Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5.2 Uji Analisis Regresi Linier Berganda Hasil analisis linier berganda untuk mengetahui besarnya koefisien regresi
dari variabel independen Penetapan standar kerja X
1
, Pelaksanaan operasional kerja X
2
, dan Pelaksanaan mekanisme kerja X
3
terhadap variabel dependen Kinerja pegawai Y dijelaskan pada Tabel 4.12 berikut :
Tabel 4.12 Nilai Koefisien Regresi dan Pengujian Hipotesis hipotesis
Variabel Variabel
Beta β t-hitung
Ρ-value bebas
Terikat 1
Konstanta 8,889
0,000 1,000
2 Penetapan standar
kerja X
1
Kinerja pegawai Y
0,450 3,143
0,003 3
Pelaksanaan operasional kerja
X
2
Kinerja pegawai Y
0,359 2,494
0,018
4 Pelaksanaan
mekanisme kerja X
3
Kinerja pegawai Y
0,239 2,415
0,021 Sumber : Lampiran 7
Keterangan : - Signifikan pada α = 5
Berdasarkan Tabel 4.12 maka persamaan regresi yang dapat dibentuk dari koefisien regresi yaitu :
Y = 8,889E-17+ 0,450 X
1
+ 0,359 X
2
+ 0,239X
3
4.5.3 Uji Asumsi Klasik Setelah memperoleh model regresi, maka langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah menguji apakah model yang dikembangkan bersifat BLUE Best Linier Unbised Estimator. Asumsi BLUE yang harus dipenuhi, antara lain : tidak
ada multikolinieritas, tidak terjadi heteroskedastisitas, dan tidak ada autokorelasi. Pengujian asumsi klasik dilakukan pada model regresi yang dijelaskan sebagai
berikut : 1
Uji Multikolinieritas Multikolinearitas berarti terjadi interkorelasi antar variable bebas yang
menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang signifikan. Apabila koefisien korelasi variabel yang bersangkutan nilainya terletak di luar batas-batas
penerimaan critical value maka koefisien korelasi bermakna dan terjadi
multikolinearitas. Apabila koefisien korelasi terletak di dalam batas-batas penerimaan maka koefisien korelasinya tidak bermakna dan tidak terjadi
multikolinearitas. Hasil uji multikolinieritas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut :
Tabel 4.13Hasil Uji Multikolinieritas No
Variabel V I F
Kesimpulan 1
X
1
– Y 2,141
Tidak terjadi multikolinearitas 2
X
2
– Y 2,163
Tidak terjadi multikolinearitas 3
X
3
– Y 1,018
Tidak terjadi multikolinearitas Sumber : Lampiran 7
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen karena nilai VIF kurang dari 5 artinya tidak adanya suatu
hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen.
2 Uji heteroskedastisitas
Untuk menguji terjadi atau tidak terjadinya heteroskedastisitas pada model dalam penelitian ini, digunakan metode pengujian Scatter Plot. Pengujian
dilakukan dengan uji grafik Scatter Plot dan hasil pengujiannya tidak terdapat pola yang jelas serta ada titik melebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y.
Berarti variabel dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan, antara lain :
a Jika ada pola tertentu seperti titik-titik point yang membentuk suatu pola
tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit maka terjadi heteroskedastisitas
b Jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas Pada grafik terlihat bahwa sebaran data tidak membentuk garis tertentu atau acak.
Hal ini berarti bahwa variabel independen tidak membentuk heteroskedastisitas.
Gambar 4.3 Scatter Plot Sumber : Lampiran 7
3 Uji Normalitas Model
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam regresi, dependent variabel, independent variabel, dan atau keduanya mempunyai
distribusi data normal atau mendekati normal Santoso, 2002:212. Hasil uji normalitas model dijelaskan dengan Gambar 4.4 berikut :
Gambar 4.4 Normalitas Model Sumber: Lampiran 7
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa model dalam regresi dapat memenuhi
asumsi kenormalan dalam model. Hal itu ditunjukkan dengan adanya data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal sehingga
model memenuhi asumsi kenormalan model.
4.5.4 Hasil Pengujian Statistik a. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari variabel bebas penetapan standar kerja X
1
, pelaksanaan operasional kerja X
2
, dan pelaksanaan mekanisme kerja X
3
secara simultan berpengaruh terhadap kinerja pegawai Y. Berdasarkan hasil uji F pada Lampiran 7 ditunjukkan pada Tabel
4.14 berikut :
Tabel 4.14 Hasil Uji F untuk Pengujian Koefisien Regresi Linier Berganda secara Serentak
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
25,254 3
8,418 23,116
,000
a
Residual 12,746
35 ,364
Total 38,000
38
Sumber: Lampiran 7
Hasil analisis regresi pada Tabel 4.14 diperoleh Fhitung sebesar 23,116 dan F probabilitas sebesar 0,000. Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan maka
H0 diterima dan Ha ditolak. Hal itu berarti secara bersama-sama variabel bebas penetapan standar kerja X
1
, pelaksanaan operasional kerja X
2
, dan pelaksanaan mekanisme kerja X
3
berpengaruh terhadap kinerja pegawai Y.
b. Uji t
Hasil pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan pengujian koefisien regresi pada model regresi pada Tabel
4.13. Pengujian hipotesis dilihat dari ρ-value masing-masing jalur. Jika nilai ρ- value lebih kecil dari 0,05 maka hubungan antar variabel signifikan. Sebaliknya,
jika nilai ρ-value lebih besar dari 0,05 maka hubungan antar variabel tidak signifikan.
