Hubungan Dakwah dan Politik

mengikat unsur komunikator. Artinya, komunikator harus menjunjung tinggi etika dalam menyampaikan pesan-pesan politik terhadap khalayak atau publik. 43 Komunikasi politik menurut pandangan islam berkaitan erat dengan etika, namun etika dan politik adalah dua dunia yang berbeda dan karena itu tidak mudah menyatukan keduanya. Politik berada pada dunia kekuasaan, sedangkan etika berada pada dunia moralitas. Politik sebagai alat mengejar kekuasaan sering perlu menggunakan komunikasi yang “keras” untuk mempengaruhi opini atau sikap masyarakat. Keras tidak selalu berarti kekerasan fisik, bisa juga berupa ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah yang bersifat agitatif. 44

D. Hubungan Dakwah dan Politik

Tahun-tahun terakhir ini semakin banyak orang menyadari bahwa politik merupakan hal yang melekat pada lingkungan hidup manusia. Politik hadir di mana-mana, di sekitar kita. Sadar atau tidak, mau atau tidak, politik ikut mempengaruhi kehidupan kita sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompok masyarakat. Hal itu berlangsung sejak kelahiran sampai dengan kematian, tidak peduli apakah kita ikut mempengaruhi proses politik atau tidak? Karena politik mempengaruhi kehidupan semua orang maka Aristoteles pernah mengatakan, politik merupakan master of science. 45 Maksudnya bahwa politik dalam keberadaan manusia merupakan dimensi terpenting, sebab ia mempengaruhi lingkungan lain dalam kehidupan manusia. Di sini politik 43 Muis, Komunikasi Islam, h. 72 44 Muis, Komunikasi Islam, h. 117 45 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Grasindo, 1992 h.1 berarti mengatur apa yang seyogyanya kita lakukan dan apa yang tidak dilakukan. Dalam melaksanakan tugas dakwah diperlukan suatu strategi untuk mencapai tujuan dakwah agar dapat tercapai dengan baik dan mudah diterima oleh sasaran dakwah. Strategi untuk mencapai dakwah tersebut, demikian pula untuk mencapai kekuasaan dalam melaksanakan tugas dakwah, sering dikaitkan dengan politik karena antara dakwah dan politik mempunyai korelasi dan hubungan yang cukup erat. 46 Islam merupakan sumber motivasi masyarakat, karena itu Islam berperan penting dalam menumbuhkan sikap dan prilaku sosial politik. Implementasinya diatur dalam syariah, sebagai katalog lengkap dari perintah dan larangan Allah, pembimbing manusia dan pengatur lalu lintas aspek-aspek kehidupan manusia yang kompleks. Islam dan politik mempunyai titik singgung erat bila keduanya dipahami sebagai sarana untuk menata kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh, tidak hanya dijadikan alat untuk mencapai kepercayaan dan pengaruh dari masyarakat semata. Politik juga tidak dipahami sekedar sarana menduduki posisi dan otoritas formal dalam struktur kekuasaan. 47 Politik yang hanya dipahami sebagai perjuangan mencapai kekuasaan akan mengaburkan maknanya secara luas dan menutup konstribusi Islam terhadap masyarakat secara umum. Sering dilupakan bahwa Islam dapat menjadi sumber inspirasi kultural dan politik. Pemahaman terhadap term politik secara luas, akan memperjelas korelasinya dengan Islam. 46 Arifin, Rekonstruksi Pemikiran , h. 135 47 Ibid, h. 136 Hubungan fungsional antara politik dan dakwah sering tidak dimengerti dengan baik oleh sementara kaum muslimin, sehingga banyak yang menganggap bahwa kegiatan politik berdiri sendiri, terpisah sama sekali dari kegiatan dakwah. Bahkan dalam masyarakat kita ada kesan kurang positif terhadap kegiatan politik, seolah-olah politik selalu mengandung kecurangan, kotor, licik, hipokrit, ambisi, pengkhianatan, penipuan dan berbagai konotasi buruk lainnya. 48 Pandangan tentang politik itu kotor merupakan paham sekularisme, yaitu pemahaman yang memisahkan agama atau moral agama dan politik. Agama dipahami sebagai kegiatan yang dilakukan di masjid, majlis taklim, dan lain sebaginya, agama tidak boleh ada di arena politik. Politik adalah bidang kehidupan sekuler, sementara agama adalah urusan manusia sama tuhan. Politik merupakan permainan yang hanya urusan duniawi, tidak ada kaitannya dengan agama. 49 Anggapan ini tentu sangat berbahaya dan merugikan, terutama jika ditinjau dari kacamata dakwah, sebab kegiatan dakwah sendiri dalam Islam sesungguhnya meliputi semua dimensi kehidupan manusia, karena amar ma’ruf dan nahi munkar juga meliputi segala bidang kehidupan. Dengan demikian, kegiatan budaya, politik, ekonomi, sosial dan lain-lain dapat dijadikan sebagai kegiatan dakwah. Dari pemahaman seperti itu mudah kita mengerti bahwa politik pada hakikatnya merupakan bagian dari dakwah. 50 48 M. Amin Rais, Cakrawala Islam, antara Cita dan Fakta, Bandung: Mizan, 1991, cet ke-3, h. 23 49 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: UI Press, 1990, h. 30 50 Rais, Cakrawala Islam, h.25 Politik selalu berkaitan dengan kekuasaan power, politik terdiri dari hubungan antara superodinasi dan subordinasi, antara dominasi dan submisi, antar yang memerintah dan yang diperintah. Bagi seorang sekularis, pragmatis, suatu tindakan politik adalah baik karena dapat memberi “benefit” atau keuntungan praktis dan manfaat materil, walaupun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sesaat, sedangkan bagi seorang muslim suatu tindakan politik adalah baik bila tindakan tersebut berguna bagi seluruh rakyat sesuai dengan “rahmatan lil ‘alamin”. 51 Dengan demikian, dari tinjauan Islam ada dua jenis politik, yaitu politik kualitas tinggi high politics dan politik berkualitas rendah low politics. Paling tidak, ada tiga ciri yang harus dimiliki politik berkualitas tinggi atau oleh mereka yang menginginkan terselenggaranya “high politics”, yakni : 52 1. Setiap jabatan politik hakikatnya berupa amanah trust dari masyarakat yang harus dipelihara sebaik-baiknya. Kekuasaan harus dilihat sebagai nikmat yang dikaruniakan oleh Allah untuk mengayomi masyarakat, menegakkan keadilan dan memelihara orde atau sosial yang egalitarian. 2. Pertanggungjawaban accountability, baik di hadapan masyarakat maupun dihadapan Tuhan. 3. Prinsip ukhuwah brotherhood, yakni persaudaraan diantara sesama umat manusia. Karena itu gaya politik yang diambil adalah yang penuh dengan ukhuwah, mencari saling pengertian dan membangun kerja 51 M. Amin Rais, Hubungan antara Politik Dan Dakwah, Bandung: Mujahid, Cet. ke-1, h. 9 52 Rais, Hubungan antara politik dan Dakwah, h. 10-12 sama dunia seoptimal mungkin dalam menunaikan tugas-tugas kekhalifahan. High politics dengan ciri-ciri diatas sangat kondusif bagi pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi munkar. Berbeda halnya politik kualitas rendah yang pada umumnya justru dimasuki di negara-negara terbelakang bahkan di negara muslim. Politik rendah disini lebih dikenal dengan istilah “low politics”, politik ini memiliki ciri-ciri yaitu : 53 1. Kekerasan, brutalitas dan kerja sama dapat digunakan kapan saja asal tujuan yang dikejar dapat dicapai, karena itu terkenal oleh semboyan : tujuan menghalalkan segala cara. 2. Penaklukkan total atas musuh-musuh politik sebagai sumum bunun atau kebajikan puncak. Musuh tak boleh diberikan kesempatan untuk bangkit dan kalau perlu diperlakukan sebagai barang, bukan sebagai manusia. 3. Dalam menjalankan kehidupan politik, seorang penguasa harus dapat bermain seperti binatang buas, terutama seperti singa dan sekaligus anjing pemburu. Orang yang dapat berperan seperti anjing pemburu akan jadi pemain politik terbaik, tetapi ia harus tahu bagaimana bersikap seperti musang berbulu ayam. Pada umumnya manusia berpikir sangat bersahaja dan menyerah pada kebutuhan-kebutuhan mendesak sehingga seorang penguasa yang suka menipu pasti akan menemukan orang-orang yang membiarkan dirinya untuk ditipu. 53 Rais, Hubungan antara politik dan Dakwah, h. 13-15 Dengan demikian, dakwah Islam bukan hanya sekedar menyeru manusia kepada Allah SWT. Banyak hal yang tercakup di dalamnya, termasuk bagaimana cara menerapkan Islam dalam tatanan kehidupan masyarakat. Sehingga dakwah dan politik sangat erat kaitannya , karena keduanya bertujuan memperoleh tatanan masyarakat baik sesuai dengan aturan dan norma-norma yang berlaku. Maka, dakwah dan politik sebenarnya dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Aktivitas politik yang juga merupakan aplikasi dari dakwah itu sendiri, karena dakwah itu merupakan bagian yang terpenting dalam kebangkitan umat, di mana keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu tercapainya aturan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. 54 Islam sebenarnya meliputi semua dimensi kehidupan manusia, aktivitas budaya, politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain dapat dijadikan sarana kegiatan dakwah yang bertujuan menciptakan masyarakat yang sejahtera dan bermartabat. Dakwah tidak mesti hanya dilaksanakan di wilayah agama, karena dakwah merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim serta ruang lingkupnya sangat luas, sehingga dakwah akan selalu ada disetiap aktivitas kehidupan manusia. Menurut penulis, sebagai seorang manusia sudah semestinya menanamkan dirinya sebagai seorang dai dengan memproklamirkan kami adalah da’i sebelum menjadi apapun. Apabila tertanam dalam diri kita pernyataan tersebut, maka apapun peran yang kita miliki, baik politisi, pendidik, birokrat atau pedagang dan lain sebagainya pada hakikatnya kita adalah da’i, yang selalu menyampaikan amar ma’ruf dan nahi munkar. 54 M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk Jakarta: Gema Insani Press, 2001 cet ke-1, h. 5 Karena menyampaikan kebaikan adalah hak sekaligus kewajiban bagi kita semua. Ladang dakwah bukanlah milik sekelompok golongan atau gerakan dakwah tertentu, namun ladang dakwah adalah milik gerakan dakwah manapun, tentunya dengan bingkai amar ma’ruf dan nahi munkar.

BAB III PROFILE PARTAI BULAN BINTANG

A. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri

Sejak awal 1990-an, saat ICMI terbentuk, antara para eks-Masyumi di DDII dan pemerintah Orde Baru tampak saling mendekati untuk menjalin kerja sama. Saat itu, pemerintah membutuhkan dukungan umat Islam, termasuk para mantan tokoh dan aktivis Masyumi di DDII. Keikutsertaan mereka dalam pentas politik nasional ini diidentikkan dengan kebangkitan kembali Masyumi, yang biasa disebut neo-Masyumi. Angin perubahan ini benar-benar menguntungkan tokoh dan aktivis Masyumi yang bernaung di DDII. Pada 28 April 1998, bersama 15 organisasi massa lainnya, DDII ikut membidani pembentukan Badan Koordinasi Umat Islam BKUI. Sejak berdirinya, badan ini merintis upaya-upaya pendirian partai politik Islam. Namun, niat pendirian partai politik Islam ini kembali menemukan jalan buntu karena pemerintah melarangnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku saat itu. 55 Dalam merespon perkembangan negara yang demikian cepat, BKUI pun menunjukkan sikap secara nyata, bukan sekedar pernyataan. Karena itu Komite Umat Islam untuk Reformasi Konstitusional yang dibentuk secara spontan oleh sejumlah ormas pemuda Islam, bertepatan pada 21 Mei 1998 di kediaman Anwar Harjono, maka diakomodasikan sebagai Satgas-nya BKUI. 55 John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, Bandung: Mizan, 2001 Cet. I, h. 8