Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
keberadaan polisi tidak berubah yaitu urusan mengenai pemeliharaan pemerintahan.
Perkembangan pemerintahan sekarang yang semakin komplek, maka pengertuian kepolisian juga mengalami perkembangan. Pengertian kepolisian
dirumuskan secara limitatib dalam pasal 1 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia yaitu: kepolisian adalah segala hal ikwal yang
berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
11
Struktur organisasi kepolisian pada umumnya tidak centralistis, tetapi lebih bersifat decentralistis menurut daerah keresidenan. Yang diatur secara sentral
adalah penyelenggaraan administrasi mengenai personalia, perlengkapan dan
2. Sejarah Tentang Kesatuan Polri
Kepolisian Republik Indonesia sebelum mencapai bentuk seperti saat ini mempunyai sejarah yang panjang yang dimulai dengan:
2. 1. Zaman Penjajahan Belanda Kedudukan, tugas, fungsi, organisasi dan hubungan tata cara kerja
kepolisian pada zaman Hindia Belanda tentu diabdikan untuk kepentingan pemerintah kolonial. Sampai jatuhnya Hindia Belanda kepolisian tidak pernah di
bawah Departemen Dalam Negeri. Di Departemen Dalam Negeri memang
berkantor ”Hoofd van de Dienst der Algemene Polifie” yang hanya bertugas di
bidang administrasipembinaan, seperti kepegawaian, pendidikan terutama SPN Sekolah Polisi Negeri di Sukabumi, dan perlengkapan kepolisian.
11
. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
keuangan dari satuan polisi umum di Departemen Binneland Bestuur dapat di samakan dengan Departemen Dalam Negeri saat ini
Wewenang operasional Kepolisian ada pada Residen yang di bantu oleh Asisten Residen. Rechts politie dipertanggungjawabkan pada Procoreuer General
Jaksa Agung. Pada masa hidia belanda terdapat bermacam-macam bentuk kepolisian seperti Veld politie polisi lapangan, stans politie polisi kota, cultur
politie polisi pertanian, bestur politie polisi pamong praja dan lain-lain. Dalam suatu daerah keresidenan terdapat satuan polisi umum yang bertugas
di kota-kota dan anggota-angaota polisi pamong praja bestuur politie yang bertugas di luar kota, seperti kecamatan, kewedanan, dan kantor kabupaten, yang
anggota-anggotaanya dari agen-agen polisi dan mentri polisi umum di pinpin oleh Hokkomisaris Polisi berkebangsaan belanda dan polisi pamong praja di
pinpin oleh BupatiKepala daerah kebangsaan pribumi. `polisi pamong praja ini mempunyai corak yang berbeda dengan polisi umum, karena waulaupun
merewka berpakaian seragam dinas tetapi mereka tidak berpendidikan khusus kepolisian dan tidak terikat oleh disiplin kepolisian yang ketat. Mereka diangkat
dan diberhentikan oleh bupati, jadi mereka ini lebih merupakan alat kekuasaan bupati danpamong pegawai praja daripada alat u ntuk memperhatikan dan
keamanan umum.
12
Sejalan dengan administrasi negara bpada waktu itu, pada kepolisian juga diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada dasarnya
pribumi tidak diperkenankan Hood Agent bintara Inspektur van politie dan Commisaris van Politie. Untuk pribumuoi selama menjjadi agen polisi, Asisten
12
Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia, hal 109.
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
Wedana dan Wedana Polisi. Demikian pula dalam praktek peradilan pidana terdapat perbedaan Kandgrecht dan Raad van Justitie.
Yang memegang pinpinan polisi preventif dan represif seluruh daerah Hindia Belanda adalah precenteor general dapat di samakan dengan Jaksa
Agung satr ini dikota Batavia Jakarta sekarang yang dibantu oleh suatu dinas reserse umum, dimana intruksi-intruksi mengenai kepolisian disampaikan
langsung kepada residen.
