Perancangan Sistem Pengendalian Motor Cadangan Dengan Menggunakan Sensor Suhu Lm35 Berbasis Mikrokontroler ATMEGA8535

(1)

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN MOTOR

CADANGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM35

BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535

TUGAS AKHIR

MAGDALENA NAINGGOLAN

082408054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN MOTOR

CADANGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM35

BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

MAGDALENA NAINGGOLAN

082408054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN

MOTOR CADANGAN DENGAN

MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM35

BERBASIS MIKROKONTROLER

ATMEGA8535

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : MAGDALENA NAINGGGOLAN

Nomor Induk Mahasiswa : 082408054

Program Studi : DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Medan, Juni 2011 Disahkan / Disetujui Oleh:

Ketua Program Studi

D3 Fisika Instrumentasi: Dosen Pembimbing:

( Dr. Susilawati, M.Si ) ( Dra. Manis Sembiring, Msi )


(4)

PERNYATAAN

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN MOTOR CADANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM35 BERBASIS MIKROKONTROLER

ATMEGA8535

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2011

MAGDALENA NAINGGOLAN 082408054


(5)

PENGHARGAAN

Penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan berkat-Nya penyusunan tugas akhir ini dapat diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan.

Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Ahli madya pada program Studi Diploma Tiga Fisika Instrumentasi Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “ PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN MOTOR CADANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM35 BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535.

Penulis menyadari bahwa tersusunnya Tugas akhir ini tidak lepas dari perhatian, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik bantuan moril mupun material, sehingga dengan keiklasan dan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung.

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Ibu Dra. Manis Sembiring, M.Si selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang telah bersedia dengan sabar meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. 3. Ibu Dr. Susilawati, M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Fisika yang telah

bersedia dengan sabar meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. 4. Kedua orang tua tercinta, Bapak Vr. Nainggolan dan Ibu R. Habeahan yang


(6)

5. Kepada Kakak dan Abang penulis (Bang Simon, Bang Robert, Bang Gabriel, Kak Lamtupa, Kak Maria, Kak Veronika) dan kakak ipar yang selalu membantu dan mendukung saya.

6. Keluarga Besar saya yang juga membantu dan mendukung saya.

7. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi Diploma Tiga Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

8. Rekan-rekan dan Keluarga Besar Fisika Instrumentasi. Khususnya buat Sri Mahyuni, Nelvina, Togu, Irma, Ari Lambok yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan Tugas akhir ini.


(7)

ABSTRAK

Telah dibuat Sistem Pengendalian Motor cadangan dengan menggunakan Sensor Suhu LM35 Berbasis Mikrokontroler ATMega8535. Sistem ini merupakan suatu sistem pemantau serta pengendali motor cadangan otomatis. Sistem ini terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras terdiri atas sebuah mikrokontroler ATMega8535, sensor LM35, LCD (Liquid Cristal Display), relay, rangkaian keypad dan motor. Perangkat lunak pada sistem ini dibuat dengan menggunakan program atau software AVR. Program aplikasi ini bekerja pada saat dinyalakan maka inisilisasi hardware dilakukan kemudian mengendalikan motor cadangan dimana sensor LM35 untuk memanaskan motor yang ditampilkan ke LCD. Setelah temperatur memenuhi temperatur maksimum maka motor cadangan akan beroperasi atau bergerak secara otomatis karena motor utama telah mengalami kelebihan panas. Setelah motor Utama tidak panas lagi maka motor tersebut dapat digunakan kembali.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak vi

Daftar isi vii

Daftar tabel ix Daftar gambar x

BAB I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Batasan Masalah 3

1.3 Tujuan Penulisan 3

1.4 Metode Pengumpulan Data 4

1.5 Sistematika Penulisan 4

1.6 Metodologi Penulisan 6

BAB II Landasan Teori 7

2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Mikrokontroler ATMega8535 7

2.1.1.1 Arsitektur Mikrokontroler ATMega8535 9

2.1.1.2 Kontruksi ATMega8535 11

2.1.1.3 Pin-Pin pada Mikrokontroler ATMega8535 12

2.1.2. Sensor Suhu LM35 17

2.1.3 Komponen-Komponen Pendukung 20

2.1.3.1 Resistor 20

2.1.3.2 Fixed Resistor 20

2.1.3.3 Kapasitor 22

2.1.3.4 Electrolytic Capacitor (ELCO) 23

2.1.3.5 Ceramic capasitor 24

2.1.3.6 Transistor 26

2.1.3.7 Relay 28

2.2 Perangkat Lunak 30

2.2.1 Program Code-Vision AVR 30

BAB III Rancangan Sistem 33

3.1 Diagram Blok Rangkaian 33


(9)

3.3 Perancangan Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535 35

3.4 Perancangan Rangkaian Relay 38

3.5 Perancangan Rangkaian Motor DC 39

3.6 Perancangan Rangkaian Keypad 40

3.7 Perancangan Rangkaian LCD 40

BAB IV Pengujian Alat dan Program 42

4.1 Pengujian Rangkaian Power Supply 42

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535 42

4.3 Pengujian Rangkaian Driver Motor DC 43

4.4 Pengujian LCD 43 4.5 Pengujian Rangkaian Sensor Suhu LM35 44 4.6 Pengujian Rangkaian Keseluruhan 44

BAB V Kesimpulan dan Saran 47

5.1 Kesimpulan 47

5.2 Saran 48

Daftar Pustaka 49

LAMPIRAN: 1. Program

2. Gambar Rangkaian Lengkap


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fungsi PORT A 13

Tabel 2.2 Fungsi PORT B 14

Tabel 2.3 Fungsi PORT C 15

Tabel 2.4 Fungsi PORT D 16

Tabel 2.5 Gelang Resistor 21

Tabel 2.6 Nilai Kapasitor 25

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Sensor Suhu LM35 44


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega8535 9

Gambar 2.2 Arsitektur Mikrokontroler ATMega8535 10

Gambar 2.3 IC Mikrokontroller ATMega8535 12

Gambar 2.4 LM 35 Basic Temperature Sensor 17

Gambar 2.5 Rangkaian Pengukur Suhu 18

Gambar 2.6 Bentuk Fisik LM 35 18

Gambar 2.7 Resistor karbon 21

Gambar 2.8 Skema kapasitor. 23

Gambar 2.9 Electrolytic Capacitor (ELCO) 23

Gambar 2.10 Ceramic Capacitor 24

Gambar 2.11 simbol tipe transistor 26

Gambar 2.12 Transistor sebagai Saklar ON 27

Gambar 2.13 Form pembuatan program micro chip (CodeVisionAVR) 31

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian 33

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay ( PSA ) 35

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller ATMega8535 37

Gambar 3.4 Rangkaian Relay 38

Gambar 3.5 Rangkaian Motor DC Tipe L293D 39

Gambar 3.6 Rangkaian Keypad 40


(12)

ABSTRAK

Telah dibuat Sistem Pengendalian Motor cadangan dengan menggunakan Sensor Suhu LM35 Berbasis Mikrokontroler ATMega8535. Sistem ini merupakan suatu sistem pemantau serta pengendali motor cadangan otomatis. Sistem ini terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras terdiri atas sebuah mikrokontroler ATMega8535, sensor LM35, LCD (Liquid Cristal Display), relay, rangkaian keypad dan motor. Perangkat lunak pada sistem ini dibuat dengan menggunakan program atau software AVR. Program aplikasi ini bekerja pada saat dinyalakan maka inisilisasi hardware dilakukan kemudian mengendalikan motor cadangan dimana sensor LM35 untuk memanaskan motor yang ditampilkan ke LCD. Setelah temperatur memenuhi temperatur maksimum maka motor cadangan akan beroperasi atau bergerak secara otomatis karena motor utama telah mengalami kelebihan panas. Setelah motor Utama tidak panas lagi maka motor tersebut dapat digunakan kembali.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Teknologi sekarang sangat memegang peranan penting. Teknologi yang modern harus mencakup secara sinergi antara efisiensi biaya, sumber daya alam serta sumber daya manusianya. Jika salah satu diabaikan akan timbul masalah dikemudian hari. Pengaturan pengendalian secara otomatis diberbagai bidang pada saat ini sering dikembangkan diantaranya adalah pengendalian motor yang banyak ditemui.

