Sikap politik fungsionaris Partai Bulan Bintang tentang kebebasan beragama kasus pelarangan penyebaran Ahmadiyah

(1)

SIKAP POLITIK FUNGSIONARIS PARTAI BULAN BINTANG TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA KASUS PELARANGAN PENYEBARAN

AHMADIYAH Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh : Fauzi Rahman NIM :104045201500

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS SYARIAH DAN HUKUM

SYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

SIKAP POLITIK FUNGSIONARIS PARTAI BULAN BINTANG TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA KASUS PELARANGAN PENYEBARAN

AHMADIYAH Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh : Fauzi Rahman NIM :104045201500

Di bawah Bimbingan :

Prof. Dr. Masykuri Abdillah NIP : 150 240 084

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS SYARIAH DAN HUKUM

SYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

1. Apa yang Partai Bulan Bintang (PBB) ketahui tentang aliran Ahmadiyah di Indonesia ?

2. Bagaimana pandangan PBB terhadap paham Ahmadiyah di Indonesia ?

3. Bagaimana pandangan PBB, terhadap kebebasan beragama dengan keterkaitan dengan kasus Ahmadiyah ?

4. Apakah PBB, membenarkan pelarangan-pelarangan yang terjadi di masyarakat tentang Ahmadiyah ?

5. Menurut PBB, apakah larangan-larangan yang terjadi dengan aliran Ahmadiyah, bertentangan dengan hukum dan agama

6. Bagaimana kebijakan Politik PBB tentang keberadaan Ahmadiyah di Indonesia ? 7. Apakah kebijakan poltik PBB mempunyai pengaruh terhadap lahirnya SKB 3

Mentri

8. Seberapa besar, pengaruh kebijakan poltik PBB terhadap lahirnya SKB 2 Mentri ? 9. Bagaimana bentuk dikungan poltik PBB terhadap lahirnya keputusan hukum SKB

3 Mentri bagi Ahmadiyah ?

10.Apakah menurut PBB SKB 3 Mentri bisa memberikan jalan tengah terhadap keberadaan JAI ?


(4)

1. Apa yang Partai Bulan Bintang (PBB) ketahui tentang aliran Amadiyah di Indonesia ?

Jawab :

Kami dari majlis syura Partai Bulan Bintang (PBB) sudah meneliti semua tentang buku-buku Ahmadiyah maka majlis syura Partai Bulan Bintang (PBB) memutuskan bahwa Ahmadiyah itu harus dilarang, atau bikin agama sendiri. Agama Qadian, agama Ahmadiyah atau agama apalah. karena mereka itu mempunyai nabi sendiri, mempunyai tempat suci sendiri, dan mempunyai kitab suci sendiri. Kalau Islam kan syaratnya tiga, Nabinya Muhammad, kitab sucinya Al-Qur’an, tempat sucinya Mekkah, Madinah. Sekarang Ahmadiayah ini mempunyai nabi sendiri, kitab suci sendiri, tempat suci sendiri. Ya sudah agama Ahmadiyah, selesai.

2. Bagaimana pandangan PBB terhadap paham Ahmadiyah di Indonesia ? Jawab :

Ya karena sesat dan menyesatkan itu akan bukan sesat menyesatkan malahan sudah keluar dari Islam. menurut Islam, sudah keluar dari Islam. makanya dilarang atau bikin agama sendiri. Begitu hukumnya.

Nih Nabi dari India (Fhoto Mirza Ghulam Ahmad), ini ulama nomer satu (fhoto Syafi’i R Batuah) asal sumatera. Ini kitab sucinya (kitab Tadzkirah).Jadi mempunyai tempat suci sendiri, nabi sendiri, kitab suci sendiri.


(5)

Ini majalah resmi (Sinar Islam) mereka, majalah Ahmadiyah, Sinar Islam, Januari 1980. satu tahun saya jilid. Nih jadi mereka kalau datang ke India menjadi tamu Allah.

Kalau kita kan ke madinah menjadi tamu Allah ini lihat “Sejak lama saya berhasrat besar untuk meliahat kedua kota suci zaman akhir Qadian di India dan Rabwah di Pakistan”. Makanya Ahmadiyah tidak berani berdebat dengan saya. Saya punya data yang lengkap. Jadi nabinya ini (fhoto Mirza Ghulam Ahmad), kitab sucinya ini (kitab Tadzkirah) tempat sucinya ini ( Qadian dan Pakistan). Sudah agama Ahmadiyah. Jangan atas nama agama Islam, selama ini kan satu rumah Islam dan Ahamadiyah Cuma ribut melulu, kan begitu persoalannya. Mereka rusakin ini rumah yang milik bersama, satu rumah kan. Mereka kerjanya rusakin, Al-qur’an diputar balikan kan jadi ribut umat Islam. Karena satu rumah ribut terus udah misah rumah bikin rumah sendiri.

3. Bagaimana pandangan PBB, terhadap kebabasan beragama dengan keterkaitan dengan kasus Ahmadiyah ?

Jawab :

Orang delegasi dari Amerika sudah dua kali datang ke MUI, orang dari Jerman satu kali. pertanyaan sama, masalah kebebasan beragama. tanggal 10 januari 2008 datang ke Indonesia tokoh agama dari Amerika ini resmi. Kirim surat ke MUI pusat, bahwa mereka datang ini, mau mengetahui proses keluarnya label halal haramnya makanan, dan obat-obatan badan POM. Itu surat yang dikirim ke MUI


(6)

sebelum mereka berangkat, dijawab oleh MUI silahkan datang. Datanglah tokoh tiga agama, dari Amerika, tokoh Islam, tokoh Kristen, tokoh Yahudi.diadakan rapat di hotel menteng, hotel cemara. Ya memang rapat MUI, saya sebenarnya di MUI ga masuk komisi badan POM itu. sebab ini rapat dengan badan POM.karena yang mereka tanyakan tentang proses keluarnya label halalnya itu, makanan dan obat-obatan bagaimana. cuma oleh Pak Hamidan menjelang pertemuan saya ditelepon, oleh Dr.Amirsyah di suruh oleh Pak Hamidan, Pak Amin harus ikut pertemuan dengan tokoh agama, dari Amerika. dan sekarang sudah kumpul kita.

Tolong segera datang, pukul satu siang. Langsung rapat dimulai, yang tokoh delegasi Islam menanyakan kenapa syiah zaidiah tidak boleh berkembang di Indonesia, yang tokoh Kristen kenapa di Indonesia ini kalau membangun tempat ibadah Kristen harus ada 90 KK itu, kan surat SKB itu kan begitu sekarang, dari yahudi ini perempuan, kenapa Ahmadiyah dilarang di Indonesia, kenapa Islam Hamid (Al-Qiyadah) nabi Musadek di larang di Indonesia, kenapa pemerintah Indonesia ini terlalu patuh oleh MUI. Pak Hamidan dengan dia tegang ada kali 45 menit, dan tidak paham-paham si perempuan yahudi.

Karena suasana sudah tegang dan sore. saya minta bicara, kemudian diizinkan, saya katakan sama yahudi. negara kami Republik Indonesia ini menjamin kebebasan beragama, konstitusi negara kami menjamin itu. kebebasan beragama maksudnya, orang Hindu bebas menjalankan ajaran hindu sesuai dengan dasar-dasar ajaran agama Hindu


(7)

Orang Budha bebas menjalankan ajaran dasar-dasar agama Budha, orang Kristen katolik bebas menjalankan ajaran katolik sesuai dengan ajaran dasar-dasar ajaran agama Kristen katolik. Orang Islam juga bebas menjalankan ajaran Islam sesuai dengan ajara dasar-dasar agama Islam. Tidak boleh agama umat yang banyak pengikutnya, memaksa umat yang sedikit untuk masuk ikut agama mereka itu di jamin oleh konstitusi negara kami.

Dan itu sudah berjalan, sebab selama ini tidak ada masalah. Masalah Ahmadiyah ini bukan masalah sebatas kebebasan beragama, ini mengacak-acak agama. Agama Islam diacak-acak umat Islam sudah punya nabi dari Mekkah datang mereka nabi dari India, ini ngajak berantem. Untung umat Islam yang 210 juta ini sabar, ini masalah keyakinan saya bilang. 210 juta nabinya dari Mekkah Nabi Muhammad datang mereka sama ngajak berantem. Ini nabi yang dicari (fhoto Mirza Ghulam Ahmad).

Ini kitab sucinya (kitab Tazkirah). Jadi kalau berbicara kebebasan bergama bikin aja agama Ahmadiyah jangan ngacak-ngacak agama Islam. Kenapa pemerintah itu patuh terhadap faywa MUI, untuk diketahui bahwa MUI itu adalah utusan dari ormas Islam tingkat pusat. NU punya utusan banyak umatnya, paling banyak di MUI. Ketua umumnya, sekjennya itu orang NU sesuai dengan banyak umat, jadi banyak orang NU. Kemudian Muhammadiyah, ada wakilnya Din Syamsudin, dan lain-lain itu wakil dari Muhammdiyah jadi semua ormas Islam tingkat pusat di Indonesia ini ada wakilnya, di MUI. Jadi kotak suara 210 juta umat Islam di Indonesia agar pemerintah dengar karena wakilnya ada semua.


(8)

4. Apakah PBB, membenarkan pelarangan-pelarangan yang terjadi di masyarakat tentang Ahmadiyah ?

Jawab :

Bukan membenarkan meminta, udah bikin surat ke presiden. Sehinga waktu pertemuan dengan wapres tanggal 12 januari 2009 di istana wapres. Pak Fuad Amsyari, sekretaris majlis syura PBB. Perkenalkan semua satu persatu, ini Pak Amin ini ahli aliran sesat kata Pak Fuad. Kemudian dikasihkan data-data tentang Ahmadiyah, mudah-mudahan Pak wapres sempat membaca. Saya bicara, Pak wapres saya minta hadiah untuk umat Islam, saya atas nama umat Islam minta hadiah.

Saya jelaskan hadiah yang kami minta adalah kepres tentang pelarangan Ahmadiyah secara nasional.tindak lanjut atas keluarnya SKB 3 Mentri. Karena banyaknya pelanggaran yang dilakukan Ahmadiyah setelah keluarnya SKB . Jawaban Pak wapres, adalah kami tetap komitmen dengan janji kami dengan memperhatikan HAM. Jadi kita meminta, untuk dilarang. sebab ini perusakan terhadap agama Islam. 5. Menurut PBB, apakah larangan-larangan yang terjadi dengan aliran Ahmadiyah,

bertentangan dengan hukum dan agama ? Jawab:

Tidak bertentangan justru itu sesuai dengan hukum, sudah dibicarakan lalu dikeluarin larangan itu. dan setelah membuktikan pelarangan kelakuan perbuatan yang dilakukan oleh Ahmadiyah bahwa itu menodai Islam. Memang UU harusnya dilarang, itu ada UU kepresnya. itu saya katakan antara kebebasan beragama dengan kebebasan mengacak agama atau istilah KH. Hasim Muzadi merusak agama, beda


(9)

antara kebebasan beragama atau istilah saya mengacak-ngacak agama Islam kalau istilah KH Hasim Muzadi ketua umum PBNU merusak agama. Ini Ahmadiyah melakukan perusakan terhadap agama Islam pantas wajib harus dilarang.

6. Bagaimana kebijakan Politik PBB tentang keberadaan Ahmadiyah di Indonesia ? Jawab :

Itu tadi larang oleh pemerintah, sudah kami kirim surat resmi ke pemerintah atau bikin agama baru. Biar berjalan kebebasan beragama, jangan mengacak-acak Islam. Saya sudah beragama kali dipanggil oleh komnas ham. Akhirnya nyerah juga, malahan mau belajar sama saya.

