Nanopartikel Pemeriksaan Karakteristik Nanopartikel Daun Sirih Merah

20

2.1.3 Morfologi tumbuhan

Sirih merah merupakan tanaman yang tumbuh menjalar. Batangnya bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai berbentuk jantung dengan bagian atas meruncing, bertepi rata dan permukaannya mengkilap atau tidak berbulu. Panjang daunnya bisa mencapai 15 - 20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak warna putih keabu - abuan. Bagian bawah daun berwarna merah cerah. Daunnya berlendir, berasa sangat pahit dan beraroma wangi khas sirih. Batangnya bersulur dan beruas dengan jarak buku 5 - 10 cm. Di setiap buku tumbuh bakal akar Sudewo, 2005.

2.1.4 Kandungan senyawa kimia

Senyawa fitokimia yang terkandung dalam daun sirih merah yakni adanya kandungan senyawa steroidtriterpenoid, alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin dan tanin Sudewo, 2005.

2.1.5 Khasiat dan penggunaan

Penggunaan sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar maupun simplisia. Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes millitus, hepatitis, batu ginjal, kolesterol, hipertensi, asam urat, keputihan, obat kumur, maag, radang mata, nyeri sendi dan memperhalus kulit. Sirih merah banyak digunakan pada klinik herbal center sebagai ramuan atau terapi bagi penderita yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimia Anonim, 2009.

2.2. Nanopartikel

Nanopartikel merupakan partikel bentuk padat dengan ukuran sekitar 10-1000 nm Mohanraj dan Chen, 2006. Nanoteknologi merupakan kemampuan untuk 21 memproduksi dan memproses materi berukuran nano nanosized atau memanipulasi objek dalam skala nano nanoscale. Nanoscale umumnya menyatakan rentang ukuran dari 1 hingga 100 nm. Akan tetapi, beberapa ilmuwan menganggap ukuran nanoscale adalah antara 1 hingga 200 nm, bahkan hingga 1000 nm Jin, 2008. Nanoteknologi berkembang semakin pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan industri akan ukuran partikel yang semakin kecil. Dalam industri farmasi dan bioteknologi, nanoengineering telah mempengaruhi setiap segmen dan subspesialisasi yang ada. Pengurangan ukuran partikel ini menawarkan suatu kesempatan bermakna bagi perancang formula untuk mengatasi hambatan dalam pengembangan produk terkait senyawa aktif obat yang sukar larut dalam air Lee, dkk., 2008. Kelarutan yang rendah merupakan masalah utama dalam pengembangan formulasi obat. Menurut Müller dan Keck 2004, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk memproduksi nanopartikel dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan, yaitu: a. mudah dikerjakan, b. dapat diaplikasikan dalam pembuatan sebanyak mungkin jenis zat aktif obat atau dengan kata lain bersifat universal, c. memberikan hasil yang stabil secara fisik, d. diformulasi dengan bahan-bahan tambahan yang inert dan telah disetujui oleh badan regulasi, e. dapat dikerjakan dalam skala besar, f. prosedur produksi hendaknya dapat divalidasi dan memenuhi ketentuan 22 yang berlaku.

2.3 Metode Pembuatan Nanopartikel

Sediaan nanopartikel dapat dibuat dengan berbagai metode, yaitu metode presipitasi, penggilingan milling methods, dan homogenisasi.

2.3.1 Metode presipitasi

Salah satu metode presipitasi yang pertama adalah teknologi pembuatan Hydrosol. Dalam metode ini, zat aktif dilarutkan ke dalam pelarut, lalu larutan tersebut dimasukkan ke dalam larutan lain yang bukan pelarut zat aktif tersebut sehingga menghasilkan presipitasi zat aktif yang halus. Kelemahan metode ini adalah nanopartikel yang terbentuk harus distabilisasi untuk mencegah timbulnya kristal berukuran mikro dan zat aktif yang hendak dibuat nanopartikelnya harus larut setidaknya dalam salah satu jenis pelarut, sementara diketahui bahwa banyak zat aktif memiliki kelarutan rendah baik di air maupun pelarut organik Junghanns dan Müller, 2008.

