Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALISIS BIAYA PRODUKSI
PADA PT. IKAINDO INDUSTRI KARBONIK INDONESIA
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh : HARIS SYAHPUTRA
062101127
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Medan 2009
(2)
(3)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberikan berkah dan rahmad serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw.
Tugas akhir ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program D-III Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumateta Utara. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan dalam hal pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, dan terselesaikannya tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Pada kesempatan kali ini penulis dengan tulus mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dorongan khususnya yang istimewa penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua ayahanda dan ibunda yang telah memberikan dukungan moril dan materil sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini, Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-sedalamnya kepada kakek dan nenek yang selama ini telah sabar merawat dan membimbing penulis dengan kasih sayang yang tak terhingga dan akan selalu penulis ingat sepanjang hayat.
Disini juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. DR. Paham Ginting, SE. MS selaku ketua jurusan D-III Keuangan Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, M.Si, selaku sekretaris jurusan D-III Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing penulis serta telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan saran-saran serta pengarahan dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini.
(4)
6. Kepada Direktur Utama PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia Bapak Darwis Karim serta seluruh karyawan.
7. Buat Kak Nur yang selama ini telah banyak membantu dalam urusan
administrasi perkuliahan.
8. “Someone Special”Arsun (MG) yang selama ini telah membantu baik
moril dan materil, serta buat sahabat-sahabatku Bg. Refli, Ali_88, Yu’dha, Mr.Fez, teman satu rumah S@dat, Bg. Ali, indra, Aisyah, Reza dan seluruh teman-teman di group C, thank’s ya.
9. Buat adik-adik ku Desi, Winda, Yuli, Yohan, si imoEt, Sity yang
menambah semangat buat aku.
Akhir kata semoga Allah Swt tetap melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya serta ridhonya bagi kita semua. Dan harapan penulis kiranya tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua, Amin ya rabbal alamin.
Medan, Mei 2009 Penulis
(5)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas ... 8
B. Jenis Usaha ... 9
C. Struktur Organisasi ... 9
D. Job Description ... 13
E. Kinerja Usaha Terkini ... 14
F. Rencana Kegiatan ... 19
BAB III PEMBAHASAN A. Klasifikasi Biaya ... 21
Ad.1 Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost) 22 Ad.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) . 23 Ad.3 Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost) ... 25
B. Kalkulasi Biaya Silus Hidup ... 28
C. Anggaran Biaya Produksi ... 30
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 36
B. Saran ... 37
(6)
Per 31 Desember 2007 ...15 2.2. Laporan Laba-Rugi PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia
Per 31 Desember 2008 ...16 2.3. Neraca PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia
Per 31 Desember 2007 ...17 2.4. Neraca PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia
Per 31 Desenber 2008 ...18 3.1. Anggaran Pemakaian Bahan Baku PT. Ikaindo Industri Karbonik
Indonesia
Per 31 Desember 2008 ...31 3.2. Anggaran Pembelian Bahan Baku PT. Ikaindo Industri Karbonik
Indonesia
Per 31 Desember 2008 ...31 3.3. Anggaran Persediaan Bahan Baku PT. Ikaindo Industri Karbonik
Indonesia
Per 31 Desember 2008 ...32 3.4. Anggaran Upah Langsung PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia
(7)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
(8)
A. Latar Belakang
Perusahaan diciptakan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa, dimana perusahaan yang menghasilkan baik barang maupun jasa memerlukan proses produksi atau serangkaian tugas dimana sumber daya digunakan untuk mendapatkan barang atau jasa itu. Banyak kemungkinan proses produksi yang dapat menghasilkan produk spesifik, maka manajemen produksi yang efektif menerapakan proses produksi secara efisien dan berkualitas tinggi untuk mendapatkan barang dan jasa yang spesifik. Ini berarti, manajemen produksi akan lebih efisien dengan menentukan jumlah bahan yang tepat, campuran sumber daya yang tepat, pembagian tugas yang benar dan urutan tugas yang benar. Madura (2001 : 281).
Dalam perusahaan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi dan barang jadi maka perusahaan memerlukan sistem akuntansi biaya yang baik, dimana sistem akuntansi biaya adalah jaringan prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyajikan laporan biaya. Mulyadi (2001 : 422).
Setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang industri, menjalankan proses kegiatan produksinya tentulah tidak lepas dari ongkos atau biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut. Pada ummnya biaya produksi pada setiap perusahaan harus mempunyai perencanaan yang baik dan matang, agar tujuan dari
(9)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
2
perusahaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Adapun tujuan dari perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal dengan memberikan kepuasan tersendiri bagi para pelanggan akan produk yang dihasilkan, guna menjamin kelangsungan kegiatan produksi perusahaan. Hal yang dapat dilakukan perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut, salah satunya adalah menetapkan penentuan harga biaya produksi.Pengertian biaya produksi menurut L.Gayle Rayburn dalam buku akuntansi biaya : “ Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam memproduksi barang atau jasa.” Rayburn (1999:31).
Dalam perencanaan biaya produksi kita tidak terlepas dari anggaran-anggaran untuk mengelola produksi tersebut pada setiap proyek. Suatu perusahaan khusunya perusahaan kecil mempunyai kegiatan yang dilakukan terbatas sehingga memudahkan dalam perencanaan dan pengawasan. Tidak seperti pada perusahaan yang besar dimana kegiatan yang dilakukan lebih banyak, baik jenis kegiatannya maupun volumenya, yang membutuhkan suatu perencanaan dan pengawasan yang lebih rumit. Salah satu teknik yang digunakan adalah budget (anggaran) yang bukan hanya berfungsi sebagai alat perencanaan saja tetapi juga berfungsi sebagai alat pengawasan. Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis dari pelaksanaan tanggungjawab manajemen didalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Adisaputro (2003 : 6).
Dalam menyusun suatu budget (anggaran) dipergunakan suatu standart tertentu, seperti standart bahan, standart tenaga kerja dan standart biaya lainnya yang merupakan unsur-unsur biaya produksi. Penetapan standar yang tepat untuk
(10)
beban pabrikasi / manufactur perusahaan adalah penting karena akurasi standar biasanya menentukan keberhasilan sistem biaya standar. Para manajer dan pegawai bertanggung jawab untuk memenuhi standar yang telah disetujui sebagai dasar. Juga, mereka bertanggung jawab untuk memenuhi standar dengan mrngambil kesempatan berpartisipasi dalam proses penetapan standar. Rayburn (1999 : 426).
Biaya standar menjadi unit pembatas anggaran perusahaan. Biaya standar membuat manajer memperhatikan biaya karena varians antara biaya standar dan aktual membantumenunjukkan pemborosan yang terjadi. Dengan mengarahkan perhatian pada variasi biaya, standar dapat berlaku sebagai pedoman bagi manajer kearah perbaikan. Proses penetapan standar juga membantu perencanaan manajemen untuk beroperasi secara efisien dan ekonomis. Karena manajer harus melakukan studi yang menyeluruh mengenai seluruh aktor yang mempengaruhi biaya ketika menetapkan standar, mereka sering sekali menemukan operasi yang membutuhkan perbaikan. Sistem biaya standar juga mengintregasi fungsi manajerial, akuntansi, dan rancangan teknik. Rayburn (1999 : 427).
