Pertanian Gunung Bromo Dan Keunikan Masyarakat Tengger Sebagai Objek Wisata Di Jawa Timur

Linda Sari : Gunung Bromo Dan Keunikan Masyarakat Tengger Sebagai Objek Wisata Di Jawa Timur, 2009. USU Repository © 2009 marabahaya. Sumber: http:kapa85.blogspot.com200704tradisi masyarakat- tengger.html

3.2 Kesenian

. Kesenian favorit masyarakat tengger adalah: Barongan, Ketoprak, Tayub, wayang kulit, Dangdut. Desa ini mempunyai Group musik, dan Group musik tersebut namanya barongan. Dan seni Barongan ini sangat di gemari oleh masyarakat Tengger itu sendiri. Dan di setiap pertunjukan seni barangan ini biasanya di ikuti dengan mistik-mistik misalnya dengan membaca mantera- mantera dan ini di lakukan oleh pawangnya atau sesepuh yang ada di seni tersebut. Seni barongan ini biasanya di mainkan di saat masyarakat punya hajatan, misalnya : Khitanan dan Mantenan. setiap ada acara khitanan atau mantenan si yang sunat atau yang mantenan mereka ini di arak keliling kampung.

3.3. Pertanian

Mayoritas 95 warga masyarakat suku Tengger hidup dari bercocok tanam di kebun, ladang dan lahan pertanian yang terdapat di lereng pegunungan Bromo-Semeru. Mereka dikenal sebagai petani yang sangat tangguh, yang mampu bekerja di ladang tegil sejak pagi hingga sore hari. Umumnya mereka bertanam tanaman yang lazim tumbuh pada daerah berhawa dingin, yaitu kentang, kol kubis, dan bawang prei atau bawang daun. Cara bercocok tanam masih sangat tradisional dan ekstensif. Produksi hanyalah sekedar untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bukan untuk tujuan komersil. Dari hasil bertani seperti itu, kebutuhan tidak terpenuhi, karena itu kelaparan selalu mengancam. Mata pencaharian penting yang dapat menolong dari ancaman kelaparan tersebut adalah Linda Sari : Gunung Bromo Dan Keunikan Masyarakat Tengger Sebagai Objek Wisata Di Jawa Timur, 2009. USU Repository © 2009 menyadap lontar. Nira lontar diolah menjadi gula biasa disebut makanan utama. Selain itu juga dapat dijadikan cuka dan laru. Sumber: http:raijua.tripod.comid11.html Kawasan Tengger di lereng gunung Bromo - Semeru ini berhawa dingin sekitar 4º C pada malam hari dan sekitar 18º C pada siang hari. Pada masa panen, banyak pedagang dari luar Tengger yang berdatangan ke daerah Tengger untuk mengambil barang-barang komoditi pertanian tersebut untuk dijual di pasar kota dan kabupaten Probolinggo, Lumajang, dan Pasuruan. Sebagian kecil dari mereka 5 berprofesi sebagai pegawai negeri, buruh, dan pengusaha jasa. Para pemuda, sebagian berprofesi sebagai sopir angkutan pedesaan yang menghubungkan desa-desa suku Tengger dengan desa lain di kabupaten dan kota Probolinggo dan Pasuruan. Biasanya mereka menggunakan kendaraan jenis pick- up dan L300 atau Bison. Sebagian menyediakan jasa transportasi dan penyewaan kendaraan bagi para wisatawan yang datang ke Gunung Bromo, yaitu kendaraan jenis jeep, hard-top dan kuda tunggang. Kendaraan-kendaraan ini untuk mengarungi lautan pasir hingga mendekati kawasan Pura Luhur Poten dan kaldera Gunung Bromo. Para wisatawan biasanya setelah mengarungi lautan pasir dengan berkuda atau jeep ini melanjutkan perjalanan ke kaldera Gunung Bromo dengan berjalan kaki, naik tangga