filosofi, arah, dorongan, dan pedoman perubahan masyarakat sampai terbentuknya realitas sosial baru.
Dari definisi dakwah tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dakwah merupakan usaha atau proses yang diselenggarakan secara sadar atau
terencana, usaha yang dilakukan adalah mengajak manusia kejalan Allah, memperbaiki situasi yang lebih baik. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu , yakni hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat.
Makna dakwah juga di pandang sebagai salah satu keharusan bagi setiap muslim untuk mengajak umat Islam ke jalan yang sesuai dengan Islam, serta
menyebarluaskan Islam secara terus menerus kepada seluruh umat manusia di dunia ini sesuai dengan batas kemampuan kita. Individu merupakan ruang
lingkup dakwah paling kecil untuk dilakukan oleh setiap orang, sehingga akan tercapai peradaban yang Islami.
2. Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah harus ada dalam proses dakwah, jika dari salah satu dari unsur-unsur dakwah tersebut tidak terpenuhi maka akan mengalami
hambatan bahkan kegagalan. Adapun unsur-unsur itu antara lain: da’i, mad’u, materi, media, metode, dan tujuan dakwah. Selanjutnya akan dikelompokkan
menjadi tiga kelompok karena satu sama lain saling berhubungan. a.
Subyek dan obyek dakwah Subyek dakwah disebut dengan da’i, juru penerang agama, muballigh, dan
lain-lain. Da’i adalah orang yang menyeru, memanggil, mengundang, atau
mengajak. Sedangkan obyek yaitu orang yang diseru, dipanggil atau diundang.
19
Seorang da’i harus memiliki sikap yang dihargai oleh mad’u, seperti kepandaian, pengetahuan tentang agama Islam, kewibawaan, kharisma, serta
kejujuran. Jika kondisi sosial seorang da’i terpuruk di mata mad’u, maka kemungkinan besar dakwahnya sulit diterima, sehingga kecil sekali
kemungkinan mad’u dapat merubah sikapnya sebagaimana yang dikehendaki oleh da’i tersebut.
20
Mad’u yang kita sebut juga sebagai sasaran dakwah, dilihat dari aspek kehidupan terbagi menjadi:
21
1. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa
masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dan kota besar.
2. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan
berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga. 3.
Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari sosial kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat
dalam masyarakat di Jawa. 4.
Sasaran golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja, dan orang tua.
5. Sasaran golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin.
5. Sasaran golongan masyarak dilihat dari segi okupasional profesi dan
pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya.
19
Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, h.33
20
Rafiudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2001, h.96
21
M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara, 1993, h. 47
Bentuk dakwah yang efektif adalah dengan memberikan contoh yang baik atau disebut dengan dakwah bil hal.
22
Karena sasaran akan lebih mudah dan lebih cepat menyerap nilai-nilai Islam melalui contoh-contoh yang kongkret.
Artinya, pelaku dakwah harus mempunyai prilaku dan sikap pribadi yang Islami sesuai dengan pesan kebajikan yang disampaikannya.
23
b. Media dan materi dakwah Media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau
perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan materi adalah isi pesan yang disampaikan kepada mad’u untuk mengajak kejalan kebenaran.
24
Ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan sebagai media dakwah, yaitu:
25
1. Media visual, yaitu alat komunikasi yang dapat digunakan dengan
memanfaatkan indera penglihatan dalam menagkap datanya. Media visual meliputi film slide, overhead proyector, gambar peta dan
komputer. 2.
Media auditif, yaitu alat komunikasi yang berbentuk hasil teknologi canggih dalam bentuk hardware, media auditif dapat ditangkap melalui
indra pendengaran. Alat-alat ini meliputi radio, tape corder, dan telepon.
3. Media auditif visual, yaitu perangkat komunikasi yang dapat ditangkap
baik melalui indera pendengaran maupun indera penglihatan. Yang termasuk media ini adalah movie film, dan televisi video.