2.3.2 Metode penggilingan

Penggilingan merupakan teknik standar yang telah digunakan dalam beragam bidang aplikasi industri untuk mengurangi ukuran partikel. Pengurangan ukuran partikel lewat penggilingan dapat dijelaskan oleh tiga mekanisme kunci yang saling mempengaruhi yakni gesekan antara dua permukaan karena tekanan yang dihasilkan melampaui kekuatan inheren partikel sehingga mengakibatkan frakturasi patahan atau retakan, gaya gesek yang dihasilkan shear force mengakibatkan pecahnya partikel menjadi beberapa bagian, dan deagregasi terkait kolisi tabrakan antar agregat pada laju diferensial yang tinggi Gour, 2010. 23 Metode penggilingan dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara yaitu berdasarkan kondisi medium penggilingan atau berdasarkan mekanisme fraktur yang terjadi selama penggilingan berlangsung. Berdasarkan kondisi medium ketika partikel digiling, metode dibagi 2 yaitu metode penggilingan kering dan metode penggilingan basah Burcham, dkk., 2009. Sedangkan berdasarkan mekanisme fraktur yang terjadi, metode dapat dibagi menjadi pemotongan cutting, kompresi compression, impaksi impaction, dan erosi attrition Staniforth, 2002. Metode penggilingan kering dry milling merupakan suatu proses memperkecil ukuran partikel tanpa adanya larutan. Hal ini dicapai lewat penggilingan atau penggerusan dengan tenaga tinggi menggunakan suatu baut pin atau pelatuk hammer yang berputar. Kelemahan utama metode ini adalah kemampuannya menghasilkan distribusi ukuran partikel yang luas berkisar beberapa ratus nanometer hingga 25 μm atau dengan kata lain, hanya beberapa persen produknya yang berupa nanopartikel Müller, dkk., 2000. Metode berikutnya adalah metode penggilingan basah wet atau slurry milling yaitu proses penggilingan suatu zat padat yang disuspensikan dalam suatu larutan. Penggunaan penggilingan basah memiliki beberapa keuntungan dibandingkan penggilingan kering, di antaranya: a. penggillingan basah dapat dikerjakan bersamaan dengan tahapan isolasi- kristalisasi bahan aktif sehingga tidak menggunakan unit operasi yang terpisah-pisah seperti halnya penggilingan kering sehingga dapat mengurangi waktu penggilingan dan biaya produksi, b. dapat digunakan untuk zat aktif yang memperlihatkan perubahan sifat fisik 24 atau fase pada suhu tinggi, seperti memiliki titik leleh yang rendah. Hal ini dikarenakan peningkatan kapasitas panas larutan pembawa yang akan menghasilkan fluktuasi suhu yang lebih rendah selama proses penggilingan. Metode penggilingan basah wet milling merupakan teknologi pengecilan ukuran partikel yang mampu terus berkembang dan bertahan viable. Keunggulannya telah dibuktikan dengan persetujuan registrasi 4 jenis produk obat yang menggunakan metode ini oleh FDA. Waktu yang diperlukan dalam penggilingan ini berkisar antara 30 menit hingga beberapa hari Möschwitzher dan Müller, 2007.

2.3.3 Metode homogenisasi

Homogenisasi bertekanan tinggi merupakan pendekatan lain untuk memperkecil ukuran partikel senyawa yang sukar larut. Ada 3 teknologi penting yang dikenal yaitu teknologi mikrofluidisasi microfluidizer technology atau IDD- P TM technology, homogenisasi di celah piston dalam air piston gap homogenization in water atau Dissocubes ® technology, dan di dalam campuran air atau media non-air Nanopure ® technology Junghanns dan Müller, 2008. Selain ketiga metode utama di atas, beragam metode kombinasi juga telah dikembangkan seperti Nanoedge ® technology yang menggabungkan presipitasi dengan homogenisasi celah piston dan Nanopure ® XP Extended Performance technology antara mikrofluidisasi dengan homogenisasi celah piston.

2.4 Pemeriksaan Karakteristik Nanopartikel Daun Sirih Merah

Scanning electron microscope SEM terdiri dari sebuah senapan elektron yang memproduksi berkas elektron pada tegangan dipercepat sebesar 2 – 30 kV. 25 Berkas elektron tersebut dilewatkan pada beberapa lensa elektromagnetik untuk menghasilkan gambar berukuran kecil dari 10 nm pada sampel yang ditampilkan dalam bentuk film fotografi atau ke dalam tabung layar Anggraeni, 2008. Particles size analyzer PSA merupakan pengujian ukuran partikel dengan range 2-7000 nm menggunakan prinsip dynamic ligh scattering dan gerak brown. Ukuran partikel dihitung berdasarkan fungsi korelasi Stokes-Einstein dan gerak Brown ditetapkan sebagai koefisien difusi translasi. Kecepatan gerak Brown dipengaruhi oleh size, viscosity dan temperature. Keluaran yang dihasilkan merupakan sistem dari statistical, commulant dan laplace methods, dimana masing-masing sistem menghasilkan size distribution dalam intensity, number dan volume Anonim, 2013. Spektroskopi infra merah FTIR digunakan untuk mengidentifikasi gugus kompleks dalam senyawa tetapi tidak dapat menentukan unsur-unsur penyusunnya. Pada FTIR, radiasi infra merah dilewatkan pada sampel. Sebagian radiasi sinar infra merah diserap oleh sampel dan sebagian lainnya diteruskan. Jika frekuensi dari suatu vibrasi spesifik sama dengan frekuensi radiasi infra merah yang langsung menuju molekul, molekul akan menyerap radiasi tersebut. Spektrum yang dihasilkan menggambarkan penyerapan dan transmisi molekuler. Transmisi ini akan membentuk suatu sidik jari molekuler suatu sampel. Karena bersifat sidik jari, tidak ada dua struktur molekuler unik yang menghasilkan spektrum infra merah yang sama.

2.5 Tablet