7. Apakah kebijakan poltik PBB mempunyai pengaruh terhadap lahirnya SKB 3 Mentri ?

Jawab :

Saya wakil, wakil Kejaksaaan Agung saya wakilnya tapi bukan dari MUI pusat, saya jelaskan sama semua peserta departemen dalam negeri, kepolisian, mabes polri, jaksa agung, semua saya jelaskan tentang Ahmadiyah. sehingga keluar SKB, keputusan bersama. di kejaksaan agung.

8. Seberapa besar, pengaruh kebijakan poltik PBB terhadap lahirnya SKB 2 Mentri ? Jawab :

Sebenarnya kalau atas nama partai tidak ada, karena saya kesana itu atas nama MUI pusat. Diutus oleh MUI pusat, malahan yang diprotes oleh Buyung Nasution karena kehadiran saya pada waktu itu belum menjadi anggota MUI, Sehingga wartawan banyak yang datang kemari . kenapa Pak Amin yang bukan anggota MUI


(10)

ko bisa jadi wakil MUI di rapat kejaksaan agung, kata wartawan. Saya jawab, kalau MUI mencari orang yang ahli dalam bidangnya, menjadi wakil MUI di suatu pertemuan kira-kira salah, umpama orang membangun bangunan mencari insinyur ahli dalam soal membangun bangunan kira-kira salah? Saya dipilih MUI karena tahu, saya ini ahli bidang aliran sesat. Mereka diam.

9. Bagaimana bentuk dukungan poltik PBB terhadap lahirnya keputusan hukum SKB 3 Mentri bagi Ahmadiyah ?

Jawab :

Ya mendukung betul, berterimakasih itu walaupun malahan kita tidak buat karena tidak tegas itu. Aturan kita minta larang, bukan SKB, memang Undang-undangnya begitu prosedurnya. Peringatan keras dulu, kalau masih melanggar baru Kepres. Itu undang-undangnya memang begitu, kepres no. 1 tahun 1965. peringatan dulu kalau masih melanggar baru kepres. Karena kami menemukan data pelanggaran maka LPPI mau kirim surat.ke Presiden untuk dilarang

10.Apakah menurut PBB SKB 3 Mentri bisa memberikan jalan tengah terhadap keberadaan JAI ?

Jawab :

Itu kan SKB itu tidak boleh lagi mereka itu menyiarkan pahamnya kepada orang lain begitu kan, sebenarnya kalau kembali pada UU bukan begitu bunyinya. nih Pasal 1 “setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan, mengusahakan dukungan umum untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan


(11)

keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu. Penafsiaran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama”.

Kan dilarang pasal 1. pasal 2 ayat 1 “barang siapa yang melanggar ketentuan tersebut, dalam pasal 1 diberi perintah dan peringatan keras untuk menghentikan perbuatannya itu. Dengan suatu keputusan keputusan bersama Mentri Agama, Mentri Jaksa Agung, Mentri Dalam Negeri. Apabila pelanggaran tersebut dalam ayat 1 dilakukan oleh organisasi atau suatu aliran kepercayaan maka Presiden Republik Indonesia dapat membubarkan organisai itu dan menyatakan organisasi atau aliaran tersebut sebagai organisai atau aliran terlarang satu dan lain hal setelah Presiden mendapat pertimbangan dari Mentri Agama, Mentri Jaksa Agung, Mentri dalam Negeri.” jadi undang-undanya begitu, peringatan keras, Cuma ini agak lembek, tidak tegas SKB itu. Jadi ini Undang-undangnya, UU No.1 tahun 1965 tentang pencegahan penyalahgunaan/penodaan agama.

11.Bagaimanakah kebijkasanaan yang ditawarkan PBB, atas persoalan eksistensi ajaran JAI ?

Jawab :

Ya itu, Partai Bulan Bintang larang, ga ada pendeknya larang gitu aja atau bikin agama sendiri. tidak bisa ditawar-tawar. Larangannya dengan kepres. Kan jelas “Apabila pelanggaran tersebut dalam ayat 1 dilakukan oleh organisasi atau suatu aliran kepercayaan maka Presiden Republik Indonesia dapat membubarkan organisai itu dan menyatakan organisasi atau aliaran tersebut sebagai organisai atau aliran terlarang satu dan lain hal setelah Presiden mendapat pertimbangan dari


(12)

Mentri Agama, Mentri Jaksa Agung, Mentri dalam Negeri” jadi melarang ini Undang-undanya begitu.

12.konsep dasar PBB tentang keagamaan, kemasyarakatan, kenegaraan ? Jawab :

Ya kan Partai Bulan Bintang itu di mana-mana kampanyenya tegakkan syariat, kalau syariat sudah ditegakkan akan kena semua keadilan ini. Rasul sudah mencohtohkan. Kalau barat, membicarakan ekonomi. pinjem itu kan ada bunganya, kalau Islam bukan minjem, dikeluarin hartanya itu ada milik orang miskin kan gitu. Malahan Rasul mengatakan ambil dari yang punya, suruh ambil. Ambil zakat itu harus datang pada yang kaya. Kalau barat kan minjem, tapi ada bunga lagi kan. Kalau ga bayar berbunga lagi.

Kalau Islam kasih, bagi yang kaya ada kewajiban untuk memberikan pada yang miskin. Jadi kalau syariat Islam ditegakkan betul akan beres semua. Makanya Partai Bulan Begitu. Partai Bulan Bintang akan tetap menjunjung syariat Islam dan tidak akan merugikan agama lain.


(13)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas ke hadirat-Mu yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Mu kepada seluruh cipataan-Mu, dan atas segala rahmat dan hidayah-Mu penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar. Salawat serta salam penulis haturkan kepada panutan umat, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya sebagai uswah kita dalam meniti hidup.

Selanjutnya, penulis menghaturkan banyak-banyak terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Karena penulis yakin tanpa bantuan berbagai pihak skripsi ini tidak akan selesai.

Oleh karenanya pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universits Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para dosen yang telah memberikan ilmu, pengajaran dan kontribusi pemikiran Hukum Islam yang sangat bermanfaat sekali bagi penulis.

2. Bapak Asmawi M. Ag dan Ibu Sri Hidayati, M. Ag, Ketua dan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah yang telah membantu secara akademis.


(14)

3. Bapak Prof. Dr. Masykuri Abdillah pembimbing skripsi penulis, yang sudah memberikan banyak masukan, kritikan serta arahan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancer.

4. Staff Perpustakaan Utama dan Fakultas Syaria’h dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis untuk mendapatkan buku-buku yang berkaitan dengan skripsi ini.

5. Kepada para pegawai Fakultas Syari’ah dan Hukum, yang telah banyak membantu penulis, dan semoga silaturahmi ini terus terjaga.

6. Teman-teman di Fakulas Syari’ah dan Hukum konsentrasi Siyasah Syar’iyyah. Dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah banyak mempengaruhi penulis.

7. Semua pihak yang telah membantu materil dan immaterial, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa menjadi kontribusi bagi masyarakat, Fakultas dan terutama bagi penulis.

Jakarta, 2 Juni 2009 M 8 Jumadil Akhir 1430 H


(15)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI ... iv BAB I PENDAHULUAN

A....Latar Belakang Masalah ... 1 B....Perumus

an dan Pembatasan Masalah ... 11 C...Tujuan

dan Manfaat Penelitian ... 11 D...Review

Studi Terdahulu ... 12 E...Metode

Penelitian... 13 F....Sistemati

ka Penulisan ... 14 BAB II TINJAUAN UMUM AHMADIYAH

A...Sejarah

Lahirnya Ahmadiyah ... 16 B....Perkemb


(16)

C...Keberad

aan Ahmadiyah di Indonesia ... 41 D...Kebijaka

n Pemerintah Terhadap Keberadaan Jamaah Ahmadiyah Indonesia 48 BAB III PROFIL PARTAI BULAN BINTANG (PBB)

A...Sejarah

Berdirinya Partai Bulan Bintang ... 55 B...Asas dan

Misi Partai Bulan Bintang... 72 C....Konsep

Dasar Partai Bulan Bintang Tentang Keagamaan,

Kemasyarakatan dan Kenegaraan ... 76 BAB IV SIKAP POLITIK FUNGSIONARIS PARTAI BULAN BINTANG

(PBB) TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA KASUS

PELARANGAN PENYEBARAN AHMADIYAH DI INDONESIA A...Pandang

an Fungsionaris Partai Bulan Bintang Terhadap Kebebasan Beragama ... 83 B...Pandang

an Fungsionaris Partai Bulan Bintang Tentang Paham


(17)

C...Sikap

Fungsionaris Partai Bulan Bintang Terhadap SKB 3

Menteri Bagi Penganut Ajaran Ahmadiyah ... 100 D...Konsep

yang ditawarkan Fungsionaris Partai Bulan Bintang atas Persoalan Eksistensi Ajaran Ahmadiyah di Indonesia ... 105 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 112 B. Saran ... 113 DAFTAR PUSTAKA...114 LAMPIRAN


(18)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap agama mengandung ajaran untuk beriman kepada Tuhan yang mengajarkan dan mengharuskan kepada setiap pemeluknya untuk berperilaku benar, adil dan jujur. Setiap agama menghendaki kedamaian, cinta kasih, kerukunan, tolong-menolong dan saling menghormati antar sesama umat manusia, apapun agamanya. Tidak ada agama yang membenarkan apalagi mengharuskan kepada pemeluknya untuk berbuat jahat, membenci, memusuhi, dan merugikan sesama umat manusia1.

Agama Islam merupakan agama Rahmatan Lil’alamin mengapa harus ada perbuatan yang menyakitkan sampai tindak kekerasan bagi seseorang atau pun kelompok lainnya, yang berpegangan teguh terhadap agama yang mereka yakini. Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) telah mengalami hal-hal pertentangan sampai terjadinya tindak kekerasan dari mayoritas umat Islam lainnya. Tentang paham Ahmadiyah bukan saja diperdebatkan tetapi juga di tuntut untuk dibubarkan. Hal yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan itu karena Ahmadiyah yang telah merusak akidah umat Islam, lantaran Ahmadiyah itu agama buatan nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908)2, namun di atas namakan Islam. Ahmadiyah

1

Suparman Usman, Hukum Islam : Asas-asas dan Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001, hal. 196

2

Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Klarifikasi atas tela’ah Buku Tadzkirah, (Bogor:: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2003), h. 1


(19)

yang didirikan oleh seorang Qadiyan yang mengaku dirinya nabi, bernama Mirza Ghulam Ahmad pada tanggal 23 Maret 1889 (azar)3 di sebuah kota yang bernama ludhiana di Punjab India. Negeri ini oleh orang-orang Ahmadi disebut “Darul Bai’at”. Selain itu yang membuat paham atau ajaran ini banyak ditentang oleh kaum muslimin di berbagai belahan dunia, karena ajaran ini juga memiliki kitab suci yang mereka namakan Tadzkirah yang merupakan kumpulan wahyu suci. Penamaan ini diambil dari kitab Tadzkirah halaman 1, yang menyatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu dari Tuhan yang telah dikumpulkan menjadi satu kitab dengan judul Tadzkirah yakni wahyu muqoddas = Tadzkirah ialah wahyu suci.4

Fatwa dan penolakan bagi keberadaan Ahmadiyah tak hanya dari ormas-ormas Islam namun juga dari pemerintah yang disikapi beragam. Satu sisi Ahmadiyah hanya dianggap sebagai organisasi yang berbadan hukum dan karena itu pula berhak hidup dan menjalankan kegiatan sebagaimana ormas-ormas lain, namun di sisi lain, seiring dengan desakan sejumlah ormas, Ahmadiyah dinyatakan sebagai ajaran yang menyimpang dari ajaran Islam dan masuk kategori “menodai agama”5.

3

Pengurus Besar Jemaat Indonesia, Kami Orang Islam, (Bogor : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1983), h. 17

4

Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia Klarifikasi atas tela’ah Buku Tadzkirah, h, 4 5


(20)

Penolakan Ahamadiyah pun, dapat kita lihat juga di dalam peraturan hukum yaitu, UU No.5 Th.1969 tentang pencegahan penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama6 menyebutkan;

1. Pasal 1 : setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu: penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran itu.

2. Pasal 4 : Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana diadakan pasal baru yang berbunyi sbb : PASAL 156 a: Dipidana dengan Pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan : a. yang pokoknya bersifat permusuhan. Penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama di Indonesia.7

Peraturan di atas dengan segala pertentangan yang ada, bukan berarti menyurutkan keyakinan mereka, dengan alasan beragama dan kebebasan menjalani keyakinan, itu merupakan hak asasi manusia. Dan dengan adanya ajaran HAM dalam Islam pun, bahwa Islam sebagai agama telah menempatkan

6

Berdasarkan Penetapan Presiden Nomer 1 tahun 1965 yang telah menjadi UU No.5 Th.1969 tentang pencegahan penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, lihat M. Amin Djamaluddin,

Ahmadiyah dan Pembajakan Al-Qur’an, (Jakarta: LPPI, 2008) hal. 87 7


(21)

manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntunan dari ajaran Islam itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali8.

Sejalan dengan desakan yang begitu kuat untuk pembubaran Ahmadiyah pemerintah pun akhirnya, pada tanggal Senin 9 Juni 2008 mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri. Yaitu ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, Mentri Agama Maftuh Basyuni, dan Jaksa Agung Hendarman Supandji. Terbitnya SKB ini yang berisikan 6 butir, tidak disebutkan bahwa pemerintah membubarkan JAI. “Tidak (dibubarkan),” kata Menteri Agama Maftuh Basyuni kepada wartawan seusai pengumuman SKB 3 Menteri tersebut. Menag juga membantah bahwa SKB itu multitafsir. “Gak ada multitafsir,” ujar Menag singkat. Hal senada juga disampaikan Jaksa Agung Hendarman Supandji. “tidak ada pembubaran aliran Ahmadiyah,” tegasnya. Keputusan ini, Maftuh menambahkan, bukan intervensi tapi kewenangan pemerintah untuk menertibkan kehidupan.

SKB itu tidak secara tegas melarang Ahmadiyah, kata-kata yang digunakan cukup lentur. Pada poin 2 SKB tersebut, misalnya tertulis: “Memberi peringatan dan memerintahkan bagi seluruh penganut, pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) sepanjang menganut agama Islam agar menghentikan

8

Dede Rosyada dkk, CivicEducaution : Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani, (Jaktim : Prenada Media, 2003), h. 219


(22)

semua kegiatan yang tidak sesuai dengan penafsiran agama Islam pada umumnya. Seperti pengakuan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Meski demikian, Menteri Agama memastikan bahwa inti dari SKB itu larangan Ahmadiyah di Indonesia. “Intinya memberi peringatan dan perintah kepada penganut JAI untuk menghentikan seluruh kegiatannya. Kalau dia mengaku Islam maka dia harus melakukan semua ajaran agama Islam” tandas Menteri Agama.

Dengan SKB 3 Menteri ini, pemerintah meminta JAI untuk menghentikan aktivitas. Bila JAI tidak juga menghentikan aktivitasnya, maka polisi yang bertindak. “Mulai berlaku hari ini, JAI harus menghentikan kegiatannya. ”Ujar Hendarman Supandji. Tetapi, sampai kapan JAI diberi kesempatan untuk menghentikan kegiatannya, tidak dijelaskan. Hendarman menambahkan, jika mereka tetap melakukan kegiatan, berarti ada penodaan agama. Dan hal itu menjadi kewenangan polisi. 9

Keberadaan Ahmadiyah menuai kontroversi, dan di anggap sesat oleh umat Islam. Namun jika kita melihat di masyarakat, ada pula sebagian kelompok yang bersuara untuk melindungi hak Ahmadiyah untuk hidup beragama, seperti Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB).

AKKBB berpendapat bahwa kebebasan berkeyakinan adalah hak yang paling asasi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan sama sekali bukan pemberian negara atau kelompok.10 Selain AKKB yang menyuarakan untuk

9

Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, hal. 159-161 10


(23)

kebebasan beragama, Sebagai negara hukum, Indonesia merupakan negara yang majemuk terhadap kehidupan beragama yang menjamin dan melindungi setiap hak-hak warga seperti bunyi UUD 1945 pasal 29 ayat 2,

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercyaan itu”.11

Selian itu juga yang termuat di dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM pasal 21 menyebutkan,

“Setiap orang berhak atas keutuhan pribadi, baik rohani maupun jasmani. Dan karena itu tidak boleh ada objek penelitian tanpa persetujuan darinya.”

Pasal 22 menegaskan ,

(1) setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaanya itu, (2) negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan itu.

Pasal 18 Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia menyatakan; “Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, kesadaran batin dan agama , hak ini mencakup pula kebebasan pikiran, kesadaran batin dan agama, hak ini mencakup pula kebebasan untuk berganti agama atau kepercayaan dengan cara mengajarkan, mengamalkan,beribadah, dan melakukan upacara, baik sendiri maupun bersama, secara terbuka”12

Kehadiran JAI pun sudah dilegalkan pada tahun 1953 berdasarkan surat keputusan Mentri Kehakiman RI No J.A.5/23/137 tgl 13 Maret, yang kemudian

11

UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap, (pertama 1999-keempat 2002)

12


(24)

dimuat dalam tambahan berita Negara RI No 26 tgl 31 Maret 1953, sehingga menjadi bukti legalitas sebagai komunitas umat bergama yang diakui.13

Segala bentuk peraturan hukum di atas bisa menjadi alasan hukum dalam hidup beragama, dan kebebasan menjalani sebuah keyakinan itu merupakan hak asasi manusia. JAI yang sudah lahir sejak tahun 1925 terus berkembang, dengan menjalani ibadah sesuai dengan pahamnya. Jika aktivitas orang-orang Ahmadiyah terus di pertentangkan terlebih dengan tidak kekerasan, berarti kita telah mengganggu kebebasan mereka menjalankan keyakinannya yang dilindungi oleh konstitusi dan perundang-undang lainnya. Meski demikian, Kehadirannya pun membawa polemik yang berkepanjangan bagi Negara Indonesia. Namun begitu, tak membuat mereka pindah agama. Hingga sampai pertentangan dari segala pihak tak membuat surut keyakinan mereka.

Melihat permasalahan Ahmadiyah sampai dikeluarkannya SKB 3 Menri, berbagai pihak pun mengeluarkan pandangan dan pendapat terkait dengan lahirnya SKB 3 Mentri bagi Ahmadiyah, penulis mengharapkan hal itu datangnya dari parpol. Karena parpol adalah sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.

Melihat dari fungsi partai politik adalah partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat. Partai

13


(25)

melakukan penggabungan kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang disampaikan kepada penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan pada masyarakat.

Partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai memberikan sikap, pandangan, pendapat, dan orientasi terhadap fenomena (kejadian, peristiwa dan kebijakan) politik yang terjadi di tengah masyarakat. Sosialisasi politik mencakup juga proses menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan, partai politik berusaha menciptakan image (citra) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum.14

Partai yang berasaskan Islam adalah yang dimaksud penulis, untuk memberikan pandangan dan kebijakan atas fenomena yang terjadi terhadap Ahmadiyah. Pandangan dan sikap yang berbeda pun disampaikan oleh Partai Bulan Bintang terhadap kasus Ahmadiyah ini. Yang memberikan kebijakan tentang keberadaan Ahmadiyah. Partai Bulan Bintang (PBB) adalah sebuah partai politik Indonesia yang berasaskan Islam dan menganggap dirinya sebagai partai penerus Masyumi yang pernah jaya di masa Orde Lama. Partai Bulan Bintang didirikan pada 17 Juli 1998.

Partai ini telah ikut pemilu selama dua kali yaitu pada Pemilu tahun 1999 dan 2004. Partai pada pemilu 2004 memenangkan suara hanya sebesar 2.970.487

14

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 63


(26)

pemilih (2,62%) dan mendapatkan 11 kursi di DPR. Partai ini sebelumnya diketuai oleh Yusril Ihza Mahendra, tokoh yang pernah menjabat Menteri Sekretaris Kabinet di masa Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Berikutnya MS Kaban dipilih sebagai ketua umum pada 1 Mei 2005. MS Kaban sendiri adalah Menteri Kehutanan di Kabinet Indonesia Bersatu.15

Tentang eksistensi JAI ini sekretaris majelis syura Partai Bulan Bintang (PBB) Fuad Amsyari, memberikan pandangannnya yaitu bahwa pemerintah cepat mengambil keputusan terkait kasus Ahmadiyah sehingga segera ada kepastian kasus Ahmadiyah dan segera ada kepastian. “Agar gejolak sosial yang ada saat ini tidak lebih berkembang dan menimbulkan gangguan bagi stabilitas politik dan keamanan nasional,” kata sekretaris majelis syura PBB Fuad Amsyaridi Jakarta, selasa13/5/08. Menurut PBB, penyelesaian kasus Ahmadiyah ada dua.

Pertama, melarang eksistensi organisasi Ahmadiyah sebagai bagian dari Islam sehingga tidak lagi menggunakan simbol-simbol dari Islam seperti Masjid, Al-Qur’an, dan sunnah nabi. Kedua, melarang penyebaran dan pengedaran buku Tadzkirah (kitab suci Ahmadiyah), karena dinilai melecehkan Al-Qur’an.

“Ahmadiyah masih bisa mengajukan diri sebagai organisasi sosial atau LSM non Islam di Indonesia tanpa mengunakan simbol-simbol Islam dan tidak lagi mengedarkan buku Tadzkirah, kata Fuad Menurut PBB, pelarangan suatu aliran yang menodai, melecehkan, menghina, menyelewengkan Islam yang dipeluk mayoritas penduduk Indonesia sama sekali tidak melanggar hak asasi

15


(27)

manusia (HAM). “Apalagi diajukan untuk menyelamatkan akidah umat Islam. Hal serupa selaras dengan MPR RI yang melarang PKI dan paham komunisme di seluruh wilayah NKRI.” Kata Fuad. Dikatakannya, dulu sebelum ada pelarangan resmi terhadap PKI dan ajaran komunis terjadi keributan yang luar biasa, namun setelah ada pelarangan situasi menjadi lebih baik.

“Mungkin yang berideologi komunis atau ateis masih ada sampai saat ini, tapi mereka kan tidak menyebarkannya kepada masyarakat,” katanya. Menurut Fuad, majelis syura PBB telah berkirim surat kepada presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait penyelesaian kasus ahmadiyah tersebut.16

Dari apa yang telah di sampaikan sekretaris majelis syura Partai Bulan Bintang (PBB) Fuad Amsyari, bahwa PBB telah melakukan desakan terhadap pemerintah dan memberikan dua hal yang dapat membantu pemerintah untuk menyelesaikan kasus Ahmadiyah. PBB telah menjalankan tugas dan fungsinya yaitu memberikan usulan, sikap maupun pandangan dan juga koreksi dari setiap kebijakan pemerintah. Dan hal tersebutlah yang akan penulis teliti dan cermati lebih dalam, melalui penulisan skripsi ini. Maka atas dasar konsep pemikiran di atas, penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Sikap Politik Fungsionaris Partai Bulan Bintang Tentang Kebebasan Beragama Kasus Pelarangan Penyebaran Ahmadiyah”

16


(28)

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Setelah memaparkan latar belakang tersebut, tentunya terdapat persoalan-persoalan mendasar yang ingin diungkap dalam penelitian ini yang dikenal dengan perumusan masalah. Adapun rumusan masalah yang dapat diuraikan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pandangan fungsionaris Partai Bulan Bintang (PBB) terhadap kebebasan beragama?