Dalam kurun waktu singkat perkembangan teknologi melaju dengan sangat pesat. Perkembangan teknologi ini merupakan hasil kerja keras dari rasa ingin tahu manusia terhadap suatu hal yang pada akhirnya diharapkan akan mempermudah manusia untuk dapat menyelesaikan beberapa perkembangan dalam waktu bersamaan dan relatif cepat.

Dalam bidang industri, perlahan-lahan peralatan-peralatan manual mulai digantikan dengan peralatan elektronik yang dapat bekerja secara otomatis. Sebagai contoh di Industri modern sekarng ini ketika alat produksi mengalami kerusakan. Misalnya apabila motor utama mengalami kegagalan atau kelebihan panas maka motor cadangan dapat mengendalikannya.


(14)

Dengan adanya sistem pengendalian motor cadangan di alat industri tersebut sehingga Industri atau Pabrik-pabrik yang menggunakannya dapat berproduksi dengan baik. Tanpa industry tersebut Off atau tidak berproduksi. Karena secara otomatis motor cadangan dapat mengendalikan motor utama yang mengalami kerusakan atau kelebihan panas.

Sistem Pengendalian motor cadangan jika motor utama mengalami kelebihan panas ini dilengkapi sensor pengukuran temperatur dan tampilan yang berfungsi untuk mengukur dan menampilkan besar nilai temperatur yang diukur. Selain itu dilengkapi pemanas (heater) yang berfungsi sebagai pengendali temperatur yaitu sebagai pemanas sesuai dengan temperatur yang kita butuhkan.

Mikrokontroler adalah sistem komputer yang ringkas, dapat menggantikan fungsi komputer dalam pengendalian kerja dan disain yang jauh lebih ringkas daripada computer. Dengan ukurannya sangat kecil, mikrokontroler dapat digunakan pada peralatan yang bersifat bergerak (mobile), seperti pada kendaraan, peralatan jinjing dan instrumentasi cerdas, mikrokontroler digunakan sebagai otak dari suatu embedded system, sebuah system computer terpadu. Mikrokontroler memiliki perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program control disimpan dalam ROM (bias Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relative besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, hal ini merupakan kelebihan mikrokontroler.


(15)

1.2 Batasan Masalah

Untuk memberi batasan pada pembahasan dan penulisan tugas akhir ini, maka tugas akhir ini dibatasi dengan batasan – batasan sebagai berikut :

1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis ATMega8535.

2. Menggunakan sensor temperature LM 35 sebagai mengontrol suhu motor DC. 3. Untuk mengendalikan motor utama digunakan motor cadangan.

4. Pengukuran temperatur dilakukan oleh sensor temperature LM 35 apabila temperature telah mencapai harga yang diinginkan maka motor cadangan bekerja dengan otomatis.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Untuk Menerapkan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah secara nyata dan aplikatif.

2. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada program studi D3 Fisika Instrumentasi di Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. 3. Studi awal dalam pembuatan instrumentasi cerdas Sistem pengendalian motor

cadangan jika motor utama mengalami kegagalan atau kelebihan panas.

4. Memanfaatkan mikrokontroler ATMega8535 sebagai tempat pemrosesan data (otak) dari sebuah system.


(16)

1.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah: 1. Studi kepustakaan.

Pada metode ini, penulis mengumpulkan data dan teori yang dibutuhkan dalam penulisan tugas akhir melalui buku – buku dan referensi lainnya yang berkaitan dengan tugas akhir ini.

2. Lembar data (Datasheet) komponen yang digunakan pada peralatan.

Lembar data (datasheet) merupakan data – data yang dikeluarkan oleh produsen komponen elektronika mengenai fungsi, karakteristik dan data – data penting lainnya tentangsuatu komponen hasil produksi dari produsen komponen elektronika yang bersangkutan.

3. Pengujian Alat.

Data yang diperoleh melalui metode ini didapat setelah alat yang dibuat diuji dan diambil kesimpulan setelah dilakukan pengujian tersebut.

4. Berkonsultasi dengan Dosen pembimbing

Pada metode ini, penulis melakukan konsultasi dengan besrdiskusi dan bertanya secara langsung pada Dosen pembimbing penulis mengenai segala permasalahan dalam penulisan tugas akhir ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman serta pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja sistem alat pengendalian motor cadangan dengan menggunakan mikrokontroler, maka sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:


(17)

BAB 1. PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan tugas akhir, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB 2. LANDASAN TEORI

Landasan teori dalam bab ini akan dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian. Teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler ATMega8535 meliputi arsitektur dan kontruksi, bahasa program yang digunakan, serta karekteristik dari komponen-komponen pendukung.

BAB 3. RANGKAIAN PADA OTOMATISASI SISTEM

PENGENDALIAN MOTOR CADANGAN JIKA MOTOR UTAMA MENGALAMI KEGAGALAN ATAU KELEBIHAN PANAS.

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai rangkaian – rangkaian yang digunakan pada otomatisasi sistem pengendalian motor cadangan jika motor utama mengalami kegagalan atau kelebihan panas yang meliputi prinsip kerja dan fungsi kerja.

BAB 4. PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktifkan rangkaian, dan diagram alir dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler ATMega8535.


(18)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan yang diperoleh mengenai system pengendalian motor cadangan jika motor utama mengalami kegagalan atau kelebihan panas secara otomatis serta saran yang diberikan agar rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.

1.6. Metodologi Penulisan

Adapun metode laporan praktek proyek ini adalah:

1. Identifikasi masalah dengan penelusuran referensi baik dari buku maupun dari hasil browsing di situs-situs internet.


(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perangkat Keras

2.1.1. Mikrokontroller ATMega8535

Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semi konduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah (dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu sddan mainan yang lebih canggih serta dalam bidang pendidikan.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka, dan lain sebagainya), mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar, sedangkan rutin-rutin antar muka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program


(20)

kontrol disimpan dalam ROM yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sederhana sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.

Mikrokontroler ATMega8535 adalah suatu keping IC dimana terdapat mikroprosesor dan memori program (ROM) serta memori serbaguna (RAM), bahkan ada beberapa jenis mikrokontroler yang memiliki fasilitas ADC, PLL, EEPROM dalam satu kemasan.

Mikrokontroler merupakan keseluruhan sistem komputer yang dikemas menjadi sebuah chip di mana di dalamnya sudah terdapat Mikroprosesor, I/O, Memori bahkan ADC, berbeda dengan Mikroprosesor yang berfungsi sebagai pemroses data.

Mikrokontroller AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) memiliki arsitektur 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock atau dikenal dengan teknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing). Secara umum, AVR dapat dikelompokan ke dalam 4 kelas, yaitu keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing adalah kapasitas memori, peripheral dan fungsinya (Heryanto, dkk, 2008:1). Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama. Berikut ini gambar Mikrokontroler Atmega8535.


(21)

Gambar 2..1 Mikrokontroler ATMega8535

2.1.1.1 Arsitektur Mikrokontroler ATMega8535

Mikrokontrolerberbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computing) 8 bit. Berbeda dengan mikrokontroler keluarga 8051 yang mempunyai arsitektur CISC (Complex Instruction Set Computing), AVR menjalankan sebuah instruksi tunggal dalam satu siklus dan memiliki struktur I/O yang cukup lengkap sehingga penggunaan komponen eksternal dapat dikurangi. Mikrokontroler AVR didesain menggunakan arsitektur Harvard, di mana ruang dan jalur bus bagi memori program dipisahkan dengan memori data. Memori program diakses dengan single-level pipelining, di mana ketika sebuah instruksi dijalankan, instruksi lain berikutnya akan di-prefetch dari memori program.

