PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PEMBELAJARAN DEMOKRASI DALAM MENUMBUHKAN BERPIKIR KRITIS SISWA :Studi Naturalistik Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas Pasundan 3 Cimahi.

(1)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PEMBELAJARAN DEMOKRASI DALAM

MENUMBUHKAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Studi Naturalistik Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas Pasundan 3 Cimahi)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh RINA MARLINA

NIM 1006992

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012


(2)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PEMBELAJARAN DEMOKRASI DALAM MENUMBUHKAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Studi Naturalistik Pembelajaran PKn di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Oleh

RINA MARLINA NIM 1006992

Pembimbing I

Prof. Dr. Idrus Affandi, SH

Nip. 195404041981011002

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si


(3)

ABSTRAK

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PEMBELAJARAN DEMOKRASI DALAM MENUMBUHKAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Studi Naturalistik Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas Pasundan 3 Cimahi)

Titik berat PKn adalah pembelajaran demokrasi, mestinya dapat memberikan dampak pada siswa dalam berpikir kritis. Dalam menumbuhkan berpikir kritis siswa tentu perlu upaya dari guru agar pembelajaran demokrasi dapat menumbuhkan berpikir kritis. Selama ini siswa SMA Pasundan 3 Cimahi dianggap kurang berpikir kritis, maka dari itu peneliti mencoba meneliti upaya guru dalam membuat perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi yang dapat menumbuhkan berpikir kritis siswa, dan tentu saja melalui analisis tentang perilaku siswa SMA Pasundan 3 Cimahi dalam pembelajaran demokrasi yang menunjukkan sikap kritis.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode natural inquiry. Metode ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara terhadap guru dan siswa, observasi terhadap perilaku guru dan siswa di kelas ketika pembelajaran maupun di luar kelas, serta studi dokumentasi terhadap perencanaan pembelajaran dan dokumen yang menunjukkan sikap berpikir kritis siswa.

Hasil penelitian ini secara umum meliputi pengembangan rencana program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran demokrasi untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil analisis terhadap dokumen yang dimiliki oleh guru menunjukkan bahwa sudah membuat perencanaan pembelajaran kendati cara yang mereka lakukan dalam membuat perencanaan berbeda sehingga tingkat kesempurnaan rencana pembelajaran menjadi kurang maksimal terutama ditemukan pada dokumen guru kelas X. Variasi metode, penggunaan media, pemilihan sumber belajar dan teknik evaluasi juga berbeda. Dari pengamatan tersebut diketahui bahwa upaya untuk menumbuhkan sikap kritis siswa dengan memberikan seluas-luasnya kepada siswa kesempatan untuk bertanya serta menanggapi pendapat, kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas yang merupakan kegiatan yang dapat menumbuhkan sikap kritis siswa. Hal ini ditunjukkan oleh guru kelas XII dalam rangka pengembangan berpikir kritis siswa. Dengan pembelajaran seperti itu siswa menunjukkannya dengan antusiasme dalam pembelajaran. Sedangkan sikap kritis siswa tetap terkesan kurang muncul karena mereka hampir tidak pernah merefleksikan sikap berpikir kritis dalam kegiatan yang nyata maupun tulisan, hal ini disebabkan karena sarana dan prasana yang ada tidak digunakan secara efektif.

Rekomendasi dalam penelitian ini guru Pendidikan Kewarganegaraan harus mampu membuat model pembelajaran interaktif yang menarik dan menyenangkan dengan memanfaatkan media informasi, buku, kehidupan sehari-hari, buletin dan lain-lain sebagai sumber pembelajaran.


(4)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

CIVIC EDUCATION AS A LEARNING DEMOCRACY IN FOSTERING STUDENT’S CRITICAL THINKING (Learning Naturalistic Study of Civic Education

in SMA Pasundan 3 Cimahi)

Emphasis on civic education is learning democracy should be able to make an impact on students in criticak thinking in fostering students critical thinking course perly efforts of teachers in order to foster the learning of critical thinking democracy. For these students are considered less critical thinking therefore the researchers tried to examine the efforts of teachers in planning, implementation and evaluation can foster critical thinking of students in SMA Pasundan 3 Cimahi and of course through the analysis of the bahaviour of students in the learning of democracy in SMA Pasundan 3 Cimahi which shows a critical thinking attitude.

Research approach used in this study is a qualitative approach to natural methods of inquairy. This was done by using the method of data collection through interviews with teachers and students. Observation of behavior of teachers and students in the classroom when learning or outside the classroom, and documentation study of learning and planning documents that demonstrate critical thinking attitudes of students.

These result generally include the development plan the learning program, implementation of learning and evaluation of teaching democracy to measure students critical thinking skills. The results of an alysis of documents held by the teachers showed that although learning si to plan how they perform in different plan. Lesson plans so that a degree of perfection to be less yhan the maximum, especially in the documents found on the classroom teacher X. variety of methods use of media, selection of learning resources and evaluation techniques are also different. Of observation it was found that efforts to foster a critical thinking attitude of students by giving students the widwst possible opportunity to ask and respond to the opinion, discussion groups and class discussion is an activity that can foster critical thinking of students. This is demonstrated by the class teacher XII in order to develop students critical thinking, with such learning students showed enthusiasm in learning. Whereas the critical attitude of students still appeared less impressed because they almost never reflect and attitude of critical thinking in real activity and in writing, this is cause because the advice and the existing infrastructure is not used effectively.

Recommendation in this study, civic education teachers must be able to make a model of interactive learning interesting and fun by making use of information media, book, everyday life, newsletter and others as a source of learning.


(5)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH ABSTRAK DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat PKn ... 10

1. Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia ... 10

2. Rasional dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia ... 13

3. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ... 15

4. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 16

5. Karakteristik dan Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ... 18

B. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Demokrasi ... 21

1. Konsep Demokrasi ... 27

2. Pendidikan Demokrasi ... 32

3. Perkembangan Citizenship dan Civic Education ... 39

4. Materi Pendidikan Kewarganegaraan di SMA ... 42

5. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 42

6. Pendidikan Kewarganegaraan Hakikat Pembelajaran Demokrasi ... 49

a. Hakikat Demokrasi ... 49

b. Demokrasi di Indonesia ... 55

c. Ciri-ciri Demokrasi dan Dinamikanya ... 61

d. Pendidikan Demokrasi di Indoensia ... 63

e. Demokrasi untuk Kesejahteraan ... 64

f. Pendidikan Demokrasi di Sekolah ... 72

C. Berpikir Kritis 1. Teori yang Mendasari Berpikir Kritis dan Demokrasi Berpikir Kritis ………. ... 76

2. Definnisi Keterampilan Berpikir Kritis ……… 77

3. Membentuk Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Demokrasi ... 87

4. Menumbuhkan Berpikir Kritis ... 90

5. Tujuan Berpikir Kritis ... 94

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis ... 95


(6)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

D. Kerangka Berpikir Kritis ... 98

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 102

1. Lokasi Penelitian ... 102

2. Subjek Penelitian ... 102

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 104

C. Definisi Operasional ... 107

D. Instrumen Penelitian dan data ... 110

E. Teknik Pengumpulan Data ... 112

F. Teknik Analisis Data ... 115

BAB IV DESKRIPSI DAN HASIL PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Profil Guru ... 121

B. Hasil Penelitian ... 126

1. Perencanaan Pembelajaran Demokrasi ... 128

2. Pelaksanaan Pembelajaran Demokrasi ... 135

3. Evaluasi Pembelajaran Demokrasi ... 142

4. Pembelajaran Demokrasi untuk Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa ... 145

C. Pembahasan Penelitian 1. Perencanaan Pembelajaran Demokrasi ... 148

2. Pelaksanaan Pembelajaran Demokrasi ... 163

3. Evaluasi Pembelajaran Demokrasi ... 175

4. Pembelajaran Demokrasi Untuk Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa ... 176

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 192

B. Rekomendasi ... 194

DAFTAR PUSTAKA ... 197 DAFTAR LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar balakang masalah yang ada dilapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis.

A. Latar Belakang

Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan manusia serta membuat manusia memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya merupakan suatu proses perpanjangan tangan keluarga untuk mendewasakan anak, sehingga dapat hidup layak di tengah-tengah masyarakat. “Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia, sehingga memungkinkan dimensi kemanusiaan yang melekat pada setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal”.(Renstra Depdiknas, 2005:10) Dengan demikian, pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai (Renstra Depdiknas, 2005:10).

Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, secara terperinci dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bab II Pasal 3, bahwa:


(8)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tentunya berkewajiban untuk mencapai Visi Pendidikan Nasional sesuai dengan ketentuan umum penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut:

Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil / Insan Paripurna), yaitu insan yang cerdas secara komprehensif, yang meliputi cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis. (Renstra Depdiknas, 2005:10).

Pembangunan pendidikan perlu diupayakan, baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga dapat mencapai insan Indonesia yang cerdas komprehensif dan kompetitif. Pendidikan dipandang sebagai wahana strategis dalam membangun kecerdasan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan kinestetis. Meliono dalam Tilaar (2011:59) menegaskan bahwa “pendidikan menjadi sangat penting bagi setiap generasi yang hidup di negara manapun, tidak terkecuali di Indonesia” dalam hal ini melalui pendidikan dengan program yang beragam yang ditawarkan kepada


(9)

masyarakat, maka setiap negara khususnya di Indonesia akan memiliki undang-undang, kebijakan dan peraturan yang terkait.

Hal lain yang penting adalah unsur yang menunjang proses pendidikan itu sendiri, para pelaku di bidang pendidikan, yaitu peserta didik, pendidik, pemerintah, organisasi pendidikan yang cakupannya sangat luas yang dengan sistem pendidikan tersebut akan memperlihatkan peran, fungsi, tujuan dan kebutuhan masing-masing unsur. Pendidikan akan berhasil baik sesuai dengan yang diinginkan dan akan tergantung bagaimana masing-masing unsur itu berinteraksi secara holistik sesuai harapan yang diinginkan.

Sejalan dengan era globalisasi, isu demokrasi sangat deras masuk ke penjuru dunia termasuk Indonesia, bahkan demokrasi menjadi bahan yang menarik untuk dikaji di berbagai kesempatan, baik pertemuan ilmiah maupun kajian dalam mass media. Namun implementasi demokrasi yang tujuannya untuk kesejahteraan rakyat belum dapat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Sejak berdirinya Negara ini, para founding father telah sepakat memilih demokrasi dalam sistem pemerintahan Indonesia seperti yang tersurat dalam dasar Negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945. Dalam perjalanannya demokrasi ini seringkali berganti sistem dalam berdemokrasi, mulai dari demokrasi parlementer, terpimpin dan demokrasi Pancasila, pergantian sistem demokrasi ini seringkali mengundang sikap kritis rakyat Indonesia pada sistem yang dijalankan. Sikap kritis yang muncul karena perasaan tidak puas dari sebagian besar masyarakat Indonesia.


(10)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Fenomena lain dari perjalanan demokrasi di Indonesia ternyata dari setiap sikap kritis yang dilontarkan oleh masyarakat ternyata masih jauh dari sikap kritis yang seharusnya dibangun dari nilai-nilai demokrasi dan kedamaian. Kita tengok tahun 1965 terjadinya revolusi mengakibatkan pertumpahan darah dan kekerasan dimana-mana. Demokrasi yang diungkapkan Mudji (2000:45) bahwa :

Iklim budaya demokratis ditandai dengan adanya para warga yang hidup berdampingan secara damai, kreatif dan dapat menjalankan hak kontrol terhadap negaranya. Sehingga pembenahan tujuan reformasi harus segera dilakukan. Salah satu agenda reformasi yang akan dibangun bangsa Indonesia adalah menentang segala bentuk penyimpangan demokrasi seperti kediktatoran baik bersifat langsung maupun tidak langsung, feodalisme meupun totaliterisme sehingga tercipta suatu tatanan demokrasi yang sehat dan kuat.

Dari rangkaian peristiwa itu ternyata demokrasi yang dibangun bengsa ini telah menjerumuskan munculnya konflik-konflik yang menghancurkan sistem sehingga tatanan yang sudah ada menjadi rusak dan sirna dan kita memulai lagi sistemnya dari nol. Padahal Surbakti (1992:228) mengemukakan: “Demokrasi hanya mentolelir konflik yang tidak menghancurkan sistem. Untuk itu sistem demokrasi, menyediakan mekanisme dan prosedur yang mengatur dan menyalurkan konflik sampai pada penyelesaian dalam bentuk consensus”.

Guna menjembatani antar sikap kritis yang masih jauh dari tatanan kehidupan yang damai yang disyaratkan demokrasi, pendidikan menjadi hal yang penting. Oleh karena dalam tujuan Pendidikan Nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang mengungkapkan cita-cita luhur pendidikan yakni Pendidikan


(11)

merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan kepribadian dapat dibina, ditingkatkan harkat, derajata martabat dari nilai kemanusiaannya untuk menjadi manusia seutuhnya. Yakni manusia yang memiliki keseimbangann antara ilmu pengetahuan teknologi dan keimanan serta ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta berbudi pekerti luhur, cerdas, kritis, terampil, sehat jasmani dan rohani, bertanggung jawab, cinta tanah air dan mampu menerapkan dalam kehidupannya.

Tujuan Pendidikan Nasional yang dijabarkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mengharapkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam sikap kritis dalam kehidupan berdemokrasi. Keterampilan dan kemampuan sikap kritis siswa dalam pembelajaran demokrasi ini diharapkan dapat diimplementasikan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam hal ini dunia pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam memenuhi tuntutan tersebut yakni menghasilkan generasi penerus bangsa yang melek dan mampu bersikap kritis tetapi dalam tatanan memelihara budaya dan nilai-nilai kedamaian, kekeluargaan, dan toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di era demokratisasi ini.

Pendidikan Kewarganegaraan menjadi penting dalam mengatasi hal tersebut di atas dalam membina sikap kritis siswa dalam tatanan demokrasi dan untuk menumbuhkan kesadaran berdemokrasi yang diperlukan dalam penegakan hukum. PKn dengan karakteristik konsepnya yang abstrak, kompleks dan simbolik,


(12)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

diharapkan dapat dijadikan wahana yang potensial untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa yang berkualitas dalam hidup berdemokrasi.

Akan tetapi, konsep PKn seperti yang diharapkan di atas belum dapat menjawab dengan maksimal. Hal ini ditandai bahwa pendidikan PKn belum bisa menjembatani antara kesadaran masyarakat dalam berkehidupan demokrasi dengan penuh kedamaian.

Dari uraian di atas maka pemmbelajaran demokrasi dalam menumbuhkan sikap kritis siswa menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti apalagi dikaji lewat studi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun tentang demokrasi ini sudah banyak diteliti oleh orang lain, penulis mencoba untuk mencari sesuatu hal lain dalam kajian demokrasi ini, apalagi penulis mengkaji sikap kritis siswa SMA Pasundan 3 Cimahi yang merupakan sekolah swasta yang sudah mempunyai nama yang cukup besar namun karakter tingkat kritis siswa masih rendah.

B. Identifikasi Masalah

Fenomena-fenomena yang terjadi dalam pembelajaran demokrasi melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam menumbuhkan berpikir kritis siswa mendorong penulis memfokuskan permasalahan dengan member batasan-batasan masalah.

Batasan-batasan masalah itu ditujukan untuk memperjelas permasalahan tersebut, maka masalah pokok peningkatan berpikir kritis siswa tersebut dijabarkan dalam masalah sebagai berikut :


(13)

1. Bagaimana Perencanaan pembelajaran demokrasi di SMA Pasundan 3 Cimahi? 2. Bagaimana proses pembelajaran demokrasi yang dilakukan di SMA Pasundan 3

Cimahi?

3. Bagaimana proses evaluasi pembelajaran demokrasi yang dilakukan di SMA Pasundan 3 Cimahi?

4. Bagaimana proses pembelajaran demokratis untuk menumbuhkan berpikir kritis siswa di SMA Pasundan 3 Cimahi?

Pertanyaan masalah itu dimaksudkan dalam rangka efektivitas penelitian agar lebih fokus peneliti membatasi permasalahan penelitian pada kegiatan pembelajaran PKn yang terjadi di SMA Pasundan 3 Cimahi yang dilakukan oleh guru terutama pada pembelajaran demokrasi dan sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran maupun pada kegiatan ekstrakurikuler dalam berpikir kritis. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu penulis dalam melakukan kegiatan penelitian.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian antara lain :

1. Untuk mengetahui proses peerencanaan pembelajaran demokrasi di SMA Pasundan 3 Cimahi

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran demokrasi di SMA Pasundan 3 Cimahi

3. Untuk mengevaluasi pembelajaran demokrasi yang dilakukan di SMA Pasundan 3 Cimahi.


(14)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran demokrasi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMA PAsundan 3 Cimahi

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bahan pengembangan keilmuan bagi peneliti sebagai referensi untuk menjawab salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan pada mata pelajaran PKn.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran demokrasi dalam rangka mengembangkan sikap berpikir kritis siswa sebagai alternatif pengembangan kemampuan dan kompetensi siswa serta pengembangan keterampilan siswa dalam mengkritisasi dalam kehidupan sehari-hari.

