Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN 35

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karet merupakan salah satu bahan hasil pertanian yang banyak terdapat di Indonesia dan menjadi penyumbang devisa negara yang cukup besar dengan produksi sebanyak 1,6 juta ton dengan nilai ekspor sebesar 1,101 milyar dolar Amerika. Disamping itu, komoditas karet alam merupakan sumber mata pencaharian secara langsung bagi 1,6 juta keluarga petani dan secara keseluruhan diperkirakan menjadi sumber penghidupan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi sekitar 15 juta penduduk Indonesia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber SIR yang merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet ini tergolong kedalam karet spesifikasi teknis, karena penilaian mutunya didasarkan pada sifat teknis dari parameter dan besaran nilai yang dipersyaratkan dalam penetapan mutu karet remah tercantum dalam tabel SIR. Produk SIR 20 merupakan produk yang viskositasnya tidak konstan dengan tingkat spesifikasi yang telah ditentukan pada Standar Indonesia Rubber SIR. Bahan baku untuk menghasilkan produk SIR 20 umumnya mudah dikendalikan dari segi mutu maupun kesinambungan pasokan bahan baku karena telah terintegerasi dengan Universitas Sumatera Utara baik. Akan tetapi, bahan baku yang berasal dari kebun rakyat sangat beragam sekali dari segi kualitasnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas lateks adalah kadar kotorannya. Pembelian lateks dari kebun rakyat umumnya selalu ditemukan kendala, terutama dari kadar kotoran lateks tersebut. Adanya kotoran pada lateks tersebut disebabkan oleh unsur sengaja ataupun ketidaksengajaan. Namun, sering sekali ditemukan kotoran yang disebabkan oleh unsur kesengajaan sang pemilik lateks, seperti memasukkan kayu, batu, dan penambahan zat kimia ke dalam lateks. Produksi karet yang dihasilkan agar sesuai dengan standar mutu karet remah SIR 20, ditentukan oleh penanganan proses pengolahan yang baik. Pada proses pengolahan perlu dijaga nilai viskositas mooney karena dapat mempengaruhi jumlah berat molekul dari karet. Tingginya nilai viskositas mooney akan menaikkan jumlah berat molekul karet sehingga berdampak pada proses pengolahannya menjadi produk jadi. Sementara itu, viskositas mooney menunjukkan panjangnya rantai molekul karet atau berat molekul serta derajat pengikatan silang rantai molekulnya. Standar viskositas mooney di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang juga mengikuti SIR adalah 57–64, apabila viskositas mooney melebihi atau kurang dari standar yang telah ditentukan maka karet remah dinyatakan off spec gagal produksi. Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa nilai viskositas mooney harus benar- benar dijaga agar jumlah berat molekul terpenuhi sehingga dapat mempermudah Universitas Sumatera Utara proses pengolahan selanjutnya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik membahas, dimana hasil pembahasan diwujudkan dalam bentuk tugas akhir dengan judul “PENGARUH NILAI VISKOSITAS MOONEY TERHADAP JUMLAH BERAT MOLEKUL KARET REMAH SIR 20”.

1.2 . Permasalahan