Kesiapan menurut Chaplin 1989 adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu.
Sementara itu Corsini 2002 menyatakan bahwa kesiapan adalah berkembang atau mempersiapkan diri dalam belajar dan memperoleh beberapa tugas
perkembangan atau keahlian khusus berdasarkan perkembangan fisik, sosial dan intelektual.
Pernikahan atau perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan menikah adalah kesediaan individu untuk mempersiapkan diri membentuk suatu ikatan lahir
batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga dan rumah tangga yang kekal yang diakui secara agama, hukum dan
masyarakat.
2. Kriteria Kesiapan Menikah
Kesiapan menikah merupakan hal yang sangat penting agar tugas-tugas perkembangan dalam pernikahan dapat terpenuhi.
Kesiapan menikah tidak dipandang dari usia individu yang akan menikah Duvall Miller, 1985. Usia individu dalam menikah bervariasi disebabkan oleh
Ika Sari Dewi : Kesiapan Menikah Pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja, 2006
USU Repository © 2006
banyak hal, antara lain 1 Pencapaian pendidikan; 2 Perbedaan individu; 3 Perubahan keadaan sosial ekonomi.
Menurut Rapaport dalam Duvall Miller, 1985, seseorang dinyatakan siap untuk menikah apabila memenuhi kriteria :
a. Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri.
b. Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak.
c. Bersedia dan mampu menjadi pasangan istimewa dalam hubungan
seksual. d.
Bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim. e.
Memiliki kelembutan dan kasih sayang kepada orang lain. f.
Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain. g.
Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan.
h. Bersedia berbagi rencana dengan orang lain.
i. Bersedia menerima keterbatasan orang lain.
j. Realistik terhadap karakteristik orang lain
k. Memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang
berhubungan dengan ekonomi. l.
Bersedia menjadi suami atau isteri yang bertanggung jawab.
Ika Sari Dewi : Kesiapan Menikah Pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja, 2006
USU Repository © 2006
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Menikah
Walgito 2000 mengatakan bahwa kesiapan untuk memasuki dunia perkawinan dipengaruhi oleh :
a. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis ini berkaitan dengan 3 hal yaitu segi kesehatan, keturunan dan sexual fitness.
1 Kesehatan, bahwa keadaan kesehatan seseorang dalam hubungannya
dengan perkawianan merupakan satu faktor penting dan merupakan faktor esensial dalam perkawinan.
2 Keturunan, masalah keturunan ini juga merupakan persoalan dalam
perkawinan, karena dalam perkawinan pasangan suami isteri menginginkan keturunan yang baik oleh karena itu masalah keturunan ini
menjadi hal yang perlu mendapat perhatian. 3
Sexual Fitness, terkait dengan apakah individu dapat melakukan hubungan seksual secara wajar atau tidak.
b. Faktor sosial ekonomi
Faktor ini merupakan faktor yang perlu mendapat pertimbangan dalam perkawinan, sekalipun ada sementara pihak yang memandang hal ini
bukanlah merupakan suatu faktor yang mutlak, namun perlu dipertimbangkan sebelum menikah.
Ika Sari Dewi : Kesiapan Menikah Pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja, 2006
USU Repository © 2006
c. Faktor agama dan kepercayaan
Dalam pernikahan faktor agama atau kepercayaan hendaknya menjadi perhatian pasangan. Sebaiknya pasangan memiliki agama yang sama.
Dengan kesamaan agama maka akan meminimalkan munculnya perbedaan yang terkait dengan agama tersebut.
d. Faktor psikologis
Kedewasaan dalam sisi psikologis merupakan faktor yang dituntut dalam perkawinan. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah kematangan
emosi, toleransi atau kesiapan untuk berkorban, sikap saling pengertian, saling mengerti akan kebutuhan masing-masing pihak, dapat saling
memberi dan menerima kasih sayang, sikap saling mempercayai, adanya keterbukaan dalam komunikasi, kesiapan diri untuk lepas dari orang tua
untuk hidup mandiri. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor
yang dapat mempengaruhi kesiapan seorang individu untuk menikah. Faktor-faktor tersebut yaitu fisiologis, sosial ekonomi, agama dan kepercayaan serta psikologis.
Ika Sari Dewi : Kesiapan Menikah Pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja, 2006
USU Repository © 2006
B Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal
Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi
dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan
orang dewasa lainnya Hurlock,1990. Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung
jawabnya tentu makin bertambah besar. Ia tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis maupun psikologis pada orang tuanya Dariyo, 2003.
Hurlock 1990 mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis
yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Sementara itu, Dariyo 2003 mengatakan bahwa secara umum mereka yang tergolong dewasa muda young
adulthood ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Vaillant dalam Papalia,dkk 1998 membagi tiga masa dewasa awal yaitu
masa pembentukan, masa konsolidasi dan masa transisi. Masa pembentukan dimulai pada usia 20 hingga 30 tahun dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri
dari orang tua, membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan. Masa konsolidasi usia 30 – 40 tahun merupakan masa konsolidasi
karir dan memperkuat ikatan perkawinan, sedangkan masa transisi sekitar usia 40
Ika Sari Dewi : Kesiapan Menikah Pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja, 2006
USU Repository © 2006
tahun merupakan masa meninggalkan kesibukan pekerjaan dan melakukan evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh.
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa dewasa awal adalah individu yang menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam
masyarakat, pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak dan berusia antara 20 hingga 40 tahun.
2. Karakteristik Masa Dewasa Awal