3. Sebagai masukan bagi Jurusan PKn untuk terus meningkatkan kualitas Pendidikan dan Kewarganegaraan.

E. Struktur Organisasi Penulisan

Tesis yang nantinya akan dikembangkan terdiri dari 5 bab, yakni: (1) bab pendahuluan, (2) tinjauan pustaka, (3) metodologi penelitian, (4) hasil penelitian dan pembahasan serta (5) kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab pendahuluan secara rinci mendeskripsikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis.

Pada bab selanjutnya tinjauan pustaka berisikan tentang bagaimana Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia, rasional dan landasan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia, Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan, Tujuan, dan juga


(15)

karakteristiknya. Di dalam bab ini juga akan diuraikan tentang Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi, bagaimana strategi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan serta akan dibahas mengenai Membentuk keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran demokrasi. Di bagian akhir ditutup dengan paradigma penelitian.

Bab berikutnya merupakan metodologi penelitian yang mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analsis data, keabsahan temuan penelitian serta tahap-tahap pelakasanaan penelitian di lapangan. Pada bab selanjutnya yaitu bab tentang hasil dan pembahasan yang mencakup tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

Bab terakhir merupakan bab kesimpulan dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analsis temuan penelitian.


(16)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metodologi penelitian yang mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analsis data, keabsahan temuan penelitian serta tahap-tahap pelakasanaan penelitian di lapangan.

A.Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil situs di SMA Pasundan 3 Cimahi, yang beralamat di Jl. Citeureup No. 97 A Kota Cimahi 40512. karena lokasi ini merupakan sekolah yang asal siswanya kompleks dan juga merupaka salah satu sekolah yang diminati banyak siswa, serta terdiri dari siswa yang klasifikasi sosial kulturnya sangat heterogen.

2. Subjek Penelitian

Menurut (Hopkin 1993, Maleong 1997, Nasution 1996, Bogdan dan Biklen 1990), bahwa yang dimaksud dan dijadikan subjek penelitian hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi atau yang dapat membantu perluasan teori yang dikembangkan. Subjek penelitian dapat berupa hal peristiwa, manusia dan situasi yang diobesrvasi atau responden yang diwawancarai.


(17)

Subjek penelitian ini merupakan sumber informasi atau data yang ditarik dan dikembangkan secara purposive (Lincoln dan Guba, 1985:201), bergulir hingga mencapai titik jenuh dimana informasi telah terkumpul secara tuntas (Nasution, 1988:32)

Sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Wakasek Kurikulum, Guru PKn serta Siswa SMA Pasundan 3 Cimahi. yang mendukung

terlaksananya penelitian. Menurut Rusidi. (1993:64) menyatakan bahwa: “Sumber

data diuraikan tentang sumber-sumber data yang terpercaya terandalkan (reliable) atau sumber data yang refresentatif, relevan dengan data yang diperlukan.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini maka langkah yang dilakukan peneliti adalah : Penulis berusaha untuk mengadakan observasi; wawancara dengan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Guru PKn dan siswa; studi dokumentasi, serta studi literatur. Adapun yang menjadi fokus penelitiannya sebagai berikut :

Bagaimana perencanaan yang dilakukan guru PKn untuk pelaksanaan pembelajaran demokrasi yang dapat meningkatkan berpikir kritis siswa, untuk hal ini peneliti melakukan wawancara dengan guru PKn di SMA Pasundan 3 Cimahi yaitu Bapak Dian Sopian, Bapak Endang Sukandan dan Bapak Ius Darojat. fokus penelitiannya diarahkan kepada perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran agar dapat menumbuhkan berpikir kritis siswa. Guna mengungkap permasalah tersebut maka peneliti mengikuti secara langsung kegiatan pembelajaran yang dilakukan khususnya mengenai aktifitas siswa Selanjutnya peneliti mengadakan wawancara dengan Wakasek Kurikulum


(18)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

di SMA Pasundan 3 Cimahi, hal ini sangat penting sekali karena beliaulah yang mengurus tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut. Wawancara difokuskan kepada permasalahan tentang pelaksanaan Kurikulum PKn 2004 khususnya tentang Pelaksanaan pembelajaran yang dapat menumbuhkan berpikir kritis siswa. Kemudian untuk mengungkapkan bagaimana pemahaman siswa tentang demokrasi setelah pembelajaran dilaksanakan.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa yang diantaranya siswa kelas X,XI,XII, alasan peneleiti memilih siswa tersebut untuk diwawancara adalah karena siswa yang terpilih termasuk kedalam siswa yang berpkir kritis didalam pelaksanaan pembelajaran. Tetapi peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa yang dianggap kurang dalam berpikir kritis untuk lebih meyakinkan penelitian ini bahwa di sekolah SMA Pasundan 3 Cimahi ini masih sangat kurang siswa yang bepikir kritis didalam pelaksanaan pembelajaran.

B.Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian kualitatif. Peneliti dituntut untuk mengamati secara mendalam dan berinteraksi dengan subjek penelitian, serta selalu menjalin hubungan yang ditandai oleh kesesuain, kesepakatan, persetujuan yang membuat peneliti dekat dengan yang diteliti. Nasution (1992:5) menyatakan bahwa: “Metode kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,


(19)

Sejalan dengan pendapat Nasutian, Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh

Moleong (1993:3): „Mengangartikan penelitian kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.‟

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai serta pendekatan yang digunakan dalam penelitian, maka metode yang digunakan adalah Natural Inquiry. Penulis memilih metode ini karena masalah yang diteliti berkaitan dengan perilaku manusia, dalam hal ini adalah perilaku guru dalam membelajarkan siswa dalam mata pelajaran PKn untuk menumbuhkan sikap kritis. Sikap kritis siswa ini merupakan perilaku yang diamati oleh penulis dalam penelitian ini, metode ini juga dapat menggambarkan situasi yang alami dan wajar yang digali oleh penulis berdasarkan pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi.

Alasan digunakan pendekatan kualitatif dalam pengumpulan data karena masalah yang dikaji menyangkut pendidikan. Selain karena itu, masalah yang disoroti suatu realitas yang abstrak, dimana indikatornya dapat diketahui melalui perilaku, sikap moral dan ucapan serta tindakan. Upaya untuk menjaring informasi akan lebih efektif bila dilakukan secara dialog komunikatif. Kualitatif dapat memberikan deskripsi secara luas dan mendalam serta memuat penjelasan tentang proses atau aktifitas yang terjadi dalam keseharian. Kirk dan Miller

mengemukakan bahwa “kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu yang secara

fundamental tergantung pada pengamatan terhadap manusia dan kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebuut dalam behasa dan penulisannya”.


(20)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ini berusaha memahami kelakuan manusia dalam konteks yang lebih luas,

dipandang dari pemikiran dan perasaan responden”. Berdasarkan hal tersebut peneliti dapat berkomunikasi langsung dengan subjek penelitian serta dapat mengamati sejak awal sampai akhir proses penelitian. Fakta dan data hasil penelitian inilah yang nantinya diberi makna sesuai dengan teori-teori yang terkait dengan pertanyaan penelitian.

Melalui metode inquiry naturalistic yang disebut juga metode naturalistik, peneliti dapat menemukan data-data secara induktif yang kemudian mengkontruksi data-data yang diamati, diwawanacarai secara induktif melalui kegiatan reduksi data yang selanjutnya melalui kegiatan triangulasi data peneliti membuat generalisasi secara subjektif.

Pemilihan metode ini juga dikarenakan objek peneliti sangat dekat dengan peneliti sehingga memungkinkan peneliti melakukan kegiatan penelitian melalui pengamatan secara terus menerus. Sehingga dengan metode natiralistik ini data-data penelitian dapat tergambarkan sesuai dengan apa yang peneliti lihat, rasakan dan amati. Melalui kegiatan penelitian yang etrus menerus dan pengamatan langsung maka akan mendeskripsikan objek penelitian secara natural dan tidak parsial, karena peneliti mengamati segala persoalan penelitian secara holistik melalui fenomena-fenomena yang Nampak dan wawancara yang dilaksnakan secara berkesinambungan.

Penelitian ini pada hakekatnya merupakan penelitian untuk menemukan kegiatan yang dimunculkan melalui kegiatan pembelajaran demokrasi oleh guru


(21)

maupun siswa. Maka pemilihan metode naturalistik yang merupakan nsalah satu dalam penelitian kualitatif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.