2. Bagaimana pandangan fungsionaris PBB terhadap paham Ahmadiyah?

3. Bagaimana konsep politik fungsionaris PBB tentang keberadaan Ahmadiyah di Indonesia?

Selanjutnya penulis membatasi masalah agar lebih fokus yaitu :

Pengaruh sikap politik fungsionaris PBB terhadap lahirnya SKB 3 Mentri tentang pelarangan penyebaran Ahmadiyah.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ialah untuk :

1. Menjelaskan pandangan Fungsionaris PBB terhadap kebebasan beragama 2. Menjelaskan pandangan Fungsionaris PBB terhadap adanya paham

Ahmadiyah

3. Menjelaskan konsep politik Fungsionaris PBB tentang keberadaan Ahmadiyah di Indonesia


(29)

Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah memberikan pemahaman tentang bagaimana PBB menanggapi SKB yang dikeluarkan oleh 3 Mentri bagi penganut Ahamadiyah, dan memberikan pemahaman seperti apa jalan tengah yang bijaksana atas persoalan eksistensi Ahmadiyah di Indonesia.

D. Review Studi Terdahulu

Sebelumnya sudah ada peneliti yang juga melakukan penelitian skripsi terkait masalah Ahmadiyah, yakni : Pertama, skripsi yang dibahas oleh Apep Fajar Kurniawan, dengan judul Tafsir Ayat-Ayat Kenabian Menurut Aliran Ahmadiyah. Mahasiswa Fakultas Filsafat dan Ushuludin angkatan 2006 yang ia menjelaskan bahwa Ahmadiyah mempunyai konsep adanya kenabian setelah nabi Muhammad SAW dan wahyu itu masih tetap ada sebagai bukti tak satu pun sifat Allah yang terhenti.

Kedua, skripsi yang dibahas oleh Yanto dengan judul Metode Ijtihad Majelis Ulama Indonesia Dalam Menetapkan Fatwa MUI (Studi Kasus Terhadap Ahmadiyah Tentang Aliran Ahmadiyah) Mahasiswa Fakultas Syariah Dan Hukum Angkatan Tahun 2006. ia menjelaskan bahwa MUI adalah wadah untuk menciptakan kesadaran serta untuk menjaga akidah umat Islam

Sedangkan pada penelitian skripsi yang penulis lakukan, mengemukakan tentang Sikap Politik Fungsionaris Partai Bulan Bintang (PBB) Tentang Kebebasan Beragama Kasus Pelarangan Penyebaran Ahmadiyah. Substansinya membicarakan tentang bagaimana konsep kebebasan beragama di Indonesia,


(30)

menyusul adanya pelarangan penyebaran Ahmadiyah, diukur dari sudut pandang fungsionaris Partai Bulan Bintang (PBB)

E. Metode Penelitian

Metode merupakan strategi utama dalam pengumpulan data-data yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang di hadapi. Pada dasarnya sesuatu yang dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah “pengetahuan” atau lebih tepatnya “pengetahuan yang benar” di mana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan atau pengetahuan tertentu.17

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian kualitatif, data yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang mengandung makna yang berupa ungkapan, norma-norma atau aturan dari fenomena yang diteliti. Oleh karena itu penulis berupaya mencermati sikap politik Partai Bulan Bintang (PBB) terhadap pelarangan penyebaran Ahmadiyah.

Penelitian ini juga termasuk penelitian kepustakaan (library research) yang dilakukan dengan metode yang di kutip dari buku-buku, skripsi, dan majalah yang berhubungan dengan pembahasan judul ini.

2. Teknik pengumpulan data

17

Bambang Sungguno, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997), h.27-28


(31)

Pada tahap ini penulis membagi data menjadi dua, pertama data primer, yakni semua data yang berkaitan langsung dengan buku-buku Ahmadiyah. Dan kedua, data sekunder adalah segala sumber tulisan baik buku, majalah, internet atau tulisan lain yang mendukung data primer.

Di samping itu, dalam pengambilan data penulis juga melakukan wawancara yang di dapat dari tanya jawab lisan secara langsung, dengan pihak Partai Bulan Bintang.

3. Teknik analisis data

Setelah data-data terkumpul lalu di analisa dengan kualitatif kemudian penulis tuangkan dalam bentuk tulisan dan di interpretasikan sedemikian rupa dengan metode deduktif, yaitu penelitian ini menggunakan analisis mendalam (content analysis) yang berusaha menyimpulkan dengan menarik bagian atau hal yang bersifat khusus dalam bentuk kasus dan data-data lapangan menjadi kesimpulan umum yang berlaku secara umum.

4. Teknik Penulisan

Untuk teknik penulisan, penulis berpedoman pada petunjuk “pedoman penulisan skripsi” yang diterbitkan oleh fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta 2007.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai pertimbangan dalam mempermudah penulisan skripsi ini, penulis menyusun melalui sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu :


(32)

BAB I : Berisi pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review pustaka, metode penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Umum Ahmadiyah, yang memuat sejarah lahirnya

Ahmadiyah, perkembangan dan penyebaran Ahmadiyah, serta keberadaan Ahmadiyah di Indonesia, kebijakan pemerintah terhadap keberadaan Jamaah Ahmadiyah Indonesia

BAB III : Profil PBB, yang memuat sejarah berdirinya PBB, asas dan misi PBB, dan juga konsep dasar PBB tentang keagamaan, kemasyarakatan, serta kenegaraan

BAB IV : Sikap fungsionaris politik Partai Bulan Bintang (PBB) tentang kebebasan beragama kasus pelarangan penyebaran Ahmadiyah di Indonesia, pandangan fungsionaris Partai Bulan Bintang (PBB) terhadap kebebasan beragama, pandangan fungsionaris PBB terhadap paham Ahmadiyah, sikap fungsionaris PBB terhadap SKB 3 Menteri bagi penganut ajaran Ahmadiyah, konsep yang ditawarkan fungsionaris PBB atas eksistensi ajaran Ahmadiyah di Indonesia BAB V : Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.


(33)

BAB II

TINJAUAN UMUM AHMADIYAH

A. Sejarah Lahirnya Ahmadiyah

Terbentuknya sekte Ahmadiyah seiring dengan “kenabian” Mirza Ghulam Ahmad. Mirza lahir di Qadian, India. Pada tanggal 15 Februari 1835 M dan meninggal tanggal 26 Mei 1908.18 Sejarah Ahmadiyah lahir di India pada akhir abad ke-19 di tengah suasana kemunduran umat Islam di bidang agama, politik, sosial politik, ekonomi, dan bidang kehidupan lainnya. Terutama setelah pecahnya revolusi India tahun 1857 yang berakhir dengan kemenangan East India company yang menjadikan India sebagai salah satu koloni Inggris terpenting di Asia.

Sebenarnya, kesadaran umat Islam untuk mencari solusi atas keterbelakangannya dalam segala bidang, termasuk bidang agama, telah muncul pada pertengahan abad ke-18 yang dimotori oleh seorang ulama yang terkenal, Syah Waliyullah. Kemudian diteruskan oleh pengikutnya, termasuk Ahmad Khan. Dialah yang pertama memunculkan ide-ide pembaruan untuk kemajuan umat Islam.

Di tengah-tengah kondisi umat Islam seperti itu, Ahmadiyah lahir. Kelahiran Ahmadiyah juga berorientasi pada pembaruan pemikiran. Di sini Mirza

18


(34)

Ghulam Ahmad yang mengaku telah diangkat Tuhan sebagai Mahdi dan al-Masih merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk memajukan Islam dengan memberikan interpretasi baru terhadap ayat-ayat Al-Qur’an sesuai tuntunan zaman dan “ilham” Tuhan kepadanya. Motif Mirza Ghulam Ahmad ini tampaknya didorong oleh gencarnya serangan kaum misionaris Kristen dan propaganda Hindu terhadap umat Islam pada saat itu.19

Jemaat Ahmadiyah didirikan pada tahun 1889 M dan bertepatan tahun 1306 H menurut aliran dari Qadiyan. Hal ini di dasarkan pada permulaan pembai’atan yang dilakukan banyak orang terhadap Mirza Ghulam Ahmad. Sedangkan dari aliran Lahore berpendapat bahwa Ahmadiyah berdiri tahun 1888 M. Karena berdasarkan ilham yang diterimanya untuk mendirikan bahtera dan melakukan bai’at kepada Mirza Ghulam Ahmad.20

Jemaat berarti kumpulan Individu yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program bersama. Ahmadiyah adalah nama dari ajaran Islam, jadi Ahmadiyah adalah suatu perkumpulan, himpunan atau organisasi yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program yang sama yaitu Islam.21 Ahmadiyah diambil dari salah satu nama Rasulullah SAW. Yang diinformasikan kepada Nabi

19

Iskandar Zulkarnaen, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LKIS 2005), cet. 1, h.58

20

Saleh A. Nahdi, Ahmadiyah Selayang Pandang, (Jakarta: Yayasan Raja Pena, 2001), cet. IV, h. 5

21

Muslim Fathoni, FahamMahdi Syiah dan Ahamdiyah Dalam Perspektif, )Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994), h. 53.


(35)

Isa A.S dalam surat ash-shaf ayat 6 yang menyatakan bahwa akan datang seorang nabi dan rasul bernama Ahmad.22

Tujuan Ahmadiyah didirikan adalah untuk memperbaiki kehidupan beragama orang Islam dan mempersatukan umat Islam. Tujuan tersebut sejalan dengan tugas yang dibawa oleh Mirza Ghulam Ahmad bahwa kehadirannya untuk memajukan agama Islam dan menegakkan syari’at Islam.23 Selain itu juga mempunyai tujuan yuhyiddyna wayuqiymus-syariah yaitu menghidupkan kembali agama Islam, dan menegakkan kembali syariat Qur’aniah dalam arti yang mendalam adalah menghimbau umat manusia kepada Allah SWT. Dengan memperkenalkan mereka sosok sejati Rasulullah SAW. Dan menciptakan perdamaian serta persatuan antar berbagai kalangan manusia.24

Sebagai himpunan atau golongan, Ahmadiyah mengklaim dan menyatakan diri bahwa jemaatnya merupakan pengikut dari Mirza Ghulam Ahmad atau mereka sering menyebutnya dengan gelar Hadhrat.25

Aliran Ahmadiyah meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi, Al-Masih Ma’ud, dan nabi. Namun demikian kenabian yang di yakini tidaklah membawa syariat baru dan hanya mengikuti syariat yang telah ada

22

Maulana Muhammad Ali, Mirza Ghulam Ahmad of Qadian: his life and Mission, (Lahore: Ahmadiyah Anjuman Isha’at Islam, 1959), h, 12

23

Saleh A. Nahdi Ahmadiyah Selayang Pandang, h. 14-15 24

Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, h. 16 25


(36)

yaitu syariat Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai pelangsung dari ajaran yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.26

Tetapi oleh sebagian umat Islam, pandangan ini dinilai sebagai permulaan perdebatan dan berakhir dengan permusuhan antara Ahmadiyah dengan mayoritas umat Islam, karena menurut sebagian umat Islam, Ahmadiyah telah masuk ke dalam wilayah prinsipil dan sudah tidak ditawar lagi pemaknaannya.27

Sejak tahun 1872 Hz. Mirza Ghulam Ahmad sudah giat membela Islam membalas serangan-serangan dari kelompok Hindu khususnya Arya Samaj dan Brahmu Samaj. Beliau banyak menulis artikel-artikel berkenaan dengan itu di berbagai media masa. Antara lain jurnal Manshur Muhammadi yang terbit dari Bangalore, Maysore, India Selatan, setiap 10 hari sekali. Kemudian pada beberapa surat kabar yang terbit dari Amritsar antara lain, Wakil, Safir Hind, Widya Prakash, dan Riaz Hind. Demikian pula pada Brother Hind (Lahore), Aftab Punjab (lahore), Wazir Hind (Sailkot) , Nur Afshan (Ludhiana) dan Isyaatus-Sunnah (Batala). Begitu juga pada Akbar –e Aam (Lahore).