Manajemen dapat mendeteksi kegiatan-kegiatan lainnya dalam perusahaan yang biayanya menyimpang dari biaya standart yang telah ditentukan. Biaya produksi dibagi menjadi tiga elemen yaitu : biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku langsung biaya tenaga kerja langsung digabungkan dan dijumlahkan menjadi biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja dan overhead pabrik digabung dan dijumlahkan menjadi biaya konversi (conversion cost). Dalam menetapkan harga
(11)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
4
biaya produksi, perusahaan sering mengalami keraguan khususnya dalam mengklasifikasikan biaya produksi terutama biaya overhead pabrik.
Kesalahan dalam menetapkan harga biaya produksi akan berakibat pada ketidak wajaran dalam menetapkan harga jual, oleh sebab itu untuk menetapkan keadaan yang wajar, biaya produksi harus ditetapkan dan diestimasi dengan teliti. Untuk itu perusahaan industri membutuhkan informasi mengenai biaya produksi, dimana biaya produksi merupakan salah satu jenis informasi yang penting bagi manajemen dalam pencapaian sasaran, tujuan perusahaan dan berbagai keperluan perusahaan seperti penngendalian biaya, penilai prestasi, penentuan harga jual, pengambilan keputusan dan lainnya.
Keberhasilan dalam perencanaan dan pengendalian biaya tergantung pada pemahaman yang menyeluruh mengenai hubungan antara terjadinya biaya dan kegiatan produksi. Beberapa biaya berubah jumlahnya secara langsung dengan adanya perubahan kegiatan produksi, sementara biaya-biaya yang lainnya relatif tidak terpengaruh. Karena sifat bisnis yang dinamis, perusahaan sering dihadapkan pada kebutuhan untuk mengubah tingkat kegiatan bisnisnya. Supaya manajemen dapat merencanakan kegiatan perusahaan dengan baik dan dapat mengendalikan biaya dengan efektif, maka manajemen harus mengerti hubungan antara biaya dan perubahan kegiatan.
Informasi biaya diperlukan oleh manajemen untuk penentuan harga pokok produksi secara teliti, perencanaan dan pengendalian biaya serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang khusus. Penentuan harga pokok produksi
(12)
secara teliti hanya dapat dilakukan jika diadakan pemisahan antara biaya produksi dan non produksi.
Agar dapat ditentukan biaya produksi dengan benar, harus diperhatikan beberapa faktor yanng mempengaruhi, seperti proses produksi, unsur-unsur biaya produksi serta perhitungannya. Tanpa mengetahui harga pokok dari barang yang diproduksi, kemungkinan kecil akan terjadi kekeliruan dalam mengambil tindakan-tindakan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam menentuka harga jual.
Biaya atau harga pokok produksi yang tidak akurat bisa menyebabkan perusahaan kehilangan pangsa pasar (market share), terutama apabila perusahaan itu menentukan harga jual berdasarkan pada biaya atau harga pokok produksi. Bagi produk yang biaya atau harga pokok produksinya secara tidak wajar ditetapkan lebih tinggi, harga jual produk tersebut akan lebih tinggi dari pada perusahaan saingan yang menghitung biaya-biaya atau harga pokok produksi yang lebih tepat. Sebaliknya bagi produk yang biaya atau harga pokok produksinya secara tidak wajar ditetapkan lebih rendah dari yang seharusnya, dapat meningkatkan pangsa pasar, tetapi dapat menimbulkan suatu kerugian bagi perusahaan.
Dengan demikian untuk menentukan harga biaya produksi harus diusahakan secara teliti dan cermat agar pembebanan biaya yang terjadi pada saat pembuatan barang yang dihasilkan dapat dialokasikan dengan tepat.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas analisis biaya produksi dengan studi kasus pada PT. IKAINDO INDUSTRI KARBONIK
(13)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
6
INDONESIA yang penulis beri judul “Analisis biaya produksi pada PT.
IKAINDO INDUSTRI KARBONIK INDONESIA.” B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul yang telah dipilih, maka dengan ini penulis mencoba merumuskan masalah yaitu bagaimanakah PT. IKAINDO INDUSTRI KARBONIK INDONESIA menggunakan dan menyusun anggaran biaya produksi secara efisien dalam rangka menghindari kekeliruan dalam mengambil kebijakan-kebijakan dalam menetapkan harga jual ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penggunaan biaya produksi sampai menjadi barang
jadi, menganalisa dan mengevaluasi biaya produksi yang digunakan perusahaan yang dibandingkan denngan teori yang dipelajari.
2. Untuk mengetahui hal-hal yang dilaksanakan perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan.
3. Untuk mengetahui penetapan produksi yang lebih akurat.
4. Untuk menganalisa faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi
kelancaran proses produksi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan masukan bagi PT. IKAINDO INDUSTRI
KARBONIK INDONESIA dalam meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan kegiatan produksi.
(14)
3. Berguna bagi penulis, yaitu sebagai bahan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai analisa biaya produksi.
(15)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas
Pada tanggal 18 september 2003 di hadapan notaris Dian Maesarah, SH. Dengan akte notaris bernomor 22 tahun 2003 serta disyahkan dengan penetapan menteri kehakiman dengan nomor C- 568.HT.03.01.TH.2003. dimana suatu perusahaan bernama PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia yang berkedudukan di wilayah Sumatera bagian utara tepatnya di kota Medan. PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri sekaligus distribusi arang yang beralamat di Jl. KL. Yos Sudarso KM 11.80 Medan (Sumatera Utara).
Sejarah PT. Ikaindo Industri Karbonik, diawali pada tahun 2003 sebagai usaha dalam bidang perdagangan umum. PT. Ikaindo ini adalah perusahaan yang membuat arang yang bahan utamanya terbuat dari tempurung kelapa. Adapun sumber-sumber diperolehnya adalah dari pekerja yang ditugaskan khusus oleh perusahaan untuk mencari dan membelinya dari para pengumpul yang ada di wilayah kota Medan dan sekitarnya, kemudian tempurung kelapa tersebut diolah oleh para pekerja memakai melalui beberapa proses sehingga menghasilkan arang yang berkualitas baik.
