Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Pelestarian Hutan Mangrove

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Pelestarian Hutan Mangrove

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar sikap masyarakat dalam menanggapi keadaan lingkungan di sekitarnya terutama pada kawasan pesisir yang terdapat tumbuhan mangrove atau disebut hutan bakau. Dengan demikian akan diharapkan adanya pemanfaatan hutan mangrove atau apapun yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis dari hutan mangrove tersebut secara optimal dan lestari. Dalam kaitannya dengan pelestarian hutan mangrove maka yang menjadi indikator dari penelitian ini adalah karakteristik individu yang meliputi umur, jumlah anggota keluarga, masa lama bermukim, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan masyarakat yang ada di Desa Paluh Sibaji. Secara keseluruhan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelestarian hutan mangrove, yang dilihat dari aspek karakteristik individu masyarakat umur, jumlah anggota keluarga, lama masa bermukim, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan, diperoleh nilai tingkat partisipasinya pada taraf sedang, yaitu sebesar 49,78 . Nilai ini diperoleh dari nilai rata-rata total skor tingkat partisipasi para responden yang telah diwawancarai sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5e. Namun nilai ini berbeda dengan Hipotesis 1 yang menyatakan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Paluh Sibaji adalah rendah. Jadi H diterima dan H 1 ditolak, artinya Hipotesis 1 ditolak. Universitas Sumatera Utara Pada perhitungan tingkat partisipasi ini, akan dianalisis kekuatan atau pengaruh dari karakteristik individu yaitu ; umur, jumlah anggota keluarga, lama masa bermukim, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan terhadap partisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Paluh Sibaji. Untuk lebih jelasnya, perhitungan tingkat partisipasi dalam pelestarian hutan mangrove dapat dilihat pada analisis-analisis di bawah ini.

5.1.1 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Umur

Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel.13. Tabel 13. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Umur Umur Tahun Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove Total S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah 50 41 – 50 31 – 50 21 – 30 20 5 5,7 4 4,6 4 4,6 2 2,3 13 14,9 21 24,1 15 17,2 8 9,2 4 4,6 5 5,7 4 4,6 2 2,3 22 25,3 30 34,5 23 26,4 12 13,8 Jumlah 15 17,2 57 65,5 15 17,5 87 100 Sumber Data : Diolah dari Data Primer Lampiran 2a-e, 2008. Pada tabel ini dapat diketahui kategori umur 50 tahun yang memiliki tingkat partisipasi ada sebanyak sebanyak 25,3 22 KK. Pada kategori umur 41-50 tahun yang memiliki tingkat partisipasi ada sebanyak 34,5 30 KK. Kategori umur 31-50 tahun yang memiliki tingkat partisipasi ada sebanyak 26,4 23 KK. Untuk kategori umur 21-30 tahun yang memiliki tingkat partisipasi ada sebanyak 13,8 12 KK. Universitas Sumatera Utara Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan umur pada Tabel.13 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan menonjol adalah pada taraf sedang sebesar 65,5 57 KK. Dilihat dari rentang umur, rata-rata responden sedang berada pada usia produktif, sehingga ada kecendrungan tiap responden berkemampuan untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan seperti pelestarian hutan mangrove.