Mikrokontroler ATMega8535 merupakan keluarga dari mikrokontroler AVR sehingga feature dasar dari mikrokontroler AVR dimiliki oleh ATMega8535. Arsitektur yang sangat mendasar dari ATMega8535 bawaan kluarga AVR adalah aritektur RISC 8 bit. Arsitektur dari Mikrokontroler ATMega8535 dapat di gambarkan sebagai berikut.


(22)

(23)

2.1.1.2 Kontruksi ATMega8535

Mikrokontroler ATmega8535 memiliki 3 jenis memori, yaitu memori program, memori data dan memoriEEPROM. Ketiganya memiliki ruang sendiri dan terpisah.

a. Memori program

ATmega8535 memiliki kapasitas memori progam sebesar 8 Kbyte yang terpetakan dari alamat0000h ± 0FFFh dimana masing-masing alamat memiliki lebar data 16 bit. Memori program ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian programboot dan bagian program aplikasi.

b. Memori data

ATmega8535 memiliki kapasitas memori data sebesar 608 byte yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu register serba guna, register I/O dan SRAM. ATmega8535 memiliki 32 byte register serba guna, 64 byte register I/O yang dapat diakses sebagai bagian dari memori RAM (menggunakan instuksi LD atau ST) atau dapat juga diakses sebagai I/O (menggunakan instruksi IN atau OUT), dan 512 byte digunakan untuk memori data SRAM.

c. Memori EPROM

Sesuai dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program.

Random Access Memory (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.


(24)

Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan program yang sudah baku dan diproduksi secara massal, program diisikan kedalam ROM pada saat IC mikrokontroler dicetak dipabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler menggunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang disingkat menjadi PROM (PEROM). Dulu banyak UV-EPROM (Ultra Violet Eraseable Programble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

2.1.1.3 Pin-Pin pada Mikrokontroler ATMega8535

Deskripsi pin-pin pada Mikrokontroler ATMega8535 :

Gambar 2.3. IC Mikrokontroller ATMega8535

1. PORT A, PORT B, PORT C, PORT D merupakan pin I/O

2. GND merupakan pin Ground

3. VCC merupakan pin input catu daya (5 Volt)


(25)

5. AVCC merupakan pin input tegangan ADC

6. XTALL 1 & XTALL 2 merupakan pin clock eksternal

7. RESET merupakan pin untuk mereset mikrokontroler (active low)

SPESIFIKASI PORT

PORT A

Pada seri AVR ATMega8535 ini telah dilengkapi dengan 8 saluran ADC internal dengan fidelitas 10 bit. Dalam mode operasonya, ADC dapat dikonfigurasi baik secara single ended maupun differetial input. Selain itu, ADC ATMega8535 memiliki konfigurasi pewaktuan, tegangan referensi, mode operasi, dan kemampuan filter derau yand sangat fleksibel sehingga dapat dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan dengan ADC itu sendiri.

Tabel 2.1 Fungsi PORT A:

PORT A Fungsi Tambahan

PA0 ADC 0 (input ADC channel 0) PA1 ADC 1 (input ADC channel 1) PA2 ADC 2 (input ADC channel 2) PA3 ADC 3 (input ADC channel 3) PA4 ADC 4 (input ADC channel 4) PA5 ADC 5 (input ADC channel 5) PA6 ADC 6 (input ADC channel 6) PA7 ADC 7 (input ADC channel 7)


(26)

Tabel 2.2 Fungsi PORT B

PORT B Fungsi Tambahan

PB0

T0 (Timer/Counter 0 External Counter Input)XCK (USART Eksternal Clock Input/Output)

PB1 T1 (Timer/Counter 1 External Counter Input)

PB2

AIN0 (Analog Comparator Positive Input)INT2 (Eksternal Interrupt 2 Input)

PB3

AIN1 (Analog Comparator Negative Input)OC0 (Timer/Counter0 Output-Compare Match Output)

PB4 SS (SPI Slave Select Input)

PB5 MOSI (SPI Bus Master Output Slave Input) PB6 MISO (SPI Bus Master Input Slave Output) PB7 SCK (SPI Bus Serial Clock)

1. T0/T1 sebagai input Timer/Counter Eksternal

2. AIN0 dan AIN1 sebagai input komparator (AIN0 = input positif, AIN1 = input negatif )

3. SS (SPI) sebagai port untuk komunikasi antar mikrokontroler


(27)

Tabel 2.3 Fungsi PORT C

PORT C Fungsi Tambahan

PC0 SCL (Two-wire Serial Bus Clock Line) PC1 SDA (Two-wire Serial Bus Data I/O Line) PC2 TCK (JTAG Tesr Clock)

PC3 TMS (JTAG Test Mode Select) PC4 TDO (JTAG Test Data In) PC5 TDI (JTAG Test Data Out) PC6 TOSC1 (Timer Oscilator Pin 1) PC7 TOSC2 (Timer Oscilator PIN 2)

1. SCL dan SDA sebagai pengatur Interface Serial 2 jalur

2. TCK sebagai operasi sinkronisasi dari JTAG ke TCK. Jika pin ini digunakan seperti fungsi peripheral tersebut maka pin ini tidak berfungsi sebagai I/O

3. TMS sebagai pengontrol navigasi mesin TAP. Jika pin ini digunakan seperti fungsi peripheral tersebut maka pin ini tidak dapat berfungsi sebagai I/O

4. TDO dan TDI sebagai Output/Input data serial ke register atau data register

5. TOSC1 dan TOSC2 sebagai penguat amplifier oscillator ketika disambungkan dengan kristal dan bit ASR serta ASSR di set “1” untuk mengaktifkan asynchronous clocking dari Timer/Counter2.


(28)

Tabel 2.4 Fungsi PORT D

1. RXD dan TXD sebagai pin komunikasi serial (USART)

2. INT0 dan INT1 sebagai input Interupsi Eksternal 0 dan Interupsi Eksternal 1

3. OC1A dan OC1B sebagai Output untuk PWM mode fungsi timer dan OC1A juga berfungsi sebagai Output Eksternal dari pembanding timer/counter A. Sedangkan OC1B berfungsi sebagai Output Eksternal dari pembanding timer/counter B.

4. ICP1 sebagai penampung input timer/counter 1 PORT D Fungsi Tambahan

PD0 RXD (Pin Input USART/Pin terima komunikasi Serial)

PD1

TXD (Pin Output USART/Pin kirim komunikasi Serial)

PD2 INT0 (input Interrupt Eksternal 0) PD3 INT1 (input Interrupt Eksternal 1)

PD4

OC1B (Timer/Counter1 Output Compare B Match Ouput)

PD5

OC1A (Timer/Counter1 Output Compare A Match Ouput)

PD6 ICP1 (Timer/Counter1 Input Capture Pin)


(29)

5. OC2 sebagai output untuk PWM mode fungsi timer dan Output Eksternal dari pembanding timer/counter.

2.1.2. Sensor Suhu LM35

Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM 35 yang dapat dikalibrasikan langsung , LM 35 ini difungsikan sebagai basic temperature sensor seperti pada gambar 2.4

Gambar 2.4. LM 35 Basic Temperature Sensor

IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear berpadanan dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pengubah dari besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV /°C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1° C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV.

IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperatur ruang. Jangka sensor mulai dari – 55°C sampai dengan 150°C, IC LM35 penggunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol dari indikator tampilan


(30)

catu daya terbelah. IC LM 35 dapat dialiri arus 60 m A dari supplay sehingga panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 ° C di dalam suhu ruangan.