Melihat serangan terhadap Islam makin menjadi jadi, dan tidak ada upaya yang berarti yang dilakukan oleh pemuka-pemuka Islam, berdasarkan bimbingan Allah SWT. Mirza menulis buku Barahiin Ahmadiyya. Jilid 1 dan 2 diterbitkan pada tahun 1880; jilid 3 terbit pada tahun 1882; dan jilid 4 pada tahun 1884. Intinya ia memaparkan bukti-bukti keunggulan dan hidupnya agama Islam serta

26

A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, (Jakarta: RMBooks, 2006), h.15 27


(37)

ketinggian/kemuliaan Kitab suci Al-Qur’an dan Rasulullah SAW. Sebagai perbandingan dengan agama Hindu, Kristen, dan agama-agama lainnya.

Pada jilid pertama beliau memfokuskan pada balasan serangan terhadap ajaran Arya Samaj yang menghina Rasulullah SAW, Nabi Isa AS, dan Nabi Musa AS. Serta yang menuduh kitab-kitab suci para nabi tersebut adalah palsu. Selain itu Mirza menyerang akidah Arya Samaj yang menyatakan bahwa ruh tidak diciptakan oleh Tuhan, melainkan telah ada dengan sendirinya.

Jilid kedua masih berkenaan dengan akidah-akidah Arya Samaj. Kemudian mengenai kedudukan dan perlunya wahyu. Mengenai keunggulan Kitab Suci Al-Qur’an atas kitab-kitab agama lainnya. Juga ia menekankan kaidah dasar pembuktian kebenaran suatu agama yang harus berdasarkan pada kitab suci yang diakui oleh agama itu sendiri. Pada jilid ketiga Mirza merinci keindahan dan kemuliaan Al-Qur’an. Beliau menjawab serangan-serangan yang ditujukan kepada Al-Qur’an. Mirza menyatakan telah menerima wahyu-wahyu dari Allah SWT. Dan beliau bersedia untuk membuktikan kebenarannya.

Pada jilid keempat Mirza membahas tentang bentuk asli bahasa umat manusia; tentang kedudukan mukjizat dan pentingnya nubuatun-nubuatun/khabar-ghaib seorang nabi berkenaan masa mendatang. Beliau memaparkan konsep-konsep agama Buddha, Kristen, dan Hindu Arya Samaj tentang Tuhan, dan membuktikan keunggulan ajaran Islam. Kitab-kitab Yahudi pun beliau paparkan sebagai perbandingan dengan Al-Qur’an.


(38)

Salah satu aspek yang sangat ia tekankan dan ia tampilkan sebagai bukti tetap hidupnya agama Islam hingga hari kiamat adalah adanya hubungan komunikasi yang hidup antara Tuhan dengan hamba-hamba-Nya. Mirza paparkan sendiri pengalaman-pengalaman rohaniahnya dalam bentuk wahyu, ilham, rukya-rukya, maupun kasyaf.28

Dalam rangka merealisasikan ide pembaruannya, pada bulan Desember 1888 Mirza Ghulam Ahmad secara terang-terangan menyatakan diri mendapat perintah Tuhan melalui ilham Ilahi untuk menerima bai’at dari para pengikutnya. Wahyu berbahasa Arab yang ia terima berbunyi:

“Jika sudah kamu putuskan dalam hatimu maka bertawakallah pada Allah; dan buatlah bahtera di bawah tilikan Kami dan wahyu Kami. Orang-orang yang melakukan bai’at dengan engkau, mereka sebenarnya melakukan bai’at dengan Allah. Tangan Tuhan berada di atas tangan mereka”

Perintah Tuhan dalam wahyu tersebut menuntut Mirza Ghulam Ahmad untuk melakukan dua hal. Pertama, menerima bai’at dari pengikutnya; kedua, membuat bahtera, yakni membuat wadah untuk menghimpun suatu kekuatan yang dapat menopang misi dan cita-cita kemahdiannya guna menyerukan Islam ke seluruh dunia. Perintah Tuhan untuk menerima bai’at belum dilaksanakan oleh Mirza Ghulam Ahmad dengan mendirikan Ahmadiyah. Oleh karena itu, pada tahun 1888 oleh Ahmadiyah Lahore di anggap sebagai tahun berdirinya Ahmadiyah.

28


(39)

Pembai’atan baru dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 1889 di kota Ludhiana di rumah Mia Ahmad Jaan. Orang yang melakukan bai’at pertama adalah Maulana Nuruddin Sahib yang sekaligus menyatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad sebagai pendiri paham ini. Setelah itu, diikuti oleh sekelompok kecil, antara lain Mir Abbas Ali, Mian Muhammad Husain Moradabadi, dan M. Abdullah Sanauri. Pelaksanaan pembai’atan tidak dilakukan di kota Qadian, tempat kelahiran Ghulam Ahmad, tetapi di Ludhiana. Menurut A.R.Dard, Ludhiana adalah sebuah kota yang jauh lebih penting dibanding Qadian, karena merupakan pusat aktivitas misionaris Kristen dan merupakan tempat penerbitan jurnal Kristen Noor Afshan (pertama terbit pada bulan Maret 1873). Di samping itu, Ludhiana merupakan salah satu tempat sekolah atas bagi misionaris (Mission Hight School) tertua di India dan tempat para tokoh Islam, seperti Maulana Abdul Qadir dan Abdul Aziz dan Muhammad yang aktif ambil peran dalam pemberontakan 1875 melawan Inggris.

Pembai’atan terhadap para pengikutnya tersebut dilakukan setelah Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu (berbahasa urdu) pada akhir tahun 1890, wahyu itu menegaskan bahwa Nabi Isa A.S telah wafat dan Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang dijanjikan. Wahyu itu berbunyi:

“Masih Ibnu Maryam, Rasul Allah telah meninggal. Sesuai dengan janji, engkau menyadang dengan warnanya”

Sejak menerima wahyu, Mirza Ghulam Ahmad menyatakan bahwa dirinya sebagai al-Masih yang dijanjikan sebagai sekaligus sebagai al-Mahdi. Akan


(40)

tetapi, hal itu baru diumumkan pada awal tahun 1891. Menurut Ahmadiyah Qadian, setelah diadakan pembai’atan tahun 1889 Mirza Ghulam Ahmad mengorganisasi para pengikutnya menjadi suatu paham baru yang merupakan bagian dari gerakan baru dalam Islam dengan nama gerakan Ahmadiyah. Tahun terbit dinyatakan sebagai tahun berdirinya Ahmadiyah.29

Pada tahun 1900, Mauluvi Abdul Karim, seorang khatib sholat Jum’at, menyampaikan khutbahnya dengan menggunakan kata-kata nabi dan Rasulullah untuk Mirza Ghulam Ahmad. Kejadian ini sangat menyakitkan Mauluvi Sayyid Muhammad Ahsan Amrohawai. Ketika Maulivi Abdul Karim mengetahui hal ini, dalam khutbahnya yang lain, ia meminta Mirza agar mencabut pernyataannya, kalau ia salah dalam membuat pangakuan nabi. Setelah selesai sholat Jum’at, Maluvi Abdul Karim memegang pakaian Mirza serta meminta untuk membenarkan keyakinannya yang keliru. Mirza kemudian berbalik dan mengatakan bahwa ia juga memiliki keyakinan yang sama.

Sementara itu Mauluvi Muhammad Ahsan sangat gusar dengan isi khutbah itu dan dengan kemarahan langsung melangkah ke atas masjid. Ketika Mauluvi Abdul Karim kembali, ia mulai terlibat adu mulut dengannya. Ketika suara mereka terdengar keras, Mirza keluar dari rumahnya dan membacakan ayat Al-Qur’an:

29


(41)

...

(

/49: 2)

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu meninggalkan suara di atas suara nabi” (QS. Al-Hujurat/49: 2)

Khutbah Mauluvi Abdul Karim menandakan sebuah fase baru dalam karir Mirza Ghulam Ahmad. Khutbah ini memberikan keyakinan yang amat ia butuhkan bahwa para pegikutnya telah mempunyai keyakinan tak tergoyahkan kepada dirinya sehingga mereka akan menerima klaim apapun yang ia kemukakan. Anaknya sendiri, Mirza Bashiruddin Mahmood, telah menggambarkan perkembangan ini dengan menyatakan bahwa Mirza memang mengklaim bahwa dirinya telah dikaruniai beberapa sifat yang hanya didapatkan dalam diri seorang nabi namun meskipun demikian, ia tetap menyangkal bahwa dirinya adalah seorang nabi.

Ketika ia sadar akan ketidakkonsistennya dan mulai menyadari bahwa sifat-sifat itu adalah sifat kenabian, ia mulai menyatakan kenabiannya. Bashiruddin Mahmood menuliskan :

“Pendeknya sejak awal mula Isa al-Masih (Mirza) meyakini bahwa definisi nabi adalah seseorang yang membawa syariah baru, atau yang menghapuskan beberapa perintah agama, atau seseoranng yang langsung ditunjuk oleh Tuhan; jadi, meskipun semua sifat dan karakter yang dibutuhkan oleh seorang nabi ada pada dirinya, ia masih menolak untuk menunjuk dirinya sebagai nabi. Tetapi kemudian, ketika ia mulai sadar bahwa sifat pengakuannya adalah pengakuan kenabian, ia mulai menyatakan dirinya sebagai nabi”.

Namun, apakah Mirza menahan diri dari menyatakan bahwa ia adalah nabi hingga keraguannya hilang dan kemudian telah diperintahkan Tuhan untuk


(42)

menyatakan kenabiannya, atau ia sedang menunggu saat yang tepat untuk membuat pernyataannya, tidak diragukan lagi bahwa pada akhirnya ia menyatakan kenabiannya. Dan ini merupakan konsekuensi logis dari sejumlah klaim yang ia buat sebelumnya.

Masalah kenabian akhirnya telah diputuskan pada tahun 1901 dan Mirza Ghulam Ahmad mulai menulis mengenai hal itu secara ekplisit dalam tulisannya. Kumpulan artikel yang disebut Arba’in penuh dengan pernyataan dan uraian tentang misi barunya. Pada 1902, ia menulis sebuah buku berjudul Tuhfat an-Nadwah yang ditujukan kepada para ulama yang ikut andil dalam “Konfrensi Nadwah” yang diselenggarakan di Amritsar pada 1902. Dalam buku tersebut, ia menuliskan :

“Seperti yang aku katakan berkali-kali bahwa apa yang aku bacakan kepadamu adalah benar-benar kalam Allah, sebagaimana Al-Qur’an dan Taurat adalah kalam Allah dan bahwa aku adalah seorang nabi Zilli dan setiap Muslim harus mematuhikiu dalam masalah-masalah agama. Dan siapa saja yang mengetahui kabar tentang diriku, tetapi tidak menjadikanku sebagai hakim dalam memutuskan masalahnya, ataupun tidak mengakui wahyu yang aku terima dari Tuhan, ia akan mendapat azab di akhirat karena ia telah menolak apa yang seharusnya ia terima. Aku tidak hanya mengatakan bahwa aku menghendaki kematian sekiranya aku adalah pembohong; aku juga mengatakan bahwa aku adalah orang yang benar bahkan sebagaimana Musa dan Isa dan Muhammad, dan bahwa Tuhan telah menunjukan lebih dari sepuluh ribu tanda untuk menguatkan pernyataanku. Rasulullah telah beraksi dan para nabi sebelumnya telah menunjukkan zaman kemunculanku, yaitu zaman sekarang ini. Al-Qur’an juga telah menunjukan masa tugasku pada zaman ini. Langit dan bumi pun telah beraksi untuk mendukungku. Dan tak ada seorang nabi pun yang tidak beraksi untuk membela ku”.

