Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tahun 1998 merupakan era baru yang berindikasi positif bagi proses perubahan sosial politik, terutama dikalangan Islam yang merasa dimarginalkan oleh rezim Orde Baru. Kehadiran era baru ini menurut kalangan Islam merupakan sesuatu yang baik dan harus direspon dengan membangun berbagai kemungkinan bagi terselenggaranya kepentingan- kepentingan umat Islam. Dalam kaitan ini, lahirnya era reformasi memberikan berbagai indikasi yang konstruktif bagi penguatan gerakan dakwah Islam, terutama dakwah melalui media politik dengan berjuang pada struktur politik negara agar proses penyelenggaraan negara dapat memcerminkan nilai-nilai profetik Islam. 1 Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan peluang bagi umat Islam untuk mendirikan partai politik yang berasas Islam dan memiliki komitmen terhadap dakwah Islam, 2 di antaranya Partai Bulan Bintang PBB yang memberikan perhatian pada usaha pembinaan umat dengan menyalurkan aspirasi politiknya dalam lembaga resmi kenegaraan. Kemudian Partai Keadilan Sejahtera PKS yang memadukan kerja politik dan dakwah. Partai-partai lain yang mengembangkan kegiatan serupa seperti Partai Kebangkitan Umat PKU, 1 Syarifuddin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008, h. 182 2 Asas Islam bagi Partai Bulan Bulan berarti perpedoman seutuhnya pada ajaran Islam, sebuah panduan hidup yang pokok-pokok ajarannya meliputi akidah, syariah, dan akhlak. Karena itu seluruh aspek perjuangan dengan sikap, ucapan, dan prilaku segenap fungsionaris dan kader partai harus berlandaskan dan berpedoman pada Islam yang prinsip-prinsipnya cukup jelas, baik dari Al-Quran maupun Al-Hadits. Lihat Tafsir Asas Partai Bulan Bintang. Partai Umat Islam PUI, Partai Bintang Reformasi, Partai Nahdatul Umat, PPP dan partai-partai Islam lainnya. 3 Aktivitas dakwah di tanah air sebagai lembaga telah menjelma dalam bentuknya yang modern pada awal abad ke-20. Formasinya sebagai gerakan dakwah mempunyai arti aktivitas bersama untuk penyebarluasan ajaran- ajarannya di tengah kehidupan masyarakat sehari-hari. Menguatnya pendekatan kelembagaan dalam dakwah termenifestasikan dalam bentuk- bentuk gerakan organisasi kemasjidan, lembaga pendidikan teristimewa pesantren, badan-badan sosial politik, organisasi kemasyarakatan ormas, majelis taklim dan lain-lain yang keseluruhannya bernilai sosial, budaya, politik dan ekonomi. 4 Dalam etika Islam, politik harus bertujuan untuk amar mar’uf dan nahi munkar , mengingatkan yang salah dan mendorong sebanyak mungkin kreatifitas masyarakat dalam berlomba-lomba meraih nilai kebajikan. Karena itu, produk politik Islam tidak mungkin menjadi sektarian atau untuk kepentingan umat Islam saja, melainkan meratakan keadilan dan rahmat bagi orang banyak rahmatan lil-‘alamin. 5 Allah berfirman dalam Quran surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: . 3 Ibid, h. 362 4 A.M. Fatwa, Demokrasi Teistis, Upaya Merangkai Integrasi Politik dan Agama di Indonesia , Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, h. 79-80 5 Ibid, h. 258 Artinya:” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. Untuk melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, dakwah memerlukan media, baik lisan, tulisan bahkan politik karena melalui media ini dakwah akan dapat disebarkan secara luas, selain dapat menterjemahkan prilaku kehidupan masyarakat, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Endang Saifuddin Anshari bahwa dengan cara-cara ini islam dapat diterjemahkan secara lebih leluasa termasuk soal politik. 6 Seperti diketahui, politik merupakan salah satu kegiatan penting, karena suatu masyarakat hanya bisa hidup secara teratur kalau ia hidup dan tinggal dalam sebuah Negara dan segala perangkat kekuasaannya. Sedemikian pentingnya peranan politik dalam masyarakat modern, sehingga banyak orang berpendapat bahwa politik dalam arti luas adalah panglima, artinya politik sangat menentukan corak sosial, ekonomi, budaya, hukum, dan berbagai aspek kehidupan lainnya. 