C.Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang sering digunakan, dan untuk itu agar menghindari terjadi salah tafsir, maka perlu diberikan definisi operasional terhadap istilah-istilah tersebut.

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pembelajaran

Pembelajaran adalah merupakan kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Kegiatan guru adalah kegiatan-kegiatan yan bersifat pengajaran dan kegiatan siswa adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat belajar. Komalasari (2011:3-4) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.

Dari uraian di atas, maka penulis dapat simpulkan bahwa pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran mempunyai arti yang sangat luas, bukan sekedar hubungan antara guru dan siswa, melainkan berupa interaksi edukatif berupa penanaman sikap dan nilai dalam rangka membentuk kepribadian siswa secara utuh.


(22)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

b. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945 (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah). Menurut Kalidjernih, (2010:130) pendidikan kewaraganegaraan merupakan pendidikan pengembangan karakteristik-karakteristik seorang warga negara melalui pengejaran tentang peraturan-peraturan dan institusi masyarakat negara. Selanjutnya, ada empat aspek yang lazim menjadi perhatian utama pendidikan ini yaitu hak dan kewajiban, tanggung-jawab, partisipasi dan identitas dalam relasi negara-warga negara dan warga negara dan warga negara.

2. Pendekatan Tematik

Pendekatan pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema itu dijadikan dasar untuk menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait (Fogarty, 1991 dalam Setiana, 2009:17). Sejalan dengan itu Depdiknas (2007:5)

menyatakan: “... pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat


(23)

Adapun karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran terpadu menurut Karli dan Margaretha (dalam Indrawati, 2009:22-23), yaitu:

a. Holistik, suatu gejala dan fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu/tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang berkotak-kotak.

b. Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam antarkonsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

c. Autentik, pembelaran terpadu/tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih autentik.

d. Aktif, pembelajaran terpadu/tematik menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus menerus belajar.

3. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Pendekatan Tematik

Pembelajaran PKn melalui pendekatan tematik merupakan pembelajaran yang pengorganisasian materi PKn menggunakan pendekatan terintegrasi


(24)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(terpadu) dalam beberapa mata pelajaran yang terkait dengan tema-tema umum, dengan fokus model pebelajaran yang berorientasi pada pengalaman (experience

oriented) dengan memanfaatkan pola pengorganisasian lingkungan yang meluas

(expending environment/ community approach) (Rahmat, dkk, 2009:6). Biasanya pembelajaran jenis ini dilakukan pada jenjang Sekolah Dasar kelas rendah (lower

primery), yaitu rentang kelas 1 s.d. 3.

Adapun dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pembelajaran PKn melalui pendekatan tematik adalah pembelajaran yang berorientasi pada pengorganisasian materi PKn yang dikemas dalam mata pelajaran sosial yang menggunakan tema-tema umum, dan sub tema yang diterapakan dari kelas 1 s.d. kelas 5.

D.Instrumen Penelitian dan Data

Dalam penelitian ini memakai sumber data primer dan sumber data sekunder, sumber data primer adalah guru PKn dan siswa SMA Pasundan 3 Cimahi, adapun sumber sekundernya adalah informan lain yang memberikan informasi tentang penelitian.

Pada prinsipnya dalam rancangan penelitian kualitatif, peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama (human instrument) yang terjun ke lapangan khususnya dalam lingkungan sekolah. Peneliti sebagai instrumen pada penelitian ini didasarkan pada prinsip-prinsip serta asumsi bahwa “hanya manusialah yang mampu memahami, memberikan makna terhadap interaksi antara manusia gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan yang mereka lakukan (Nasution, 1996:55)


(25)

Menurut Guba dan Lincoln (1981:128) menjelaskan bahwa peneliti diperankan sekaligus sebagai instrumen. Peneliti berusaha untuk responsif dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan untuk mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan.

Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri riset kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bodgan dan Biklen (1990, 33-36), yaitu:

1. Riset kualitatif mempunyai latar alami karena yang merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dari perisetnya. 2. Riset kualitatif itu bersifat deskriptif. Periset kualitatif lebih

memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata. 3. Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif. 4. Makna merupakan soal essensial untuk ancangan kualitatif.

Peneliti sebagai instrumen akan terlihat pelaksanaannya dalam pengamatan langsung dan proses wawancara yang mendalam, seperti yang banyak dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti secara langsung berhubungan dengan subjek penelitian sekaligus dengan peristiwa dan latar alamiahnya (setting

naturalistic). Penelitian semacam ini tidak mungkin menggunakan instrumen berupa “benda mati”, yang dilakukan secara khusus untuk aspek tertentu seperti dalam penelitian kuantitatif (kuisioner, tes skala sikap, dan daftar isian). Tetapi walaupun demikian, agar penelitian ini terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti menyusun pedoman wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, sebagaimana tercantum dalam lampiran. Pedoman penelitian tersebut dalam pelaksanaannya dapat dikembangkan lagi sesuai dengan tuntutan realitas alamiah untuk mendapatkan data yang tepat, akurat, dan lengkap.

Dalam penelitian ini memakai sumber data primer dan sumber data sekunder, sumber data primer adalah guru PKn dan siswa SMA Pasundan 3


(26)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Cimahi, adapun sumber sekundernya adalah informan lain yang memberikan informasi tentang penelitian.

E.Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, yaitu pendekatan naturalistik inquiry dengan tradisi kualitatif, maka pengumpulan data dipilih teknik pengamatan langsung atau observasi terhadap subjek penelitian. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data digunakan teknik wawancara, catatan lapangan (fieldnotes), tape recorder, dan foto yang secara intensif dilakukan pada informan.

Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti mula-mula melakukan kegiatan pra-observasi sehingga peneliti menemukan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran demokrasi sehingga sikap berpikir kritis siswa tidak nampak.

Setelah nampak permasalah peneliti melakukan kegiatan observasi dari sertiap aspek kegiatan pembelajaran demokrasi yang diupayakan pada bidang studi PKn. Untuk melengkapi data dari kegiatan observasi selanjutnya peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan guru PKn dan siswa. Hasil wawancara tersebut kemudian peneliti cocokan dengan dokumen guru, sekolah maupun organisasi siswa melalui kegiatan studi dokumentasi.

1. Teknik Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data/informasi yang utama dalam penelitian naturalistik inquiri dengan mengamati kegiatan secara langsung yang dilakukan guru berkenaan dengan kegiatan belajar mengajar terutama interaksi


(27)

siswa dengan siswa, siswa dengan guru serta untuk mengamati guru dalam menggunakann media pembelajaran dan alat evaluasi. Observasi ini dilakukan secara terbuka agar guru memberikan informasi secara bebas tentang proses pembelajaran yang dilaksanakannya, terutama mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kemajuan, keberhasilan dan hambatan selama proses pembelajaran demokratis yang dilaksanakan.

Dalam kegiatan penelitian, pengamat yang bertindak sebagai partisipan peneliti mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran PKn. Dalam hal ini peneliti berada langsung di lokasi pembelajaran dan mencatat segala yang nampak dalam kegiatan pembelajaran desi untuk menumbuhkan sikap kritis siswa maupun sikap kritis yang dimunculkan oleh siswa. Selain itu peneliti juga terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan guru PKn kegiatan pembelajaran demokrasi siswa pada kegiatan OSIS.

Observasi ini dilakukan oleh guru secara terus terang, hal ini dilakukan karena peneliti mengharapkan perilaku yang dimunculkan oleh guru dan siswa terjadi secara natural atau alami. Selain itu subjek penelitian dalam hal ini guru maupun siswa sudah peneliti kenali dengan baik.

2. Teknik Wawancara

Teknik ini digunakan untuk melengkapi data penelitian dengan melakukan tanya jawab dengan guru berkenaan dengan pembelajaran demokrasi yang mencakup: Penyusunan silabus, penyusunan analisis mata pelajaran, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, media alat peraga, dan pola evaluasi


(28)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sehingga semua unsur tersebut dapat diangkat informasinya untuk lebih menjelaskan tentang pembelajaran demokratis berlangsung.

Wawancara diartikan sebagai suatu percakapan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perorangan, kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi, kepedulian, disamping itu dapat menyelami dunia pikiran dan perasaan responden.

Melalui teknik wawancara data yang belum jelas berupa ucapan, gagasan, pikiran, perasaan dan tindakan responden dapat terungkap dengan akurat. Data wawancara ada yang bersifat verbal adapula yang bersifat non-verbal.