13
Mengenai susunan pangkat polisi umum diatur dengan tambahan lembaran negara No. 11737 dan No. 14046 sebagai berikut:
Sejak tahun 1941 satuan morachouse satuan tentara yang melakukan tugas polisi umum diganti oleh satuan voldpolite polisi lapangan, karena polisi
ternyata hanya dapat mengamankan kota-kota saja, tetapi mereka tidak cakap membrantas kejahatan yang terjadi di desa-desa. Mengenai wewenang, hak dan
tugas polisi ini di camtumkan secara terperinci di dalam HIR Herziene Indiesh Reglement.
14
1. Hokomisaris Polisi
2. K omisaris Polisi ke-1
3. Wedana Polisi
4. Komisaris Polisi ke-2
5. Hopinspektur Polisi
6. Asisten Wedana Polisi
7. Inspektur Polisi kelas-1
13
Loc id hal 15.
14
M. Karya, Hukum Kepolisian, hal 43.
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
8. Inspektur Polisi kelas-2
9. Menteri Polisi kelas-1
10. Menteri-Polisi
11. Hopagen kelas-1Hopreserse kelas-1
12. Hopagen kelas-2Hopreserse kelas-2
13. Hopposis Komandan
14. Poshis Komandan kelas-1Reserse kelas-1
15. Poshis Komandan kelas-2Reserse kelas-2
16. Agen Polisi ke-1Murid Reserse
17. Agen Polisi kelas-2
2. 1. Zaman Pendudukan Jepang Pada masa pendudukan Jepang 1942-1945, pemerintah kepolisian Jepang
membagi Indonesia kedalam lingkungan kekuasaan yaitu: 1.
Jawa dan Madura yang berkedudukan di Jakarta 2.
Sumatera yang berkedudukan di Bukit Tinggi 3.
Indonesia bagian Timur yang berkedudukan di Makasar 4.
Kalimantan yang berkedudukan di Makasar
15
Dalam masa ini banyak anggota Kepolisian bangsa Indonesia menggantikan kedudukan dan kepangkatan bagi banggsa Belanda sebelumnya. Pusat kepolisian
di Jakarta di namakan Keisatsu Bu dan kepalanya keisatsu Elucho.
15
. Wearsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia, hal 78.
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
Tiap-tiap kantor polisi didaerah meskipun dikepalai oleh seorang pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu didampingi oleh pejabat Jepang yang
disebut Sidookaan yang dalam praktek lebih berkuasa dari kepala polisi. Beda dengan zaman Hindia Belanda yang menganut HIR, pada akhir masa
pendudukan Jepang yang berwenang menyidik hanya polisi dan polisi juga meminpin organisasi yang disebut Keibodan semacam Hancip
Selama pendudukan Jepang struktur organisasi kepolisian pada umumnya tidak berubah, tetapi terjadi beberapa perubahan yang bersifat prinsipil,
diantaranya: 1.
Kepolisian di Sumatera, Jawa dan Madura dipimpin oleh Cian Bucho Kepala Bagian keamanan, yang berkedudukan di kantor Gonseikan di
Jakarta secara hierarki dia membawahi Sychia Bucho Kepala kepolisian keresidenan
2. Urusan kepolisian di kejaksaan disatukan dalam suatu tangan yaitu
ditangan Syuchion Bucho tersebut 3.
Polisi pamong praja tidak lagi diberi wewenang kepolisian maka tidak diberi wewenang untuk menangkap dan menyidik orang secara formil
masih ada 4.
Untuk memperkuat kepolisian dibentuk kesatuan tenaga yang disebut pasukan keamanan keibodan semacam hancip diseluruh Jawa dan
Madura pimpinan atas organisasi ini dipegang oleh kepolisian
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
5. Dalam tubuh organisasi kepolisian dibentuk satuan baru yaitu pusaka
Tokobetsu Keisatsu Toi polisi istimewa nyang merupakan pusaka tempur untuk membantu danmemperkuat satuan polisi umum.
16
2. 3. Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 Setelah proklamasi, tentunya tidak mungkin mengganti peraturan perundang-
undangan Hindia Belanda, termasuk mengenai mengenai kepolisian, seperti tercamtum dalam peraturan peralihan UUD1945.
Kekuatan aksi rakyat tersebut terletak pada adanya backing senjata api dari polisi sebagai satu-satunya yang diperbolehkan oleh Jepang untuk memegang senpi.
Tindakan itu memberi pengaruh yang besar pada waktu akan membentuk kepolisian Republik Indonesia, satuan polisi tersebut tidak dibubarkan, tetapi
dikkukhkan menjadi polisi Republik Indonesia. Setelah proklamasi 17 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945 Kepolisian Republik Indonesia ditetapkan masih dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri dengan
sebutan Jawatan Kepolisian Negara. Kepala kepolisian Negara untuk pertama kali dipertanyakan kepada Raden Said
Soekanto Tjokknodiatonodjo.
17
16
. D.P.M Sitompul, dan Edwardsyah, Hukum Kepolisian di Indonesia.
17
. Kunarto, Perilaku Organisasi Polri, hal . 103
Tujuan tugas kepolisian Republik Indonesia terkndung dalam sumber rencana polisi negara berupa lukisan:
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
1. Nama lambang ; rastra kotama, poplisi adalah abdi utama dari nusa dan
bangsa. Seorang abdi akan melakukan kesalahan besar kalau bersikap sebagai penguasa.
2. Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.
3. Tiang dan nyala obor ; penegasan bahwa tugas polisi disamping sebagai
penerang dan sesuluh bagi masyrakyat, juga bermakna penyadaran hati Nurani rakyat agar selalu sadar akan pentingnya KamTibmas yang mantap.
4. Pancana obor ; 17 sudu belapis 4 dan 5, bermakna Polri berperan langsung
pada proses kemerdekaandan sekaligus pernyataan bahwa Polri terlepas dari perjuangan Bangsa Indonesia.
5. Tangkai padi dan kapas adalah gambaran dan cita-cita bangsa yang adil
dimana Polri harus ikut berupaya mewujudkannya. 6.
Tiga bintang diatas merupakan lambang dari Tribrata, pedoman hidup seorang polisi dan Polri keseluruhan.
7. Warna kuning emas ; lambang kebesaran jiwa dan keagungan hati segenap
prajurit Polri. 8.
Warna hitam ; sebagai dasar dan latar belakang, bermakna lambang keadilan pengabdian dan sikap tenang dan mantap yang bermakna pula harapan agar
Polri selalu tidak goyah pada situasi dan kondisi apapun, tenang, memiliki integritas yang tingi dan prima, agar dapat selalu berpikir jernih, bersih dan
selalu tepat dalam mengambil keputusan.
18
18
. Kunarto, Perilaku Organisasi Polri, Cipta Manunggal, Hal. 108.
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
Pimpinan negara memangdang perlu menarik Polri dari kementerian dalam negeri, maka dengan Penetapan Pemerintah No. IISD1946 tanggal 25 Juni yang
menetapkan bahwa sejak 1 Juni 1946 Jabatan Kepolisia Negara langsung di bawah Perdana Menteri. Hal ini menurut Perdan Menteri Sutan Syahrin adalah
untuk memudahkan penyusunan kembali tugas organisasi-organisai Polri sesuai dengan azas-azas baru kepolisian Negara merdeka yang demokratis. Penetapan ini
merupakan momen bersejarah bagi Polri dan di peringati setiap tahun sebagai hari Bhayangkara.
