Gejala Asma Diagnosis Asma

23 selain peka terhadap rangsangan di atas usaha juga sangat peka terhadap alergen yang spesifik.

2.6 Gejala Asma

Batuk kering yang intermitten dan mengi merupakan gejala kronis yang sering dikeluhkan pasien. Pada anak yang lebih tua dan dewasa mengeluhkan sukar bernafas dan terasa sesak di dada. Pada anak yang lebih kecil sering merasakan nyeri yang nonfokal di bagian dada. Simptom respiratori ini bisa lebih parah pada waktu malam terutamanya apabila terpapar lebih lama dengan alergen. Orang tua sering mengeluhkan anak mereka yang asma mudah letih dan membatasi aktivitas fisik mereka Nelson, 2007. Menurut Boguniewicz 2007, mengi merupakan karakteristik yang utama pada pasien asma. Jika bronkokonstriksi bertambah parah, suara mengi akan lebih jelas kedengaran dan suara pernafasan menghilang. Menurutnya lagi, sianosis pada bibir dan nail beds akan terlihat disebabkan oleh hipoksia. Takikardia dan pulsus paradoxus juga bisa terjadi. Agitasi dan letargi merupakan tanda-tanda permasalahan pada pernafasan. Menurut Abbas et al 2007, pada pasien asma terjadi peningkatan produksi mukus. Hal ini dapat menyebabkan obstruksi bronkus dan pasien mengeluhkan sukar bernafas.

2.7 Diagnosis Asma

Penekanan diagnosis asma didasarkan pada anamnesis, tanda-tanda klinik dan pemeriksaan tambahan Ramailah, 2006. a. Pemeriksaan anamnesis keluhan episodik batuk kronik berulang, mengi, sesak dada, kesulitan bernafas, b. Faktor pencetus inciter dapat berupa iritan debu, pendinginan saluran nafas, alergen dan emosi, sedangkan perangsang inducer berupa kimia, infeksi dan alergen. c. Pemeriksaan fisik sesak nafas, mengi, nafas cuping hidung pada saat inspirasi anak, bicara terputus putus, agitasi, hiperinflasi toraks, lebih suka posisi 24 duduk. Tanda-tanda lain sianosis, ngantuk, susah bicara, takikardia dan hiperinflasi torak, d. Pemeriksaan uji fungsi paru sebelum dan sesudah pemberian metakolin atau bronkodilator sebelum dan sesudah olahraga dapat membantu menegakkan diagnosis asma. Asma sulit didiagnosis pada anak di bawah umur 3 tahun. Untuk anak yang sudah besar 6 tahun pemeriksaan fungsi paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana dengan peak flow meter atau yang lebih lengkap dengan spirometer, uji yang lain dapat melalui provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, latihan exercise, udara kering dan dingin, atau dengan NaCl hipertonis. Penggunaan peak flow meter merupakan hal penting dan perlu diupayakan, karena selain mendukung diagnosis, juga mengetahui keberhasilan tata laksana asma, selain itu dapat juga menggunakan lembar catatan harian sebagai alternatif Dahlan, 2000.

2.8 Penatalaksanaan Asma