Gambar 2.5. Rangkaian Pengukur Suhu

LM 35 ialah sensor temperatur paling banyak digunakan untuk praktek, karena selain harganya cukup murah, linearitasnya juga lumayan bagus. LM35 tidak membutuhkan kalibrasi eksternal yang menyediakan akurasi ± ¼ °C pada temperatur ruangan dan ± ¾ °C pada kisaran -55 °C to +150 °C. LM35 dimaksudkan untuk beroperasi pada -55 °C hingga +150 °C, sedangkan LM35C pada -40 °C hingga +110 °C, dan LM35D pada kisran 0-100°C. LM35D juga tersedia pada paket 8 kaki dan paket TO-220. Sensor LM35 umunya akan naik sebesar 10mV setiap kenaikan 1°C (300mV pada 30 °C).

Gambar 2.6 Bentuk Fisik LM 35

Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi besaran elektrik tegangan. Sensor ini memiliki parameter bahwa setiap kenaikan 1°C tegangan keluarannya naik sebesar 10mV dengan batas maksimal keluaran sensor adalah 1,5V pada suhu 150°C.


(31)

Pada perancangan kita tentukan keluaran ADC mencapai full scale pada saat suhu 100°C, sehingga tegangan keluaran tranduser (10mV/°C x 100°C) = 1V. Pengukuran secara langsung saat suhu ruang, keluaran LM35 adalah 0,3V (300mV). Tengan ini diolah dengan mengunakan rangkaian penglondisi sinya agar sesuai dangan tahapan masukan ADC. LM35 memiliki kelibihan – kelebihan sebagai berikut:

1. Di kalibrasi langsung dalam celsius

2. Memiliki faktor skala linear + 10.0 mV/°C 3. Memiliki ketetapan 0,5°C pada suhu 25°C

4. Jangkauan maksimal suhu antara -55°C sampai 150°C 5. Cocok untuk applikasi jarak jauh

6. Harganya cukup murah

7. Bekerja pada tegangan catu daya 4 sampai 30Volt 8. Memiliki arus drain kurang dari 60 uAmp

9. Pemanasan sendiri yang lambat ( low self-heating) 10. 0,08˚C diudara diam

11. Ketidak linearannya hanya sekitar ±¼°C

12. Memiliki Impedansi keluaran yang kecil yaitu 0,1 watt untuk beban 1 mAmp.

Sensor suhu tipe LM35 merupakan IC sensor temperatur yang akurat yang tegangan keluarannya linear dalam satuan celcius. Jadi LM35 memilik kelebihan dibandingkan sensor temperatur linear dalam satuan kelvin, karena tidak memerlukan pembagian dengan konstanta tegangan yang besar dan keluarannya untuk mendapatkan nilai dalam satuan celcius yang tepat. LM35 memiliki impedansi keluaran yang rendah, keluaran yang linear, dan sifat ketepatan dalam pengujian


(32)

membuat proses interface untuk membaca atau mengontrol sirkuit lebuh mudah. Pin V+ dari LM35 dihubungkan kecatu daya, pin GND dihubungkan ke Ground dan pin Vout- yang menghasilkan tegangan analog hasil pengindera suhu dihubungkan ke vin (+) dan ADC 0804.

2.1.3. Komponen-Komponen Pendukung 2.1.3.1. Resistor

Resistor komponen pasif elektronika yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang mengalir. Berdasarkan kelasnya resistor dibagi menjadi 2 yaitu : Fixed Resistor dan Variable R esistor Dan umumnya terbuat dari carbon film atau metal film, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dibuat dari material yang lain.

Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan tembaga perak emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil. Bahan–bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut sebagai insulator.

2.1.3.2.Fixed Resistor

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Tipe resistor yang umum berbentuk tabung porselen kecil dengan dua kaki tembaga dikiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan


(33)

pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan ohm meter. Kode warna tersebut adalah standar menufaktur yang dikeluarkan oleh ELA (Electronic Industries Association).

Gambar 2.7. Resistor karbon

Tabel 2.5 Gelang Resistor

WARNA GELANG I GELANG II GELANG III GELANG

IV

Hitam 0 0 1 -

Coklat 1 1 10 -

Merah 2 2 100 -

Jingga 3 3 1000 -

Kuning 4 4 10000 -

Hijau 5 5 100000 -

Biru 6 6 1000000 -

Violet 7 7 10000000 -

Abu-abu 8 8 100000000 -

Putih 9 9 1000000000 -

Emas - - 0,1 5%

Perak - - 0,01 10%


(34)

Resitansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi berwarna coklat, emas, atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada bahan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang keempat agak sedikit ke dalam. Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resitor tersebut. Kalau anda telah bisa menentukan mana gelang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.

Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah faktor penggalinya.

2.1.3.3. Kapasitor

Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki elektroda metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif karena terpisah oleh bahan


(35)

elektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada konduktif pada ujung- ujung kakinya. Di alam bebas phenomena kapasitor terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif diawan

dielektrik

Elektroda Elektroda

Gambar 2.8. Skema kapasitor.

Kapasitor merupakan komponen pasif elektronika yang sering dipakai didalam merancang suatu sistem yang berfungsi untuk mengeblok arus DC, Filter, dan penyimpan energi listrik. Didalamnya 2 buah pelat elektroda yang saling berhadapan dan dipisahkan oleh sebuah insulator. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai insulator dinamakan dielektrik. Ketika kapasitor diberikan tegangan DC maka energi listrik disimpan pada tiap elektrodanya. Selama kapasitor melakukan pengisian, arus mengalir. Aliran arus tersebut akan berhenti bila kapasitor telah penuh. Yang membedakan tiap - tiap kapasitor adalah dielektriknya. Berikut ini adalah jenis– jenis kapasitor yang dipergunakan dalam perancangan ini.

2.1.3.4 Electrolytic Capacitor (ELCO)


(36)

Elektroda dari kapasitor ini terbuat dari alumunium yang menggunakan membrane oksidasi yang tipis. Karakteristik utama dari Electrolytic Capacitor adalah perbedaan polaritas pada kedua kakinya. Dari karakteristik tersebut kita harus berhati- hati di dalam pemasangannya pada rangkaian, jangan sampai terbalik. Bila polaritasnya terbalik maka akan menjadi rusak bahkan “meledak. Biasanya jenis kapasitor ini digunakan pada rangkaian power supply. Kapasitor ini tidak bisa digunakan pada rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya tegangan kerja dari kapasitor dihitung dengan cara mengalikan tegangan catu daya dengan 2. Misalnya kapasitor akan diberikan catu daya dengan tegangan 5 Volt, berarti kapasitor yang dipilih harus memiliki tegangan kerja minimum 2 x 5 = 10 Volt.

2.1.3.5 Ceramic Capacitor

Kapasitor menggunakan bahan titanium acid barium untuk dielektriknya. Karena tidak dikonstruksi seperti koil maka komponen ini dapat digunakan pada rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya digunakan untuk melewatkan sinyal frekuensi tinggi menuju ke ground. Kapasitor ini tidak baik digunakan untuk rangkaian analog, karena dapat mengubah bentuk sinyal. Jenis ini tidak mempunyai polaritas dan hanya tersedia dengan nilai kapasitor yang sangat kecil dibandingkan dengan kedua kapasitor diatas.


(37)

Untuk mencari nilai dari kapasitor biasanya dilakukan dengan melihat angka/kode yang tertera pada badan kapasitor tersebut. Untuk kapasitor jenis elektrolit memang mudah, karena nilai kapasitansinya telah tertera dengan jelas pada tubuhnya. Sedangkan untuk kapasitor keramik dan beberapa jenis yang lain nilainya dikodekan. Biasanya kode tersebut terdiri dari 4 digit, dimana 3 digit pertama merupakan angka dan digit terakhir berupa huruf yang menyatakan toleransinya. Untuk 3 digit pertama angka yang terakhir berfungsi untuk menentukan 10n, nilai n dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 2.6 Nilai Kapasitor

3rd Digit Multiplier Letter Tolerance

0 1 D 0.5 pF

1 10 F 1 %

2 100 G 2 %

3 1,000 H 3 %

4 10,000 J 5 %

5 100,000 K 10 %

6,7 Not Used M 20 %

8 .01 P +100, -0 %

9 1 Z +80, -20 %

Misalnya suatu kapasitor pada badannya tertulis kode 474J, berarti nilai kapasitansinya adalah 47 + 104 = 470.000 pF = 0.47µF sedangkan toleransinya 5%. Yang harus diingat didalam mencari nilai kapasitor adalah satuannya dalam pF (Pico Farad).


