BAB III PROFILE PARTAI BULAN BINTANG
A. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri
Sejak awal 1990-an, saat ICMI terbentuk, antara para eks-Masyumi di DDII dan pemerintah Orde Baru tampak saling mendekati untuk menjalin
kerja sama. Saat itu, pemerintah membutuhkan dukungan umat Islam, termasuk para mantan tokoh dan aktivis Masyumi di DDII. Keikutsertaan
mereka dalam pentas politik nasional ini diidentikkan dengan kebangkitan kembali Masyumi, yang biasa disebut neo-Masyumi.
Angin perubahan ini benar-benar menguntungkan tokoh dan aktivis Masyumi yang bernaung di DDII. Pada 28 April 1998, bersama 15 organisasi
massa lainnya, DDII ikut membidani pembentukan Badan Koordinasi Umat Islam BKUI. Sejak berdirinya, badan ini merintis upaya-upaya pendirian
partai politik Islam. Namun, niat pendirian partai politik Islam ini kembali menemukan jalan buntu karena pemerintah melarangnya berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku saat itu.
55
Dalam merespon perkembangan negara yang demikian cepat, BKUI pun menunjukkan sikap secara nyata, bukan sekedar pernyataan. Karena itu
Komite Umat Islam untuk Reformasi Konstitusional yang dibentuk secara spontan oleh sejumlah ormas pemuda Islam, bertepatan pada 21 Mei 1998 di
kediaman Anwar Harjono, maka diakomodasikan sebagai Satgas-nya BKUI.
55
John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, Bandung: Mizan, 2001 Cet. I, h. 8
BKUI diharapkan menjadi wadah seperti Majelis Islam ‘Ala Indonesia MIAI pada masa sebelum kemerdekaan yang sukses menggelar Kongres
Umat Islam Indonesia I. Melalui BKUI diharapkan juga potensi umat Islam yang terpencar-pencar dapat lebih didayagunakan menghadapi tantangan. Ini
sejalan dengan tujuannya, pertama untuk menggalang kerjasama antara organisasi atau lembaga Islam tingkat nasional, memperkuat ukhuwah dan
kebersamaan. Kedua, untuk mewakili umat Islam Indonesia secara kaffah dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial budaya, pendidikan dan
dakwah.
56
Menurut Yusril Ihza Mahendra, sejak Badan Koordinasi Umat Islam BKUI berdiri pada 28 april 1998, telah dirintis upaya-upaya pendirian partai
Islam. Organisasi Masyarakat ormas atau organisasi dakwah yang tergabung dalam BKUI itu adalah Ikatan Cendikiawan Muslim se Indonesia ICMI,
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia DDII, Muhammadiyah, Persis, SI, Forum Ukhuwah Islamiyah, Persatuan Umat Islam, Perti, Al-Irsyad, Badan
Kerjasama Pondok Pesantern Indonesia, FSUHTM Forum Silaturrahmi Ulama, Habib, dan Tokoh Masyarakat, Komite Indoneia untuk Solidaritas
Dunia Islam, PII, Keluarga Besar PII, Gerakan Pemuda Islam, Keluarga Besar GPI, Bakomubin, As-Syafiiyah, Pesantern Hidayatullah, Pesantern At-Taqwa,
Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Mesjid se-Indonesia, Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia, Ittihadul Muballighin, HMI, LPPI, IKMI, CIDES,
Masuka, Wanita Islam, Koordinat Mantan Lembaga Dakwah Kampus, dan Forum Komunikasi Generasi Muda Islam. Meski sudah ada niat, pendirian
56
Bambang Setyo, Sejarah Kebangkitan Dan Kiprah Partai Bulan Bintang, Jakarta: DPP PBB, 2005, h. 24
parpol yang berlandaskan islam itu pun akhirnya mentok oleh adanya larangan peraturan perundangan yang berlaku saat itu.
57
Dalam prosesnya, terjadi diskusi yang panjang tentang visi, misi, dan anggota-anggota partai. Akhirnya, pada 17 Juli 1998 tercapai kesepakatan oleh
semua anggota BKUI akan berdirinya partai Islam dengan nama Partai Bulan Bintang PBB. Kemudian, pada minggu 26 Juli 1998 di halaman mesjid
agung Al-Azhar, PBB secara resmi diumumkan. Teks deklarasi dibacakan oleh Prof Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH yang juga Ketua Umum terpilih.
Dalam kesempatan itu, Anwar Harjono selaku sesepuh partai menyatakan bahwa partai ini secara aspiratif mencerminkan visi keislaman, kebangsaan,
dan kegenerasian, partai ini juga berwawasan politik yang demokratis. Partai Bulan Bintang didirikan dengan dilandasi niat membangun bangsa dan negara
bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia, sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 agustus 1945, serta prinsip bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.