Setelah didapat kualitas arang yang baik, kemudian arang tersebut dikemas didalam kemasan khusus yang telah diberi label Karbon Indo yang untuk selanjutnya di eksport ke luar Negeri. Wilayah pemasaran dari PT. Ikaindo Industri Karbonik meliputi Amerika serikat dan Australia. Pengiriman hasil produksi berupa arang dilakukan setiap 2 (dua) bulan sekali secara terus-menerus
(16)
(continue) yang Langsung dikirim ke dua Negara Amerika serikat dan Australia. Di harapkan pada tahun-tahun mendatang perusahaan ini akan lebih megembangkan pemasarannya ke negara-negara lain yang belum dimasuki. Dimana yang menjadi sasaran selanjutnya adalah wilayah Asia Timur seperti Jepang. Korea Selatan,Cina dan juga menjadi tuan rumah dinegeri sendiri.
B. Jenis Usaha
PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam proses produksi arang yang bahan bakunya adalah tempurung kelapa yang diperoleh dari pekerja yang ditugaskan khusus oleh perusahaan untuk mencari dan membelinya dari para pengumpul yang ada di wilayah kota Medan dan sekitarnya, kemudian tempurung kelapa tersebut diolah oleh para pekerja melalui beberapa proses sehingga menghasilkan arang yang berkualitas baik. Setelah tempurung kelapa menjadi arang yang berkualitas baik, kemudian arang tersebut dikemas didalam kemasan khusus yang telah diberi label Karbon Indo yang untuk selanjutnya di eksport keluar Negeri.
C. Struktur Organisasi
Organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem perserikatan formal dari dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai tujusn tertentu. Malayu (1995 : 5). Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi,
(17)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
10
sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja.
Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan, struktur organisasi harus ada dan jelas. Adanya struktur organisasi dalam perusahaan, maka tiap anggota organisasi akan mengetahui kedudukannya masing-masing, tugas dan tangungjawab serta batas-batas wewenangnya sehingga kesimpangsiuran pelaksanaan aktifitas dapat dihindari karena sudah jelasnya pembagian aktivitas dapat dihindari karena sudah jelasnya pembagian aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ada 5 macam struktur organisasi yang umum digunakan yaitu : 1. Struktur organisasi lini .
2. Struktur organisasi lini dan staf . 3. Struktur organisasi fungional
4. struktur organisasi lini, staf dan fungsional. 5. Struktur organisasi komite. Malayu (1995 : 4).
Struktur organisasi perusahaan ini merupakan kerangka dasar yang meggambarkan pembagian pelaksanaan kegiatan organisasi didalam badan tersebut, yang meliputi tata cara pembagian tugas dan wewenang, fungsi, tanggung jawab pekerjaan dan ketentuan mengenai hubungan formal antara fungsi-fungsi yang tedapat di dalam organisasi pokok perusahaan.
Di PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia ini menggunakan struktur organisasi lini dan staf. Sistem yang merupakan kombinasi dari kedua macam struktur organisasi ini menunjukkan suatu rangkaian kekuasaan perintah dari atas
(18)
ke bawah melalui berbagai tingkatan dan tanggung jawab. Struktur organisasi ini bertujuan untuk memperjelas pucuk pimpinan sebagai pemilik modal sekaligus memiliki kekuasaan penuh dalam mengatur batas-batas kekuasaan dan tanggung jawab.
(19)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
12
Gambar. 2.1 Struktur Organisasi PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia
Sumber : PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia
Dewan komisaris
Direktur
Manager Admin & Tax
Staff
Manager Marketing Manager
Keuangan Manager
Personalia
Staff
Sekretaris Direksi
Staff Staff
Manager Produksi
(20)
D. Job Description
Dari gambar tersebut maka pihak manajemen PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia Medan menyusun tugas dan tanggungjawab bagian masing-masing sebagai berikut :
1. Manager Keuangan
Tugas Pokok :
a. Menyusun sasaran, rencana kerja dan anggaran bagian accounting yang merupakan bagian dari rencana kerja dan anggaran perusahaan.
b. Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan dan penilaian kerja kepada kasir dalam lingkungan bagian keuangan.
c. Mengelola sumber daya dan dana bagian keuangan untuk melaksanakan kegiatan usaha
d. Melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan.
e. Melaksanakan penyelenggraan administrasi kegiatan bidang keuangan. f. Melaksanakan pembinaan SDM dalam lingkup dan tanggung jawabnya. g. Bersama bagian-bagian lain membantu Direktur dalam melaksanakan tugas
penyelenggaraan kegiatan perusahaan. h. Bertanggungjawab kepada Direktur. 2. Manajer Produksi
Tugas Pokok :
a. Merencanakan produksi serta melaksanakan proses produksi. b. Merencanakan persediaan bahan baku dan bahan penolong. c. Mengawasi pemakaian mesin-mesin produksi.
(21)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
14
Kinerja terkini dari PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan tersebut dalam dua (2) tahun terakhir. Dalam laporan keuangan akan menunjukkan sampai berapa jauh efisiensi dan kinerja perusahaan serta perkembangan perusahaan yang dicapai manajemen. Karena manajemen diserahi tanggung jawab untuk dapat memperoleh keuntungan yang memuaskan dengan menggunakan sumber sumber yang ada dalam perusahaan, manajemen ingin mengetahui apakah tujuan perusahaan dapat tercapai atau tidak. Dengan demikian manajemen dapat melepaskan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan untuk suatu periode kepada pemilik perusahaan.
Selanjutnya sebagai hasil analisa dan interprestasi terhadap laporan keuangan manajemen akan dapat pula mengambil keputusan untuk mengadakan atau membuat suatu perencanaan dan penyusunan anggaran untuk masa yang akan datang. Kekurangan – kekurangan yang terdapat pada periode yang lalu dapat diperbaiki dan ditambah , menuju kembali kekebijakan yang telah dilaksanakan, dan jika perlu akan mengadakan pengawasan yang lebih ketat terhadap perencanaan yang akan datang.
Laporan keuangan yang utama bagi perusahaan adalah : laporan laba-rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca dan laporan arus kas. Dari keempat daftar yang telah disebutkan diatas, neraca dan laporan laba rugi merupakan bagian yang sangat penting. Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada periode tertentu dan laporan laba rugi menunjukkan kinerja perusahaan dan mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan saat ini. Laporan laba-rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan (matching concept). Niswonger (1999:18).
(22)
Tabel. 2.1
PT.IKAINDO INDUSTRI KARBONIK INDONESIA LAPORAN LABA-RUGI
PER 31 DESEMBER 2007 DALAM RUPIAH
KETERANGAN D K
Penjualan
Harga pokok penjualan Persediaan awal barang jadi Harga pokok produksi Barang jadi tersedia
Persediaan akhir barang jadi Harga pokok penjualan barang jadi Harga pokok penjualan
Laba kotor atas penjualan
2.955.150.000,00
Biaya operasi
Gaji dan tunjangan Biaya penyusutan kantor Biaya pemasaran
Biaya pemeliharaan kantor Biaya supplies kantor Bunga administrasi Biaya listrik dan energi Biaya sewa kantor
Biaya pengangkutan barang jadi Biaya perjalanan
Pemakaian bahan bakar kendaraan Biaya lainnya
Jumlah biaya operasi Laba sebelum pajak Pendapatan lain-lain
Pendapatan penjualan arang yang tidak di kirim
Jumlah pendapatan lain-lain Laba sebelum pph
pph badan Laba setelah pph
Pendapatan lain-lain ( jasa giro ) Laba 38.754.135.000,00 41.709.285.000,00 46.525.000,00 41.662.760.000,00 490.120.000,00 1.850.000,00 35.754.000,00 19.000.000,00 19.550.000,00 13.000.000,00 110.000.000,00 222.000.000,00 790.000.000,00 968.000.000,00 53.700.000,00 72.000.000,00 56.870.000.000,00 180.000.000,00 41.662.760.000,00 15.207.240.000,00 2.794.974.000,00 12.412.266.000,00 180.000.000,00 12.592.266.000,00 650.000.000,00 11.942.266.000,00 23.595.000,00 11.965.861.000,00
(23)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
16
Tabel. 2.2
LAPORAN LABA RUGI
PT.IKAINDO INDUSTRI KARBONIK INDONESIA PER 31 DESEMBER 2008
DALAM RUPIAH
KETERANGAN D K
Penjualan
Harga pokok penjualan Persediaan awal barang jadi Harga pokok produksi Barang jadi tersedia
Persediaan akhir barang jadi Harga pokok penjualan barang jadi Harga pokok penjualan
Laba kotor atas penjualan
3.850.170.000,00
Biaya operasi
Gaji dan tunjangan Biaya penyusutan kantor Biaya pemasaran
Biaya pemeliharaan kantor Biaya supplies kantor Bunga administrasi Biaya listrik dan energi Biaya sewa kantor
Biaya pengangkutan barang jadi Biaya perjalanan
Pemakaian bahan bakar kendaraan Biaya lainnya
Jumlah biaya operasi Laba sebelum pajak Pendapatan lain-lain
Pendapatan penjualan arang yang tidak di kirim
Jumlah pendapatan lain-lain Laba sebelum pph
pph badan Laba setelah pph
Pendapatan lain-lain ( jasa giro ) Laba 46.950.181.000,00 50.800.351.000,00 50.840.000,00 50.739.511.000,00 530.120.000,00 2.555.000,00 40.000.000,00 20.500.000,00 21.750.000,00 13.885.000,00 120.000.000,00 225.000.000,00 870.000.000,00 988.000.000,00 55.850.000,00 75.000.000,00 65.756.112.000,00 876.190.000,00 50.739.511.000,00 15.016.601.000,00 2.962.660.000,00 12.053.941.000,00 876.190.000,00 12.930.131.000,00 700.000.000,00 12.230.131.000,00 35.000.000,00 12.265.131.000,00
(24)
Tabel. 2.3
PT. IKAIONDO INDUSTRI KARBONIK INDONESIA NERACA
PER 31 DESEMBER 2007 (DALAM RUPIAH) Aktiva Aktiva lancar Kas Piutang Usaha Perlengkapan
Asuransi dibayar dimuka Total
Properti, pabrik & peralatan Tanah
Peralatan kantor
Dikurangi akum. penyusutan Total properti, pabrik & peralatan Total aktiva 113.759.800.000,00 830.553.000,00 37.880.000,00 550.252.000,00 115.178.485.000,00 135.700.000,00 41.890.000,00
10.550.000,00 31.340.000,00 167.040.000,00 115.345.525.000,00 Kewajiban Kewajiban Lancar Utang usaha Utang upah
Sewa dibayar dimuka Total kewajiban
24.230.000,00 15.120.000,00
Ekuitas pemilik
Modal PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia
Total kewajiban dan ekuitas pemilik
13.570.000,00
52.920.000,00
115.292.605.000,00
115.345.525.000,00 Sumber : Laporan Keuangan PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia Tahun 2007
(25)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
18
Tabel. 2.4
PT. IKAIONDO INDUSTRI KARBONIK INDONESIA NERACA
PER 31 DESEMBER 2008 (DALAM RUPIAH) Aktiva Aktiva lancar Kas Piutang Usaha Perlengkapan
Asuransi dibayar dimuka Total
Properti, pabrik & peralatan Tanah
Peralatan kantor
Dikurangi akum. penyusutan Total properti, pabrik & peralatan Total aktiva 116.930.500.000,00 900.750.000,00 44.500.000,00 776.345.000,00 118.652.095.000,00 143.550.000,00 47.355.000,00
13.500.000,00 33.855.000,00 177.405.000,00 118.829.500.000,00 Kewajiban Kewajiban Lancar Utang usaha Utang upah
Sewa dibayar dimuka Total kewajiban
31.200.000,00 16.150.000,00
Ekuitas pemilik
Modal PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia
Total kewajiban dan ekuitas pemilik
15.450.000,00
62.800.000,00
118.766.700.000,00
118.829.500.000,00 Sumber : PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia 2008
Dari laporan laba-rugi 2 tahun terakhir diatas, terliha jelas bahwa adanya peningkatan dari segi penjualan dan laba dari tahun 2007 ke tahun 2008. Hal ini merupakan sesuatu yang positif yang semakin menegaskan bahwa kinerja usaha terkini perusahaan semakin baik dibarengi dengan perencanaan-perencanaan yang matang.
(26)
F. Rencana Kegiatan
PT. Ikaindo Industri Karbonik telah melakukan aktifitasnya sampai ke Mancanegara. Yaitu, Australia dan Amerika Serikat (USA). Namun, hal tersebut tidaklah cukup untuk membuat Perusahaan ini puas. Perusahaan domestik kedua Negara tersebut sudah menunjukkan untuk menjadi pesaing yang benar-benar kompetitif. Tentunya hal ini akan menjadi ancaman yang sangat serius bagi PT. Ikaindo Industri Karbonik namun secara tidak langsung juga akan menjadi motivasi buat PT. Ikaindo Industri Karbonik untuk lebih meningkatkan kualitas prod uknya. Selain kualitas produk, PT. Ikaindo Industri Karbonik mempunyai sebuah rencana kegiatan untuk dapat bersaing dengan produk-produk domestik sejenis dengan melakukan startegi harga yang lebih murah dari produk sejenis dan juga memperbaiki kualitas kemasan serta pelayanan. Hal ini diharapkan akan menarik minat pasar dan dapat bersaing secara sehat dengan perusahaan-perusahaan sejenis domestik tentunya. Selain strategi harga, pada awal tahun depan PT. Ikaindo Industri Karbonik akan melakukan terobosan dengan menembus pasar Asia Timur, dimana yang menjadi sasaran utama adalah Cina. Kebetulan juga, PT. Ikaindo Industri Karbonik telah melakukan nota kesepakatan dengan pihak distributor untuk melakukan kerjasama dalam penyaluran produknya. Hal ini tentu saja akan membuat sayap PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia melalui produknya yang berkualitas akan semakin memperluas pangsa pasarnya. Tentunya ini semua akan membutuhkan usaha yang kuat dibarengi dengan kinerja yang bagus dari perusahaan, dan hal yang paling utama adalah produk yang bagus secara kualitas yang akan menjadikan citra perusahaan semakin baik dan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan sejenis.