Dalam kegiatan wawancara ini peneliti melakukan wawancara langsung tentang berbagai persiapan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, selain itu juga peneliti mencoba mengungkapkan tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran yang diharapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Bahkan peneliti juga mewawancarai guru dalam menangani berbagai kendala dalam kegiatan pembelajaran demokrasi.

Peneliti mewawancara seluruh guru PKn yang ada dengan pertanyaan yang sama. Pertanyaan yang diajukan merupakan bentuk pertanyaan terbuka untuk mengungkap seluruh fenomena kegiatan pembelajaran.

Kegiatan wawancara ini juga dilakukan kepada sejumlah siswa, untuk menangkap sikap kritis yang tumbuh dari siswa serta sikap dan tanggapan siswa tentang pembelajaran demokrasi. Kendati penelitian kualitatif mengharapkan seluruh populasi untuk diwawancara, namun peneliti memilih sejumlah siswa untuk diwawancarai. Peneliti menentukan jumlah sampel wawancara siswa


(29)

melalui perilaku objek wawancara. Jika data yang ditemukan dari kegiatan wawancara sudah sampai pada titik jenuh maka peneliti menghentikan kegiatan wawancara tersebut pada sejumlah siswa tertentu.

3. Teknik Dokumentasi

Dalam teknnik dokumentasi peneliti mengumpulkan data berupa dokumen, dokumen itu adalah persiapan mengajar, buku catatan kasus, buku catatan , buku catatan lain, tata tertib, daftar hadir, buku kegiatan dan arsip-asrip.

Dokumentasi ini digunakan tidak hanya berfungsi sebagai data pelengkap dari data yang telah diperoleh melalui sumber data primer akan tetapi digunakan untuk menjelaskan, mengkaji, menafsirkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan fokus penelitian.

F. Teknik Analisis data

Pengolahan dan analisis data hasil penelitian ini dilakukan secara kualitatif, dengan cara mengkategorikan dan mengklasifikasikan berdasarkan analisis secara logis, kemudian ditafsirkan dalam konteks keseluruhan permasalahan penelitian. Dalam pengolahan dan analisis data, peneliti akan berusaha untuk memunculkan makna dari setiap data yang diperoleh, sehingga data tidak hanya bersifat deskriptif akan tetapi menyentuh dimensi transenden. Untuk itu, maka pengolahan dan analisis data dikembangkan sesuai dengan perkembangan keadaan data yang diperoleh, dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(30)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Kategorisasi dan kodifikasi, pada tahap ini data yang terkumpul ditulis dalam bentuk kartu data, kemudian dikategorisasikan dengan penumbuhan kode. Pengkodean ini disesuaikan dengan pedoman kode yang dipersiappkan sebelumnya. Kategorisasi dan kodifikasi data diperlukan untuk memudahkan interprestasi dan verifikasi data selanjutnya.

2. Reduksi data, pada tahap ini data yang telah terkumpul dari lapangan, setelah dikategorikan dituangkan dalam bentuk laporan yang rinci kemudian d reduksi atau dirangkum, dipilih hal-hal pokok dan difokuskan dalam hal-hal penting. Data yang relevan dengan hal-hal yang tidak penting menurut penelitian ini direduksi dan dieliminir dari proses pengolahan selanjutnya. Sebelum direduksi, data tersebut terlebih dahulu dianalisis nicoba dibuat kategorisasi baru. Jika tidak memungkinkan karena tidak ada relevansinya maka data tersebut baru direduksi.

3. Display dan klarifikasi data, untuk dapa melihat gambaran data keseluruhan atau bagian-bagian tertentu, maka akan dilakukan klasifikasi dengan menggunakan beberapa matrik dan deskripsi secara rinci. Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan kode yang digunakan pada tahapan kategorisasi.

4. Membuat kesimpulan dan Verifikasi, membuat kesimpulan sementara, kemudian secara berkesinambungan dikembangkan dan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Dalam verifikasi ini penelitian berusaha mencari data baru atau memperdalam penelitian.


(31)

a. Validasi Data

Dalam penelitian naturalistic kredibilitas peneliti dan kemampuannya merupakan hal yang sangat penting dan menentukan pencapaian tujuan penelitian yang diharapkan. Sebagai human instrument yang mengkonstruksi realitas secara langsung dan dinamis dari awal hingga akhir penelitian. Supaya proses dan hasil penelitian ini validitasnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah sesuai dengan prinsip paradigm penelitian alamiah, ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1) Perancangan Observasi dan keikutsertaan, seperti telah dikemukakan bahwa peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Oleh karena itu keikutsertaan peneliti sangat menentukan validitas dan kualitas data. 2) Pengamatan secara berkesinambungan, dilakukan oleh peneliti dengan

tekun supaya pengamatan lebih cermat, terinci, dan mendalam. Kegiatan ini diperlukan untuk memperdalam penggalian makna dari data sehingga dapat menemukann ciri-ciri atau unsur-unsur dan situasi yang sangat relevan dengan persoalan pokok yang dicari.

3) Triangulasi, dilakukan untuk memeriksa kebenaran data tertentu dengan

menggunakan sumber lain. Maleong (1989:195), “membedakan triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori dalam penelitian jenis ini, akan dilakukan

secara bervariasi sesuai dengan kebutuhan”. Antara lain membandingkan

data hasil observasi dan hasil wawancara, hasil wawancara dengan hasil dokumentasi; membandingkan data yang diperoleh dari berbagai sumber,


(32)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

hingga diperolehderajat kepercayaan yang maksimal dari kebenaran ilmiah.

4) Menganalisis kasus negatif, dilakukan untuk meyakinkan adakah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga saat tertentu, yaitu yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi. Dalam penelitian ini kecenderungan informasi kearah gagasan konseptual dan operasional serta mengimplementasikan internet untuk pembelajaran demokrasi. 5) Menggunakan bahan referensi, untuk menjamin tingkat kepercayaan data,

akan digunakan bahan referensi seperti rekaman suara, foto dan dokumen sesuai dengan kondisi latar alamiah.

6) Pengecekan anggota (member check), dilakukan secara terus menerus selama penelitian. Hal ini dilaksanakan untuk menjamin tingkat kepercayaan data dalam hal kategori data, analisis, penafsiran, verifikasi, dan penarikan kesimpulan. Adapun yang dimaksud dengan anggota disini adalah mereka yang terlibat dalam penelitian, dengan jalan membandingkan antar kelompok subjek penelitian dan secara formal dengan mengkomunikasikan hasil penelitian sementara kepada beberapa subjek penelitian, untuk memperoleh kritik, sanggahan atau koreksi serta tambahan informasi. Tujuannya adalah agar diperoleh data yang benar dan memiliki validitas yang tinggi dan handal.

7) Uraian rinci, dilakukan berkenaan dengan “nilai transfer” dalam penelitian

ini dalam bentuk “generalisasi” seperti lazimnya dalam penelitian


(33)

deskrtipsi uraian rinci dari proses penelitian, untuk memudahkan pihak lain yang ingin memanfaatkan hasil penelitian yang relevan dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya.

1. Pengolahan Data Empiris

Selanjutnya dalam pengolahan data secara kualitatif, peneliti berpedoman kepada: a. Sumber data dicari secara langsung oleh peneliti,

b. Data adalah data primer yang diperoleh secara langsung oleh peneliti, data diharapkan secara deskriptif,

c. Penekanan ditekankan kepada proses,

d. Kebermaknaan data menurut tafsiran peneliti. (Bogdan, 1982:29)

Guna memahami secara mendalam terhadap penelitian ini, maka peneliti turun ke lapangan guna mengadakan pengamatan langsung terhadap subjek penelitian, antara lain mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas bersama guru PKn dan siswa, wawancara dengan kepala sekolah, wawancara dengan wakasek bidang kurikulum dan wawancara dengan guru PKn.

Data yang diperoleh dari sumber data tersebut kemudian dipadukan dan dianalisis yang selanjutnya diteliti keabsahan dari data tersebut melalui kegiatan


(34)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kesimpulan analisis data dan pembahasan penelitian, maka pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan penelitian. Terutama berkenaan dengan permasalahan-permasalahan yang diteliti, yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran PKn di sekolah. Dalam penelitian ini, perencanaan pembelajaran demokrasi di SMA Pasundan 3 Cimahi sudah berpedoman pada Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan memperhatikan sarana dan prasarana pendukung yang ada di sekolah. Kompetensi dasar dan standar kompetensi kemudian dituangkan dalam silabus dengan memperhatikan kebutuhan dan kondisi pembelajar dan berbagai pendukung yang selanjutnya dioperasionalkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dengan demikian, perencanaan pembelajaran PKn yang diterapkan di SMA Pasundan 3 Cimahi sudah mengakomodir sejumlah kompenen perencanaan pembelajaran yakni indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan penilaian pembelajaran. Hanya saja perencanaan yang telah di buat tidak berbanding lurus dengan praktek pembelajaran dikelas.