58
Penggunaan Bulan Bintang sebagai simbol dimaksudkan untuk menggambarkan kesinambungan historis perjuangan Islam sejak berabad-abad
lampau, sejak kaum muslimin tumbuh dan berkembang di masyarakat kita, diteruskan dengan berdirinya kesultanan-kesultanan Muslim, perjuangan
melawan penjajah hingga mencapai kemerdekaan pada 1945, dan dilanjutkan sebagai simbol perjuangan politik umat Islam sampai sekarang ini. Partai
Masyumi yang dulu diikrarkan sebagai satu-satunya wadah perjuangan politik umat Islam di Indonesia pun menggunakan simbol Bulan Bintang.
59
57
Musa Kazhim dan Alfian Hamzah, 5 Partai Dalam Timbangan, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999, Cet. I, h. 106
58
Ibid, h. 106
59
Setyo, Sejarah Kebangkitan Dan Kiprah Partai Bulan Bintang, h. 28
Pada masa lalu sejumlah ormas Islam menjadi pendukung dan anggota istimewa partai politik Islam Masyumi. Dengan belajar dari pengalaman,
maka duduknya seseorang dalam Partai Bulan Bintang bersifat perorangan dan bukan organisasi. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri kaitannya
dengan organisai dakwah dan ormas yang menjadi induk masing-masing. Karena itu tidak mengherankan kalau dalam deretan penandatanganan naskah
deklarasi tercatat tokoh-tokoh dangan berbagai latar belakang organisai dakwah dan ormas Islam.
60
Sambil terus melakukan konsolidasi, Partai Bulan Bintang menyampaikan resolusi pada tanggal 1 Oktober 1998 kepada Majelis permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia yang disampaikan kepada badan Pekerja MPR, yang isinya antara lain tentang asas bagi partai politik dan organisasi
kemasyarakatan pencabutan asas tunggal. Begitu Sidang Istimewa MPR 1998 mencabut ketetapan tentang asas tunggal, maka pada 16 November 1998
Partai Bulan Bintang mencabut asas Pancasila dari asas partai pasal 3 Anggaran Dasar dan merubah pasal 3 Anggaran Dasar menjadi Partai
beraqidah dan berasas Islam .
61
Asas Islam bagi Partai Bulan Bintang berarti partai meyakini dengan sungguh-sungguh kebenaran Islam sebagai agama Allah SWT yang bertujuan
untuk mengeluarkan umat dari zaman jahiliah kekafiran kepada zaman yang terang benderang iman. Ajaran Islam merupakan sumber inspirasi, motivasi,
hukum, dan pandangan hidup dalam arti sesungguhnya. Bagi warga Bulan
60
Ibid, h. 28-29
61
Ibid, h. 33
Bintang cahaya iman akan memancarkan ukhuwah islamiyah dan menyuburkan silaturrahim dalam kehidupan bermasyarakat.
62
Partai Bulan Bintang berusaha mengembangkan bentuk oposisi Islam dari konsep amar ma’ruf dan nahi munkar. Atas dasar ini, kebijakan umum oposisi
partai adalah menentang semua yang al-munkar dan mendukung semua yang al-ma’ruf
, dari pihak manapun datangnya, karena kebatilan itu tetap batil dan kebenaran itu tetap benar, bagaimana bentuknya, pada masa dan zaman
apapun peristiwanya.
63
Umat Islam sebagai komunitas terbesar bangsa memikul beban dan tanggung jawab yang besar dalam memajukan bangsa Indonesia. Karena
itulah Partai Bulan Bintang bertekad untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan negara terhadap kekuatan mana saja yang bermaksud merusak dan
menghancurkannya. Usaha tersebut adalah bagian dari perjuangan keagamaan, karena bagi warga Bulan Bintang antara keislaman dan kebangsaan bukanlah
dua hal yang terpisah, tetapi sebuah satu kesatuan yang integral. Perjalanan Partai Bulan Bintang menunjukkan perkembangan, di
antaranya dari segi kepemimpinan partai yang tidak mencerminkan patronase atau ketokohan seseorang secara berlebihan, sehingga proses pengkaderan
berjalan secara baik. Selanjutnya penurunan juga terlihat, yaitu dari segi perolehan kursi di DPR, Partai Bulan Bintang menunjukkan penurunan yaitu
pada Pemilu 2004 hanya bisa mengantarkan 11 orang yang berhak menduduki kursi di parlemen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu pemilu 1999 yang
memperoleh 13 kursi untuk duduk di parlemen. Namun kegagalan ini
62
Hasil Muktamar II Partai Bulan Bintang, Tafsir Asas Partai Bulan Bintang, Jakarta: DPP PBB, 2005, h. 74-75
63
Ibid, h. 96
disebabkan oleh perubahan sistem pemilu serta pembagian daerah pemilihan, meskipun mengalami penambahan suara.
B. Visi dan Misi