(27)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
BAB III PEMBAHASAN
Untuk memahami dengan jelas bagaiamana analisis biaya produksi suatu perusahaan, pembahasan akan dimulai dengan pengertian biaya produksi. Dalam akuntansi biaya, istilah biaya produksi (production cost) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa. Rayburn (1999 : 31). Istilah “biaya” (cost) sering digunakam dalam artian yang sama dengan istilah “beban”(expense). Namun, beban dapat didefenisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba atau sebagai penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan pemerintah.
Istilah biaya yang menjadi lebih spesifik bila deskripsinya dimodifikasi biaya langsung, biaya utama (prime cost), biaya konversi, biaya tidak langsung, biaya tetap, biaya variabel, biaya terkendali (controllable cost), biaya produk, biaya periode, biaya bersama (joint cost), biaya estimasi, biaya standart, biata tertanam, atau biaya tunai (out of pocket). Setiap biaya tersebut dicatat dan diakumulasikan saat manajemen membebankan biaya ke persediaan, menyiapkan laporan keungan, merencanakan dan mengendalikan biaya, membuat perencanaan dan keputusan strategis, memilih diantara alternatif, memotifasi karyawan, dan mengevaluasi kinerja. Charter (2006 : 30).
(28)
Informasi biaya yang sistematis dan komparatif, serta data biaya dan laba analitis dibutuhkan agar manajer dapat menetapkan target laba, menetapkan target departemen untuk manajemen menengah dan manajemen operasi, mengevaluasi efektifitas rencana, menunjukkan keberhasilan atau kegagalan tertentu, mengidentifikasi dan memilih strategi, serta memutuskan penyesuaian dan pebaikan dalam perusahaan. Charter (2006 : 34). Sistem akuntansi biaya adalah sistem yang digunakan untuk menangani pengendalian produksi dan pengendalian biaya. Mulyadi (2001 : 17).
A. Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya sangant penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Berdasarjan penelitian yang saya lakukan pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya adalah :
1. Produk
Produk yang dihasilkan oleh PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia adalah Arang (carbon).
2. volume produksi
Volume produksi yang dihasilkan oleh PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia per hari dalam 8 jam kerja adalah sebanyak 3 ton arang.
3. Departemen, proses, pusat biaya (call center), atau sub divisi lain dari manufaktur yang kesemuanya memiliki posnya masing-masing untuk lebih fokus dan etrkosentrasi.
(29)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
22
4. Periode akuntansi
Periode akuntansi yang dipakai oleh PT. Ikaindo dalam menyusun laporan keuangannya adalah periode 1 tahun sekali yang berakhir pada 31 Desember tiap tahun.
5. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi.
Semuanya berdasarkan strutur dan tanggug jawabnya sesuai dengan job description yang telah ditatapkan oleh perusahaan.
Biaya produksi didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya, yaitu : 1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
3. Biaya Overhead Pabrik(Factory Overhead Cost). Charter (2006:40)
Ad 1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalm perhitungan biaya produk. Contoh dari bahan baku langsung adalah tempurung kelapa yang digunakan untuk membuat arang. Kemudahan penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku langsung. Charter (2006 : 40).
Sedangkan bahan baku tidak langsung adalah perlengkapan operasi, reparasi, dan kebersihan yang digunakan dalam pabrik. Bahan tidak langsung bisa juga termasuk jenis-jenis biaya bahan yang kecil dan tidak signifikan dimana biaya bahan baku itu relatif kecil dibandingkan dengan biaya semua bahan baku lainnya. Rayburn (1999 : 33).
(30)
Biaya Bahan Baku langsung pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia adalah sebagai berikut :
1 kg tempurung kelapa = Rp. 500,00
1 ton = Rp. 500,00 x 1000 = Rp. 500.000,00
Ad. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. Di pabrik yang sangat terotomatisasi, dua masalah sering muncul ketika usaha untuk mengindentifikasi tenaga kerja langsung sebagai elemen biaya yang terpisah dilakukan. Pertama, pekrja yang sama melakukan berbagai tugas. Mereka dapat bergantian mgerjakan tugas tenaga kerja langsung kemudian tugas tenaga kerja tidak langsung secara cepat dan sering, sehingga biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung menjadi sangat sulit bahkan tidak mungkin dipisahkan. Kedua, tenaga kerja langsung mungkin merupakan bagian yang tidak signifikan dari total biaya produksi, membuata hal tersebut menjadi sulit untuk menjastifikasi indentifikasi biaya tenaga kerja langsung sebagai elemen biaya terpisah. Dalam setting dimana satu atau kedua situasi terebut ada, satu klasifikasi biaya konversi mencukupi, sehingga bahan baku langsung menjadi satu-satunya elemen biaya yang ditelusuri secara langsung ke produk. Charter (2006 : 40).
Sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah pengawas pabrik dan pekerja terlatih serta tidak terlatih lainnya, seperti pesuruh, petugas reparasi, dan pengawas, secvara nyata tidak mengerjakan produk, sehingga pendapatannya
(31)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
24
tidak dibebankan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Selain itu, hasil usaha mereka tidak mudah ditelusuri ke produk jadi. Rayburn (1999 : 33).
Adapun sifat-sifat tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut :
1. Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini berhubungan secar langsung dengan tingkat kegiatan produksi.
2. Biaya yang dikeluarkan untuk tenga kerja jenis ini merupakan biaya variabel.
3. Umunya dikatakan bahwa tenga kerja jenis ini merupakan tenaga kerja yang kegiatannya langsung dapat dihubungkan dengan produk akhir (terutama dalam penentuan harga pokok).
Sedangkan sifat-sifat tenaga kerja tidak langsung adalah sebagai berikut : 1. Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini tidak berhubungan secara
langsung dengan tingkat kegiatan produksi.
2. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja jenis ini merupakan biaya yang semi variabel. Artinya biaya-biaya yang mengalami perubahan tetapi tidak secara sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan produksi.
3. Tempat bekerja dari tenaga kerja jenis ini tidak harus selalu didalam pabrik, tetapi dapat diluar pabrik. Adisaputro (2003 : 259).
Biaya tenaga kerja langsung di PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia adalah : 1 jam kerja / hari = Rp. 7.000,00
8 jam kerja / hari = Rp. 5000,00 x 8 = Rp. 56. 000,00 Uang lembur = Rp. 4.000,00 x 20 jam = Rp. 80.000,00 Gaji karyawan / bulan (25 hari kerja) = 1400.000 + 80. 000
(32)
= Rp. 1.480.000,00 tiap 1 orang karyawan bagian produksi dalam 1 (satu) bulan.