(35)

2. Kelas PKn merupakan laboratorium demokrasi dimana siswa dibentuk untuk berfikir kritis, rasional, aktif, saling menghargai dan bertanggung jawab untuk itu dalam proses pembelajaran PKn guru harus mampu berinovasi dengan menggunakan sumber belajar dan metode yang tepat. Proses Pembelajaran PKn di SMA Pasundan 3 Cimahi masih konvensional sumber belajar yang digunakan terbatas pada buku panduan, metode yang digunakan juga terbatas pada ceramah walaupun ada diskusi tetapi masih terpusat pada guru “Teacher Centered learning” sehingga tujuan

pembelajaran yang diharapkan yakni menjadikan siswa mampu berpikir kritis kurang terpenuhi.

3. Evaluasi merupakan bagian penting dalam komponen pembelajaran sebagai tolak ukur efektivitas proses dan hasil belajar. Evaluasi pembelajaran PKn di SMA Pasundan 3 Cimahi menggunakan alat tes (UTS, Tugas Harian dan UAS) dan non tes (Performance tes). Dengan demikian menunjukkan bahwa alat evaluasi pembelajaran yang digunakan belum menyentuh ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tidak dapat menggambarkan hasil belajar secara utuh khusunya tentang kemampuan berfikir kritis siswa.

4. Hasil belajar merupakan capaian dari sebuah proses pembelajaran dengan tujuan yang hendak dicapai dalam hal ini menjadikan siswa mampu berfikir kritis. Hasil pembelajaran PKn di SMA Pasundan 3 Cimahi menunjukkan bahwa siswa masih kurang mampu menganalisa, bertanya, mendeskripsikan dan berargumen dalam pembelajaran yang dilaksakan


(36)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

oleh guru melalui pembelajaran demokrasi. Ini menunjukkan bahwa perlu inovasi dan kreatifitas guru dalam melaksanakan penilaian dan penggunaan stategi dan metode pembelajaran.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian dan kesimpulan sebagaimana dikemukakan diatas, peneliti memandang perlu memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Sekolah sebaiknya mempertimbangkan kembali untuk menempatkan guru PKn sesuai dengan latar belakang pendidikannya agar lebih memahami tentang konsep, teori dan nilai-nilai Pendidikan Kewarganegaraan terutama nilai demokratis.

2. Penggunaan multimedia, multisumber, sebagai sumber pembelajaran demokrasi dilihat dari berbagai aspek, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Dengan memperhatikan hal tersebut maka kita dapat membuat model pembelajaran interaktif yang menarik dan menyenangkan dengan memanfaatkan media informasi, buku, kehidupan sehari-hari, buletin dan lain-lain sebagai sumber pembelajaran.

3. Tantangan kehidupan ke depan akan semakin berat dan kompleks sebagai dampak dari globalisasi kehidupan yang berkembang dengan pesat. SMA Pasundan 3 Cimahi sebagai lembaga pendidikan yang berbasis religius, kritis dan kontekstual harus menyiapkan siswa untuk menghadapi tentangan itu, maka pembelajaran dengan menggunakan berbagai sumber belajar, metode dan media sebagai salah satu sarana dan sumebr


(37)

pembelajaran merupakan keharusan dan kebutuhan, termasuk dalam pembelajaran demokrasi yang merupakan isu global. Untuk itu perlu dibangun dan ditingkatkan kesadaran para guru akan pentingnya penggunaan metode interaktif yang menarik dan menyenangkan sebagai salah satu strategi pembelajaran.

4. Fasilitas media pembelajaran dan komputer, surat kabar, perpustakaan dan internet di SMA Pasundan 3 Cimahi merupakan faktor pendorong utama bagi penggunaan berbagai media sebagai sumber pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran demokrasi. Untuk itu agar fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, maka perlu ada dorongan yang kuat dari sekolah agar para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajarnya menggunakan media pembelajaran. Surat kabar, perpustakaan dan komputer serta internet baik sebagai media atau sumber pembelajaran. 5. Sekolah perlu memberikan pembinaan yang optimal kepada guru dengan

melibatkan guru dalam MGMP, diklat maupun workshop pembelajaran sehingga dapat menguasai berbagai metode pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

6. Para akademisi terutama praktisi PKn (sebagai wadah formal pendidikan demokrasi) perlu membuka mata lebar-lebar terhadap wacana pendidikan dengan menggunakan multimedia, sumber, metode, materi dan evaluasi sebagai salah satu strategi pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran demokrasi. Akan terasa statis, jika pembelajaran PKn hanya menggunakan sumber dari buku saja yang cenderung bersifat konvensional, sementara


(38)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PKn lebih bersifat dinamis, karena upaya membentuk warga negara yang baik (good citizen) sebagai misi utama PKn harus dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber baik yang bersifat konvensional maupun aktual termasuk internet.

7. Perlu peneliti kemukakan, bahwa kesimpulan di atas tidak dapat digeneralisir untuk kasus yang sama dengan objek yang berbeda, karena msing-masing sekolah memilik potensi dan karakteristik yang berbeda. Untuk itu penelitian ini hanya merupakan kegiatan awal dari penelitian terhadap pembelajaran demokrasi di SMA Pasundan 3 Cimahi. Keterbatasan-keterbatasan, sebagaimana dipaparkan di atas, memberikan penegasan bahwa masih banyak hal lain yang dapat dikaji oleh peneliti-peneliti berikutnya, antara lain tentang peranan guru dalam meningkatkan wawasan siswa atau dampak dari pemilihan media sera metode yang tepat dalam pembelajaran terhadap perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam penelitian ini juga hanya menyoroti perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran demokrasi di sekolah dan tanpa meneliti indikator lain dalam pembelajaran demokrasi yakni budaya siswa dalam keluarga dan lingkungan sosialnya.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abraham, et.all. (2004). Cliniclly Oriented Physiology Teach: Strategy for

Developing Critical-thinking Skills in Undergraduate Medical Students.

New York: Adv. Physiol. Educ.

Affandi. I (2005), Pendidikan Demokrasi dalam Konteks Pembangunan

Masyarakat Madani: Tinjauan Sosial Kultural, Bandung: National

Seminar Civic Education.

Al Muchtar, S. (2000). Pengantar Studi Sistem Politik Indonesia. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Al Muchtar, S. (2004). Pengembangan Berpikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta ; PT. Rineka Cipta,

Arikunto, S. (2000), Classroom Research Teori Penelitian Tindakan

Aristoteles, (1995), Aristoteles Politics, New York : Oxford University Press. Azra, A. (2001). Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta, dan tantangan.

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Badan Nasional Standar Pendidikan , 2006, Standar Isi, Jakarta, Depdiknas. RI. Bickenbach, J.E. and Davies, J.M. (1998). Good Reason for Better Arguments: An

Introduction to The Basic Skill and Values of Critical Thinking. Canada:

Broadview Press. Ltd

Budiardjo, M (1978), Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakrta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Bodgan, Robert C. dan Biklen, S Knopp. (1990). Qualitative Research for

Education: An Introduction to Theory and Methods (Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode). Penerjemah: Munandir.


(40)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Beyer, K B.(1985) Teaching Thinking in social studies. Revised edition. Charles E.Merril Publishing Company. Columbus. Ohio

Brandt, R. (1985). Developing Minds : A Resources Book for Teaching Thinking. Dalam A. Costa, Comparing Approaches to Teaching Thinking. Alexandra, Virginia : Association for Supervision and Curriculum Development

Caroll, R. T. (2000). Becoming a Critical Thinker – A guide for the New Millennium. Pearson Custom Publishing.

Carrol, R. (2000). Becoming a Critical Thinker – A Guide for the New Millennium. Pearson Custom Publishing.

Cartledge, G. & Milburn, J. F. (1995). Teaching Social Skills to Children and

Youth: Innovative Approaches (3 ed.). Massachussetts: Allyn and Bacon.

Center for Indonesian Civic Education (CICED). 1999. Concluding Remarks:

Conference on Civic Education for Civil Society, Bandung.

Costa, A. (1985). Developing Minds: A resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Covey, S. R. (1989). The Seven Habits of Highly Effective People. London: Simon and Schuster.

Crowl, T. K. (1997). Educational Psychology Window on Teaching. Los Angeles: Brown ande Benchmark Publisher.

