28
2.4 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
2.4.1 Berpikir Kritis
Berpikir tidak terlepas dari aktivitas manusia karena berpikir merupakan ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Berpikir pada
umumnya didefinisikan sebagai proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi keterampilan
berpikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berpikir ternyata mampu mempersiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin serta dapat dipakai
untuk pemenuhan kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi peserta didik. Berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau
gagasan yang berhubung dengan konsep yang diberikan atau masalah yang dipaparkan. Berpikir kritis juga dapat dipahami sebagai kegiatan menganalisis
idea atau gagasan kearah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkannya ke arah yang lebih
sempurna. Berpikir kritis berkaitan dengan asumsi bahwa berpikir merupakan potensi yang ada pada manusia yang perlu dikembangkan untuk kemampuan yang
optimal. Menurut Ennis 1981 dalam Susanto 2013: 121, berpikir kritis adalah suatu
berpikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis merupakan kemampuan menggunakan logika.
Logika merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenaran berdasarkan pola penalaran tertentu. Selanjutnya, Ennis
menyebutkan ada enam unsur dasar dalam berpikir kritis, yang disingkat dengan
29 FRISCO, yaitu focus fokus, reason alasan, inference menyimpulkan,
situation situasi, clarity kejelasan, dan overview pandangan menyeluruh. Menurut Halpen 1966 dalam Susanto 2013: 122, berpikir kritis adalah
memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan
mengacu langsung kepada sasaran. Berpikir kritis merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan
kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks
dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi- mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan
beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.
Pendapat senada dikemukakan Anggelo 1955: 6 dalam Susanto 2013: 122,
berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Menurut Tapilouw 1997 dalam Susanto 2013: 122, berpikir kritis merupakan
cara berpikir disiplin dan dikendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini mengikuti alur logis dan rambu-rambu pemikiran yang sesuai dengan fakta atau
teori yang diketahui. Tipe berpikir ini mencerminkan pikiran yang terarah.
30 Berpikir kritis dapat diinterpretasikan dalam berbagai cara. Fister 1995 dalam
Susanto 2013: 122 misalnya, mengemukakan bahwa proses berpikir kritis adalah menjelaskan bagaimana sesuatu itu dipikirkan. Belajar berpikir kritis berarti
belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya, dan apa metode penalaran yang dipakai. Seorang siswa hanya dapat berpikir kritis atau bernalar sejauh ia mampu
menguji pengalamanya,
mengevaluasi pengetahuan,
ide –ide,
dan mempertimbangkan argument sebelum mencapai suatu justifikasi yang seimbang.
Menjadi seorang pemikir yang kritis juga meliputi pengembangan sikap –sikap
tertentu, seperti keinginan untuk bernalar, keinginan untuk ditantang, dan hasrat untuk mencari kebenaran.
Pada prinsipnya, orang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka akan mencermati,
menganalisis, dan mengevaluasi informasi sebelum menentukan apakah mereka menerima atau menolak informasi. Jika belum memiliki cukup pemahaman, maka
mereka juga mungkin menangguhkan keputusan mereka tentang informasi itu. Dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang
tepat untuk menguji kendala gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya.
Baron dan Sternberg 1987: 10 dalam Susanto 2013: 123 mengemukakan lima
kunci dalam berpikir kritis, yaitu: praktis, refleksi, masuk akal, keyakinan, dan tindakan. Proses berpikir dapat dikelompokan dalam berpikir dasar dan kompleks.
Berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional yang mengandung sejumlah langkah dari sederhana menuju yang kompleks. Aktivitas