Jumlah karyawan bagian produksi = 150 orang
Maka, biya tenaga kerja langsung (bagian produksi) pada PT. Ikaindo Industri Karbonik dalam sebulan (25 hari jam kerja) adalah Rp. 222.000.000
Ad. 3 Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost)
Biaya ovehead pabrik juga disebut overhead produksi atau beban pabrik. Overhead pabrik mencakup semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Penekanannya disini adalah pada istilah biaya produksi, overhead pabrik tidak memasukkan beban pemasaran dan administrasi. Sebagai contoh, gaji seorang petugas penjualan merupakan beban pemasaran, sedangkan gaji yang diperoleh manajemn puncak, controller, dan akuntan keuangan umunya merupakan biaya administrasi. Namun, upah petugas pengendali persediaan atau pencatat waktu adalah overhead pabrik.
Selain itu, overhead pabrik untuk bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung mencakup juga sewa, pajak, asuransi, dan penyusutan atas fasilitas pabrik. Sebagai tambahan, pembayaran upah dan gaji yang termasuk sebagai biaya tenaga kerja langsung tidak memasukkan tunjangan pegawai. Perusahaan tidak hanya membayar gaji kotor kepada para pegawainya, tetapi juga memberikan tunjangan, seperti kesejahteraan sosial, kompensasi pengangguran pembayaran cuti dan liburan, tunjangan sakit, serta asuransi jiwa dan kesehatan. Walaupun biaya tunjangan pegawai tersebut berkaitan dengan tenaga kerja langsung namun, untuk lebih mempermudah banyak perusahaan memperlakukan
(33)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
26
semua biaya tunjangan pegawai sebagai biaya tidak langsung yang akan dibebankan kesemua produk. Rayburn (1999 : 33).
Biaya varibel, jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional
terhadap perubahan aktifitas dalam rentang yang relevan (relevant range). Dengan kata lin, biaya variabel menunjukkan jumlah perunit yang relatif konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya variabel biasanya dapat dibebankan ke departemen operasi dengan cukup mudah akurat, dan dapat dikendalikan oleh supervisor pada tingkat operasi tertentu. Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Berikut ini adalah biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya variabel :
1. Perlengkapan 2. Bahan bakar 3. Peralatan kecil
4. Kerusakan, sisa dan beban reklamasi 5. Biaya penerimaan
6. Royalti
7. Biaya komunikasi 8. Upah lembur
9. Penaganan bahan baku. Charter (2006 : 42)
Biaya tetap. Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang
relevan. Dengan kata lian, biaya tetap perunit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Tanggung jawab pengendalian untuk biaya tetap biasanya berbeda pada tingkat manajemen
(34)
menegah atau manajemen eksekutif dibandingkan dengan supevisor operasi. Berikut adalah biaya overhead pabrik yang diklasifikasikan sebagai biaya tetap :
1. Gaji eksekutif produksi 2. Depresiasi
3. Pajak properti 4. Amortisasi paten 5. Gaji supevisor
6. Asuransi, properti dan kewajiban 7. Gaji satpam dan pegawai kebersihan
8. Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan banngunan 9. Sewa.
Biaya senivariabel. Beberapa biay memiliki elemen biaya tetap dan biaya
variabel, jenis biaya ini disebut biaya semivariabel. Misalnya, biaya listrik adalah biaya semivariabel. Listrik yang digunakan untuk pencahayaan cenderung menjadi biaya tetap karena cahaya tetap diperlukan tanpa memperdulikan tingkat aktivitas , sementara listrik yang digunakan sebagai tenaga untuk mengoperasikan peralatan. Berikut adalah contoh-contoh dari biaya overhead semivariabel :
1. Inspeksi
2. Jasa deprtemen biaya 3. Jasa departemen penggajian 4. Jasa departemen personalia 5. Jasa kantor pabrik
(35)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
28
7. Air dan limbah
8. Pemeliharaan dan perbaikan 9. Asuransi kompensasi
10.Asuransi kecelakaan dan kesehatan. Charter (2006 : 44)
Berdasarkan data yang diterima penulis, maka biaya overhead pabrik pada PT. Ikaindo Industri Karbonik adalah :
Gaji dan tunjangan = Rp. 530.120.000,00
Biaya penyusutan kantor = Rp. 2.555.000,00
Biaya pemeliharaan kantor = Rp. 20.500.000,00
Biaya supplies kantor = Rp. 21.750.000,00
Bunga administrasi = Rp. 13.885.000,00
Biaya listrik dan energi = Rp. 120.000.000,00
Biaya sewa kantor = Rp.
1. Pengenalan (introduction) adalah suatu volume penjualan yang rendah dan biaya pengenalan produk yang tinggi dimana telah menghasilkan situasi
225.000.000,00
Total biaya = Rp. 933.810.000,00
B. Kalkulasi Biaya Siklus Hidup Produk
Kalkulasi biaya siklus hidup produk (produk life-cycle costing) merujuk pada akumulasi biaya untuk kegiatan yang terjadi sepanjang keseluruhan siklus hidup produk. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia ada empat tahap siklus hidup produk yang diterima para manajer secara umum :
(36)
kerugian : perusahaan biasanya mempunyai monopoli yang lemah dan menggunakan kegiatan pemasaran yang intensif untuk menghasilkan kesadaran akan produknya. PT. Ikaindo dalam hal ini mendapatkan kemudahan dengan keakraban yang terjalin dengan relasi bisnis yang ada untuk bekerjasama.
2. Pertumbuhan (growth) adalah kenaikan penjulan, penurunan biaya perunit, dan kenaikan laba. Biaya perunit adalah yang terendah sebagai akibat kenaikan penjualan yang besar, serta produksi arang dan distribusi yang ekonomis. Laba mencapai tingkat tertinggi selama tahap pertumbuhan. 3. Jatuh tempo (maturity) adalah kenaikan biaya sebagai akibat modifikasi
produk, pengeluaran bauran pemasaran yang lebih besar, dan upaya lain untuk mempertahankan posisi pasar, penurunan laba yang menyebabkan perusahaan menjadi lemah untuk menarik diri dari pasar, persaingan harga yang intensif sebagai faktor yang menyebabkan monopoli menghilang. Secara cepat, produk sejenis tersedia dari berbagai sumber, kondisi pasar menjadi bersaing ketat dan tingkat pertumbuhan penjualan menurun, namun PT. Ikaindo dapat mengatasi hal ini dengan produk yang berkulaitas dengan harga yang sesuai sehingga mampu bersaing dengan perusahaan sejenis.
4. Penurunan (decline) adalah pasar untuk kontrak produk yang
menyebabkan penjualan serta laba menurun dan dalam hal ini PT. Ikaindo meninggalkan pasar tersebut.