Cogan, J. J., (1999) Developing The Civil Society: The Role of Civic Education, Bandung : CICED

Dhal, R. (1994). Analisis Politik Modern. Alih Bahasa Mustafa Kamil Ridwan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djahiri, A.K dan Ma’mun. F (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS. Bandung: LPPP-IPS;FKIS IKIP Bandung

Djahiri, A.K.. (1985). Strategi Pengajarn Afektif-Nilai Moral VCT dan Game

dalam VCT. Bandung.Granesia

.

Djahiri, A.K, ( 1996 ). Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral : Lab. Pengajaran PMP IKIP Bandung.


(41)

Djahiri, A.K., dkk. (1998). Analisis Temuan Penelitian Pandangan Guru PPKN

SLTP dan SMU Negeri di Jawa Barat serta Implementasinya terhadap Pembaharuan Kurikulum PPKn 1994, Bandung: Lab PPKN IKIP.

Djiwandono, S., et al. (2003). Demokrasi: Panduan Bagi Pemula. Jakarta: The Ridep Institute.

Djojonegoro, W. (1996). Limapuluh Tahun Pendidikan Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Edmonson D. L (1954), Civic For Youth

Fadjar, M. (2005). Pendidikan sebagai Praktis Kehidupan Bangsa. Makalah Seminar UPI Tidak diterbitkan. Bandung: UPI

Ennis, H.R. (2003) Critical Thinking Assesment. In Fasco, Jr. D. (2003).(Ed).

Critical Thinking and reasoning . Current Research, Theory and Practice.

Cresskill, New Jersey: Hampton Press Inc.

Ennis, R.H. (1966). Critical Thinking. New Jersey: A Viacom Company.

Ennis, R. H. (1985). Goals for A Critical Thinking I Curriculum. Developing

Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for

Suopervisions and Curriculum Development (ASCD).

Ennis, R. H. (1985). Goals for A Critical Thinking I Curriculum. Developing

Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for

Suopervisions and Curriculum Development (ASCD). Facione. A. P.(1996) Think Ctrically. California Academic Press

Facione.A. P. (2004). Critical Thinking, Whati it is ang Why it Counts.Measured Reasons and The California Academic Press, Maillbrae, CA

Fadjar, M. (2005). Pendidikan sebagai Praktis Kehidupan Bangsa. Makalah Seminar UPI Tidak diterbitkan. Bandung: UPI

Fran And Elder.(2005) Critical Thinking For Children. Second edition. New York:Sage Publication Ltd.

Flanders, N.A. (1970) Analyzing Teaching Behaviour. Addison Wesley Freire, P. (1985). Pendidikan Kaum Tertindas. Yogyakarta: LP3ES.


(42)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Fudyartanta, K. (2004). Tes Bakat dan Perskalaan Kecerdasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fisher, A (2001) Critical Thinking an Introduction. Cambridge: Cambridge University Press.

Gaffar, A, (2004). Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gandal, J.E. dan Finn,E.S. 1992. Education for Democracy, Calabasas: CCE. Gagne, R. M. (1988). Essentials of Learning for Instruction. New York: Holt,

Rinehart and Winston.

Gould. C,. (1993). Demokrasi Ditinjau Kembali, Yogyakarta: Tiara Wacana. Gross and Zeleny. D,. (1985) Educating Citizen for Democracy

Haryanto.N (1998). Memajukan Demokrasi Mencegah Disintegrasi: Sebuah

Wacana Pembangunan Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Hikam, M.A.S. (1999). Demokrasi dan Civil Siociety. Jakarta: LP3ES.

John J.P, (1997) Global Trens in Civic Education for Democracy, Social Science

Education

Johnson, E. B. (2000). Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc.

Jones, R. N. (1996). Cara Membina Hubungan Baik dengan Orang Lain. Jakarta: Bumi Aksara.

Jonnasen, H. D. (1996). Handbook of Research for Educational Communication

and Technology. New York: Simon and Macmillan.

Kartono, K. (1989). Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju. Kartaprawira, R, 2002. Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengawas Edisi

Revisi, Cetakan kedelapan.Bandung:Pustaka Setia

Lincoln S.I. dan Guba. E G. 1985 Naturalistic Inquiry.London:Beverhills. andsberger, J. (2000, Maret 4). Berpikir Kritis dan Kreatif. Dipetik July 2008, dari

Mitra Edu-Corner: http://educorner.mitra.net.id/artikel-umum/040300-02.htm


(43)

Laurel, R. H. (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Mahfud, M. (2003). Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Meyer, T. (2002). Demokrasi, Sebuah Pengantar untuk Penerapan. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung.

Moleong, L. (1988) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nana. S dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Naisbitt, J., (1996), Megatrends Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah

Dunia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Nickerson, R. (1985). The Teaching of Thinking. New Jersey: Lawrence Erlbaum Assiciates, Inc.

Nickerson, R. (1985). The Teaching of Thinking. New Jersey: Lawrence Erlbaum Assiciates, Inc.

Nur. M dan Samani, M (1996). Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan

Keterampilan Proses. Jakarta: Proyek PKG Dikmenum

Pasha, M.K. (2002). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.

Philips, V., & Bond, C. (2004). Undergraduates’ experiences of critical thinking. Higher Education Research & Development .

Price, K. (1965). Education and Philosophical Thought. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Resnick, L. (1990). Instruction and The Cultivation of Thinking . Dalam N. Entwistle, Handbook of Educational Ideas and Practices (hal. pp. 694-707). London: Routledge.

Richard, O. (2004). Mengenal Sosiologi. Jakarta: Penerbit Gramedia. Ritzer, G. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Penerbit Gramedia.


(44)

Rina Marlina, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa (Studi Naturalistik Pembelajaran PKN Di SMA Pasundan 3 Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Ritzer, G., & Goodman, J. D. (2009). Teori Sosiolog: Dari Teori Sosiologi Klasik

sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta:

Kreasi Wacana.

Rusidi. (1993). Dasar-Dasar Penelitian dalam Rangka Pengembangan Ilmu, Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Rosyada, D., et al. (2003). Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi,

Hak Asasi Manusia, & Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif

Hidayatullah.

Sanusi, A. (1998). Membudayakan Pilar-Pilar Demokrasi Konstitusional

Indonesia, Bandung: Panitia Seminar PPKN IKIP.

Santrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan. (2, Penyunt.) Jakarta: Kencana. Sapriya dan Winataputra, U.S. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan: Model

Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Laboratorium PKn,

FPIPS UPI Bandung.

Singarimbun, (1989) Metode Penelitian Survai. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. LP3ES.

Siswomihardjo, K.W., (2002) Demokrasi Sebagai Sarana Kehidupan Berbangsa

dan Bernegara, dalam Kapita Selekta Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa, Bagian 1., Bagian Proyek Peningkatan Tenaga

Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Suparno, Paul. (1997) Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: pustaka Filsafat

Surbakti. (1992) Memahami Ilmu Politik.Garsindo

Somantri, M.N. (1969). Pelajaran Kewarganegaraan di Sekolah, Bandung. Badan Penerbit IKIP UPI

Somantri, M.N. (1976). Metode Mengajar Civic. Bandung

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(45)

Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani

Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Wahab, A.A. (1996). Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model

Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia Menuju Warganegara Global.

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar tetap dalam Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Moral Pancasila, Kewarganegaran dan Hukum Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: IKIP.

Wahab, A.A. (1998). Budi Pekerti Education (A typical Indonesian Moral

Education Emphasizing The Teaching Side of Conduct Accepted in society : A model of teaching code of conduct for Good Indonesian Citizenship),

Bandung: Jurusan PKPKN IKIP Bandung

Wahab, A.A. (2001). Implementasi dan Arah Perkembangan Pendidikan

Kewarganegaraan (Civic Education) di Indonesia. Dalam Civicus No. 1

Tahun 2001. Bandung: Laboratorium PMPKn, FPIPS UPI Bandung. Wallace, C. (2001). Critical Literacy in The Second Language Cl;assroom:

Power and Control. In Comber, B. and Simpson, A. (2001). Negotiating Critical Literacies in Classroom. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates,

Publisher.

Winataputra,dkk (2002). MAteri dan Pembelajaran IPS SD. Universitas Terbuka. Jakarta

Winataputra, U. S. (2001). Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: tidak

diterbitkan

---. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan, Model Pengembangan Materi dan

Pembelajaran. Bandung Lab. PKn

Wilks, S. (1996) Critical And Creative Thinking; Strategy For Classroom Inquiry. Elanor Curtain Oublishing

Zuchdi. D. (2010) Humanisasi Pendidikan. Jakarta:PT Bumi Aksara

Zamroni. ( 2007). Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi (Prakondisi menuju


(1)

Fudyartanta, K. (2004). Tes Bakat dan Perskalaan Kecerdasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fisher, A (2001) Critical Thinking an Introduction. Cambridge: Cambridge University Press.