Jadi wahai orang-orang dari umat Muhammad, akulah satu-satunya yang telah menerima bagian besar dari wahyu Tuhan dan pengetahuan tentang alam ghaib. Tak seorang pun dari orang suci sebelumku yang diberi karunia seperti


(43)

ini. Atas dasar ini, aku telah dipilih sebagai seorang nabi dan tak akan ada lagi yang berhak menyandang gelar ini.

Seluruh tulisan Mirza selanjutnya, penuh dengan uraian tentang klaim kenabiannya. Terlalu banyak untuk disebutkan dalam buku itu. Bagi mereka yang tertarik untuk mengetahui secara lebih detail, maka harus mempelajari bukunya Haqiyat al-Wahy, dan buku yang ditulis Bashiruddin Mahmood Haqiqat al-Nubuwwah.30

Pintu kenabian masih terbuka karena Miza Ghulam Ahmad mempunyai beberapa alasan dan ia mempusatkan perhatian terhadap dalil Al-Qur’an yang maknanya juga didukung oleh Sunnah Nabawiyah. Dalil yang dipergunakan adalah firman Allah dalam surat Al-Ahzab, yaitu :

# $

%&'(

*&ﺡ

-

/0

1-

22

# $-

/0

3 ﺏ

* 4

5'206

(

7 8

/33: 40)

“Muhammad tiadalah bapak salah seorang dari laki-laki di antara kamu, tetapi di adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi” (QS. Al-Ahzab/33: 40)

Mirza berusaha menafsirkan kalimat “khatam” (penutup) di luar makna yang diketahui oleh umat Islam pada umumnya yang telah diwarisi oleh mereka secara turun-temurun. Pemikiran Mirza terhadap dalil ini berkisar seputar dua poin yang sederhana.

Pertama, pemikiran mengenai “tanasukh” (inkarnasi) setelah ia memberikan pernik baru. Dia misalnya mengaku bahwa sebenarnya dia-lah

30

Sayid Abul Hasan Ali Nadwi, Tikaman Ahmadiyah Terhadap Islam, Penerjemah Tubagus Mundzir, Jakarta: Fadlindo Media Utama, 2005 cet. 1, hal.67-71


(44)

Muhammad itu atau Nabi Muhammad SAW. Telah dipersiapkan kembali untuk menyatu di dalam diri Mirza Ghulam Ahmad. Apabila Muhammad SAW telah dipersiapkan kembali untuk menjadi seorang nabi, tentu hal ini tidak menafikan tertutupnya pintu kenabian. Sebab Muhammad telah menutup pintu kenabian pada saat menjadi nabi untuk pertama kalinya di tengah-tengah masyarakat Quraisy. Pintu kenabian pun masih tertutup pada saat Nabi Muhammad SAW kembali menjadi nabi untuk kedua kalinya di tengah-tengah masyarakat Qadian di India. Jadi, di sana tidak terdapat dua sosok, melainkan hanya satu sosok saja yang telah menutup pintu kenabian.

Pernyataan Mirza mengenai hal ini sangat jelas dia berkata :

"Akulah Muhammad, namun sebatas samaran. Oleh karena itu, kedudukannya sebagai nabi penutup tidak berakhir. Sebab kenabian Muhammad SAW masih berlangsung dan terjadi dalam sosok Muhammad itu sendiri. Dengan kata lain, Muhammad sendirilah yang tetap menjadi Nabi sampai sekarang”.

“Jika aku sebagai Muhammad dalam bentuk inkarnasi, dan seluruh bentuk kesempurnaan Muhammad telah berpencar kepadaku dengan kenabian secara samaran, siapa lagi yang akan mengaku sebagai nabi independent”

Kedua, pemikiran yang dijadikan pijak, oleh Mirza adalah bahwa makna Muhammad sebagai penutup para nabi adalah ia telah diberikan syarat-syarat dan karakteristik sebagai nabi penutup. Dengan demikian hanya beliau pula yang berhak memberikan syarat karakteristik itu kepada umatnya yang di kehendakinya. Barang siapa yang diberikan kenabian secara abstrak oleh beliau, orang itu pun menjadi seorang nabi tanpa menyalahi akidah tentang nabi akhir zaman. Ini apabila kita telah memahami prinsip nabi penutup dalam artian bahwa


(45)

beliau memiliki syarat dan karakteristik nabi penutup, lalu syarat dan karakteristik itu diberikan kepada salah seorang umatnya yang dikehendaki.31

Untuk menyebarkan kemahdian Mirza Ghulam Ahmad dengan buku-buku karangannya diperlukan dana. Untuk itu, Mirza Ghulam Ahmad menghimbau perlunya chandah ungkapan yang sifatnya himbauan tentang perlunya chandah diungkapkan pertama kali pada tanggal 5 Juli 1903. Mirza Ghulam Ahmad memberikan landasan bahwa dengan memberikan chndah, iman akan bertambah kuat karena ini adalah urusan kecintaan dan keikhlasan.

Pada tanggal 20 Desember 1905 Mirza Ghulam Ahmad mencanangkan gerakan al-Washiyyat. Intinya, siapa pun yang tergabung menjadi anggota Jema’at ini wajib mewasiatkan 1/10 sampai 1/3 dari harta kekayaan dan pendapatan bulanannya, di samping bertakwa, meninggalkan hal-hal yang haram, dan tidak berbuat syirik. Mereka yang menjadi anggota gerakan al-Washiyyat kelak jika meninggal jenasahnya akan dikuburkan di makam Bahesti Makbarah (Taman Surga) di Qadian. Penyisihan harta kekayaan dan pendapatan bulanan sesuai dengan janji yang dibuat dalam Chandah Washiyyat.32 Gerakan Al-wasiyyat juga dimaksudkan untuk memajukan dan menyebarluaskan Islam ke seluruh dunia.33

31

Thaha Dasuki Hubaisyi, Munculnya Aliran-Aliran Sesat di Abad Modern, Penerjemah Amirullah Kandu, (Bandung: Cv Pustaka Setia , 2006), h. 292-293

32

Iskandar Zulkarnaen,Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, h. 66-67 33


(46)

Tahun 1906 M. Ghulam Ahmad mendirikan sebuah lembaga yang bernama Sadr Anjuman Ahmadiyah, yang berpusat di Qadian dan bertugas mengurus sekolah, majalah, badan wasiat dan lainnya. Lembaga tersebut berjumlah lima belas orang, empat belas orang dipilih oleh Ghulam Ahmad. Beliau mewasiatkan tentang akan adanya silsilah khilafah yang akan menggantikan beliau dan akan misi tersebut. Mirza wafat di Lahore pada tanggal 26 Mei 1908. Jenazah beliau dibawa ke Qadian dan dikebumikan di sana.34

Pada 1891 ketika Mirza menyatakan bahwa dirnya adalah Mahdi al-muntadzar, kemudian pada 1910, bahwa ia adalah seorang nabi Allah, ulama Muslim mulai mengecam dan menentangnya. Di antara mereka yang gigih menentang Mirza adalah Maulana Sanaullah Amritsari, editor majalah Ahlul hadist. Pada 5 April 1907, Mirza Ghula Ahmad mengeluarkan pernyataan yang ditujukan kepada Maulana Sanaullah:

“Sekiranya aku adalah seorang pembohong besar seperti yang anda gambarkan dalam majalah anda, maka aku akan mati di saat anda masih hidup, karena aku tahu bahwa masa hidup seorang pembuat kejahatan dan pembohong tidak akan lama dan pada akhirnya ia akan mati sebagai sorang yang gagal dalam keadaan terhina dan sengsara di saat musuh besarnya masih hidup. Namun sekiranya aku bukan seorang pembohong dan penipu tetapi seorang yang telah mendapat kemuliaan melalui wahyu Tuhan, serta Imam Mahdi dan al-Masih yang telah dijanjikan, maka aku memohon dengan rahmat Tuhan dan seiring dengan sunnatullah, anda tidak akan selamat dari hukuman karena anda menolak kebenaran. Hukuman itu bukan berasal dari tangan manusia tetapi dari tangan Tuhan, yaitu berupa penyakit dan kolera. Namun sekiranya penyakit itu tidak menimpa anda di saat aku masih hidup, maka aku bukan utusan Tuhan”

34


(47)

Setahun setelah dipublikasikannya pernyataan ini, pada 25 Mei 1908 Mirza Ghulam Ahmad jatuh sakit terserang penyakit kolera di Lahore. Dalam kondisi yang lemah, ia juga muntah-muntah. Ia langsung mendapat perawatan khusus, namun kondisi Mirza semakin melemah dan kritis. Pada hari berikutnya, tanggal 26 Mei ia menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Tentang kematian Mirza Ghulam Ahmad, mertuanya, Mir Nasir Nawab menceritakan:

“Malam di mana Mirza Ghulam Ahmad jatuh sakit, saya sedang tidur di tempat saya. Ketika ia merasa sangat tersiksa, saya terbangun. Ketika ia menyapa saya dan berkata, “Mir Shahib aku terkena penyakit kolera”. Setelah kejadian ini, dalam pendapat saya, Mirza tidak bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas sampai ia meniggal hari berikutnya jam sepuluh”.

Pada 27 Mei 1908 proses pemakaman berlangsung dan Hakim Nuruddin dipilih sebagai penggantinya, menjadi seorang khalifah pertama gerakan Ahmadiyah.35

Sebenarnya kurang lebih dari satu tahun menjelang kewafatannya Ghulam Ahmad telah mengangkat penggantinya yaitu H. Hakim Nuruddin, seorang guru agama di Madinah dan merupakan salah satu keturunan khalifah kedua dari khulafaurasyidin yaitu Umar bin Khatab ra. Rasa persaudaraan, kebersamaan dan soliditas gerakan Ahmadiyah masih dapat dilihat dan dirasakan pada Ghulan Ahmad sampai pada khalifah I.