2. 4. Periode Di bawah Naungan UUD Sementara Republik Indonesia Pada waktu negara kesatuan Republi Indonesia 1950 secara resmi berdiri
ada dua masalah yang di hadapi oleh Kepolisia Republik Indonesia, yakni soal status dan soal struktur. Mengenai status tidak ditemukan kesulitan, dengan
adanya pasal peralihhan dari UUDS yang memberi legalisasi untuk kembali ke status Penetapan Pemerintah No. IISD1946. Lain halnya dengan masalah
struktur karena adanya perubahan dari Negara Federasi yang mempunyai status yang berbeda-beda menjadi Negara Kesatuan yang mempunyai Kepolisian secara
Nasional, tetapi karena sebelumnya terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950 Kepolisian Republik Indonesia Serikat RIS yang berintikan
Kepolisia Republik Indonesia telah meleburkan diri dengan Negara-negara bagian yang menggabungkan diri dengan Negara Republik Indonesia Proklamasi dan
juga karena sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950 anggota Kepolisian di seluruh wilayah Indonesia telah terikat dalam suatu badan yang
disebut persatuan pegawai Polisi Republik Indonesia, maka pembentukan
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
kepolisian Nasional dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak menemui kesulitan.
Pada tanggal 1 Juli 1955 Kepolisian Negara meresmikan Tribrata sebagai pedoman hidupnya yang berisikan sebagai:
19
1. Berbakti kepaa Nusa dan Bangsa dengan penuh ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kami Polisi Indonesia:
2. Menjujung tingi kebenaran, keadilan dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasiladan UUD 1945. 3. Senantiasa melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dengan penuh
keiklasan untuk mewujudkan keamanandan ketertiban. 2. 5. Periode Setelah Kembali ke UUD 1945, Era Orde Baru Sampai Tahun 1999
Sejarah panjang kepolisian banyak diwarnai dengan kisah legendris pembrantasan kejahatan, karena pada abad pertengahan upaya-upaya agar polisi
dalam menegakkan hukum harus manusiwai, menggerakkan revolusi dan pemerintahan sebagai bagian dari perrjuangan menegakkan Hak Asasi Manusia.
Keinginan Kepolisian untuk mempunyai Menteri dan Departemen terkabul dengan keluarnya surat keputusan Presiden tertanggal 13 Juli 1959 No. 159 yang
mengankat R.S Sekanto Tjokra diat Madjo Kepala Kepolisian Negara menjadi Perdana Menteri, tetapi pada kementerian keamanan Nasional yang didalamnya
juga termasuk Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
19
. Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisia di Indonesia, Hal. 62.
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
Pada tanggal 30 Juni 1961 lahirlah Undang-undang pokok Kepolisian Negara yang antara lain berisi:
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat Negara Penegak Hukum yang terutama bertugas memelihara keamanan dalam Negeri perincian
tugas tersebut adalah: a.
Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum. b.
Mencegah dan membrantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat.
c. Memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari dalam.
d. Memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat, termasuk
memberi perlindungsan dan pertolongan. e.
Mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap peraturan-peraturan negara.
2. Melaksanakan tugas-tugas khsus lain yang di beri kepadanya oleh satuan peraturan negara.
3. Kepolisian negara masuk ke dalam unsur Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI dengan sebutan Angkatan Kepolisian Republik
Indonesia AKRI dan ikut pula dalam pertahanan negara.
20
Dalam perjuangan orde baru untuk kembali kepada pelaksanaan undang- undang dasar 1945 secara mirni an konsekuen maka pada tanggal 1 Juni 1969
dikeluarkan Keputusan Presuden No. 521969 yang bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan tugas pokok Kepolisian Indonesia dalamrangka
20
. Kunarto, Perilaku Organisasi Polri, Cipta Manunggal, Jakarta, 2001, Hal. 104.
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
normalisasi dan fungsionalisasi semua aparatur dan pemerintah dan angkatan- angkatan unsur Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Pada dasarnya keputusan Presiden tersebut menegaskan kedudukan organik dan tanggungjawab Kepolisian Republik Indnesia yang sederajat dengan
Angkatan-Angkatan Darat, Laut, Udara sebagai unsur Angkatan bersenjata dalam departemen Hankam.
Usaha-usaha kearah peningkatan pelaksanaan tugas terus dilaksanakan dengan dikeluarkannaya Keputusan Presisen No. 80 tahun 1969, tentang ABRI
sebagai bagian organik departemen hankam bserta tugas dan tanggung jawabnya yang diikuti dengan Keputusan MenhankamPangab No. Kep.A385VIII1970
yang menetapkan tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur Kepolisian Republik Indonesia.
Dengan Surat Keputusan Menhamkam Pangab tanggal 6 Juni 1972 No. SKPB436VI1972 di tetapkan bahwa tanda pangkat dan nama-nama
kepangkatan bagi ke empat Angkatan Darat, Laut, Udara. Dan Kepolisian di samakan, sehingga nomor nama-nama kepanggkatan Polri menjadi:
21
1. Jendral Polisi Perwira Tinggi
2. Letnan Jendral Polisi
3. Mayor Jendral Polisi
4. Brigadir Jendral Polisi
5. Kolonel Polisi Perwira Menengah
6. Letnan Kolonel Polisi
21
. M. Karya. Ibid, Hal.50.
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
7. Mayor Polisi
8. Kapten Polisi Perwira Menengah
9. Letnan Satu Polisi
10. Letnan Dua Polisi
11. Pembantu Letnan Satu Bintara Tinggi
12. Pembantu Letnan Dua
13. Sersan Kepala
14. Sersan Mayor
15. Sersan Satu
16. Sersan Dua
17. Kopral Kepala
18. Kopral Satu
19. Kopral Dua
20. Prajurit Kepala
21. Prajurit Satu
22. Prajurit Dua
22
Analisa tentang kelemahan Polri sebenarnya sudah lama dilakukan bahkan sejak dua dekade yang silam. Sebagaimana Presiden Soeharto dalam RAPIM
ABRI 1979 menyatakan bahwa: Bahwa perlu dikaji secara mendalam tentang menurunnya citra Polri dan wibawa Polri selaku pelindung dan pengayom
masyrakat terutam dalam dua hal yang sangat dominan. Yaitu menurunnya kemampuan teknis khas Kepolisian dalam pelayanan masyarakat.
23
22
Skripsi, Morgong Situmorang, Fakultas Hukum USU 2005, Hal 15.
23
Anton Tabah, Membangun Polri Yang Kuat, Hal. 31.
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
Kelemahan profesional berarti kelemahan sangat prinsipil bagi sebuah lembaga institusi Polri. Bicara profesional ada batasan menarik dari pakar
kepolisian AS. Donald C. Whitlam, yang membagi kriteria profesi sebagai
berikut:
24
1. Menggunakan teori ilmu pengetahuan untuk pekerjaannya. 2. Keahlian yang didasarkan pada pelatihan dan pendidikan berjangka
panjang. 3. Pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya.
4. Memiliki otonomi dan cara mengontrol peilaku anggota profesi. 5. Mengembangkan kelompok asosiasi seperti The International Chief Of
Police Association yang cukup terkenal. 6. Memiliki kode etik sebagai pedoman melakukan profesinya.
7. Memilih profesinya sebagai pengabdian bedasrkan panggilan jiwanya. 8. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya.
2. 6. Periode Reformasi dan Globalisasi Reformasi menuntut intropeksi dan evaluasi yang objektif serta jujur alam
keadaan dewasa ini diakibatkan oleh perkembangan masa lampau. Artinya reformasi tidak hanya sebagai koreksi total dari penyimpangan pemerintahan Orde
Baru, tetapi juga harus merupakan langkah strategis guna menghadapi era globalisasi dengan segala permasalahannya.
Kemandirian Polri di awali sejak terpisahnya dari ABRI tanggal 1 April 1999 sebagai bagian dari proses reformasi haruslah di pandang dan di sikapi
24
Ibid
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
secara arif sebagai tahapan untuk mewujudkan Polri sebagai Abdi Negara yang Profesional dan dekat dengan masyarakat, menuju perubahan tata kehidupan
Nasional kearah masyarakat yang demokratis, aman, tertib, adil, dansejahtera. Kemandirian Polri di maksud bukanlah untuk menjadikan institusi yang
tertutup dan berjalan serta bekerja sendiri, namun tetap dalam kerangka ketatanegaraan dan pemerintah negara kesatuan Republik Indonesia yang utuh
termasuk dalam mengantisipasi otonomi daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang pertimbangan keuangan pusat dan daerah.
