Development Psychology For Teacher. Australia: National Library.

Purwanto, E. 2007.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta. Gava Media. Riduwan. 2005.Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Penelitian

Pemula. Bandung: Alfabeta

Rolla, F.2006.Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada

Remaja. 2006 USU Repository. Diakses dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1938/3/06010309.pdf.txt. pada tanggal 26 Februari 2015.

Rusman. 2012.Model-model Pembelajaran. Depok: PT Rajagrafindo Persada Sabari, Ahmad. 2005.Metode Pembelajaran Interaktif. Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman. 1994.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka cipta

Sriati, Aat. 2009. Pengaruh Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi Akademik Remaja Akhir. (Skripsi). Universitas Padjajaran. Bandung.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta

Suprapto. 2007. Efektivitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Mengembangkan Konsep diri Positif Pada Siswa Kelas XI SMA Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). Universitas Semarang. Semarang.

Sururi, Ridwan. 2005. Pengaruh Metode Jarimatika Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunanetra Sekolah Dasar SLB Negeri 1 Pemalang. (Skripsi). Universitas Diponegoro. Semarang.


(6)

Unila. 2010. Panduan Umum Universitas Lampung. Lampung. Universitas Lampung


Dokumen yang terkait

KEMAMPUAN MENULIS SURAT PERJANJIAN JUAL BELI PADA SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

2 30 67

PENINGKATANAKTIVITAS DANHASIL BELAJARSISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA TEMA KELUARGA BAGI SISWA KELAS III SDS SWADHIPA BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 10 74

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI JURUSAN AKUNTANSI KEUANGAN SMK 1 SWADHIPA NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 7 82

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN DISIPLIN DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA BUMISARI NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 71

HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA BUMISARI NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 6 67

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 12 87

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MEDIA LINGKUNGAN SISWA KELAS IV SD SWASTA SWADHIPA BUMISARI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 42

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MEDIA LINGKUNGAN SISWA KELAS IV SD SWASTA SWADHIPA BUMISARI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 42

PENGARUH MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 1 DI SMA SWADHIPA NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

5 33 68

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA BUMISARI NATAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 7 89