Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

cerdas. Dengan pembangunan, Indonesia bisa disejajarkan dengan bangsa-bangsa lain. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia yang cerdas dan terampil. Dalam pembukaan UUD 1945 pasal 31 ayat 3 yang menyatakan bahwa, “Pemerintah Negara Indonesia mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang ”. 2 Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Proses pendidikan pada hakekatnya adalah interaksi yang terjadi antara guru dan murid. Pendidikan merupakan suatu proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Menurut M. Dalyono belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. 3 Proses perubahan tingkah laku atau proses belajar yang terjadi pada diri individu itu mencakup sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Sekolah harus menjadi ajang kegiatan yang paling menyenangkan disetiap kota dan anak-anak akan sangat cepat belajar jika mereka dibimbing untuk menemukan sendiri prinsip-prinsip belajar itu. Sebagaimana pendapat Dave Meier yang dikutip Hernowo, yaitu: “menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut. „kegembiraan’ disini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya pemahaman penguasaan atas materi yang dipelajari, dan nilai yang membahagiakan pada diri siswa. Itu semua adalah kegembiraan dalam melahirkan sesuatu yang baru. Dan 2 Muhammad Kholid Fathoni,Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional Paradigma Baru, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam , 2005, h. 10. 3 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 49. penciptaan kegembiraan ini jauh lebih penting ketimbang segala teknik atau metode atau medium yang mungkin dipilih untuk digunakan. 4 Jalaluddin Rakhmat menunjukkan kepada kita bahwa emosi positif akan memperluas pikiran dan tindakan serta membangun sumber daya personal, sementara emosi negatif akan menyempitkan pikiran dan tindakan. 5 Diantara ciri orang yang bahagia adalah emosi positif. Frederickson menyebutkan empat keadaan emosi positif : joy keceriaan, interest ketertarikan, contentment kepuasan atau kelegaan, dan love cinta atau kasih sayang. Hernowo mengutip pendapat Dr. Georgi Lozanov, Bapak Accelerated Learning asal Bulgaria,bahwa musik klasik dapat menyelaraskan tubuh dan otak. 6 Musik mengurangi stress, meredakan ketegangan, meningkatkan energi, dan memperbesar daya ingat. Seseorang yang mengalami tekanan stress akan berkurang tekanannya bila orang tersebut melepaskan suara, misalnya bernyanyi, berteriak, marah-marah dan sebagainya. Sebagaimana yang di kemukakan oleh Jalaluddin Rakhmat “mengetahui bagaimana otak bekerja akan membuat seseorang dapat belajar secara maksimal dan menyenangkan. 7 Otak kita terus berkembang bila kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan tantangan. Selain itu pentingnya makanan, pentingnya gerakan dan pentingnya memperkaya lingkungan juga sangat mempengaruhi seseorang dalam memaksimalkan pembelajaran. Memaksimalkan belajar Pendidikan Agama Islam sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran agama Islam, namun kenyataannya kebanyakan siswa memiliki kemampuan belajar Pendidikan Agama Islam yang rendah. Rendahnya kemampuan belajar Pendidikan Agama Islam siswa dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya karena pendidik sama sekali tidak mengerti otak. Selama ini otak atau organ untuk 4 Hernowo, Menjadi Guru Yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Men yenangkan, Bandung : Mizan Learning Center, 2005, h. 15. 5 Ibid., h. 29. 6 Ibid., h. 30. 7 Jalaluddin Rakhmat, Belajar Cerdas : Belajar Berbasiskan Otak, Bandung : PT Mizan Pustaka, 2010, h. X. berpikir tidak pernah dipertimbangkan oleh para pendidik, kecuali ketika mereka menghardik para siswanya dengan kata otak udang. 8 Dari sinilah menurut Jalaluddin Rakhmat permulaan citra diri yang negatif. Sejak saat itu, belajar menjadi beban, keraguan tumbuh di dalam diri, dan siswa makin sedikit mengambil resiko. Umpan negatif yang terus menerus ini sangat mematikan. Setelah beberapa tahun di sekolah, terjadilah learning shutdown kebuntuan belajar. Anak menghambat pengalaman belajarnya secara terpaksa. Pada akhir sekolah, kata belajar dapat membuat banyak siswa tegang dan takut. 9 Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga sering kurang diperhatikan oleh semua pihak dilingkungan sekolah, baik guru maupun siswa. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dianggap terlalu banyak menghafal, dan membaca. Sehingga banyak siswa yang merasa jenuh dengan materi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kondisi tersebut sering diperparah oleh keadaan bahwa siswa merasa kurang tertarik, menganggap mudah, dan menganggap pelajaran yang menjemukan. Keberadaan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sering dianggap kurang bermanfaat bagi siswa, karena mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak termasuk yang diujikan dalam Ujian Akhir Nasional. Metode mengajar menjadi salah satu bagian yang ikut memperburuk pandangan berbagai pihak tentang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kebanyakan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ini disampaikan dengan cara- cara yang kurang menarik, seperti penggunaan metode mengajar yang monoton, kurang variasi yang semakin memperparah keadaan. Kejenuhan siswa akan lebih cepat muncul dalam kondisi seperti ini. Masalah memaksimalkan belajar Pendidikan Agama Islam siswa harus segera diatasi, karena Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting bagi siswa untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam dari siswa, yang disamping untuk membentuk 9 Jalaluddin Rakhmat, Catatan Kang Jalal Visi Media, Politik, dan Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1997, h. 343. kesalehan atau kualitas pribadi, juga untuk membentuk kesalehan sosial sehingga terwujud persatuan dan kesatuan nasional ukhuwah wathaniyah dan bahkan ukhuwah insaniyah persatuan dan kesatuan antar sesama umat manusia. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pembelajaran yang menyenangkan yang diharapkan dapat meningkatkan kemaksimalan belajar Pendidikan Agama Islam siswa. Memaksimalkan belajar Pendidikan Agama Islam siswa dapat ditingkatkan dengan pembelajaran yang dalam pelaksanaan pengajarannya tidak terdapat tekanan ataupun ancaman kepada siswa. Selain itu, memaksimalkan belajar Pendidikan Agama Islam siswa juga dapat meningkat jika siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. 10 Tokoh Jalaluddin Rakhmat yang dalam sejarah pendidikan Islam tercatat sebagai salah satu tokoh pejuang yang banyak memberikan kontribusi pendidikan agama Islam melalui ide pemikiran dan karya-karyanya dalam pendidikan agama Islam. Salah satunya adalah didalam mengajar beliau tidak merujuk pada kurikulum departemen pendidikan. Yang dirujuk hanyalah standar kompetensinya saja. 11 Maka dari sini penulis tertarik untuk meneliti tentang ”Pemikiran Jalaluddin Rakhmat tentang Cara Memaksimalkan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, menunjukkan bahwa memaksimalkan belajar Pendidikan Agama Islam siswa tidak harus terpaku hanya kepada guru dan buku saja. Namun memaksimalkan belajar Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan dengan banyak cara melalui bekerjanya otak, pentingnya makanan, pentingnya gerakan dan pentingnya memperkaya lingkungan, maka penulis mencoba mengidentifikasi beberapa masalah, antara lain: 10 Eric Jensen, Memperkaya Otak: Cara Memaksimalkan Potensi Setiap Pembelajar, Jakarta: PT Indeks, 2008, h. 180. 11 Jalaluddin Rakhmat, op. cit., h. ix. 1. Kurangnya perasaan emosi positif dalam belajar mengajar. 2. Jalauddin Rakhmat menyatakan banyak pendidikan hampir dapat dipastikan tidak merujuk ke cara bekerjanya otak. 3. Sumber yang dipakai dalam pembelajaran masih terbatas. 4. Guru lebih mendominasi pembelajaran di dalam kelas. 5. Menurut Jalaluddun Rakhmat banyak siswa yang menganggap belajar menjadi beban 6. Cara belajar yang monoton. 7. Proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan.

C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

Pembatasan masalah dimaksudkan agar kajian menjadi jelas dan terarah, sehingga tujuan kajian tercapai. Dalam kajian ini permasalahan dibatasi pada: konsep pemikiran Jalaluddin Rakhmat dalam memaksimalkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam karyanya “Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak.” Berdasarkan pembatasan masalah, masalah kajian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana pemikiran Jalaluddin Rakhmat dalam memaksimalkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang tertuang dalam karyanya “Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak”?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah : Untuk mengetahui pemikiran Jalaluddin Rakhmat dalam memaksimalkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang tertuang dalam karyanya “Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak.” Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat dijelaskan manfaat dari kajian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, kajian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan, terutama yang berkaitan dengan kemaksimalan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.