7 Pemikiran M. Natsir di masa muda memperlihatkan corak mempertahankan Islam dari berbagai serangan yang menyudutkannya. Tampaknya, M. Natsir mengambil bagian dalam aktifitas politik dalam rangka membela Islam dari upaya-upaya orang yang hendak memojokkannya. Dengan gerakan politik ini, M. Natsir ingin melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar demi tegaknya Islam. 6 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya , Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993, Cet. Ke-4, h. 178 7 Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah Episode Kehidupan M. Natsir dan Azhar Bashir , Yogyakarta: Sipress, 1996, Cet. Ke-1, h. 192 M. Natsir menggunakan istilah modernisasi politik Islam yang mengandung arti sebagai sikap dan pandangan yang berusaha untuk menerapkan ajaran dan nilai-nilai kerohaniaan, sosial, dan politik Islam yang terkandung didalam Quran dan Sunnah Nabi dan menyesuaikannya dengan perkembangan-perkembangan mutakhir dalam sejarah peradaban umat manusia. Dalam term politik seperti ini, maka M. Natsir mewajibakan setiap umat Islam untuk berpolitik sebagai sarana dakwah Islam. Katanya, sebagai seorang muslim, kita tidak dapat melepaskan diri dari politik. Sebagai orang politik, kita tidak dapat melepaskan diri dari ideologi kita, yakni ideologi Islam. Bagi kita, menegakkan Islam itu tidak dapat dilepaskan dari menegakkan masyarakat, menegakkan Negara, dan menegakkan kemerdekaan. Menurut Harun Nasution, hubungan kekuasaan dan dakwah cukup jelas. Pada periode Mekah, Muhammad SAW sulit mengembangkan dakwah, karena di Mekah terdapat kekuasaan kaum Quraisy yang kuat menentangnya. Di Madinah, kekuasaan seperti itu tidak ada, bahkan kemudian tampak kekuasaan di Madinah dipegang oleh Muhammad SAW. Dengan kekuasaan yang ada ditangannya, ia lebih mudah menyebarluaskan ajaran Islam. 8 Keberadaan kelompok politik Islam dalam perpolitikan Indonesia merupakan kelanjutan dari adanya dikotomi santri-abangan dikalangan umat Islam, disamping juga berkembang dari adanya kemajemukan dikalangan kelompok Islam itu sendiri. Adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa kelompok politik Islam bukanlah merupakan satu kelompok 8 Thohir Luth, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta : Gema Insani Press, 2005 h. 85-89 kepentingan tunggal. Hal ini ditandai oleh banyaknya partai-partai di kalangan kelompok Islam, baik yang mendasarkan diri pada ideologi dan simbol keislaman maupun yang berbasis dukungan umat Islam. Pada era reformasi dewasa ini terdapat banyak partai Islam atau partai yang berbasis dukungan umat Islam. Fenomena tersebut merupakan refleksi kemajemukan umat Islam dan keberagaman kepentingan kelompok Islam. Kelahiran partai-partai tersebut merupakan buah euphoria politik yang tak terelakkan dari proses reformasi. Proses reformasi yang terjadi memang memberikan angin segar kebebasan bagi warga Negara untuk berserikat dan berkelompok yang selama 30 tahun lebih terkungkung oleh kekuasaan absolut sentralistik. 9 Partai Bulan Bintang yang lahir dengan seiring gerakan reformasi dalam sektor kehidupan, khususnya reformasi politik kembali menghidupkan dan menggunakan ideologi Islam sebagai ideologi partai mereka atau dengan kata lain Islam dijadikan sebagai asas gerakan partai yang dianut. Kendati pendirian partai politik merupakan sebagian dari komitmen umat dalam bidang politik, namun pada kenyataannya dapat menjadi sebuah alternatif sarana bagi langkah-langkah perjuangan politik bagi kaum muslimin. Langkah-langkah ini merupakan bagian integral dari tugas dakwah yang diemban oleh umat Islam. Karenanya pemberian kesempatan bagi munculnya sebuah partai Islam yang merupakan aspirasi umat untuk mewujudkan cita- cita politik yang tidak pernah padam mengingat luasnya dakwah. Karena itu pemberian wadah secara legal formal merupakan bagian dari pemungsian efektif peran pemberdayaan umat baik secara psikologis, sosiologis, ekonomis 9 Deliar Noer, Mengapa Partai Islam Kalah?, Jakarta: Alvabet, 1999, h. 30 maupun politik dalam satu sisi dan sisi lain dapat menghindari terjadinya ekstriminitas akibat penekanan terhadap peran politik umat. 10 Atas dasar pemikiran tersebut diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul : “Komunikasi Politik Studi Tentang Dakwah Partai Bulan Bintang”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah