Epidemiologi Asma TINJAUAN PUSTAKA

21 kebiasaan dalam pola makan dan jumlah kamar pada rumah Lindbaek et al, 2003.

2.4 Epidemiologi Asma

Di negara-negara maju peningkatan berkaitan dengan polusi udara dari industri maupun otomotif, interior rumah, gaya hidup, kebiasaan merokok, pola makan, penggunaan susu botol dan paparan alergen dini. Keadaan sosio-ekonomi juga diduga kuat sebagai pemicu terjadinya asma di Indonesia. Pola hidup di kota besar meningkatkan risiko terjadinya asma baik prevalens, morbiditas maupun mortalitasnya. Asma mempengaruhi sekitar 300 juta orang di seluruh dunia. Asma adalah masalah kesehatan global yang serius yang mempengaruhi semua kelompok usia, dengan peningkatan prevalensi di banyak mengembangkan masyarakat GINA, 2011. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia WHO, jumlah penderita asma di dunia mencapai 235 juta orang saat ini menderita asma. Sebagian besar kematian asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah WHO, 2013. Peningkatan jumlah penderita asma di negara berkembang termasuk Indonesia saat ini membutuhkan penanganan yang serius. Penyakit asma di Indonesia ini termasuk peringkat 10 besar penyebab kematian dan kesakitan dengan tingkat prevalensi 6 – 8 PDPI, Pedoman Paru : 2010. Asma termasuk dalam penyakit tidak menular yang paling banyak di Indonesia RISKESDAS, 2013. Pada tahun 2012 dan 2013 asma termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit Paru Jember. Jumlah kasus baru asma di rawat jalan Rumah Sakit Paru Jember pada bulan Januari-Agustus 2014 sebanyak 247 kasus RS Paru, 2014. Dilaporkan bahwa sejak dua dekade terakhir prevalensi asma meningkat, baik pada anak maupun dewasa. Menurut data Riskesdas 2013 prevalensi kelompok umur terbanyak menderita asma yaitu umur 25-34 sebesar 5,7. Penderita asma paling banyak berjenis kelamin perempuan sebesar 4,6, 22 pendidikan terakhir tamat SMP sebesar 5. Daerah kota dan desa memiliki prevalensi yang sama yaitu 45.

2.5 Patogenesis Asma