5.1.2 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel.14. Tabel 14. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Jlh.Ang.Kel Jiwa Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove Total S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah 7 6 – 7 4 – 5 2 – 3 2 4 4,6 5 5,7 5 5,7 1 1,1 13 14,9 10 11,5 24 27,5 10 11,5 2 2,3 6 6,9 4 4,6 3 3,4 19 21,8 21 24,1 33 37,9 14 16,09 Jumlah 15 17,5 57 65,5 15 17,5 87 100 Sumber Data : Diolah dari Data Primer Lampiran 2a-e, 2008. Pada tabel ini dapat diketahui bahwa keluarga yang berjumlah anggota keluarga 7 jiwa, yang berpartisipasi sebanyak 21,8 19 KK. Pada keluarga dengan jumlah anggota keluarga 6-7 jiwa, yang berpartisipasi sebanyak 24,1 21 KK. Kategori yang berjumlah anggota keluarga 4-5 jiwa, yang berpartisipasi Universitas Sumatera Utara sebanyak 37,9 33 KK. Sedangkan untuk kategori yang berjumlah anggota keluaga 2-3 jiwa, yang berpartisipasi sebanyak 16,09 14 KK. Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan jumlah anggota keluarga pada Tabel.14 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan menonjol adalah pada taraf sedang sebesar 65,5 57 KK. 5.1.3 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Lama Masa Bermukim Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan lama masa bermukim dapat dilihat pada Tabel.15. Tabel 15. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Lama Masa Bermukim M.Bermukim Tahun Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove Total S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah 40 31 – 40 21 – 30 10 – 20 10 5 5,7 6 6,9 2 2,3 2 2,3 22 25,3 16 18,4 4 4,6 8 9,2 7 8,04 5 5,7 2 2,3 2 2,3 3 3,4 3 3,4 32 36,8 24 27,5 8 9,2 13 14,9 10 11,5 Jumlah 15 17,5 57 65,5 15 17,5 87 100 Sumber Data : Diolah dari Data Primer Lampiran 2a-e, 2008. Dari hasil tabulasi silang di atas diperoleh masyarakat yang bermukim 40 tahun sebesar 36,8 32 KK. Untuk masyarakat yang bermukim 31-40 tahun sebesar 27,5 24 KK. Untuk masyarakat yang bermukim 21-30 tahun sebesar 9,2 8 KK. Sedangkan masyarakat yang bermukim 10-20 tahun sebesar 14,9 13 KK. Dan untuk masyarakat yang bermukim 10 tahun sebesar 11,5 10 Universitas Sumatera Utara KK. Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan masa lama bermukim pada Tabel.15 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan menonjol adalah pada taraf sedang sebesar 65,5 57 KK.

5.1.4 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel.16. Tabel 16. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Tingkat Pendapatan T.Pendapatan RpBulan Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove Total S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah 1.000.000 800.000-1.000.000 550.000-750.000 300.000-500.000 300.000 6 6,9 1 1,1 4 4,6 2 2,3 14 16,09 17 19,5 22 25,3 6 6,9 2 2,3 4 4,6 3 3,4 6 6,9 22 25,3 22 25,3 29 33,3 14 16,09 Jumlah 13 14,9 59 67,8 15 17,5 87 100 Sumber Data : Diolah dari Data Primer Lampiran 3a-e, 2008. Dari hasil tabulasi silang pada Tabel.16 diperoleh masyarakat yang berpendapatan Rp. 1.000.000 per bulan sebesar 25,3 22 KK. Untuk masyarakat yang berpendapatan Rp. 1.000.000 – Rp. 800.000 per bulan sebesar 25,3 22 KK. Sedangkan masyarakat berpendapatan Rp. 750.000 – Rp. 550.000 per bulan sebesar 33,3 29 KK. Dan untuk masyarakat berpendapatan Rp. 500.000 – Rp. 300.000 per bulan sebesar16,09 14 KK. Universitas Sumatera Utara Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan tingkat pendapatan pada Tabel.16 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan menonjol adalah pada taraf sedang sebesar 67,8 59 KK. Dapat dilihat rata-rata mata pencaharian responden di desa penelitian masih rendah. Sering kali hasil tangkapan ikan para responden tidak menentu hasilnya, kadang-kadang banyak tapi lebih sering sedikit. Ini dikarenakan hasil produksi nelayan bergantung kepada kondisi alam dipengaruhi alam, seperti keadaan angin, musim, ombak, hujan, dan lain-lain. Oleh sebab itu masyarakat kurang peduli pada kegiatan pelestarian hutan mangrove. Mereka lebih memilih ikut melaut bersama keluarganya, karena dengan begitu tenaga untuk melaut lebih besar sehingga dapat menangkap ikan lebih lama dilaut dan lebih banyak hasil tangkapannya dan memperoleh pendapatan yang lebih besar pula. Universitas Sumatera Utara

