PENGGUNAAN PLAXIS UNTUK ANALISIS

29

BAB III PENGGUNAAN PLAXIS UNTUK ANALISIS

III.1. Umum Plaxis adalah sebuah paket program yang disusun berdasarkan metode elemen hingga yang telah dikembangkan secara khusus untuk melakukan analisis deformasi dan stabilitas dalam bidang rekayasa geoteknik. Prodesur pembuatan model secara grafis yang mudah memungkinkan pembuatan suatu model elemen hingga yang rumit dapat dilakukan dengan cepat, sedangkan berbagai fasilitas yang tersedia dapat digunakan untuk menampilkan hasil komputasi secara mendetail. Proses perhitungannya sendiri sepenuhnya berjalan secara otomatis dan didasarkan pada prosedur numerik yang handal. Plaxis dimaksudkan sebagai suatu alat bantu analitis untuk digunakan oleh ahli geoteknik yang tidak harus menguasai metode numerik. Umumnya para praktisi menganggap bahwa perhitungan dengan metode elemen hingga yang non-linear adalah sulit dan menghabiskan banyak waktu. Tim riset dan pengembangan Plaxis menjawab masalah tersebut dengan merancang prosedur-prosedur perhitungan yang handal dan baik secara teoritis, yang kemudian dikemas dalam suatu kerangka yang logis dan mudah digunakan. III.2 Pemodelan Tanah dan Parameter yang Digunakan Adapun tanah yang akan dianalisis adalah tanah di daerah Proyek Bandar Udara Kuala Namu dengan Bore Log no. BH-II AREA-II, hasil bore log dan tes laboratorium dapat dilihat pada Tabel 3.1. Dari hasil tes ini maka dibuatlah kondisi 30 Timbunan Drained 1 m γ unsat = 11.87 kNm 2 Lapisan 3 Medium, Drained γ sat = 16.17 kNm 2 5 m 3 m γ sat = 16.37 kNm 2 1 m γ sat = 17.48 kNm 2 10 m γ sat = 19.02 kNm 2 eksisting yang digunakan untuk analisis program Plaxis, adapun pemodelan tanahnya adalah tampak seperti gambar berikut: Gambar 3.1. Potongan melintang tanah Jenis material yang digunakan pada analisa ini adalah model Mohr-Coulomb, dan parameter-parameter tanah yang akan dipakai pada program ini adalah berat isi jenuh dan tak jenuh sat dan unsat , permeabilitas k x dan k y , modulus Young E, angka Poisson v, kohesi c, sudut geser ø, dan sudut dilantansi . Nilai dari berat isi jenuh dan tak jenuh sat dan unsat didapat dari hasil laboratorium begitu juga dengan nilai permeabilitas k x dan k y , atau dapat juga dengan memperhitungkan dari nilai berikut: Lapisan 1 Lunak, Undrained Lapisan 4 Padat, Drained Lapisan 2 Lunak, Drained 31 Tabel 3.1. Harga-harga koefisien Rembesan pada umumnya 18 k Jenis Tanah cmdtk ftmnt Kerikil bersih 1.0 - 100 2.0 - 200 Pasir kasar 1.0 - 0.01 2.0 - 0.02 Pasir halus 0.01 - 0.001 0.02 - 0.002 Lanau 0.001 - 0.00001 0.002 - 0.00002 Lempung kurang dari 0.000001 kurang dari 0.000002 Besar modulus elastisitas modulus Young untuk tanah lempung berpasir, lanau berlempung dihitung dengan menggunakan rumus empiris c e q E 6 3 − = atau c e q E 2 1 − = , dimana q c adalah perlawanan penetrasi konus. Angka Poisson v sering dianggap sebesar 0.2 sampai 0.4. nilai sebesar 0.5 biasanya dipakai untuk tanah jenuh, dan 0.0 sering dipakai untuk tanah kering dan tanah lainnya untuk kemudahan dalam perhitungan. Pada kasus perilaku tak terdrainase, maka dimasukkan angka Poisson efektif yaitu harus lebih kecil dari 0.35. Besar kohesi c, sudut geser ø didapat dari uji laboratorium. Sedangkan sudut dilantansi untuk tanah lempung cenderung tidak ada sama sekali yaitu =0. III.3 Input Data III.3.1 Model Geometri dan Kondisi Batas Boundary Conditions Timbunan dapat dianalisa dengan menggunakan model regangan bidang plain strain, dengan 15 titik nodal. Satuan dasar yang digunakan untuk panjang, gaya, dan waktu adalah m, kN, dan hari. Model geometri mempunyai lebar total 40 m dimulai dari titik tengah timbunan. Geometri penuh dapat digambarkan dengan 18 Mekanika Tanah Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis Jilid 1,Braja M.Das, diterjemahkan Noor Endah Indrasurya B. Mochtar, Erlangga 484. 32 menggunakan pilihan garis geometri Geometry line. Deformasi dari lapisan pasir pada kedalaman 10 m dari tanah asli diasumsikan tidak terjadi. Karena itu, lapisan ini tidak diikutsertakan dalam model dan digunakan kondisi jepit untuk dasar model. Jepit standar standard fixities dapat digunakan untuk mendifinisikan kondisi batas. Tampilan dari model geometri dapat dilihat pada Gambar 3.2 III.3.2 Data Bahan Material Adapun Sifat-sifat material yang dimasukkan ke kumpulan data material pada program masukan input Plaxis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2. Parameter desain yang digunakan untuk analisis Parameter Timbunan Lapisan 1 Lapisan 2 Lapisan 3 Lapisan 4 Tebal m 4.0 6.0 3.0 1.0 10.0 Kondisi Tanah Padat Lunak Lunak Medium Padat Model Mohr Columb Mohr Columb Mohr Columb Mohr Columb Mohr Columb Type Drained Undrained Drained Drained Drained γ unsat kNm 3 11.87 11.87 12.12 14.16 15.33 sat γ kNm 3 16.17 16.17 16.37 17.48 19.02 K x mhari 8.64 0.00044 8.64 8.64 8.64 K y mhari 9.00 0.00035 9.00 9.00 9.00 E kNm 2 15.00 360 720 72.00 15.00 ν 0.35 0.35 0.25 0.30 0.35 C kNm 2 7.50 11.10 11.30 7.90 7.50 ø 28 11’30” 5 24’35.20” 6 5’5” 22 8’8.34” 28 11’30” - - - - - Kumpulan data material dimasukkan sesuai pada tiap kluster dalam model geometri. Adapun cara memindahkan data material tersebut ialah dengan meng-klik dan seret drag kumpulan data kemasing-masing kluster. 