Hasil Penelitian .1 Pengukuran Densitas Tanpa Tepung Tapioka Tabel 4.1 Data hasil Pengukuran densitas Dengan Tepung Tapioka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengukuran Densitas

a. Tanpa Tepung Tapioka Tabel 4.1 Data hasil Pengukuran densitas

No. Variasi Campuran Massa gr Tebal cm Volume cm 3 Densitas grcm 3 Rata-rata kgm 3

B. apung Pasir

semen 1. 80 20 92,0 92,5 91,5 2,50 2,53 2,50 51,04 51,06 51,04 1,80 1,79 1,79 1,80 x 10 3 2. 10 70 20 86,0 86,0 86,0 2,30 2,40 2,40 46,96 49,01 49,01 1,83 1,75 1,75 1,78 x 10 3 3. 20 60 20 85,5 86,5 86,0 2,37 2,40 2,43 48,39 49,01 49,62 1,76 1,76 1,73 1,75 x 10 3 4. 30 50 20 86,5 87,0 86,0 2,50 2,55 2,45 51,05 52,07 50,03 1,69 1,67 1,72 1,69 x 10 3 5. 40 40 20 84,5 85,0 84,0 2,50 2,60 2,40 51,05 53,09 51,01 1,65 1,60 1,64 1,63 x 10 3 6. 50 30 20 83,0 82,0 83,5 2,65 2,64 2,66 55,11 53,91 54,31 1,50 1,52 1,53 1,51 x 10 3 Dari tabel 4.1 maka dapat dibuat grafik hubungan antara nilai densitas terhadap perubahan komposisi bahan seperti gambar dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Grafik Komposisi Bahan -vs- Densitas Gambar 4.1 Grafik densitas pada beton ringan terhadap variasi persentasi batu apung Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa variasi batu apung berbanding terbalik dengan densitas beton ringan, semakin bertambah variasi batu apung maka densitas dari beton semakin menurun. Hal tersebut dikarenakan batu apung lebih ringan dari pasir, sehingga massa beton ringan semakin kecil dengan variasi batu apung yang semakin besar. Pengujian densitas ini dilakukan setelah beton mengalami masa pengeringan selama 28 hari. Densitas beton ringan untuk variasi komposisi 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 batu apung dari massa pasir, berturut-turut adalah 1,80 x 10 3 kgm 3 1,78 x 10 3 kgm 3 , 1,75 x 10 3 kgm 3 , 1,69 x 10 3 kgm 3 , 1,63 x 10 3 kgm 3 dan 1,51 x 10 3 kgm 3 .

b. Dengan Tepung Tapioka

Tabel 4.2 Data hasil pengujian Densitas No. Variasi Campuran Massa gr Tebal cm Volume cm 3 Densitas grcm 3 Rata-rata grcm 3 B.apung pasir Semen t.tpk 1. 80 20 92,0 92,5 91,5 2,50 2,53 2,50 51,04 51,06 51,04 1,80 1,79 1,79 1,80 x 10 3 2. 10 70 18 2 93,5 93,0 94,0 2,60 2,60 2,55 53,08 53,08 52,o6 1,76 1,75 1,80 1,77 x 10 3 3. 20 60 16 4 94,5 93,5 93,0 2,60 2,65 2,60 53,08 54,10 53,08 1,78 1,72 1,75 1,75 x 10 3 Universitas Sumatera Utara 4. 30 50 14 6 91,5 90,5 91,0 2,60 2,70 2,70 53,08 55,13 55,13 1,72 1,64 1,65 1,67 x 10 3 5. 40 40 12 8 92,0 93,0 92,5 2,80 3,00 3,00 57,17 61,25 61,25 1,60 1,52 1,51 1,54 x 10 3 6. 50 30 10 10 91,5 91,0 92,0 3,15 3,10 3,20 64,32 63,30 65,34 1,42 1,44 1,41 1,42 x 10 3 Dari tabel 4.2 maka dapat dibuat grafik hubungan antara nilai densitas terhadap perubahan komposisi bahan seperti gambar dibawah ini. Grafik Komposisi Bahan -vs- Densitas Gambar 4.2 Grafik densitas pada beton ringan terhadap variasi persentasi batu apung dan tepung tapioka Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa variasi batu apung dan tepung tapioka berbanding terbalik dengan densitas beton, semakin bertambah variasi batu apung dan tepung tapioka maka densitas dari beton semakin menurun. Hal tersebut dikarenakan batu apung lebih ringan dari pasir, sehingga massa beton semakin kecil dengan variasi batu apung yang semakin besar. Dan dengan adanya penambahan tepung tapioka maka beton yang dihasilkan pun semakin ringan. Hal ini disebabkan tepung tapioka lebih ringan dari pada semen, sehingga dapat mengurangi densitas beton. Pengujian densitas ini dilakukan setelah beton mengalami masa pengeringan selama 28 hari. Nilai daya serap air beton dengan menggunakan tepung tapioka berturut-turut adalah Universitas Sumatera Utara 1,80 x 10 3 kgm 3 1,77 x 10 3 kgm 3 , 1,73 x 10 3 kgm 3 , 1,67 x 10 3 kgcm 3 , 1,54 x 10 3 kgm 3 , dan 1,48 x 10 3 kgm 3 .

4.1.2 Pengujian Daya Serap Air a. Tanpa Tepung Tapioka

Tabel 4.3 Data hasil Pengujian daya serap air No. Variasi Campuran mb gr mk gr mb-mk gr Daya Serap Air Rata- rata

B.apung Pasir

semen 1. 80 20 99 97,5 98 92 92,5 91,5 7,0 5,0 6,5 7,60 5,40 7,10 6,70 2. 10 70 20 94 93 95 86 86 86 8,0 7,0 9,0 9,30 8,14 10,46 9,30 3. 20 60 20 99 95 97 85,5 86,5 86 13,5 8,5 11,0 15,79 9,83 12,79 12,80 4. 30 50 20 98,5 99 98 86,5 87 86 12,0 12,0 12,0 13,87 13,79 13,95 13,87 5. 40 40 20 98 99 97 84,5 85 84 13,5 14,0 13,0 15,97 16,47 15,47 15,97 6. 50 30 20 98 97,5 99 83 82 83,5 15,0 15,5 15,5 18,07 18,90 18,56 18,51 Dari tabel 4.3 maka dapat dibuat grafik hubungan antara nilai daya serap air terhadap perubahan komposisi bahan seperti gambar dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Grafik Komposisi Bahan -vs- Daya Serap Air Gambar 4.3 Grafik penyerapan air pada beton ringan terhadap variasi persentasi batu apung Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa variasi batu apung berbanding lurus dengan penyerapan air pada beton, semakin bertambah variasi batu apung maka penyerapan air dari beton semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan batu apung lebih ringan dari pasir, maka batu apung cenderung tidak padat dan berongga sehingga daya serap airnya pun semakin besar. Pengujian penyerapan air ini dilakukan setelah beton mengalami masa pengeringan selama 28 hari. Nilai serapan air beton untuk variasi komposisi 10, 20, 30, 40, dan 50 batu apung dari massa pasir, berturut-turut adalah 9,3, 12,8, 13,87, 15,97, dan 18,51.

b. Dengan Tepung Tapioka Tabel 4.4 Data hasil Pengujian daya serap air