buatan. Para perempuan suku Tengger biasanya mencari kayu di hutan lereng pegunungan Bromo dan Pananjakan, disamping bekerja di lahan pertanian lereng gunung. . Hawa dingin rupanya membawa pengaruh pada ”mode” pakaian sehari- hari warga masyarakat suku Tengger. Para lelaki pada umumnya selalu Linda Sari : Gunung Bromo Dan Keunikan Masyarakat Tengger Sebagai Objek Wisata Di Jawa Timur, 2009. USU Repository © 2009 mengenakan kain sarung yang dibelitkan dan disarungkan menutupi badan hingga ke kepala kemulan sarung, menutupi pakaian luar seperti orang kebanyakan kemeja dan celana panjang. Sehingga muncul guyonan pada masyarakat perkotaan di Probolinggo, jika menemukan orang berkemulan sarung, dianggap seperti orang Tengger kaya wong Tengger. Para pemuda lebih menyukai mengenakan jaket tebal. Para perempuan, biasa mengenakan selembar kain untuk menutupi bagian depan dari pakaian luarnya dipakai mirip mengenakan celemek namun berukuran lebih lebar. Umumnya ”celemek” ini bermotif kembang dan diapaki para perempuan jika mereka keluar rumah. ”Celemek” ini tidak lazim dikenakan oleh laki-laki, dan perempuan ketika di dalam rumah. Para perempuan juga mengenakan topi jenis ”topi gunung” yang biasa dikenakan anggota pecinta alam. Sebagian juga suka mengenakan jaket tebal dengan penutup kepala, terutama perempuan muda, baik yang belum menikah maupun yang telah menikah. Para perempuan paruh baya hingga tua, biasanya mengenakan pakaian khas mereka, tetap ”pakaian standard Tengger”, namun lebih sederhana, yaitu cukup berupa pakaian biasa dan dilengkapi dengan kain selendang mirip gendongan bayi, yang berfungsi untuk menggendong sesuatu biasanya barang- barang bawaan, kayu, dan sebagianya. Sebagian perempuan Tengger suka merokok, mungkin karena hawa dingin pegunungan. Singkatnya, penutup kepala dan telinga menjadi ”mode” pakaian harian khas Tengger. Hanya saja bentuknya berlainan. Berbeda dengan pakaian adat, yang biasanya dikenakan para dukun ketika melangsungkan upacara adat. Pakaian adat Tengger ini sepintas mirip pakaian adat Bali, yakni pakaian mirip pakaian khas Jawa Timur PKJ berwarna Linda Sari : Gunung Bromo Dan Keunikan Masyarakat Tengger Sebagai Objek Wisata Di Jawa Timur, 2009. USU Repository © 2009 putih, kerah model kerah Cina, berlilit sarung di atas celana dan bertutup kepala udeng. Ditambah selendang berwarna kuning bersilang di depan dada. Gambar 3.3 Perempuan Suku Tengger Masyarakat Tengger memang memiliki kekhasan tersendiri. Salah satu ciri khas masyarakat Tengger, selain beragama Hindu , adalah keberadaan dukun yang berperanan pada fungsi spiritual dan sosial. Dan upacara Yadnya Kasada, yang menggambarkan ekspresi terimakasih masyarakat suku Tengger kepada kekuatan supranatural Tuhan, yang dalam ajaran Hindu yang dianut masyarakat suku Tengger direpresentasikan pada sebutan “Sang Hyang Widdhi Wasa”. Ungkapan rasa terimakasih ini diwujudkan dalam bentuk pengorbanan berupa hasil bumi kepada dewa, yang dilabuhkan ke dalam kawah Gunung Bromo. Sumber:http:wawankuswandoro.blogspot.com200902bromo-tengger-semeru- 2.html Linda Sari : Gunung Bromo Dan Keunikan Masyarakat Tengger Sebagai Objek Wisata Di Jawa Timur, 2009. USU Repository © 2009