Pada masa khalifah I Ahmadiyah telah mengalami kemajuan yang pesat dan mulai di kenal di kalangan umat Islam secara luas, tetapi setelah

35


(48)

kepemimpinan khalifah I berakhir, tepatnya setelah wafat pada 30 Mei 1908 M bibit perpecahan sudah mulai terlihat di kalangan mereka. Soliditas dan solidaritas sudah tidak tampak lagi di kalangan mereka. Menurut Bashir Ahmad, ada tiga faktor yang menyebabkan aliran Ahmadiyah terpecah yaitu, masalah khalifah, iman kepada Ghulam Ahmad, dan masalah kenabian.36

Permasalahan khilafah, di kalangan Ahmadiyah terjadi perbedaan pendapat yang cukup signifikan. Perbedaan ini sangat berpengaruh pada manejemen organisasi Ahmadiyah yang telah mempunyai jangkauan sangat luas, baik di kalangan muslim non muslim. Ada dua pendapat yang berbeda tentang masalah tersebut di kalangan Ahmdiyah. pertama, kelompok yang mengatakan bahwa organisai khilafat masih diperlukan untuk mengikuti apa yang telah diajarkan Ghulam Ahmad. Aliran ini meyakini bahwa Ahmadiyah harus berada dan bergerak dengan sistem khilafah sebagaimana yang ada terdahulu pada masa Ghulam Ahmad dan khilafah I yang sudah berjalan. Sistem khilafah juga harus ada pada masa yang akan datang dan seterusnya harus tetap ada.37

Sementara pendapat yang kedua, mengatakan bahwa organisasi khilafah sudah tidak diperlukan lagi dan sudah cukup dengan organisasi Anjuman yang sudah terbentuk saja, tetapi untuk menghormati wasiat khilafah I boleh ditetapkan seorang Amir dan posisinya tidak wajib ditaati oleh jemaat dan Sadr Anjuman

36

Mirza Bashiruddin Ahmad, Silsilah Ahmadiyah, penerjemah Abdul Wahid H. A. (Kemang : 1997), h.71

37


(49)

Ahmadiyah, bahkan jabatannya terbatas dan mempunyai syarat-syarat yang cukup ketat. Lebih lanjut kelompok ini cenderung menjadikan sistem kepemimpinan dalam Ahmadiyah pada masa yang datang menggunakan sistem kepemimpinan kolektif kolegial.

Kedua, yang menjadi titik perpecahan di kalangan Ahamadiyah adalah masalah iman kepada Ghulam Ahmad. Terjadi perbedaan yang sengit, di antara dua kelompok dalam Ahmadiyah. Pertama, kelompok yang berpendapat bahwa iman kepada Ghulam Ahmad adalah suatu kewajiban yang harus ditaati. Siapa saja orang yang tidak mempercayainya Adalah kafir dan keluar dari Islam. Kelompok ini yang oleh sebagian umat Islam dinilai telah melampaui batas dan dikategorikan kelompok radikal yang sesat. Sementara kelompok kedua, adalah kelompok yang mengatakan bahwa mereka yang tidak beriman kepada Ghulam Ahmad tidak ada masalah, karena mereka mempunyai kebebasan untuk tidak melakukan hal itu selama mereka mengucapkan dua kalimah syahadat. Menurut Maulana Muhammad Ali, faktor yang kedua adalah faktor yang paling memicu perpecahan di kalangan Ahmadiyah.

Faktor yang ketiga yang menjadi pemicu perpecahan di kalangan Ahmadiyah adalah masalah kenabian Ghulam Ahmad. Di kalangan Ahmadiyah terjadi perbedaan pendapat yang cukup tajam di antara dua kelompok. Permasalahan tersebut sangat krusial, karena masalah kenabian seperti yang sudah disebutkan di atas merupakan masalah yang khas dari Ahmadiyah dan kontroversial di kalangan umat Islam. Dua kelompok tersebut antara lain,


(50)

pertama, kelompok yang mengatakan bahwa kenabian sesudah Rasullah SAW tetap terbuka sampai kapan pun, sementara pendapat kedua, mengatakan sesudah Nabi Muhammad SAW pintu kenabian sama sekali sudah tertutup dan mengakui Ghulam Ahmad tidak mendakwakan diri sebagai nabi.38 Pendapat yang kedua merupakan paham yang dianut oleh kelompok yang kemudian dinamakan aliran Lahore. Aliran Lahore memperkuat argumentasinya melalui Qanun Asasi Ahmadiyah Lahore yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir dan sesudah beliau tidak akan datang lagi nabi, baik nabi baru maupun nabi lama.39

Munculnya perbedaan pendapat tentang kenabian Mirza Ghulam Ahmad sebenarnya berakar dari Ghulam Ahmad sendiri dalam dua buku karangannya yang mengakibatkan timbulnya penafsiran yang berbeda antara satu dan yang lain.

Dari uraian itu, jelaslah bahwa sikap para pengikut Mirza Ghulam Ahmad ternyata tampak lebih agresif dari pada sikap pendiri gerakan ini. Di antara mereka ada yang suka menuduh muslim lain kafir dan ada pula yang tidak. Sejak munculnya dua pendapat yang kontroversial dari internal Ahmadiyah, pada tahun 1914 secara ril Ahmadiyah terpecah menjadi dua golongan. Pertama, golongan Ahmadiyah Qadiani yang ajarannya mencela tuduhan muslim lain sebagai kafir.

38

PB.GAI, Benarkah Ahamdiyah Sesat, (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2003), cet. ke-2, h.10

39


(51)

Golongan yang berkeyakinan bahhwa kenabian tetap terbuka sesudah Rasulullah SAW ini dipimpin oleh Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad. Golongan ini juga berpandangan bawa Mirza Ghulam Ahmad tidak hanya sebagai mujadid, tetapi juga sebagai nabi dan rasul yang seluruh ajarannya harus ditaati.

Golongan kedua adalah golongan Ahmadiyah Lahore yang disebut juga dengan dengan Ahmadiyah Anjuman Isha’at Islam. Golongan ini dipimpim oleh Maulana Muhammad Ali dan Kwaja Kamaluddin yang tidak menyetujui prinsip golongan pertama. Golongan ini berkeyakinan bahwa pintu kenabian setelah Nabi Muhammad SAW telah tertutup. Dengan demikian, Mirza Ghulam Ahmad bukanlah seorang nabi, melainkan seorang mujaddid, selain sebagai al-Masih dan al-Mahdi40.

Menurut Syafi’i R. Batuah, seorang pegikut golongan Qadian, golongan Ahmadiyah Lahore bermula dari kegagalan Maulana Muhammad Ali dalam mencapai ambisinya untuk menjadi Khalifah II. Oleh Karena itu, ia dan pengikutnya memisahkan diri dan membentuk golongan baru yang berpusat di Lahore.

Munculnya Ahmadiyah Qadian, menurut Maulana Muhammad Ali, karena yang terpilih sebagai khalifah II tahun 1914 dan pengganti Maulvi Hakim Nuruddin adalah Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad. Ia mengumumkan kepercayaan baru yakni, pendiri Gerakan Ahmadiyah adalah benar-benar nabi, beliaulah Ahmad yang diramalkan dalam Al-Qur’an Suci ash-Shaff ayat 6, semua

40


(52)

orang Islam yang tidak bai’at kepada Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad adalah kafir dan berada di uar Islam.41

Dengan terpilihnya Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad sebagai kahlifah II tidaklah mendapat dukungan penuh dari seluruh warga Ahmadiyah. Tampaknya, perpecahan akibat perbedaan pandangan tersebut sangat sulit untuk dipersatukan kembali. Meski demikian, kedua golongan tersebut sangat aktif dan intensif dalam usaha mewujudkan cita-cita kemahdian, terutama di kalangan masyarakat Kristen barat.

Terpilihnya khalifah II Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad yang memangku jabatan tersebut dari tahun 1914 hingga 1965 kemudian, digantikan oleh khalifah III Hadhrat Hafiz Nasir Ahmad yang meninggal dunia 1982. Selanjutnya kekhalifahan di jabat oleh khalifah IV Hadhrat Mirza Taher Ahmad42 dan khalifah V yaitu Hz. Mirza Masroor Ahmad, atba, hinga sekarang.43

B. Perkembangan dan Penyebaran Ahmadiyah

Khalifatul Masih I, yaitu Hz. Mlv. Hafiz Hakim Nuruddin ra. Pertablighan Islam dan perkembangan misi Ahamdiyah ke Eropa sudah dimulai pada masa beliau ini. Khalifatul Masih I wafat pada tahun 1914 dan digantikan oleh khalifatul Mash II, yaitu Hz Mirza Bashirudin Ahmad ra. Pertablighan Islam

41

S. Ali Yasir, Pengantar Pembaruan dalam Islam, (Yogyakarta: P.P Yayasan Perguruan Islam Republik Indonesia, 1981), h.50

42

M. Amin Djamaluddin, Ahmadiyah dan Pembajakan Al-Qur’an, h.196 43

Munasir Sidik, Dasa-Dasar Hukum dan Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia, (Banten: IKAHAI, 2007), h.19


(53)

dan pengembangan misi Ahmadiyah ke seluruh dunia lebih teroganisir. Pengorganisasian itu beliau wujudkan pada tahun 1935 dalam bentuk suatu gerakan yang dikenal dengan nama Tahrik Jadid (Gerakan Baru). Di dalam gerakan ini beliau menghimpun dana sukarela dari para anggota dan mengumpulkan tenaga-tenaga sukarela yang mewakafkan diri mereka untuk pengembangan Islam ke seluruh dunia.

Pada Khalifatul Masih II ini Jemaat Ahmadiyah telah berkembang di Asia, Eropa, Afrika dan Amerika.44 Kemudian setelah Ahmadiyah muncul dan berkembang di India, beberapa waktu kemudian disusul dengan menyebarnya Ahmadiyah hampir ke seluruh dunia, dengan mendirikan mesjid-mesjid di berbagai negara seperti London, di kota Zurich (Switzerland), di Den Haag (Belanda) di kota Frankurt dan Hamburg (Jerman) dan masih banyak negara-negara lainnya termasuk di benua Afrika.45

Konferensi organisasi-organisai Islam se-Dunia pada tanggal 6-10 April 1974, di bawah anjuran Rabitah al-Alm al-Islami, merekomendasikan antara lain: 1) setiap lembaga Islam harus melokasikan kegiatan kelompok Qadiani dalam tempat ibadah, sekolah, panti, dan semua tempat kegiatan mereka yang destruktif.2). Menyatakan sekte Ahmadiyah kafir dan keluar dari Islam. 3). Memutuskan segala hubungan bisnis dan melaksanakan pemboikotan ekonomi, sosial, dan budaya terhadap mereka. 4) Mendesak pemerintah-pemerintah Islam untuk melarang segala kegiatan pengikut Mirza Ghulam Ahmad dan menganggap mereka sebagai minoritas non Islam serta melarang mereka memangku jabatan yang penting dalam negara.5) menyiarkan salinan semua penerbitan yang dijadikan sekte ini sebagai tempat penyelewengan ayat-ayat Al-Qur’an dan 6).

44

Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, hal. .33 45


(54)

Semua golongan yang menyelewengkan Islam diperlakukan sama seperti Qadiani.46

Karena ditentang di Pakistan, para pengikut Ahmadiyah mengalami banyak penganiayaan. Mereka dikucilkan, tidak boleh menjadi makmum dalam jamaah atau sahalat Jumat, mesjid-mesjidnya dirusak dan dibakar, bahkan mengalami pembunuhan sangat kejam dari umat Islam fanatik di Pakistan. Karena itu, gerakan Ahmadiyah hijrah ke Inggris dan menyebar ke negara-negara Eropa barat.

