Tahap Persiapan Cara Kerja Penelitian

15

3.4.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr.; agar darah; etanol 96 sebagai kontrol negatif; biakan bakteri Streptococcus pyogenes; cakram uji antibiotik Eritromisin sebagai kontrol positif; thioglikolat cair; larutan standar 0,5 Mc Farland; cakram uji kosong blank disc.

3.5 Cara Kerja Penelitian

3.5.1 Tahap Persiapan

3.5.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih lalu dikeringkan dan dibungkus dengan kertas. Alat yang sudah dibungkus kertas dimasukan kedalam plastik tahan panas kemudian disterilkan dengan menggunakan autoclave selama 30 menit pada suhu 121°C. 3.5.1.2 Persiapan Sampel Bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr. dibeli dari pasar Parit Besar di daerah Pontianak Kalimantan Barat yang homogen sebanyak 3 kilogram. 3.5.1.3 Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Sabrang Proses pembuatan ekstrak bawang sabrang dilakukan oleh BALITRO menggunakan metode maserasi. Ekstrak umbi bawang sabrang yang dihasilkan akan digunakan untuk proses penelitian selanjutnya. 3.5.1.4 Proses Aliquote Setelah didapatkan ekstrak umbi bawang sabrang, ekstrak teersebut di aliquote kedalam beberapa botol ukuran 10 ml yang sebelumnya telah dibungkus kertas coklat. 16 3.5.1.5 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Umbi Bawang Sabrang Stok variabel ekstrak umbi bawang sabrang akan dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu 2,5 mgml; 5 mgml; 10 mgml; 20 mgml; 40 mgml. Etanol 96 sebagai kontrol negatif dan antibiotik Eritromisin sebagai kontrol positif. 3.5.2 Tahap Pengujian Uji efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr. terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dilakukan dengan menggunakan metode disc diffusion. Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose suspensi bakteri Streptococcus pyogenes ke dalam tabung reaksi yang berisi tioglikolat cair steril lalu divortex untuk menghomogenkan. Kemudian bandingkan kekeruhannya dengan larutan standar 0,5 Mc Farland serta atur agar kekeruhannya sama. Lalu oleskan larutan bakteri Streptococcus pyogenes menggunakan kapas lidi swab steril pada agar darah. Cakram uji kosong direndam didalam masing-masing stok konsentrasi ekstrak bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr. selama 10-15 menit, setelah itu cakram dibiarkan kering. Lalu cakram uji yang telah dicelupkan ke ekstrak umbi bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr. dan cakram uji antibiotik Eritromisin diletakkan diatas permukaan agar darah secara higienis didalam laminar air flow. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 o Pada penelitian ini pertama kali dilakukan uji pendahuluan untuk melihat efek ekstrak umbi bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr. terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Uji pendahuluan C selama 20-24 jam, kemudian lakukan pengamatan dengan mengukur diameter zona terang clear zone yang mengelilingi cakram yang telah direndam ekstrak umbi bawang sabrang dengan menggunakan penggaris. Jika tidak terdapat zona hambat maka tidak terlihat zona terang disekitar cakram. 17 menggunakan satu cawan petri agar darah dengan menggunakan konsentraksi ekstrak umbi bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr. pada berbagai jenis konsentrasi yang telah ditentukan. Uji pendahuluan mengalami kegagalan sebanyak dua kali karena kontaminasi. Kegagalan yang terjadi karena melakukan pengolesan bakteri tidak didalam laminar air flow, tidak menggunakan masker ketika melakukan pengolesan bakteri, dan melakukan penelitian bersamaan dengan peneliti lain. Kemudia dilakukan perbaikan dengan melakukan pengolesan bakteri didalam laminar air flow, menggunakan masker, dan melakukan penelitian tidak bersamaan dengan peneliti lain. Setelah dilakukan perbaikan, uji pendahuluan berhasil dan selanjutnya dilakukan uji triplo. Pada uji triplo, pada sekali perlakuan digunakan tiga cawan petri agar darah secara sekaligus dengan menggunakan berbagai konsentrasi ekstrak umbi bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr. yang telah ditentukan. Pada uji triplo ini terjadi kegagalan sebanyak empat kali karena bakteri yang terlalu tebal, terkontaminasi, dan bakteri yang tidak tumbuh. Hal tersebut dikarenakan pembuatan larutan bakteri yang terlalu keruh, pengolesan bakteri yang berkali-kali, media agar darah yang mudah terkontaminasi, dan biakan bakteri yang terlalu tipis. Kemudian dilakukan perbaikan dengan membuat larutan bakteri yang kekeruhannya sangat mendekati larutan 0,5 Mc Farland, pengolesan bakteri tidak berkali-kali, dan membuat biakan bakteri yang tidak terlalu tipis. Setelah dilakukan perbaikan, uji triplo berhasil kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data dan didapatkan hasil serta pembahasan. 18

3.6 Alur Penelitian