Materi dakwah pada dasarnya bersumber dari dua sumber, yaitu pertama, Al-Quran dan Al-Hadits, yang merupakan sumber utama ajaran-ajaran Islam.
22
Dakwah bil haladalah bentuk sikap, prilaku dan kegiatan-kegiatan nyata yang interaktif mendekatkan masyarakat pada kebutuhannya yang secara langsung atau tidak
langsung yang dapat mempengaruhi peningkatan kualitas keberagamaan.
23
Deddy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi, Meneropong Politik Dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer
, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999, Cet Ke-1, h. 55
24
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h.163
25
M. Bahri Ghazali, Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997, cet ke-1, h.33
Materi dakwah tidak dapat terlepas dari dua sumber tersebut, bahkan bila tidak bersandar dari keduanya seluruh aktifitas dakwah akan sia-sia dan dilarang
oleh syariat Islam. Kedua, rakyu ulama opini ulama, pemikiran dan penelitian para ulama dapat pula dijadikan sumber materi dakwah asalkan
tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadits.
26
c. Metode dan tujuan dakwah Metode dakwah ialah ilmu yang mempelajari bagaimana cara
berkomunikasi secara langsung dan megatasi kendala-kendalanya. Sumber- sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pegangan antara lain Al-Quran,
Hadits, Sirah sejarah, Salafus Shalih dari hal sahabat, Tabi’in, dan Atbaat tabi’in
.
27
Menurut M. Quraish Shihab menjelaskan tentang pembagian metode dakwah yang terdapat dalam surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:
- . ,
01 2
3 4
5 5
3ﺡ 1
.7 8 ,
Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu denga hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
. Pertama
, hikmah ialah ucapan yang jelas, lagi diiringi dengan dalil yang memperjelas bagi kebenaran serta menghilangkan bagi keraguan.
Kedua, walmau’iddzah hasanah ialah melalui dalil-dalil yang zhani
meyakinkan yang melegakan bagi orang awam.
26
Syukir, Dasarr-dasar Strategi Dakwah, h. 63-64
27
Said bin Ali Al-Kohtani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, Jakarta: Gema Insani Press, 1994, cet ke-1, h.9
Ketiga, wajadilhum billati hiya ahsan yaitu percakapan dan bertukar pikiran
untuk memuaskan bagi orang yang menentang.
28
Pendapat M. Quraish Shihab dapat kita rinci sebagai berikut : a.
Metode hikmah Metode ini sasarannya adalah orang-orang yang berpendidikan. Terhadap
mereka harus dengan ucapan yang tepat, logis, diiringi dengan dalil-dalil yang sifatnya memperjelas bagi kebenaran yang disampaikan, sehingga
menghilangkan keraguan mereka. Jadi tidak dapat kalau dihadapkan kepada mereka cerita-cerita malin kundang, atau berupa dongeng belaka, ringkasnya
segala hal-hal yang tidak masuk akal. Untuk itu sangat diharapkan bahwa ucapan di hadapan mereka itu benar-benar sesuai dengan daya pikir mereka,
yakni jelas, tepat, tegas, dan ringkas tak perlu banyak komentar. b.
Metode mau’idzah hasanah Mau’idzah hasanah diartikan sebagai uangkapan yang mengandung unsur
bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
29
Sasaran metode ini adalah orang-orang awam, materi yang akan disampaikan kepada mereka harus sesuai dengan daya tangkap mereka.
Dihadapan mereka tidak sesuai apabila kata-kata yang mempunyai arti logis mengucapkan istilah-istilah asing.
c. Metode mujadalah
28
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2005, Vol. 7, h. 384
29
Munir, Metode Dakwah, h. 16
Metode mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar
lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Kita dituntut untuk menghargai pendapat mereka,
berdialog tersebut harus memberikan kepuasan dan kelegaan terhadap sipenentang atau lawan dialog.