Misi dan pusat pertabligan Jamaah Ahmadiyah selain didapati di Pakistan, India dan Bangladesh tersebar pula di Amerika dengan mesjid-mesjidnya di Dayton, Chicago, Washington, dan beberapa kota di Kanada dan lain-lain.47

Di benua Afrika, misi Jamaah Ahmadiyah telah banyak membangun proyek pendidikan dan kesehatan. Seperti di Nigeria, Ghana, Siera Leon, Gambia, Pantai Gading, Kenya, Zambia, Uganda, Tanzania, Mauritius, demikian pula terdapat pusat misi dan mesjid-mesjid di Guyana, Trinidad, Suriname, Kep.Fiji, Srilangka, Malaysia, Singapore, Filipina, Jepang dan lain-lain.48

Pengikut masing-masing golongan mendirikan masjid-masjid sebagai pusat kegiatan, menerjemahkan Al-Qur’an dengan komentarnya ke dalam bahasa asing. Selain itu, mereka juga menerbitkan buku-buku tentang Islam. Golongan

46

HA. Hafizh Anshari AZ dkk. Ensiklopedia Islam, (Jakarta: lehtiar Baru Van Hoeve, 1999), h. 82

47

A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 8 48


(55)

Lahore di bawah pimpinan Maulana Muhammad Ali menerbitkan The Religion of Islam. Golongan Qadiani di bawah pimpinan Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad menulis sebuah buku Ahmadiyah for the True Islam pada tahun 1924. Dalam penerbitannya yang terakhir disebut dengan 8500 Precious Gems From World’s Best Literature yang berisi catatan-catatan dari literatur lama dan modern, baik dari Islam maupun non-Islam. Buku itu juga memuat masalah agama dan moral.49 Gerakan Ahmadiyah juga aktif mendirikan berbagai pendidikan dan pusat-pusat kesehatan di berbagai kawasan Afrika dan Asia, termasuk Indonesia.50 Dengan melihat perkembangan Ahmadiyah yang pesat, salah satu organisasi Islam yang mempunyai jaringan terluas adalah Ahmadiyah. Kemajuan organisasi ini telah hampir ke seluruh dunia dan kantornya berada di sekitar 200 negara.51

Jemaat Ahmadiyah telah berkembang dan tersebar di 185 negara di seluruh benua di dunia. Sebagai organisasi yang hanya berkiprah dalam bidang kerohanian dan sama sekali tidak memiliki tujuan-tujuan politik, Jemaat Ahmadiyah telah berhasil menyebarluaskan dakwah Islam di daratan Eropa, Australia dan Amerika dengan mendirikan masjid-masjid dan pusat-pusat dakwah di kota-kota penting ketiga benua tersebut.52

49

Iskandar Zulkarnaen,Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, h. 74 50

Ibid, h.74-75 51

Saleh A. Nahdi, Ahmadiyah Selayang Pandang, h. 75-81 52


(56)

Khalifah yang yang ke-4 yang bermaskas di London Hadhrat Mirza Taher Ahmad, bagi semua anggota Ahmadiyah di seluruh dunia wajib tunduk dan taat tanpa reserve kepada peritah dia.53 Tanggal 27 Januari 1986 “khalifah” mendirikan bagian bahasa arab dalam jemaat Islam Ahmadiyah salah satu yang penting dari tujuan-tujuan seksi bahasa arab ini adalah berhubungan dengan orang-orang Ahmadi Arab dan menyerahkan (bantuan) yang dibutuhkan mereka dalam menyebarluaskan aqidah-aqidah Ahmadiyah di dalam negara-negara Arab atau di luarnya sesuai dengan direncanakan oleh khalifah dan langsung di bawah pengarahannya.54

Wajib kepada setiap pembai’at yang masuk kepada Ahmadiyah baik laki-laki atau perempuan, untuk menandatangani perjanjian dari 10 syarat. Syarat yang paling akhir adalah berjanji untuk menaati Mirza Ghulam Ahmad dan khalifah sesudahnya, dalam setiap perkara kebaikan yang diperintahkannya pada mereka. Dengan menaatinya, setiap orang Ahmadiyah harus menyerahkan paling sedikit 6% dari penghasilannya, dan menyerahkan 10 % nya jika orang Ahmadiyah tersebut ingin Mushi55 (orang-orang yang berjanji menyerahkan minimal 1/10 dari penghasilan mereka kepada administrasi Ahmadi dan mereka berwasiat dengan menggalkan 1/10 dari harta mereka untuk administrasi Ahmadiyah ini).

53

Hartono Ahmad Jaiz,Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, (Jak-tim: Pustaka Al-Kautsar, 2008), h. 61

54

Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyah kepercayaan kepercayaan dan pengalaman-pengalaman, (Jakarta: LPPI 2006), h. 81

55


(1)

16.Apakah PBB, membenarkan pelarangan-pelarangan yang terjadi di masyarakat tentang Ahmadiyah ?

Jawab :

Bukan membenarkan meminta, udah bikin surat ke presiden. Sehinga waktu pertemuan dengan wapres tanggal 12 januari 2009 di istana wapres. Pak Fuad Amsyari, sekretaris majlis syura PBB. Perkenalkan semua satu persatu, ini Pak Amin ini ahli aliran sesat kata Pak Fuad. Kemudian dikasihkan data-data tentang Ahmadiyah, mudah-mudahan Pak wapres sempat membaca. Saya bicara, Pak wapres saya minta hadiah untuk umat Islam, saya atas nama umat Islam minta hadiah.

Saya jelaskan hadiah yang kami minta adalah kepres tentang pelarangan Ahmadiyah secara nasional.tindak lanjut atas keluarnya SKB 3 Mentri. Karena banyaknya pelanggaran yang dilakukan Ahmadiyah setelah keluarnya SKB . Jawaban Pak wapres, adalah kami tetap komitmen dengan janji kami dengan memperhatikan HAM. Jadi kita meminta, untuk dilarang. sebab ini perusakan terhadap agama Islam. 17.Menurut PBB, apakah larangan-larangan yang terjadi dengan aliran Ahmadiyah,

bertentangan dengan hukum dan agama ? Jawab:

Tidak bertentangan justru itu sesuai dengan hukum, sudah dibicarakan lalu dikeluarin larangan itu. dan setelah membuktikan pelarangan kelakuan perbuatan yang dilakukan oleh Ahmadiyah bahwa itu menodai Islam. Memang UU harusnya dilarang, itu ada UU kepresnya. Itu saya katakan antara kebebasan beragama dengan kebebasan mengacak agama atau istilah KH. Hasim Muzadi merusak agama, beda


(2)

antara kebebasan beragama atau istilah saya mengacak-ngacak agama Islam kalau istilah KH Hasim Muzadi ketua umum PBNU merusak agama. Ini Ahmadiyah melakukan perusakan terhadap agama Islam pantas wajib harus dilarang.

18.Bagaimana kebijakan Politik PBB tentang keberadaan Ahmadiyah di Indonesia ? Jawab :

Itu tadi larang oleh pemerintah, sudah kami kirim surat resmi ke pemerintah atau bikin agama baru. Biar berjalan kebebasan beragama, jangan mengacak-acak Islam. Saya sudah beragama kali dipanggil oleh komnas ham. Akhirnya nyerah juga, malahan mau belajar sama saya.

19.Apakah kebijakan poltik PBB mempunyai pengaruh terhadap lahirnya SKB 3 Menteri ?

Jawab :

Saya wakil, wakil Kejaksaaan Agung saya wakilnya tapi bukan dari MUI pusat, saya jelaskan sama semua peserta departemen dalam negeri, kepolisian, mabes polri, jaksa agung, semua saya jelaskan tentang Ahmadiyah. sehingga keluar SKB, keputusan bersama. di kejaksaan agung.

20.Seberapa besar, pengaruh kebijakan poltik PBB terhadap lahirnya SKB 2 Mentri ? Jawab :

Sebenarnya kalau atas nama partai tidak ada, karena saya kesana itu atas nama MUI pusat. Diutus oleh MUI pusat, malahan yang diprotes oleh Buyung Nasution karena kehadiran saya pada waktu itu belum menjadi anggota MUI, Sehingga wartawan banyak yang datang kemari . kenapa Pak Amin yang bukan anggota MUI


(3)

ko bisa jadi wakil MUI di rapat kejaksaan agung, kata wartawan. Saya jawab, kalau MUI mencari orang yang ahli dalam bidangnya, menjadi wakil MUI di suatu pertemuan kira-kira salah, umpama orang membangun bangunan mencari insinyur ahli dalam soal membangun bangunan kira-kira salah? Saya dipilih MUI karena tahu, saya ini ahli bidang aliran sesat. Mereka diam.

21.Bagaimana bentuk dukungan poltik PBB terhadap lahirnya keputusan hukum SKB 3 Mentri bagi Ahmadiyah ?

Jawab :

Ya mendukung betul, berterimakasih itu walaupun malahan kita tidak buat karena tidak tegas itu. Aturan kita minta larang, bukan SKB, memang Undang-undangnya begitu prosedurnya. Peringatan keras dulu, kalau masih melanggar baru Kepres. Itu undang-undangnya memang begitu, kepres no. 1 tahun 1965. peringatan dulu kalau masih melanggar baru kepres. Karena kami menemukan data pelanggaran maka LPPI mau kirim surat.ke Presiden untuk dilarang

22.Apakah menurut PBB SKB 3 Mentri bisa memberikan jalan tengah terhadap keberadaan JAI ?

Jawab :

Itu kan SKB itu tidak boleh lagi mereka itu menyiarkan pahamnya kepada orang lain begitu kan, sebenarnya kalau kembali pada UU bukan begitu bunyinya. nih Pasal 1 “setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan, mengusahakan dukungan umum untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu. Penafsiaran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama”.


(4)

Kan dilarang pasal 1. pasal 2 ayat 1 “barang siapa yang melanggar ketentuan tersebut, dalam pasal 1 diberi perintah dan peringatan keras untuk menghentikan perbuatannya itu. Dengan suatu keputusan keputusan bersama Mentri Agama, Mentri Jaksa Agung, Mentri Dalam Negeri. Apabila pelanggaran tersebut dalam ayat 1 dilakukan oleh organisasi atau suatu aliran kepercayaan maka Presiden Republik Indonesia dapat membubarkan organisai itu dan menyatakan organisasi atau aliaran tersebut sebagai organisai atau aliran terlarang satu dan lain hal setelah Presiden mendapat pertimbangan dari Mentri Agama, Mentri Jaksa Agung, Mentri dalam Negeri.” jadi undang-undanya begitu, peringatan keras, Cuma ini agak lembek, tidak tegas SKB itu. Jadi ini Undang-undangnya, UU No.1 tahun 1965 tentang pencegahan penyalahgunaan/penodaan agama.

23.Bagaimanakah kebijkasanaan yang ditawarkan PBB, atas persoalan eksistensi ajaran JAI ?

Jawab :

Ya itu, Partai Bulan Bintang larang, ga ada pendeknya larang gitu aja atau bikin agama sendiri. tidak bisa ditawar-tawar. Larangannya dengan kepres. Kan jelas “Apabila pelanggaran tersebut dalam ayat 1 dilakukan oleh organisasi atau suatu aliran kepercayaan maka Presiden Republik Indonesia dapat membubarkan organisai itu dan menyatakan organisasi atau aliaran tersebut sebagai organisai atau aliran terlarang satu dan lain hal setelah Presiden mendapat pertimbangan dari Mentri Agama, Mentri Jaksa Agung, Mentri dalam Negeri” jadi melarang ini Undang-undanya begitu.

24.konsep dasar PBB tentang keagamaan, kemasyarakatan, kenegaraan ? Jawab :

Ya kan Partai Bulan Bintang itu di mana-mana kampanyenya tegakkan syariat, kalau syariat sudah ditegakkan akan kena semua keadilan ini. Rasul sudah mencohtohkan. Kalau barat, membicarakan ekonomi. pinjem itu kan ada bunganya, kalau Islam bukan minjem, dikeluarin hartanya itu ada milik orang miskin kan gitu. Malahan Rasul mengatakan ambil dari yang punya, suruh ambil. Ambil zakat itu


(5)

harus datang pada yang kaya. Kalau barat kan minjem, tapi ada bunga lagi kan. Kalau ga bayar berbunga lagi.

Kalau Islam kasih, bagi yang kaya ada kewajiban untuk memberikan pada yang miskin. Jadi kalau syariat Islam ditegakkan betul akan beres semua. Makanya Partai Bulan Begitu. Partai Bulan Bintang akan tetap menjunjung syariat Islam dan tidak akan merugikan agama lain.


(6)