Hasil pengujian hipotesis dijelaskan sebagai berikut : 1
Hipotesis satu H
1
: Ada pengaruh penetapan standar kerja X
1
secara parsial terhadap kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Jember.
Pengujian pengaruh faktor penetapan standar kerjaterhadap kinerja pegawai ditunjukkan dengan koefisien beta β sebesar 0,450 dengan nilai ρ-
value0,003Karena ρ-value α atau 0,003 0,050, maka H
1
diterima. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan faktor penetapan standar kerja X
1
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja pegawai Y diterima. 2
Hipotesis dua H
2
: Ada pengaruh pelaksanaan operasional kerja X
2
secara parsial terhadap kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Jember.
Pengujian pengaruh faktor pelaksanaan operasional kerja terhadap kinerja pegawai ditunjukkan dengan koefisien beta β sebesar 0,359 dengan nilai ρ-
value0,018. Karena ρ-value α atau 0,018 0,050, maka H
2
diterima. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan faktor pelaksanaan operasional kerja
X
2
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja pegawai Y diterima. 3
Hipotesis tiga H
3
: Ada pengaruh pelaksanaan mekanisme kerja X
3
secara parsial terhadap kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Jember.
Pengujian pengaruh faktor pelaksanaan mekanisme kerja terhadap kinerja pegawai ditunjukkan dengan koefisien beta β sebesar 0,239 dengan nilai ρ-
value0,021Karena ρ-value α atau 0,021 0,050, maka H
3
diterima. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan faktor pelaksanaan mekanisme kerja
X
3
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja pegawai Y diterima.
Berdasarkan persamaan tersebut menunjukkan koefisien regresi dari variable bebas b1,b2,b3, dan b4 bertanda positif, hal ini berarti terjadi pengaruh antara
variable bebas dengan variable terikatnya. Artinya peningkatan variable penetapan standar kerja X
1
, pelaksanaan operasional kerja X
2
, dan pelaksanaan mekanisme kerja X
3
berpengaruh kinerja pegawai Y. Analisis atas hasil perhitungan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
1 Konstanta
8,889berarti jika variable penetapan standar kerja X
1
, pelaksanaan operasional kerja X
2
, dan pelaksanaan mekanisme kerja X
3
konstan maka kinerja pegawai Y meningkat. 2
Variable penetapan standar kerja X
1
mempunyai koefisien regresi b1 sebesar 0,450. Hal itu berarti apabila variable pelaksanaan operasional kerja
X
2
dan pelaksanaan mekanisme kerja X
3
konstan maka peningkatan penetapan standar kerja X
1
akan meningkatkan kinerja pegawai Y 3
variable pelaksanaan operasional kerja X
2
mempunyai koefisien regresi b2 sebesar0,359. Hal itu berarti apabila variable penetapan standar kerja X
1
dan pelaksanaan mekanisme kerja X
3
konstan maka peningkatan pelaksanaan operasional kerja X
2
akan meningkatkan kinerja pegawai Y 4
variable pelaksanaan mekanisme kerja X
3
mempunyai koefisien regresi b3 sebesar 0,239. Hal itu berarti apabila variable penetapan standar kerja X
1
dan pelaksanaan operasional kerja X
2
konstan maka peningkatan pelaksanaan mekanisme kerja X
3
akan meningkatkan kinerja pegawai Y
c. Koefisien Determinan R
2
Koefisien Determinan R2 digunakan untuk mengetahui kontribusi koefisien dari variable bebas yaitu Penetapan standar kerja X
1
, Pelaksanaan operasional kerja X
2
, dan Pelaksanaan mekanisme kerja X
3
terhadap kinerja pegawai Y. Hasil perhitungan menunjukkan Koefisien Determinan R2 sebesar
0,636 atau 63,6 terhadap variasi naik turunnya kinerja pegawai. Hal ini berarti 63,6 perubahan variable Y disebabkan perubahan variable Penetapan standar
kerja X
1
, Pelaksanaan operasional kerja X
2
, dan Pelaksanaan mekanisme kerja X
3
sedangkan sisanya 27,4 disebabkan oleh factor lain yang tidak dianalisis dalam model yang digunakan dalam penelitian.