(38)

2.1.3.6 Transistor

Transistor adalah komponen elektronika yang mempunyai tiga buah terminal. Terminal itu disebut emitor, basis, dan kolektor. Transistor seakan-akan dibentuk dari penggabungan dua buah dioda. Dioda satu dengan yang lain saling digabungkan dengan cara menyambungkan salah satu sisi dioda yang senama. Dengan cara penggabungan seperti dapat diperoleh dua buah dioda sehingga menghasilkan transistor NPN.

Bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan bahan N dan bahan P adalah silikon dan germanium. Oleh karena itu, dikatakan :

1. Transistor germanium PNP. 2. Transistor silikon NPN. 3. Transistor silikon PNP. 4. Transistor germanium NPN.

Semua komponen di dalam rangkaian transistor dengan simbol. Anak panah yang terdapat di dalam simbol menunjukkan arah yang melalui transistor.

Gambar 2.11 simbol tipe transistor C

B

E

C B

E


(39)

Keterangan :

C = kolektor E = emiter B = basis

Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar (switching) dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut off) yang ada pada karakteristik transistor.

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan nol atau kolektor dan emiter terhubung langsung (short). Keadaan ini menyebabkan tegangan kolektor emiter (VCE) = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi pada kenyataannya VCE bernilai 0 sampai 0,3 Volt. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan on seperti pada gambar 2.11.

Gambar 2.12 Transistor sebagai Saklar ON

Saturasi pada transistor terjadi apabila arus pada kolektor menjadi maksimum dan untuk mencari besar arus basis agar transistor saturi adalah :

Rc Vcc

Imax= ………..……….(2.1)

Rc Vcc I

.

hfe B = ……….……….(2.2)

Rc . hfe

Vcc

IB= ……….(2.3)

Saklar On Vcc

Vcc

IC R

RB

VB

IB VBE


(40)

Hubungan antara tegangan basis (VB) dan arus basis (IB) adalah : B BE B B R V V

I = − ……….(2.4)

VB = IB . RB + VBE………..(2.5)

BE B B V Rc . hfe R . Vcc

V = + ………(2.5)

Jika tegangan VB telah mencapai BE B B V Rc . hfe R . Vcc

V = + , maka transistor akan saturasi, dengan Ic mencapai maksimum.

Pada daerah penyumbatan,nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka (open).

2.1.3.7 Relay

Relay adalah sebuah saklar magnetic yang biasanya menggunakan medan magnet dan sebuah kumparan untuk membuka atau menutup satu atau beberapa kontak saklar pada saat relay dialiri arus listrik. Pada dasarnya relay terdiri dari sebuah lilitan kawat yang terlilit pada suatu inti besi dari besi lunak berubah menjadi magnet yang menarik atau menolak suatu pegas sehingga kontak pun menutup atau membuka. Relay mempunyai anak kontak yaitu NO (Normally open) dan NC (Normally Close). listrik hingga mencapai batas maksimalnya Relay merupakan rangkaian yang bersifat elektronis sederhana dan tersusun oleh ;

- Saklar

- medan elektromagnet (kawat koil) - poros besi


(41)

Cara kerja komponen ini dimulai pada saat mengalirnya arus listrik melalui koil,lalu membuat medan magnet sekitarnya merubah posisi saklar sehingga menghasilkan arus listrik yang lebih besar. Disinilah keutamaan komponen sederhana ini yaitu dengan bentuknya yang minimal bisa menghasilkan arus yang lebih besar. Komponen sederhana ini dalam perkembangannya digunakan (atau pernah digunakan) sebagai komponen dasar berbagai perangkat elektronika,lampu kendaraan bermotor,jaringan elektronik, televisi, radio, bahkan pada tahun 1930an pernah digunakan sebagai perangkat dasar komputer yang keberadaannya kini digantikan oleh mikroprosesor seperti IntelCorp.dan AMD. Semua itu karena pemakaian relay mempunyai Keuntungan yaitu ;

- Dapat mengontrol sendiri arus serta tegangan listrik yang diinginkan - Dapat memaksimalkan besarnya tegangan

- Dapat menggunakan baik saklar maupun koil lebih dari satu, disesuaikan dengan kebutuhan.

Prinsip Kerja Relay

Relay akan bekerja bila kontak-kontak yang terdapat pada relay tersebut bergerak membuka dan menutup. Relay pada keadaan normaly open kontak kontaknya yang mempunyai posisi tertutup pada saat relay tidak bekerja akan membuka setelah ada arus yang mengalir, sedangkan relay pada keadaan normaly close kontak-kontaknya yang mempunyai posisi terbuka pada relay tidak bekerja akan menutup setelah ada arus yang mengalir, banyaknya kontak-kontak dimana jangkar dapat melepas atau menyambung lebih dari satu kontak sekaligus, oleh karena itu relay yang dijual dipasaran ada yang membuka atau menutup lebih banyak kontak sekaligus.


(42)

Simbol relay yang ada jenis DPDT (Double pole Double Throw) dan SPDT (single pole double throw). Pole adalah kontak yang bergerak, sedangkan throw adalah kontak diam. NC (normally-closed) menunjukkan bahwa kontak tersebut pada keadaannya normal (relay- off) terhubung dengan pole. Sedangkan NO (normally-opened) pada keadaan normalnya tidak terhubung dengan pole.

Relay yang baik mempunyai resistansi isolasi yang tinggi, sehingga tegangan yang tinggi pada peralatan tidak menggangu kerja dari rangkaian pengendali. Ada dua jenis relay yang bisa didapat yaitu inputnya bekerja pada arus searah dan yang bekerja pada arus bolak-balik. Pada umumnya relay yang digunakan pada rangkaian / sistem elektronika adalah yang bekerja pada tegangan DC.

2.2 Perangkat Lunak

2.2.1 Program Code-Vision AVR

Untuk mengaktifkan micro sistem akuisisi data, penerima sinyal control dan sistem transmisi data maka terlebih dahulu mikrokontroller tersebut diberi program dengan cara mendownload program yang terlebih dahulu kita buat dengan bahasa C pada CodeVisionAVR.


(43)

Gambar 2.13 Form pembuatan program micro chip (CodeVisionAVR). Software CodeVision AVR merupakan C Compiler untuk mikrokontroler AVR. Pada CodeVision telah disediakan editor yang berfungsi untuk membuat program dalam bahasa C, setela melakukan proses kompilasi kita dapat mengisikan program yang telah dibuat ke dalam memory pada mikrokontroler menggunakan programmer yang telah disediakan oleh CodeVision AVR. Programmer yang didukung oleh CodeVision Programmer Cable dapat diintegrasik dengan CodeVision AVR, terlebih dahulu harus dilakukan konfigurasi sebagai berikut:

-Jalankan Software CodeVision AVR. -Pilih menu Setting . Programmer. -Pilih tipe programmer


(44)

Catatan: Proses ini hanya dapat dilakukan pada saat ada project yang telah dibuat atau dibuka. Tekan Shift+F9, download ke target board dengan cara klik pada tombol Program


(45)

BAB III

RANCANGAN SISTEM

3.1. Blok Diagram Sistem

Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1. berikut ini :

Gambar 3.1. Diagram Blok Rangkaian

A T M ega8535 Motor DC 1 Motor DC 2 LM35 Keypad

Power Supply (PSA) LCD

Relay

Relay Driver


(46)

Cara kerja blok diagram diatas adalah sebagai berikut:

Alat pengendali kecepatan motor DC yang dirancang mempunyai hubungan input-output ke CPU (ATMega8535) sebanyak 2 bagian, yaitu antara lain:

1. Input Setting

Pada bagian ini digunakan 4 buah tombol untuk melakukan penyettingan yang digunakan sebagai acuan awal kerja sistem, pensetingan dengan tombol tersebut dapat dilihat atau ditampilkan di modul penampil LCD.

