Patogenesis Asma TINJAUAN PUSTAKA

22 pendidikan terakhir tamat SMP sebesar 5. Daerah kota dan desa memiliki prevalensi yang sama yaitu 45.

2.5 Patogenesis Asma

Asma secara konsistennya berhubungan dengan lokus yang pro-alergik dan proinflamatori. Sel inflamatori bisa menginflitrasi dan menyumbat saluran pernafasan sehingga mengakibatkan kerusakan pada epitel dan deskuamasi pada lumen saluran pernafasan. Batuk, rasa sesak di dada dan mengi adalah akibat dari obstruksi bronkus yang didasari oleh inflamasi kronik dan hiperaktivitas bronkus. Penyempitan saluran napas yang terjadi pada pasien asma merupakan suatu hal yang kompleks. Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast yang banyak ditemukan di permukaan mukosa bronkus, lumen jalan napas dan di bawah membran basal. Bermacam faktor pencetus dapat mengaktifkan sel mast. Selain sel mast, sel lain yang juga dapat melepaskan mediator adalah sel makrofag alveolar, eosinofil, sel epitel jalan napas, neutrofil, platelet, limfosit dan monosit. Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yangdilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga memperbesar reaksi yang terjadi. Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan serangan asma, melalui sel efektor sekunder seperti eosinofil, netrofil, platelet dan limfosit. Sel-sel inflamasi ini juga mengeluarkan mediator yang kuat seperti leukotrien. Tromboksan, PAF dan protein sitotoksis yang memperkuat reaksi asma. Keadaan ini menyebabkan inflamasi yang akhirnya menimbulkan hipereaktivitas bronkus Nelson, 2007. Kepekaan saluran napas berlebihan atau hipereaktivitas adalah yang membedakan antara orang normal dan penderita asma, pada orang normal, faktor pemicu, seperti asap rokok, iritandebu, zat kimia, kegiatan jasmani, tekanan kejiwaan, dan alergen tidak akan menimbulkan asma, pada penderita asma, rangsangan tadi dapat menimbulkan serangan Sundaru, 2006, pada asma alergik, 23 selain peka terhadap rangsangan di atas usaha juga sangat peka terhadap alergen yang spesifik.

2.6 Gejala Asma