33 III.3.3 Mesh Generation Setelah memasukkan parameter material, jaring elemen hingga sederhana dapat disusun dengan menggunakan tingkat kekasaran elemen sedang medium. Kemudian dilakukan penyusunan jaring elemen dengan menekan tombol susun jaring elemen generate mesh. Hasil penyusunan jaring elemen dapat dilihat pada Gambar 3.3. III.3.4 Kondisi Awal Initial Condition Dalam kondisi awal initial condition ditetapkan berat isi air sebesar 10 kNm 3 . Tekanan air sepenuhnya adalah tekanan hidrostatik berdasarkan garis freatik global melalui ttitik 0.0;19.0 dan 40.0;19.0. Kemudian dibuat kondisi batas untuk analisis konsolidasi pada arah vertikal sebelah kiri dan kanan dengan cara menekan tombol batas konsolidasi tertutup closed consolidation boundary kemudian klik titik 0.0; 24.0 dan 0.0; 0.0 kemudian klik kanan dan juga klik titik 40.0; 20.0 dan 40.0; 0.0. kemudian klik tombol hitung tekanan air generate water pressure. Gambar Kondisi awal dan tekanan air pori awal dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5 III.3.5 Tegangan Awal Setelah perhitungan tekanan air, kembali ke konfigurasi geometri awal. Pada kondisi awal, timbunan belum ada sehingga untuk menghitung tegangan awal dari model maka timbunan harus dinonaktifkan terlebih dahulu. Klik satu kali pada tiap klaster yang memodelkan timbunan. Setelah timbunan dinonaktifkan klaster yang bersangkutan akan mempunyai warna seperti 34 warna latar belakang, maka geometri yang aktif akan berupa geometri yang horizontal dengan lapisan-lapisan yang horizontal pula. Kemudian dilakukan perhitungan tegangan awal. Setelah perhitungan tegangan awal dilakukan maka masukan telah selesai dan perhitungan dapat dilakukan. Gambar tegangan awal dapat dilihat pada Gambar 3.6 35 Gambar 3.2. Model Geometri 36 Gambar 3.3. Jaring Elemen Generate Mesh 37 Gambar 3.4. Kondisi Awal 38 Gambar 3.5. Tekanan air pori awal 39 Gambar 3.6. Tegangan Awal 40 III.4. Perhitungan Calculation. Konstruksi timbunan terdiri dari dua tahap, masing-masing membutuhkan waktu 5 hari. Setelah tahapan konstruksi pertama, dilanjutkan dengan konsolidasi selama 100 hari agar tekanan air pori berlebih dapat berdisipasi. Setelah tahapan konstruksi kedua, sebuah rentang konsolidasi lain diberikan sehingga penurunan final dapat diperhitungkan. Karena itu, perlu didefinisikan delapan buah tahapan perhitungan. Berikut langkah-langkah dalam tahap perhitungan: • Tahap perhitungan pertama adalah analisis konsolidasi, tahapan konstruksi. Dalam lembar-tab umum general dipilih konsolidasi consolidation dari kotak jenis perhitungan calculation type. Dalam lembar-tab parameter, dimasukkan interval waktu sebanyak 5 hari. Tahapan konstruksi staged construction sebagai masukan pembebanan loading input dipilih dan dilakukan pengaktifan bagian pertama dari timbunan dalam jendela konfigurasi geometri. • Tahap kedua juga merupakan analisis konsolidasi, tahapan konstruksi. Kali ini tidak ada perubahan dalam geometri karena hanya diperlukan analisis konsolidasi hingga waktu batas tertentu saja. Dimasukkan interval waktu sebesar 100 hari. Dilakukan hal yang sama untuk masing-masing timbunan sampai tahap ketujuh. • Tahap kedelapan adalah analisis konsolidasi hingga mencapai tekanan air pori minimum. Oleh karena itu dipilih tekanan air pori minimum minimum pore pressure dengan nilai sebesar 1 kNm 2 untuk tekanan air pori minimum. 41 Sebelum memulai perhitungan, dilakukan pemilihan titk-titik. Titik A dipilih pada permukaan tanah asli sebagai perhitungan untuk besar timbunan yang akan terjadi, dan titik B di tengah lapisan tanah lempung yang akan digunakan untuk menggambarkan proses terbentuknya dan berkurangnya tekanan air pori berlebih. Selama analisis konsolidasi berlangsung, peningkatan waktu dapat terlihat pada bagian atas dalam jendela informasi perhitungan. Selain pengali, sebuah parameter Pmaks akan muncul, yang menunjukkan tekanan air pori maksimum saat ini. III.5 Output Data Setelah perhitungan selesai, hasil keluaran dapat dilihat pada program keluaran. Jendela keluaran akan menampilkan jaring elemen terdeformasi pada kondisi setelah konsolidasi secara penuh terjadi. Gambar jaring elemen terdeformasi dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan gambar tekanan air pori berlebih juga dapat dilihat pada Gambar 3.8 Untuk melihat besar angka dari penurunan, waktu sampai konsolidasi penuh terjadi dan nilai dari tekanan air pori berlebih dapat dilihat dari program kurva curves. Kurva tersebut ditunjukkan dalam Gambar 3.9-Gambar 3.10. Adapun besar penurunan tanah dan besar tekanan air pori pada hari tertentu dapat dilihat pada lembar lampiran. 42 Gambar 3.7. Jaring elemen Terdeformasi 43 Gambar 3.8. Tekanan air pori berlebih 44 Gambar 3.9. K urva pe nuruna n t erha da p w akt u Grafik Penurunan Vs Waktu -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 250 500 750 1000 1250 Waktu hari P e nur una n m Plaxis 45 Gambar 3.10. K urva T eka na n a ir pori be rl ebi h Grafik Tekanan Air Pori Vs Waktu 5 10 15 20 25 30 250 500 750 1000 1250 Waktuhari Te k a na n A ir P or i k N m 2 Plaxis 46