2. Output

Pada bagian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu:

• Output motor 1 atau motor utama, yang fungsinya sebagai driver motor DC 1 atau motor utama ke rangkaian motor 2 atau motor DC cadangan.

• Output LCD, yang fungsinya sebagai display atau modul penampil dalam sistem alat ini.

3.2Perancangan Power Supplay (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke motor stepper. Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :


(47)

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay ( PSA )

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 2200 F. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah.

3.3 Perancangan Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada.Komponen utama dari rangkaian ini adalah Mikrokontroler ATMega8535. Pada ICinilah semua program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yangdikehendaki. Mikrokontroler ini perupakan suatu keping IC dimana terdapatmikroprosesor dan memori program (ROM) serta memori


(48)

serbaguna (RAM), bahkanada beberapa jenis mikrokontroler yang memiliki fasilitas ADC, PLL, EEPROMdalam satu kemasan. Penggunaan mikrokontroler diantaranya Intel, Microchip,Winbond, Atmel, Philips, Xemics dan lain-lain. Dari beberapa vendor tersebut, yangpaling pepolar digunakan adalah mikrokontroler buatan ATMEL.ATMega 8535 adalah mikrokontroler CMOS 8-bit berbasis AVR dengankonsumsi daya renda yang dikembangkan dari arsitektur RISC. Dengan instruksiyang dapat dijalankan dalam satu siklus clock, ATMega 8535 mempunyaithroughputs 1 MIPS per MHz. ATMega 8535 mempunyai 32 register yang secaralangsung terhubung dengan Arithmatic Logic Unit (ALU). Mokrokontroler ATMega8535 juga dilengkapi dengan port serial, yang memungkinkan bagi kita ,emgirimkandata dalam format serial.

Mikrokontroler ATMega 8535 mempunyai 40 pin dengan catu daya tunggal 5volt. Ke-40 pin dalam keluarga mikrokontroler ATMega 8535 digambarkan seperti gambar dibawah ini.


(49)

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller ATMega8535

M i k r o k o n t r o l e r A T M e g a 8 5 3 5 m e r u p a k a n m i k r o p r o s e s o r p l u s . Mikrokontroler adalah otakdari suatu sistem elektronika seperti halnya mikroprosesor sebagai otak komputer. Nilai plus bagi mikrokontroler ini adalah terdapatnya memori.

Rangkaian ini menggunakan ATMega8535 sebagai mikrokontrolernya. Adapun fungsi dari rangkaian ini adalah sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada dan sebagai basic temperature sensor LM 35 yang telah diubah menjadi data digital.


(50)

3.4 Perancangan Rangkaian Relay

Pada rangkaian ini digunakan relay yang berfungsi untuk memberikan catu pada motor secara reverse dan forward agar motor dapat berputar kekiri dan kekanan dan untuk mengisolasi sistem catu motor dengan catu rangkaian kendali (mikrokontroler).

. Pada rangkaian di bawah ini, untuk menghubungkan rangkaian dengan 220 V AC digunakan relay. Relay merupakan salah satu komponen elektronik yang terdiri dari lempengan logam sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk menghasilkan medan magnet. Pada rangkaian ini digunakan relay 12 volt, ini berarti jika positif relay (kaki 1) dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan negatif relay (kaki 2) dihubungkan ke ground, maka kumparan akan menghasilkan medan magnet. Rangkaian relay pengendali tampak seperti gambar di bawah ini ,


(51)

3.5 Perancangan Rangkaian Motor DC

Motor DC dikendalikan dengan menentukan arah dan kecepatan putarnya. Arah putaran motor DC adalah searah dengan arah putaran jarum jam (Clock Wise/CW) atau berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam (Counter Clock Wise/CCW), yang bergantung dari hubungan kutub yang diberikan pada motor DC. Kecepatan putar motor DC diatur dengan besarnya arus yang diberikan

Untuk mengendalikan perputaran motor DC dibutuhkan sebuah driver. Mikrokontroler tidak dapat langsung mengendalikan putaran dari Motor DC, karena itu dibutuhkan driver sebagai perantara antara mikrokontroler dan Motor DC, sehingga perputaran dari Motor DC dapat dikendalikan oleh mikrokontroler. Rangkaian driver Motor DC ditunjukkan pada gambar 3.6 berikut:


(52)

3.6 Perancangan Rangkaian Keypad

Rangkaian keypad yang digunakan adalah rangkaian keypad yang telah ada dipasaran. Keypad ini terdiri dari 5 tombol yang hubungan antara tombol – tombolnya seperti tampak pada gambar 3.7. Rangkaian ini di hubungkan ke port 2 mikrokontroler ATMega8535.

Kemudian data yang diketikkan pada keypad akan diterima oleh mikrokontroler ATMega8535 untuk kemudian diolah dan ditampilkan pada display LCD. Rangkaian keypad ditunjukkan pada gambar berikut ini

Gambar 3.6 Rangkaian Keypad

3.7 Perancangan Rangkaian LCD (Liquid Crystal Display)

Rangkaian skematik konektor yang dihubungkan dari LCD (liquid crystal display) ke mikrokontroler dapat dilihat pada gambar dibawah ini


(53)

Gambar 3.7 Rangkaian LCD

Pada gambar rangkaian konektor LCD seperti di atas konektor yang terdiri dari konektor Gnd (Ground), Vcc (5V), Contrast, Reset, R/W (Read/Write), Enable, DB4-DB7 dan dihubungkan langsung dengan konektor pada LCD yang kompatibel dengan driver HD 44780. Sedangkan pada konektor Pin 4 dan pin 6 yang terdiri dari konektor Reset, Enable, DB4-DB7 (Pin11-14) dihubungkan ke mikrokontroller

ATmega8535. Fungsi dari potensiometer (R1) pada Pin 3 adalah untuk mengatur gelap/terangnya karakter yang ditampilkan pada LCD. Konektor Pin 15 , pin 16 dan pin 2 dihubungkan ke ground dan pin 6 ke power supply 5 Volt DC.

Keterangan:

R1 adalah Resistor atau Hambatan 1 R2 adalah Resistor atau Hambatan 2 GND adalah Ground.


(54)

BAB IV

PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)

Pengujian pada bagian rangkaian power supplay ini dapat dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter digital. Dari hasil pengujian diperoleh tegangan tanpa beban sebesar + 5,25 volt. Tegangan ini dipergunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian. Mikrokontroler ATMega8535 dapat bekerja pada tegangan 4,0 sampai dengan 5,5 volt, sehingga tegangan 5,25 volt ini cukup untuk mensupplay tegangan ke mikrokontroler ATMega8535. Tegangan drop sebesar 0,15 volt. Tegangan ini digunakan untuk mensupplay tegangan ke motor DC.

4.2. Pengujian Rangkaian Mikrokontroller ATMega8535

Karena pemrograman robot menggunakan mode ISP (In System Programming) mikrokontroler harus dapat diprogram langsung pada papan rangkaian dan rangkaian mikrokontroler harus dapat dikenali oleh program downloader. Pada pengujian ini berhasil dilakukan dengan dikenalinya jenis mikrokontroler oleh program downloader yaitu ATMega8535.

ATMega menggunakan kristal dengan frekuensi 8 MHz, apabila Chip Signature sudah dikenali dengan baik dan dalam waktu singkat, bisa dikatakan rangkaian mikrokontroler bekerja dengan baik dengan mode ISP-nya.


(55)

4.3. Pengujian Rangkaian Driver Motor DC

Pengujian pada rangkaian driver motor dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian driver motor ini dengan rangkaian mikrokontroler ATMega8535 dan menghubungkan output dari rangkaian driver motor ini dengan motor. Motor memiliki tegangan keluaran (tegangan ouput) sebesar 13,8 Volt, tegangan kondisi sebesar 11,5 Volt dan tegangan drop sebesar 2,3 Volt.

4.4. Pengujian LCD

Rangakaian LCD diuji dengan menampilakan karakter dengan perintah sebagai berikut :

Tg 26.0 Tm 33.0

P1 : 0 P2 : 0

Setelah kita mulai dengan menekan tombol 8, maka tampilan LCD akan tertulis: Running, begitu seterusnya. Jika kita menekan push bottonnya, maka pengaturan yang kita buat semuanya akan ditampilkan pada layar LCD, dimana LCD tersebutdilengkapi juga dengan Trimpot 10 k yang berfungsi untuk mengatur kontras pada layar LCD.

Fungsi tombol- tombol setting : Tombol 1 : untuk start

Tombol 2 : untuk Pengaturan awal

Tombol 3 : untuk pengaturan penampilan suhu pada LCD Tombol 4 : pengaturan setting kesemua tombol.


(56)

4.5 Pengujian Rangkaian Sensor Suhu LM35

Sensor suhu LM35 diuji dengan cara memberikan catu daya 5 V dan suhunya divariasikan, kemudian tegangan keluaran diamati dengan voltmeter. Dari pengujan didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Sensor Suhu Lm35 No Suhu Ruangan Tegangan Output

LM35 (mV)

Bilangan Biner

Bilangan Desimal

1 27 270 00011011 27

2 28 280 00011100 28

3 29 290 00011101 29

4 30 300 00011110 30

5 31 310 00011111 31

6 32 320 00100000 32

7 33 330 00100001 33

Dari hasil pengujian diketahui tegangan keluaran sensor naik sebesar 10 mV untuk setiap kenaikan suhu 1 derajat Celsius, maka sensor telah bekerja dengan baik.

4.6 Pengujian Rangkaian Keseluruhan

Setelah melakukan pengujian secara keseluruhan pada alat pengendalian motor cadangan ini yang merupakan gabungan dari jenis rangkain, walaupun tiap rangkaian memiliki fungsi dan karakteristik yang berbeda-beda, tetapi dalam mekanisme kerja semua rangkaian dapat melakukan kerja yang terintegrasi. Sehingga hasil kerja sistem


(57)

ini sesuai dengan yang diharapkan. Tiap rangkaian dihubungkan sedemikian satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan mekanisme kerja yang diharapkan. Adapun rangkaian yang diuji pada sistem alat ini adalah Power Supply, Motor, Relay, Mikrokontroler ATMega8535, Sensor Suhu LM35 dan Pengujian pada LCD. Seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Pengujian Seluruh Rangkaian Power Supply

Kondisi Tegangan output

Tegangan tanpa beban 5,25 Tegangan kondisi 5,1

Tegangan drop 0,15

Motor

Kondisi Tegangan output

Tegangan tanpa beban 13,8 V Tegangan kondisi 11,5 V

Tegangan drop 2,3 V

Relay

Kondisi Tegangan output

Tegangan tanpa beban 14,2 V Tegangan kondisi 12,5 V


(58)

Mikrokontroler ATMega8535

Kondisi Tegangan output

Tegangan tanpa beban 5,1 V Tegangan kondisi 4,9 V

Tegangan drop 0,2 V

LCD

Kondisi Tegangan output

Tegangan tanpa beban 5,1 V Tegangan kondisi 4,9 V

Tegangan drop 0,3 V

Pengujian pada sensor suhu LM35 dimana sensor ini memiliki parameter bahwa setiap kenaikan 1 derajat Celcius tegangan keluarannya memiliki sebesar 10 mV.


(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil simulasi sistem pengendalian motor cadangan otomatis ini digunakan Mikrokontroler ATMega8535 untuk otak dari seluruh rangkaian, dan ditampilkan pada LCD, tombol-tombol untuk pengaturan suhu dan LCD sebagai tampilan.

2. Mikrokontroller tidak dapat mengendalikan motor cadangan secara langsung, karena itu digunakan relay untuk mengendalikannya. Mikrokontroler digunakan untuk mengontrol sistem kerja dari rangkaian, juga digunakan untuk mengontrol ON/OFF pada rangkaian driver pemanas serta untuk menampilkan suhu pada LCD.

3. Perpaduan mikrokontroler ATMega8535 dengan sensor suhu LM35 membuat rangkaian lebih sederhana, karena ADC sudah terintegrasi langsung di dalam mikrokontroler ATMega 8535.


(60)

5.2 Saran

1. Diharapkan pembaca dapat memberi saran dan kritik terhadap penulis dalam perancangan alat ini, dan penulis berharap alat ini dapat dikembangkan baik aplikasi maupun rancangannya agar lebih baik lagi.

2. Agar dilakukan peningkatan kemampuan alat ini sehingga semakin cerdas dengan mengkombinasikan dengan komponen lain sehingga sistem kerjanya akan lebih baik lagi


(61)

DAFTAR PUSTAKA

______. 2011. Datasheet Mikrokontroler AVR ATmega8535. http://www.atmel.com, diakses pada Maret 2011.

______. 2011. Datasheet LM35. http://www.sensirion.com, diakses pada Maret 2011.

Bejo, Agus. 2005. C & AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam Mikrokontroler ATMega8535. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

. Lingga, W. 2006. Belajar sendiri Pemrograman AVR ATMega8535. Yogyakarta: Andi Offset

Wardhana, Lingga. 2006. Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535.Yogyakarta: C.V Andi Offset

Wasito S. 1986. Kumpulan Data Penting Komponen Elektronika. Jakarta: PT Multimedia.


(62)

PROGRAM SELURUH RANGKAIAN

This program was produced by the CodeWizardAVR V2.03.4 Standard Automatic Program Generator

© Copyright 1998-2008 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l. http://www.hpinfotech.com

Project : Version :

Date : 4/1/2011 Author :

Company : Comments:

Chip type : ATmega8535 Program type : Application Clock frequency : 7.372800 MHz Memory model : Small

External RAM size : 0 Data Stack size : 128

*****************************************************/ #include <mega8535.h>

#include <stdio.h>

#define led PORTD.7 #define buzzer PORTD.6

// Alphanumeric LCD Module functions #asm

.equ __lcd_port=0x18 ;PORTB #endasm


(63)

#include <lcd.h>

#include <delay.h>

#define sts_m1 PINC.0 #define sts_m2 PINC.1 #define relay_m1 PORTC.2 #define relay_m2 PORTC.3

#define tombol_1 PIND.0 #define tombol_2 PIND.1 #define tombol_3 PIND.4 #define tombol_4 PIND.5

unsigned int t_ary [4] = {0};

unsigned char idx;

eeprom unsigned int t_min, t_set;

#define ADC_VREF_TYPE 0x40

// Read the AD conversion result

unsigned int read_adc(unsigned char adc_input) {

ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);

// Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage delay_us(10);

// Start the AD conversion ADCSRA|=0x40;

// Wait for the AD conversion to complete while ((ADCSRA & 0x10)==0);


(64)

ADCSRA|=0x10; return ADCW; }

// External Interrupt 0 service routine

interrupt [EXT_INT0] void ext_int0_isr(void) {

// Place your code here relay_m1 = 0; relay_m2 = 0; delay_ms(250); lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf ("Matikan power..."); lcd_gotoxy(0,1);

lcd_putsf ("dan hidupkan....");

while(1); }

// Timer 0 overflow interrupt service routine interrupt [TIM0_OVF] void timer0_ovf_isr(void) {

// Place your code here led = ! led;

}

// Timer 1 overflow interrupt service routine interrupt [TIM1_OVF] void timer1_ovf_isr(void) {

// Reinitialize Timer 1 value TCNT1H=0xf0;