(37)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
30
C. Anggaran Biaya Produksi
Anggaran (budget) adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen dalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Adisaputro (2004 : 6)
Sedangkan penganggaran (budgeting) menunjukkan suatu proses sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang perlu, pembagian tugas, dan pelaksanaan rencana tersebut sampai pada akhirnya, tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil pelaksanaan rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi. Adisaputro (2004 : 7).
Anggaran biaya produksi pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, yaitu:
a.Anggaran Pemakaian Bahan Baku
Penyusunan anggaran pemakaian bahan baku pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia merupakan pengembangan standar yang biasanya diterapkan oleh perusahaan. Komponen bahan baku berupa tempurung kelapa. Bentuk format anggaran bahan baku terdiri dari kebutuhan bahan baku yang digunakan. Persediaan akhir bahan baku, jumlah bahan baku yang tersedia dan persediaan awal bahan baku.
Berikut adalah anggaran pemakaian bahan baku PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, yaitu :
(38)
Tabel. 3.1
PT. IKAINDO INDUSTRI KARBONIK INDONESIA ANGGARAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2008
(Dalam rupiah)
NO URAIAN JUMLAH
1 2 3 4 5
Kebutuhan bahan baku untuk produksi Persediaan akhir bahan baku
Jumlah bahan baku yang tersedia Persediaan awal bahan baku Jumlah bahan baku
13.176.617,38 250.942,22 13.427.559,60 562.369,12 12.865.190,48
Sumber : Laporan Keuangan PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia 2008
b. Anggaran Pembelian Bahan Baku
Penyusunan anggaran pembelian bahan baku pada perusahaan ini adalah pengembangan anggaran kebutuhan / pemakaian bahan baku. Anggaran ini mempunyai bentuk format perusahaan yang terdiri dari jumlah bahan baku yang tersedia, nilai pemakaian bahan baku, jumlah pembayaran tunai, dan utang dagang.
Berikut ini adalah anggaran pembelian bahan baku pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, yaitu :
Tabel. 3.2
PT. IKAINDO INDUSTRI KARBONIK INDONESIA ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN BAKU
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2008
NO URAIAN JUMLAH
1 2 3 4
Jumlah bahan baku
Nilai pembelian bahan baku Jumlah pembayaran tunai Utang dagang periode ini
12.865.190,48 39.497.421.318,00
-
111.787.339.257,00
(39)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
32
c. Anggaran Persediaan Bahan Baku
Brikut ini adalah angaran persediaan bahan baku pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, yaitu :
Tabel. 3.3
PT. IKAINDO INDUSTRI KARBONIK INDONESIA ANGGARAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2008
NO URAIAN JUMLAH
1 2 3 4 5
Persediaan awal bahan baku Pembelian bahan baku
Jumlah bahan baku yang tersedia Pemakaian bahan baku
Persediaan bahan baku
1.726.529.426,50 39.497.421.318,00 41.223.950.744,50 40.453.553.025,59 770.417.718,91
Sumber : PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia
d. Anggaran Upah Langsung
Sebelum menyusun anggaran upah langsung perlu ditentukan terlebih dahulu dasar satuan utama yang digunakan untuk menghitungnya. Kerap kali ditemui dalam praktek yakni satuan hitungnya atas dasar jam buruh langsung dan biaya buruh langsung.
Berikut ini adalah anggaran upah langsung pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, yaitu :
Tabel. 3.4
PT. IKAINDO INDUSTRI KARBONIK INDONESIA ANGGARAN UPAH LANGSUNG
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2008
NO URAIAN JUMLAH
1 2 3
Jumlah produksi Jumlah tenaga kerja Upah langsung
23.469.427,28 -
2.427.742.500,00
(40)
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai posisi keuangan PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia per 31 Desember 2008, maka akan dikemukakan analisa laporan keuangan dalam bentuk rasio profitabilitas pada PT. Ikaindo Industtri Karbonik Indonesia, yaitu :
1.Gross Profit Margin =
Rp. 65.756.112.000,00 – Rp. 50.739.511.000,00
Rp. 65.756.112.000,00 = 0,229 x 100 %
= 2,29 %
Gross Profit Margin yang dihasilkan adalah sebesar 2,29 % berarti bahwa setiap satu rupiah penjualan menghasilkan laba bruto Rp. 0,229.
2. Operating Profit Margin =
Rp. 65.756.112.000,00 – Rp. 50.739.511.000,00 – Rp. 2.962.630.000,00 Rp. 65.756.112.000,00
= 0,1833 x 100 % = 18,33 %
Operating profit margin yang dihasilkan adalah sebesar 18,33 %. Berarti bahwa laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan, maka dalam hal ini setiap rupiah penjualan menghasilakan laba operasi Rp. 0, 1833.
3. 3 Operating Ratio =
Rp.50.739.511.000,00 + Rp. 2.962.630.000,00 Rp. 50.739.511.000,00
(41)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
34
= 10,58 %
Operating ratio yang dihasilkan adalah sebesar 10, 58 %. Berarti bahwa setiap satu rupiah penjulan mempunyai biaya operasi Rp. 1, 058. Semakin besar operating maka akan semakin buruk dampaknya bagi perusahaan.
4. Net Profit Margin =
Rp. 12.230.161.000,00 Rp. 65.756.112.000,00 = 0,185 x 100 %
= 18, 5 %
Net profit margin yang dihasilkan adalah sebesar 18, 5 %. Berarti bahwa setiap satu rupiah penjualan menghasilkan keuntungan netto Rp. 0, 185.
5. Rate of Return on Total Assets =
Rp. 12.930.000.000,00 Rp.118.829.500.000,00 = 0, 1088 x 100 % = 10,88 %
Rate of return on total asset yang dihasilkan adalah sebesar 10,88 %. Berarti bahwa kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor, maka setiap satu rupiah modal menghasilkan keuntungan Rp. 0,1088 untuk semua investor.
(42)
Dari data yang diolah berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, serta berdasarkan hasil pembahasan. Maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan penulis akan mencoba untuk memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menyusun kebijakan anggaran biaya produksi yang lebih wajar untuk tahun berikutnya.
A. KESIMPULAN
1. PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam proses produksi arang yang bahan bakunya adalah tempurung kelapa yang diperoleh dari pekerja yang ditugaskan khusus oleh perusahaan untuk mencari dan membelinya dari para pengumpul yang ada di wilayah kota Medan dan sekitarnya, kemudian tempurung kelapa tersebut diolah oleh para pekerja melalui beberapa proses sehingga menghasilkan arang yang berkualitas baik. Setelah tempurung kelapa menjadi arang yang berkualitas baik, kemudian arang tersebut dikemas didalam kemasan khusus yang telah diberi label Karbon Indo yang untuk selanjutnya di eksport keluar Negeri.
2. Struktur organisasi PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia adalah struktur organisasi garis staf fungsional. Secara umum struktur yang diterapkan cukup baik, yang ditandai dengan adanya pembagian tugas dan wewenang serta tanggungjawab yang jelas serta tidak tupang tindih.