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pengawas Lalu Lintas Udara (Air Traffic Control) Terhadap Lalu Lintas Udara Yang Aman Dan Lancar (Studi Pada Bandar Udara Kuala Namu International)

4 51 112

Tanggung jawab Pelayanan Dan Pengamanan Kargo Di Bandar Udara Yang Akan Diangkut Dengan Menggunakan Pesawat Udara (Studi Pada Kuala Namu Internasional Airport)

4 51 110

Aspek Hukum Peningkatan Pelayanan Jasa Bagi Penumpang Pesawat (Studi Pada Bandar Udara Kuala Namu)

3 26 103

Pengaruh Tebal Lapisan Tanah Kohesif terhadap Penurunan Konsolidasi Primer akibat timbunan.

0 1 16

Tanggung jawab Pelayanan Dan Pengamanan Kargo Di Bandar Udara Yang Akan Diangkut Dengan Menggunakan Pesawat Udara (Studi Pada Kuala Namu Internasional Airport)

0 0 7

Tanggung jawab Pelayanan Dan Pengamanan Kargo Di Bandar Udara Yang Akan Diangkut Dengan Menggunakan Pesawat Udara (Studi Pada Kuala Namu Internasional Airport)

0 0 1

Tanggung jawab Pelayanan Dan Pengamanan Kargo Di Bandar Udara Yang Akan Diangkut Dengan Menggunakan Pesawat Udara (Studi Pada Kuala Namu Internasional Airport)

1 4 11

Tanggung jawab Pelayanan Dan Pengamanan Kargo Di Bandar Udara Yang Akan Diangkut Dengan Menggunakan Pesawat Udara (Studi Pada Kuala Namu Internasional Airport)

0 0 29

Tanggung jawab Pelayanan Dan Pengamanan Kargo Di Bandar Udara Yang Akan Diangkut Dengan Menggunakan Pesawat Udara (Studi Pada Kuala Namu Internasional Airport)

0 2 4

Aspek Hukum Peningkatan Pelayanan Jasa Bagi Penumpang Pesawat (Studi Pada Bandar Udara Kuala Namu)

0 0 1