30
Dapat kita pahami bahwa metode dakwah adalah cara bagaimana seorang da’i bisa menempatkan posisi ketika menyampaikan pesan-pesan dakwah
sesuai dengan pendengar mad’u yang sedang dan akan dihadapi. Oleh karena itu, seorang da’i diharapkan terlebih dahulu mengetahui tentang latar belakang
mad’u sebelum turun menyampaikan dakwah Islam. Salah satu tujuan dakwah adalah untuk memberikan pemahaman tentang
kebenaran Islam kepada umat manusia, serta mau mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan. Sebenarnya dakwah bukan kegiatan mencari atau
menambah pengikut , tetapi kegiatan mempertemukan fitrah manusia dengan Islam atau menyadarkan orang yang didakwahi tentang perlunya bertauhid dan
berprilaku baik. Semakin banyak yang sadar beriman dan berakhlak al- karimah masyarakat akan semakin baik.
31
Dakwah yang kita inginkan dan yang wajib bagi kaum muslimin untuk melaksanakannya adalah dakwah yang bertujuan dan berorientasi pada:
1. Membangun masyarakat Islam, sebagaimana Rasul Allah, yang
memulai dakwahnya di kalangan masyarakat Jahiliah. Mereka mengajak
manusia untuk
memeluk agama
Allah SWT,
menyampaikakn wahyu-Nya kepada kaumnya dan memperingatkan
30
Al-Wisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, Jakarta:Kalam Mulia, 2002, cet ke-1, h.73-75
31
Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004, h Xii
mereka dari syirik. 2.
Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang terkena musibah seperti penyimpangan dan berbagai kemungkaran,
serta pengabaian masyarakat tersebut terhadap segenap kewajiban. 3.
Memelihara kelangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah berpegang pada kebenaran melalui pengajaran secara terus-menerus,
pengingatan, penyucian jiwa dan pendidikan.
32
Menurut Wardi Bakhtiar, tujuan dakwah adalah:”mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridha Allah SWT”.
33
Sedangkan menurut M. Arifin, tujuan dakwah adalah:”untuk menumbuhkan pengertian,
kesadaran, perhatian, dan pengamalan ajaran agama yang dibawa oleh aparat dakwah atau penerang agama”.
34
Berbeda halnya dengan pendapat Jamaluddin Kafie, yang membagi beberapa hal dari tujuan dakwah itu:
35
1. Tujuan utama dari dakwah itu adalah untuk membangun akhlak
seseorang, akhlak masyarakat, akhlak negara, dan akhlak manusia. 2.
Tujuan hakiki dari dakwah adalah untuk mengenal Tuhan dan mempercayai-Nya sekaligus mengikuti jalan-Nya.
3. Tujuan umum untuk menyeru manusia untuk mengindahkan seruan
Allah serta memenuhi panggilan-Nya di dunia dan di akhirat. 4.
Tujuan khusus dari dakwah adalah menginginkan dan berusaha bagaimana membentuk suatu tatanan masyarakat Islam yang utuh.
5. Tujuan urgen adalah agar tingkah laku manusia yang berakhlak secara
eksis tercermin dalam fakta hidup dan lingkungannya serta dapat mempengaruhi pikirannya.
6. Tujuan insidental adalah untuk meringankan beban manusia dengan
jalan memberikan pemecahan permasalahan yang sedang berkembang atau memberikan jawaban atas berbagai persoalan hidup.
7. Tujuan final dari dakwah adalah amar ma’ruf nahi munkar.
Pemahaman tentang tujuan dakwah dapat penulis pahami sebagai usaha bagaimana membentuk masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera serta
32
Aziz, Fiqih Dakwah, h. 29
33
Wardi Bakhtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, cet ke-II h.37
34
Arifin, Psikologi Dakwah, h.4
35
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, Surabaya: Indah, 1993, h.67
toleransi dan saling tolong menolong dalam hal kebajikan, sehingga memperoleh tatanan masyarakat sabagai prediket umat terbaik yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu perjuangan yang berkesinambungan, karena Islam tidak akan tegak kalau umatnya sendiri
tidak peduli terhadap perjalanan dakwah di muka bumi ini.
B. Politik