(43)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
36
3. Pengawasan intern PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia telah berjalan dengan baik, dimana telah diciptakannya praktek yang sehat, serta adanya bagian khusus yang menangani pencatatan serta telah digunakannya sistem komputerisasi.
4. Unsur-unsur produksi yang terdapat pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, digolongkan menjadi biaya bahan baku, biaya tidak langsung, dan biaya overhead.
5. Semakin besar hasil produksi perusahaan, semakin besar pula biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan produksi tersebut dan sebaliknya, semakin sedikit produksi yang dihasilkan maka semakin sedikit biaya yang dikeluarkan perusahaan maka keuntungan perusahaan semakin kecil.
6. Berdasarkan analisa-analisa rasio rentabilitas / profitabilitas yang telah dihitung pada bab sebelumnya, maka dapat diberikan beberapa tanggapan, yaitu :
a. Gross Profit Margin yang dihasilkan adalah sebesar 2,29 % berarti bahwa setiap satu rupiah penjualan menghasilkan laba bruto Rp. 0,229.
b. Net profit margin yang dihasilkan adalah sebesar 18, 5 %. Berarti bahwa setiap satu rupiah penjualan menghasilkan keuntungan netto Rp. 0, 185.
c. Rate of return on total asset yang dihasilkan adalah sebesar 10,88 %. Berarti bahwa kemampuan dari modal yang diinvestasikan
(44)
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor, maka setiap satu rupiah modal menghasilkan keuntungan Rp. 0,1088 untuk semua investor.
d. Operating ratio yang dihasilakan adalah sebesar 10, 58 %. Berarti bahwa setiap satu rupiah penjulan mempunyai biaya operasi Rp. 1, 058. Semakin besar operating maka akan semakin buruk dampaknya bagi perusahaan.
e. Operating profit margin yang dihasilkan adalah sebesar 18,33 %. Berarti bahwa laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan, maka dalam hal ini setiap rupiah penjualan menghasilakan laba operasi Rp. 0, 1833.
B. SARAN
Untuk menambah manfaat tugas akhir ini, penulis mencoba memberikan saran yang dapat diharapkan dapat berguna bagi PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia yaitu :
1. Sebaiknya kegiatan pengolahan dijalankan secara sistematis dan efisien untuk menjamin produktivitas berjalan secara ekonomis dan efektif.
2. Perusahaan sebaiknya mengadakan evaluasi atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan serta menganalisa kemajuan dan kemudahan yang dialami perusahaan, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisa SWOT.
3. Perusahaan sebaiknya menyusun anggaran biaya produksi selama
(45)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
38
sebab anggaran merupakan rencana perusahaan yang mencakup semua kegiatan.
4. Perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan kebijakan dalam inventory dan pengumpulan piutang, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan net profit margin dan rate of return on total assets yang dihasilkan.
(46)
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan, dan Asri, Marwan, 2003, Anggaran Perusahaan, Buku 1, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Charter, William K and Usry, Milton F, 2006, Cost Accounting, edisi 13, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Madura, Jeff, 2001, Pengantar Bisinis, Edisi pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Malayu, 1995 Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT. Toko Gunung Agung, Jakarta.
Mulyadi, 2006, Sistem Akuntansi, edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Niswonger, C. Rollin, Warren, Carl S, Reeve, James M, Fees, Philip E, 1999,
Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi 19, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rayburn, L. Gayle, 1999, Akuntansi Biaya, dengan Menggunakan Pendekatan
Manajemen Biaya, Edisi keenem, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
(47)
Haris Syahputra : Analisis Biaya Produksi Pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
(48)
(1)
3. Pengawasan intern PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia telah berjalan dengan baik, dimana telah diciptakannya praktek yang sehat, serta adanya bagian khusus yang menangani pencatatan serta telah digunakannya sistem komputerisasi.
4. Unsur-unsur produksi yang terdapat pada PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia, digolongkan menjadi biaya bahan baku, biaya tidak langsung, dan biaya overhead.
5. Semakin besar hasil produksi perusahaan, semakin besar pula biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan produksi tersebut dan sebaliknya, semakin sedikit produksi yang dihasilkan maka semakin sedikit biaya yang dikeluarkan perusahaan maka keuntungan perusahaan semakin kecil.
6. Berdasarkan analisa-analisa rasio rentabilitas / profitabilitas yang telah dihitung pada bab sebelumnya, maka dapat diberikan beberapa tanggapan, yaitu :
a. Gross Profit Margin yang dihasilkan adalah sebesar 2,29 % berarti bahwa setiap satu rupiah penjualan menghasilkan laba bruto Rp. 0,229.
b. Net profit margin yang dihasilkan adalah sebesar 18, 5 %. Berarti bahwa setiap satu rupiah penjualan menghasilkan keuntungan netto Rp. 0, 185.
(2)
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor, maka setiap satu rupiah modal menghasilkan keuntungan Rp. 0,1088 untuk semua investor.
d. Operating ratio yang dihasilakan adalah sebesar 10, 58 %. Berarti bahwa setiap satu rupiah penjulan mempunyai biaya operasi Rp. 1, 058. Semakin besar operating maka akan semakin buruk dampaknya bagi perusahaan.
e. Operating profit margin yang dihasilkan adalah sebesar 18,33 %. Berarti bahwa laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan, maka dalam hal ini setiap rupiah penjualan menghasilakan laba operasi Rp. 0, 1833.
B. SARAN
Untuk menambah manfaat tugas akhir ini, penulis mencoba memberikan saran yang dapat diharapkan dapat berguna bagi PT. Ikaindo Industri Karbonik Indonesia yaitu :
1. Sebaiknya kegiatan pengolahan dijalankan secara sistematis dan efisien untuk menjamin produktivitas berjalan secara ekonomis dan efektif.
2. Perusahaan sebaiknya mengadakan evaluasi atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan serta menganalisa kemajuan dan kemudahan yang dialami perusahaan, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisa SWOT. 3. Perusahaan sebaiknya menyusun anggaran biaya produksi selama
(3)
sebab anggaran merupakan rencana perusahaan yang mencakup semua kegiatan.
4. Perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan kebijakan dalam inventory dan pengumpulan piutang, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan net profit margin dan rate of return on total assets yang dihasilkan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan, dan Asri, Marwan, 2003, Anggaran Perusahaan, Buku 1, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Charter, William K and Usry, Milton F, 2006, Cost Accounting, edisi 13, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Madura, Jeff, 2001, Pengantar Bisinis, Edisi pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Malayu, 1995 Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT. Toko Gunung Agung, Jakarta.
Mulyadi, 2006, Sistem Akuntansi, edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Niswonger, C. Rollin, Warren, Carl S, Reeve, James M, Fees, Philip E, 1999,
Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi 19, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rayburn, L. Gayle, 1999, Akuntansi Biaya, dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya, Edisi keenem, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
(5)
(6)