Distribusi frekuensi usia awal merokok Distribusi frekuensi faktor awal merokok

keluarga bila remaja telah mendapatkan informasi atau penyuluhan tentang dampak merokok.

3. Distribusi frekuensi usia awal merokok

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki mulai merokok sejak usia 15 tahun sebesar 9 orang 5,7, usia 10 tahun, 12 tahun, dan 14 tahun sebesar 6 orang 3,8. Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian Rosdiana 2011 yang dilakukan disekolah Bakti Mulya 400 Jakarta pada remaja 270 responden rata-rata usia tertinggi saat mencoba rokok pada rentang usia 14-15 tahun 20, diikuti pada rentang usia 12-13 tahun sebanyak 36 responden 13,3 dan sebanyak 21 responden 7,8 setelah berusia 15 tahun. Penelitian dari GYTS 2006, yang dulakukan terhadap remaja berusia 13-15 tahun bahwa sebanyak 24,5 remaja laki-laki perokok. Bahkan 3 dari 10 pelajar mencoba merokok sejak usia dibawah 10 tahun Jaya, 2009. Proporsi penduduk umur ≥ 15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat dalam Riskesdes 2007 sebesar 34,2. Riskesdes 2010 sebesar 34,7 dan Riskesdes 2013 sebesar 36,3. Proporsi tertinggi pada tahun 2013 adalah NTT sebesar 55,6. Menurut Menkes, kecenderungan merokok dikalangan remaja umur 15-19 tahun di Indonesia semakin meningkat sebanyak 3 kali lipat dari 7 Susenas, 1995 menjadi 43,3 Susenas, 2010. Senada dengan data tersebut, hasil Riskesdes 2010, menunjukkan presentase anak memulai perilaku merokok pada umur 10-14 tahun sebesar 17,5.

4. Distribusi frekuensi faktor awal merokok

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar faktor yang pertama mempengaruhi siswa merokok adalah teman sebesar 16 orang 39 dan faktor karena rasa ingin tahu sebesar 11 orang 26,8. Hal ini berkaitan dengan Universitas Sumatera Utara penelitian Leventhal Smet. 1994 dimana merokok tahap awal itu dilakukan dengan teman-teman sebesar 64. Secara teori Oskamp Smet, 1994 mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial seperti teman-teman, kawan sebaya, orangtua, saudara-saudara dan media. Pendapat lain oleh Agus 2009, dalam Frihartine 2013 mengungkapkan bahwa hal yang mempengaruhi remaja merokok paling besar adalah teman satu kelompok yang merokok. Remaja terjebak dalam perilaku merokok agar memperoleh keuntungan psikososial antara lain agar diterima dalam lingkungan sebaya, ingin terlihat lebih dewasa dan merasa lebih nyaman. Melalui hubungan teman sebaya, remaja belajar mengambil keputusan sendiri dan melakukan segala hal dengan mandiri seraya mempelajari pola perilaku yang diterima dan dilakukan oleh teman atau kelompoknya Endrawanch 2009, dalam Frihartine 2013.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa merokok a. Orangtuakeluarga