Pengembangan kemampuan dan kekuatan serta penggunaan kekuatan Polri di kelola sedemikian rupa agar dapat mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab Polri sebagai pengembang fungsi keamanan dalam negeri. Tugas dan tanggung jawab tersebut adalah memberikan rasa aman kepada negara,
masyarakat, harta benda dari tindakan kriminalitas dan bencana alam.
25
1. Apek Struktural: mencakup perubahan kelembagaan kepolisian dalam
ketatanegaraan, organisasi, susunan dan kedudukan. Upaya melaksanakan kemandirian Polri dengan mengadakan perubahan-
perubahan melalui tiga aspek yaitu:
2. Aspek Instrumental: mencakup filosopi visi, misi dan tujuan, doktrin
keuangan, kompensasai, kemampauan fungsu danb iptek. 3. Aspek Kultural: adalah muara dari perubahan aspek struktural dan
istrumental, karena semua harus trewujud dalam bentuk kwalitas pelayanan Polri kepada masyarakat, perubahan meliputi perubahan
25
. Internet, www Mabes Polri. Com.
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
manajerial, sistem reukruitmen, pendidikan, sistem material fasilitas dan jasa, sistem anggaran, sistem operasional. Berkenaan dengan uraian tugas
tersebut , maka Polri akan terus melakukan perubahan dan penataaan baik di bidang pembinaaan maupun operasional serta pembangunan kekuatan
sejalan dengan upaya reformasi. Visi dan Misi Skep1067VI2001. 01- Juni 2001
Adapun Visi Polri adalah: Terwujudnya Polri yang mampu menjadi pelindung,pengayom, dan pelayan masyarakat yang selalu dekat dan bersama-
sama masyarakat, sebagai penegak hukum yang profesional dan proporsional yang selalu menjungjung supremasi hukum san hak azasi manusia, pemeliharaan
keamanan dan ketdertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera.
Misi Polri Berdasarkan uraian visi sebagaimana tersebut di atas, selanjutnya uraian
tentang jabatan misi Polri kedepan adalah sebagai berikut: 1.
Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat meliputi aspek securiti, surety, safety, dan peace.
2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya represifdan
preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta kepatuhan hukum masyarakat law abiding citizenship.
3. Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan
menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia menuju kepada adanya kepastian hukum dan rasa keadilan.
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
4. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap
mempertahankan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam bingkai integritas wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. 5.
Mengelola sumber daya manusia Polri yaitu terwujudnya keamanan dalam negeri sehingga dapat mendorong meningkatnya gairah kerja
sama mencapai kesejahteraan masyarakat. 6.
Meningkatkan upaya konsolidasi kedalaminternal Polri sebagai upaya menyamakan visi dan misi Polri ke depan.
7. Memelihara solidaritas institusi Polri dan sebagai pengaruh eskternal
yang sangat merugikan organisasi. 8.
Melanjutkan operasi pemulihan keamaanan dibeberapa wilayah konflik guna menjamin keutuhan Negara Republik Indonesia
9. Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa dari
masyarakat yang berbhineka tunggal ika.
a. Bidang Kamtibmas
Sasaran:
1. Tercapainya situasi kamtibmas yang kondusif bagi penyelenggaraan pembangunan Nasional.
2. Terciptanya proses penegakan hukum yang konsisten dan berkeadilan bebas KKN dan menjunjung tinggi hak azasi manusia.
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
3. Terwujudnya aparat penegak hukum yang memiliki integritas dan kemampuan profsoinal yang tinggi serta mampu bertiundak tegas dan adil
dan berwibawa. 4. Kesadaran hukum dan kepatutan hukum masyarakat yang meningkat yang
terwujud dalam bentuk partisipasi aktif dan dinamis masyarakat terhadap Bintamtibmas yang semakin tinggi.