5.1.5 Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Untuk mengetahui analisis tingkat partisipasi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel.17. Tabel 17. Analisis Tingkat Partisipasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan T.Pendidikan Tahun Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove Total S.Tinggi Tinggi Sedang Rendah S.Rendah 12 Perg.Tinggi 12 Tamat SLTA 9 Tamat SLTP 6 Tamat SD 6 Tidak Tamat SD 1 1,1 9 10,3 5 5,7 7 8,04 29 33,3 21 24,1 1 1,1 10 11,5 4 4,6 9 10,3 48 55,2 30 34,5 Jumlah 15 17,5 57 65,5 15 17,5 87 100 Sumber Data : Diolah dari Data Primer Lampiran 2a-e, 2008. Dari hasil tabulasi silang di atas diperoleh masyarakat yang mengenyam pendidikan 9 tahun sebesar 10,3 9 KK. Sedangkan masyarakat yang mengenyam pendidikan 6 tahun sebesar 55,2 48 KK. Dan masyarakat yang mengenyam pendidikan 6 tahun sebesar 34,5 30 KK. Jadi dari hasil analisis tingkat partisipasi berdasarkan tingkat pendidikan pada Tabel.17 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang paling dominan menonjol adalah pada taraf sedang sebesar 65,5 57 KK. Universitas Sumatera Utara 5.2 Analisis Hubungan antara Karakteristik Individu Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi dalam Pelestarian Hutan Mangrove Untuk melihat hubungan antara karakteristik individu masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove dapat diketahui dengan korelasi Rank Spearman r s pada Tabel.18. Tabel 18. Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik Individu Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi Karakteristik Individu Masyarakat Partisipasi r s Signifikansi α = 0,05 t- hitung t- tabel 1. Umur 2. Jumlah Anggota Keluarga 3. Lama Masa Bermukim 4. Tingkat Pendapatan 5. Tingkat Pendidikan 0,035 0,060 0,112 0,276 0,048 0,747 0,583 0,302 0,010 0,661 0,322 0,554 1,039 2,647 1,039 1,980 1,980 1,980 1,980 1,980 Sumber : Correlation Rank Spearman SPSS 15.0 Lampiran 6

5.2.1 Hasil Analisis Hubungan Umur dengan Tingkat Partisipasi

Dari hasil analisis hubungan umur dengan tingkat partisipasi pada Tabel.18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi r s sebesar 0,035. Hubungan ini sangat lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,747 lebih besar dari α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 artinya, Ho diterima. Begitu juga jika dibandingkan angka t- hitung = 0,322 lebih kecil dari pada angka t- tabel 87 : 0,05 = 1,980. Keadaan ini dapat diinterpretasikan bahwa variabel umur di desa penelitian tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove. Meskipun korelasinya sangat lemah karena arahnya positif, maka dapat diartikan dengan bertambahnya umur, Universitas Sumatera Utara seseorang akan dapat memberikan partisipasi meskipun kecil untuk ikut ambil bagian dalam pelestarian hutan mangrove. Bila dilihat kenyataannya, variabel umur tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat partisipasi dalam pelestarian hutan mangrove, hal ini sejalan dengan pendapat Hartono dan Azis 1990 bahwa seseorang dikatakan matang atau dewasa untuk melakukan sesuatu aktivitas seperti pelestarian hutan mangrove tidak hanya diukur oleh umur, melainkan dilihat dari tingkat berfikirnya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa umur mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu.

5.2.2 Hasil Analisis Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Tingkat Partisipasi

Dari hasil analisis hubungan jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi yang ada pada Tabel.18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi r s sebesar 0,060. Hubungan ini sangat lemah namun memiliki angka probabilitas sebes ar 0,583 lebih besar dari α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 artinya, Ho diterima. Dengan interpretasi bahwa jumlah anggota keluarga yang besar mempunyai peluang yang besar pula untuk turut berperan serta terhadap tingkat partisipasi. Meskipun korelasinya sangat lemah karena arahnya positif maka dapat diartikan dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga cendrung untuk memberikan partisipasi meskipun kecil. Begitu juga jika dibandingkan angka t- hitung = 0,554 lebih kecil dari pada angka t- tabel 87 : 0,05 = 1,980, yang artinya Ho diterima. Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Hasil Analisis Hubungan Lama Masa Bermukim dengan Tingkat Partisipasi

