Iklan Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa merokok a. Orangtuakeluarga

Hasil penelitian oleh Fikriyah Febrijanto 2012 menunjukkan bahwa faktor kepribadian psikologis berisiko rendah dan perilaku merokok yang ringan yaitu 11 responden 33,3 didapatkan nilai P=0,007 0,05 maka ada pengaruh faktor psikologis terhadap perilaku merokok. Dari hasil penelitian Rustanto 2011, menunjukkan lingkungan pencarian identitas P Value =0,001 0,05 bahwa ada hubungan antara pencarian identitas dengan kejadian merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Saprudin 2007 yang menunjukkan bahwa menghilangkan stress dengan merokok sebesar 3,92 dan penelitian Soewondo 2003 dari Fakultas Psikologis UI yang mengatakan bahwa orang yang tidak berhenti merokok menyatakan jika berhenti mereka akan kesusahan berkonsentrasi, gelisah bahkan bisa gemuk sedangkan bila berhenti merokok akan merasa lebih dewasa dan timbul suatu inspirasi Tandra, 2003.

d. Iklan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh iklan dengan siswa perokok diperoleh dari 94 responden sebesar 21 orang 22,3 dan siswa yang tidak merokok berpengaruh oleh iklan sebesar 73 orang 77,7 dan didapatkan nilai P=0,285 bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor iklan dengan kejadian merokok. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan OR=1,58 95 CI:0,771-3,238 artinyan faktor iklan berpengaruh mempunyai peluang 1,58 kali pada siswa yang merokok. Hasil tersebut berbanding terbalik denga hasil penelitian Alamsyah 2007, yang menunjukkan bahwa remaja yang mengaku iklan rokok mempengaruhi mereka umtuk merokok sebesar 33,85 memiliki kebiasaan merokok dan hasil penelitian Hasanah Sulastri 2011 yang dilakukan pada siswa laki-laki kelas XI dan XII di MAN 2 Boyolali bahwa responden tentang dukungan iklan rokok menunjukkan sebagian besar Universitas Sumatera Utara cukup mendukung yaitu sebanyak 22 orang 47. hasil pengujian hipotesis penelitian tentang adanya hubungan dukungan iklan rokok dengan perilaku merokok diperoleh nilai X 2 hitung 18,511 dan nilai P Value=0,000 serta coefficient contingency 0,532. Hasil GYTS 2009 menyatakan bahwa anak berusia 13-15 tahun sebesar 76,6 melihat iklan rokok di media cetak. Meskipun demikian, untuk menyikapi dampak dari iklan dan promosi rokok ini pemerintah telah memberlakukan PP No.109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat aditif berupa produk tembakau bagi kesehatan. Peraturan Pemerintah ini diperkuat dengan diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan No 28 tahun 2013 tentang pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau. Pembatasan iklan, promosi dan sponsor rokok secara komprehensif dapat menurukan prevalensi perokok. Selain meluncurkan Permenkes Nomor 282013, Menkes juga meluncurkan Peta Jalan Dampak Konsumsi Rokok bagi kesehatan. Namun dalam penelitian ini iklan tidak berpengaruh terhadap kejadian merokok siswa laki-laki di MAN 2 Tanjung Pura Langkat dimana terdapat beberapa kemungkinan yang terjadi seperti adanya tambahan kegiatan ekstrakurikuler yang sering diadakan dan biasanya dimulai sejak dari kelas I, adanya peraturan atau sanksi yang ketat tentang berbusana muslim maupun berkelakuan baik termasuk larangan merokok dan ditambah tugas-tugas yang diberikan guru seperti hafalan ayat al qur’an maupun hadist serta tugas lain sehingga memungkinkan mereka tidak peduli terhadap iklan rokok baik melalui media elektronik maupun non elektronik.

e. Faktor yang paling dominan