Gaffar, A, (2004). Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gandal, J.E. dan Finn,E.S. 1992. Education for Democracy, Calabasas: CCE. Gagne, R. M. (1988). Essentials of Learning for Instruction. New York: Holt,

Rinehart and Winston.

Gould. C,. (1993). Demokrasi Ditinjau Kembali, Yogyakarta: Tiara Wacana. Gross and Zeleny. D,. (1985) Educating Citizen for Democracy

Haryanto.N (1998). Memajukan Demokrasi Mencegah Disintegrasi: Sebuah

Wacana Pembangunan Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Hikam, M.A.S. (1999). Demokrasi dan Civil Siociety. Jakarta: LP3ES.

John J.P, (1997) Global Trens in Civic Education for Democracy, Social Science

Education

Johnson, E. B. (2000). Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc.

Jones, R. N. (1996). Cara Membina Hubungan Baik dengan Orang Lain. Jakarta: Bumi Aksara.

Jonnasen, H. D. (1996). Handbook of Research for Educational Communication

and Technology. New York: Simon and Macmillan.

Kartono, K. (1989). Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju. Kartaprawira, R, 2002. Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengawas Edisi

Revisi, Cetakan kedelapan.Bandung:Pustaka Setia

Lincoln S.I. dan Guba. E G. 1985 Naturalistic Inquiry.London:Beverhills. andsberger, J. (2000, Maret 4). Berpikir Kritis dan Kreatif. Dipetik July 2008, dari

Mitra Edu-Corner: http://educorner.mitra.net.id/artikel-umum/040300-02.htm


(2)

Laurel, R. H. (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Mahfud, M. (2003). Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Meyer, T. (2002). Demokrasi, Sebuah Pengantar untuk Penerapan. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung.

Moleong, L. (1988) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nana. S dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Naisbitt, J., (1996), Megatrends Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah

Dunia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Nickerson, R. (1985). The Teaching of Thinking. New Jersey: Lawrence Erlbaum Assiciates, Inc.

Nickerson, R. (1985). The Teaching of Thinking. New Jersey: Lawrence Erlbaum Assiciates, Inc.

Nur. M dan Samani, M (1996). Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan

Keterampilan Proses. Jakarta: Proyek PKG Dikmenum

Pasha, M.K. (2002). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.

Philips, V., & Bond, C. (2004). Undergraduates’ experiences of critical thinking. Higher Education Research & Development .

Price, K. (1965). Education and Philosophical Thought. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Resnick, L. (1990). Instruction and The Cultivation of Thinking . Dalam N. Entwistle, Handbook of Educational Ideas and Practices (hal. pp. 694-707). London: Routledge.

Richard, O. (2004). Mengenal Sosiologi. Jakarta: Penerbit Gramedia. Ritzer, G. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Penerbit Gramedia.


(3)

Ritzer, G., & Goodman, J. D. (2009). Teori Sosiolog: Dari Teori Sosiologi Klasik

sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta:

Kreasi Wacana.

Rusidi. (1993). Dasar-Dasar Penelitian dalam Rangka Pengembangan Ilmu, Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Rosyada, D., et al. (2003). Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi,

Hak Asasi Manusia, & Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif

Hidayatullah.

Sanusi, A. (1998). Membudayakan Pilar-Pilar Demokrasi Konstitusional

Indonesia, Bandung: Panitia Seminar PPKN IKIP.

Santrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan. (2, Penyunt.) Jakarta: Kencana. Sapriya dan Winataputra, U.S. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan: Model

Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Laboratorium PKn,

FPIPS UPI Bandung.

Singarimbun, (1989) Metode Penelitian Survai. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. LP3ES.

Siswomihardjo, K.W., (2002) Demokrasi Sebagai Sarana Kehidupan Berbangsa

dan Bernegara, dalam Kapita Selekta Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa, Bagian 1., Bagian Proyek Peningkatan Tenaga

Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Suparno, Paul. (1997) Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: pustaka Filsafat

Surbakti. (1992) Memahami Ilmu Politik.Garsindo

Somantri, M.N. (1969). Pelajaran Kewarganegaraan di Sekolah, Bandung. Badan Penerbit IKIP UPI

Somantri, M.N. (1976). Metode Mengajar Civic. Bandung

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(4)

Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani

Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Wahab, A.A. (1996). Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model

Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia Menuju Warganegara Global.

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar tetap dalam Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Moral Pancasila, Kewarganegaran dan Hukum Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: IKIP.

Wahab, A.A. (1998). Budi Pekerti Education (A typical Indonesian Moral

Education Emphasizing The Teaching Side of Conduct Accepted in society : A model of teaching code of conduct for Good Indonesian Citizenship),

Bandung: Jurusan PKPKN IKIP Bandung

Wahab, A.A. (2001). Implementasi dan Arah Perkembangan Pendidikan

Kewarganegaraan (Civic Education) di Indonesia. Dalam Civicus No. 1

Tahun 2001. Bandung: Laboratorium PMPKn, FPIPS UPI Bandung. Wallace, C. (2001). Critical Literacy in The Second Language Cl;assroom:

Power and Control. In Comber, B. and Simpson, A. (2001). Negotiating Critical Literacies in Classroom. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates,

Publisher.

Winataputra,dkk (2002). MAteri dan Pembelajaran IPS SD. Universitas Terbuka. Jakarta

Winataputra, U. S. (2001). Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: tidak

diterbitkan

---. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan, Model Pengembangan Materi dan

Pembelajaran. Bandung Lab. PKn

Wilks, S. (1996) Critical And Creative Thinking; Strategy For Classroom Inquiry. Elanor Curtain Oublishing

Zuchdi. D. (2010) Humanisasi Pendidikan. Jakarta:PT Bumi Aksara

Zamroni. ( 2007). Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi (Prakondisi menuju


(5)

Zohar, D., & Marshall, I. (2002). SQ : Spiritual Intelligence–The Ultimate Intelligence. SQ : Memanfaatkan SQ dalam Berpikir Holistik untuk Memaknai Kehidupan , 2000. (A. Rahmani, A. N. Burhani, & A. Baiqu,

Penerj.) Bandung: Mizan.

Disertasi/Tesis

Rahmah. H (2009). “Kontribusi Pendidikan Akuntansi terhadap Keterampilan

Berpikir Kritis dan Keterampilan Sosial Peserta didik (Studi pada Peserta didik kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri Model di Jawa Barat)”. Desertasi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Hendrawan. J.H. (2006) Implementasi Internet Sebagai Sumber Pembelajaran

Demokrasi (Studi kualitatif pada Pembelajaran PKn dengan Pokok Bahasan Pembangunan Nilai Demokrasi di Kelas II SMKN 1 Cimahi).Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Dokumen

Departemen Pendidikan Nasional, UU No. 20, 2003, Sistem Pendidikan

Nasional, Jakarta.

Depdiknas. (2003). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. (2003). Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003.

Sistem Pendidikan Nasional . Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, (2004). Kurikulum 2004 , Standar Kompetensi

Mata Pelajaran Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas, Bandung:

Gelar Pustaka Mandiri

Internet

Proyek Pkn dan BP Depdiknas (2000) . Fungsi PKn for Bibliografi.

http//www/scribd.com/doc/…/34/Fungsi-PKn

Cotton, K. (1991). Close-Up #11: Teaching Thinking Skills. Dipetik Mei 2012, dari

Northwest Regional Educational Laboratory's School Improvement Research Series: http://www.nwrel.org/archive/sirs/6/cu11.html


(6)

Schafersman, D. S. (1991, January). An Introduction to Critical Thinking. Dipetik

Mei 2012, dari Scottsdale Community College:


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO PADA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

0 15 118

PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO PADA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

0 6 117

IMPLEMENTASI NILAI – NILAI DEMOKRASI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 GRINGSING BATANG

0 15 153

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH DASAR Pengelolaan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar Negeri Banyuyoso Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo.

0 0 16

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH DASAR Pengelolaan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar Negeri Banyuyoso Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo.

0 0 13

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM MAHASISWA : Studi Kasus di STKIP Pasundan Cimahi.

0 3 59

PENGEMBANGAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MENGGUNAKAN PROJECT CITIZEN :Studi Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis di Universitas Kristen Satya Wacana.

2 19 111

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN RESOLUSI KONFLIK MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS.

0 3 109

PENGARUH TANGGUNG JAWAB KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR PEMBELAJARAN TERHADAP PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) Di SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) SURAKARTA.

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan - PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analiti

0 0 33