TCNT1L=0x00; // Place your code here idx++;

if (idx == 2) t_ary[idx] = read_adc(idx); if (idx == 3) t_ary[idx] = read_adc(idx);


(65)

if (idx > 3) idx = 1; }

// Declare your global variables here

void main(void) {

// Declare your local variables here unsigned char buf[33];

unsigned int t_get; bit status_m1, status_m2;

// Input/Output Ports initialization // Port A initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTA=0x00;

DDRA=0x00;

// Port B initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTB=0x00;

DDRB=0x00;

// Port C initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTC=0x00;

DDRC=0x00;

// Port D initialization


(66)

// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTD=0x00;

DDRD=0xc0;

// Timer/Counter 0 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: 7.200 kHz // Mode: Normal top=FFh // OC0 output: Disconnected TCCR0=0x05;

TCNT0=0x00; OCR0=0x00;

// Timer/Counter 1 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: 7.200 kHz // Mode: Normal top=FFFFh // OC1A output: Discon. // OC1B output: Discon. // Noise Canceler: Off

// Input Capture on Falling Edge // Timer 1 Overflow Interrupt: On // Input Capture Interrupt: Off // Compare A Match Interrupt: Off // Compare B Match Interrupt: Off TCCR1A=0x00; TCCR1B=0x05; TCNT1H=0xf0; TCNT1L=0x00; ICR1H=0x00; ICR1L=0x00; OCR1AH=0x00; OCR1AL=0x00;


(67)

OCR1BH=0x00; OCR1BL=0x00;

// Timer/Counter 2 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer 2 Stopped // Mode: Normal top=FFh // OC2 output: Disconnected ASSR=0x00;

TCCR2=0x00; TCNT2=0x00; OCR2=0x00;

// External Interrupt(s) initialization // INT0: On

// INT0 Mode: Falling Edge // INT1: Off

// INT2: Off GICR|=0x40; MCUCR=0x02; MCUCSR=0x00; GIFR=0x40;

// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization TIMSK=0x05;

// Analog Comparator initialization // Analog Comparator: Off

// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off ACSR=0x80;

SFIOR=0x00;


(68)

// ADC Clock frequency: 57.600 kHz // ADC Voltage Reference: AVCC pin // ADC High Speed Mode: Off

// ADC Auto Trigger Source: None ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff; ADCSRA=0x87;

SFIOR&=0xEF;

// LCD module initialization lcd_init(16);

// Global enable interrupts #asm("sei")

idx = 1;

if (t_min == 0xffff) t_min = 400; if (t_set == 0xffff) t_set = 550; relay_m1 = 0;

relay_m2 = 0;

lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf ("Tekan Tombol 1 "); lcd_gotoxy(0,1);

lcd_putsf ("Untuk Start...");

while(1) {

if (tombol_1 == 0) break;

}


(69)

relay_m2 = 1;

while (1) {

// Place your code here t_get = (t_ary[2]*8)/2; lcd_gotoxy(0,0);

sprintf(buf,"Tg:%02u.%01u Tm:%02u.%01u",t_get/10,t_get%10, t_set/10,t_set%10);

lcd_puts(buf);

status_m1 = sts_m1; status_m2 = sts_m2;

lcd_gotoxy(0,1);

sprintf(buf,"Mtr_P %01u Mtr_S %01u",~status_m1, ~status_m2); lcd_puts(buf);

if ( t_get > t_set) {

relay_m1 = 0; relay_m2 = 1; delay_ms(250); }

if (t_get < t_min) {

relay_m1 = 1; relay_m2 = 0; delay_ms(250); }

if (tombol_2 == 0) {

while(1


(70)

lcd_gotoxy(0,0);

sprintf(buf,"T_min :%02u.%01u ", t_min/10,t_min%10); lcd_puts(buf);

if (tombol_4 == 0) {

break; }

if (tombol_3 == 0) {

while(1) {

t_set = t_ary[3];

lcd_gotoxy(0,0);

sprintf(buf,"T_max :%02u.%01u ", t_set/10,t_set%10); lcd_puts(buf);

if (tombol_4 == 0) {

break; } };

/*

if ( t_get > t_set) {

relay_m1 = 0; relay_m2 = 1; delay_ms(250); }

if (t_get < t_min) {

relay_m1 = 1; relay_m2 = 0; delay_ms(250)


(71)

(1)

// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTD=0x00;

DDRD=0xc0;

// Timer/Counter 0 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: 7.200 kHz // Mode: Normal top=FFh // OC0 output: Disconnected TCCR0=0x05;

TCNT0=0x00; OCR0=0x00;

// Timer/Counter 1 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: 7.200 kHz // Mode: Normal top=FFFFh // OC1A output: Discon. // OC1B output: Discon. // Noise Canceler: Off

// Input Capture on Falling Edge // Timer 1 Overflow Interrupt: On // Input Capture Interrupt: Off // Compare A Match Interrupt: Off // Compare B Match Interrupt: Off TCCR1A=0x00;

TCCR1B=0x05; TCNT1H=0xf0; TCNT1L=0x00; ICR1H=0x00; ICR1L=0x00; OCR1AH=0x00; OCR1AL=0x00;


(2)

OCR1BH=0x00; OCR1BL=0x00;

// Timer/Counter 2 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer 2 Stopped // Mode: Normal top=FFh // OC2 output: Disconnected ASSR=0x00;

TCCR2=0x00; TCNT2=0x00; OCR2=0x00;

// External Interrupt(s) initialization // INT0: On

// INT0 Mode: Falling Edge // INT1: Off

// INT2: Off GICR|=0x40; MCUCR=0x02; MCUCSR=0x00; GIFR=0x40;

// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization TIMSK=0x05;

// Analog Comparator initialization // Analog Comparator: Off

// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off ACSR=0x80;

SFIOR=0x00;


(3)

// ADC Clock frequency: 57.600 kHz // ADC Voltage Reference: AVCC pin // ADC High Speed Mode: Off

// ADC Auto Trigger Source: None ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff; ADCSRA=0x87;

SFIOR&=0xEF;

// LCD module initialization lcd_init(16);

// Global enable interrupts #asm("sei")

idx = 1;

if (t_min == 0xffff) t_min = 400; if (t_set == 0xffff) t_set = 550; relay_m1 = 0;

relay_m2 = 0;

lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf ("Tekan Tombol 1 "); lcd_gotoxy(0,1);

lcd_putsf ("Untuk Start...");

while(1) {

if (tombol_1 == 0) break;

}


(4)

relay_m2 = 1;

while (1) {

// Place your code here t_get = (t_ary[2]*8)/2; lcd_gotoxy(0,0);

sprintf(buf,"Tg:%02u.%01u Tm:%02u.%01u",t_get/10,t_get%10, t_set/10,t_set%10);

lcd_puts(buf);

status_m1 = sts_m1; status_m2 = sts_m2;

lcd_gotoxy(0,1);

sprintf(buf,"Mtr_P %01u Mtr_S %01u",~status_m1, ~status_m2); lcd_puts(buf);

if ( t_get > t_set) {

relay_m1 = 0; relay_m2 = 1; delay_ms(250); }

if (t_get < t_min) {

relay_m1 = 1; relay_m2 = 0; delay_ms(250); }

if (tombol_2 == 0) {

while(1


(5)

lcd_gotoxy(0,0);

sprintf(buf,"T_min :%02u.%01u ", t_min/10,t_min%10); lcd_puts(buf);

if (tombol_4 == 0) {

break; }

if (tombol_3 == 0) {

while(1) {

t_set = t_ary[3];

lcd_gotoxy(0,0);

sprintf(buf,"T_max :%02u.%01u ", t_set/10,t_set%10); lcd_puts(buf);

if (tombol_4 == 0) {

break; } };

/*

if ( t_get > t_set) {

relay_m1 = 0; relay_m2 = 1; delay_ms(250); }

if (t_get < t_min) {

relay_m1 = 1; relay_m2 = 0; delay_ms(250)


(6)