5. Kinerja Polri yang lebih profesional dengan menjunjung tinggi nilaiu-nilai sehingga disegani dan mendapat dukungan kuat dari masyarakat untuk
mewujudkan lingkungan kehidupan yang lebih aman dan tertib. b. Bidang Keamanan Dalam Negeri
1. Tercapainya kerukunan antar umat beragama dalam kerangka interaksi sosial yang intensif serta tumbuhnya kesadaran berbangsa guna menjamin
keutuhan bangsa yang berbhineka tuinggal ika. 2. Tetap tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia yang Berdasrkan
Pancasila dan UUD 1945. Periode 1 April 1999 Reformasi berdasarkan surat keputusan Kapolri
No. Pol.: SKEP1259X2000 Tertanggal 3 Oktober 2000 nama-nama kepangkatan Polri menjadi:
1. Bhangkara Dua Bhrada
Tantama 2.
Bhangkara Satu Bharatu 3.
Bhangkara Kepala Bharata 4.
Arjun Brigadir Polisi Dua Abribda 5.
Arjun Brigadir Polisi Satu Abribtu
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
6. Arjun Brigadir Polisi Kepala Abribka
7. Brigadir Polisi Dua Bripda
Bintara 8.
Brigadir Polisi Satu 9.
Brigadir Polisi Brigadir 10.
Brigadir Polisi Kepala Bripka 11.
Arjun Inspektur Polisi Dua Aipda Bintara Tinggi
12. Arjun Inspektur Polisi Satu Aiptu
13. Inspektur Polisi Dua Ipda
14. Inspektur Polisi Satu Iptu
15. Arjun Komisaris Polisi AKP
16. Komisaris Polisi Kompol
Perwira Menengah 17.
Arjun Komisaris Polisi AKBP 18.
Komisaris Besar Polisi Kombes 19.
Brigadir Jenderal Polisi Brigjempol Pewira Tinggi
20. Inspektur Jendral Polisi Irjenpol
21. Komisaris Jendral Polisi Komjempol
22. Jendral Polisi
26
Perkembangan global reformasi Polri seharusnya sudah dimulai sejak globalisasi era kesejagatan bergulir Indonesia awal 1980-an. Tapi benar kata
filosof Masyur Shakesphere, pembanguna hukum disuatu Negara sering lamban, apabila tidak didukung political yang baik. Pernyataan Shakesphere memang
Roslan Silaban : Penyalahgunaan Senjata Api Yang Dilakukan Oleh Aparat Polri Studi : Di Polda Sumut, 2008.
USU Repository © 2009
sudah ribuaan tahun silam, tetapi aktualisasinya relevan untuk dijadikan bahan analisis permasalahan dimasa kini.
Dimasa sekarang di abad universialisasi, tindakan polisi dalam menegakkan hukum itu, telah dipagari dengan ketat oleh asas-asas Hak Asasi
Manusia yang tertuang dalam KUHP, dari mulai tindakan penyelidikan, penggerrebekan, penangkapan, peyidikan, ivestigasi sampai pada peradilannya.
Seketat itupun, masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh Polisi. Untuk itulah polisi memang harus meningkatkan profesionalismenya, agar dengan
praktek kejahatan dapat beradu kepiwaian bukan semata-mata menyalahgunakan kekuasaan. Dengan tingginya Ilmu dengan Teknologi Kepolisian saat ini rasanya
proses memberdayakan petugas-petugas Polri dibidang tugas represif ini optimis untuk dapat diwujudkan manakala terdapat niat dan tekat kuat untuk
mewujudkannya.
27
Memperhatikan fungsi Kepolisian tersebut diatas jelas bahwa tugas Kepolisian tersebut hanya sampai pada keamanan dan ketertiban masyarakat
3. Fungsi dan Tugas Pokok Polri