Dari hasil analisis hubungan lama masa bermukim dengan tingkat partisipasi yang ada pada Tabel.18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi r s sebesar 0,112. Hubungan ini lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,302 lebih besar dari α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 artinya, Ho diterima. Dengan interpretasi bahwa lama masa bermukim seseorang di desa penelitian tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat partisipasi. Meskipun korelasinya lemah, namun karena arahnya positif maka dapat diartikan bahwa lama bermukim seseorang disuatu tempat yang cukup lama cenderung untuk memberikan partisipasi meskipun rendah. Begitu juga jika dibandingkan angka t -hitung = 1,039 lebih kecil dari pada angka t -tabel 87 : 0,05 = 1,980 yang artinya, Ho diterima.

5.2.4 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi

Dari hasil analisis hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi yang ada pada Tabel.18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi r s sebesar 0,276, hubungan ini lemah tetapi sangat signifikan pada taraf 0,05 dimana probabilitasnya sebesar 0,010 lebih kecil dari α = 0,05 yang artinya hipotesis alternative H1 diterima. Hubungan ini signifikan dan arahnya positif, maka dapat diinterpretasikan bahwa tingkat pendapatan yang semakin tinggi di desa penelitian kemungkinan dapat membuat tingkat partisipasi semakin tinggi. Hubungan ini juga dapat dibuktikan dengan t -hitung = 2,647 lebih besar dari t -tabel 87 : 0,05 = 1,980. Universitas Sumatera Utara Melihat signifikannya hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove, memberi implikasi bahwa semakin tinggi pendapatan akan semakin tinggi pula tingkat partisipasi yang diberikan. Hal ini sejalan dengan informasi dan pendapat yang diberikan oleh para responden informasi ini merupakan hasil wawancara langsung peneliti di lapangan, terutama yang bekerja sebagai nelayan, bahwa hutan mangrove sangat membantu proses perkembangbiakan populasi ikan-ikan di lautan. Sehingga mempengaruhi jumlah hasil tangkapan ikan para nelayan. Jadi, para nelayan yang berpendapatan cukup tinggi akan memahami pentingnya hutan mangrove secara tidak langsung terhadap tingkat pendapatannya, sehingga mereka akan lebih peduli kepada pelestarian hutan mangrove itu sendiri.

5.2.5 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi

Dari hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi yang ada pada Tabel.18 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi r s sebesar 0,048. Hubungan ini lemah namun memiliki angka probabilitas sebesar 0,661 lebih besar dari α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 artinya, Ho diterima. Dengan interpretasi bahwa tingkat pendidikan seseorang di desa penelitian tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat partisipasi. Meskipun korelasinya lemah, namun karena arahnya positif maka dapat diartikan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang di desa penelitian cenderung untuk memberikan partisipasi meskipun rendah. Begitu juga jika dibandingkan angka t -hitung = 1,039 lebih kecil dari pada angka t -tabel 87 : 0,05 = 1,980 yang artinya, Ho diterima. Universitas Sumatera Utara 5.3 Kendala-Kendala yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pelestarian Hutan Mangrove di Desa Paluh Sibaji. Adapun beberapa kendala yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove adalah : - Kurangnya waktu yang dimiliki oleh masyarakat dapat memicu rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih banyak menggunakan waktunya di laut untuk menangkap ikan, guna memperoleh pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yang cukup banyak. Sehingga masyarakat lebih cenderung memakai waktu untuk pekerjaan mereka sehari-hari ketimbang ikut ambil bagian dalam pelestarian hutan mangrove, baik oleh inisiatif sendiri maupun atas dorongan lembaga desa. - Ketidaktersediaan lembaga desa yang menangani hutan mangrove, baik penyediaan bibit, pengetahuaninformasi tentang mangrove, hingga penyediaan penyuluh-penyuluh yang berkompeten di bidang mangrove bakau. Hal ini sangat mempengaruhi kegiatan pelestarian hutan mangrove itu sendiri. Dimana sebagian besar masyarakat belum memahami arti penting hutan mangrove dan bagaimana cara yang benar dalam kegiatan pelestariannya. Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya lembaga yang menangani dan memberikan penyuluhan mengenai hutan mangrove. Universitas Sumatera Utara

VI. KESIMPULAN DAN SARAN