Pemodelan Bangkitan pergerakan pada Tata Guna Lahan Sekolah
                                                                                DAFTAR PUSTAKA
Buku Referensi 1.
Tamin,  Ofyar  Z.  Perencanaan  dan  Pemodelan  Transportasi.  Institut Teknologi Bandung. Bandung : 2000
2. Warpani,  Suwardjoko  P.  Pengelolaan  Lalu  Lintas  dan  Angkutan  Umum.
Institut Teknologi Bandung. Bandung : 2002 3.
__________,  Modul  Kuliah  Perencanaan  Transportasi.  Universitas Komputer Indonesia. Bandung : 2006
4. __________,  Modul  Kuliah  Prasarana  Wilayah  dan  Kota.  Universitas
Komputer Indonesia. Bandung : 2006
Perundang-undangan 1.
Peraturan  Zonasi  Kecamatan  Jatinangor .  Pemerintah  Kota  Sumedang.
Bandung : 2007 2.
Rencana  Umum  Tata  Ruang  Kecamatan  Jatinangor .  BadanPerencanaan
Pembangunan Daerah. Sumedang : 2004 3.
Rencana Tata
Ruang Wilayah
Kabupaten Sumedang2013
. BadanPerencanaan Pembangunan Daerah. Sumedang : 2003
4. Peraturan Pemerintah No. 43 Tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan. 1993
5. Undang-undang No. 38 TentangJalan. 2008
Studi Literatur 1.
Gunarto,  Danang.  Kajian  Kinerja  Jalan  Soekarno  Hatta  sebagai  Jalan Arteri  Primer  di  Kota  Bandung.
Institut  Teknologi  Bandung.  Bandung  : 2002
2. Soraya, Amanda Petty. Identifikasi Kinerja dan Usulan Pengelolaan Lalu
Lintas di Jalan Moh.Toha . Institut Teknologi Bandung. Bandung : 2004
3. Yulia,  Dinie,  Analisis  Kondisi  Lalu  Lintas  di  Jalan  Achmad  Yani  dan
Usulan Pengelolaannya . InstitutTeknologi Bandung. Bandung : 2004
4. Hudiotomo,  Aryo.  Kajian  Bangkitan  Pergerakan  Harian  Perguruan
Tinggi  Di  Jalan  Raya  Jatiangor .  Institut  Teknologi  Bandung.  Bandung:
2008 5.
Wijayanto,  Hendra.  Pengaruh  Kegiatan  Bandung  Supermal  Terhadap Kinerja  Pelayanan  Jalan  Jenderal  Gatot  Subroto
.  Universitas  Komputer Indonesia. Bandung : 2009
6. Gultom, Frans Togi. Kajian Perhitungan Pengaruh Pertumbuhan kegiatan
Komersial  Terhadap  Ruas  Jalan  Raya  Jatinangor .  Institut  Teknologi
Bandung. Bandung : 2008. 7.
Suhartanto,  Eka  Retno.  Tingkat  Pelayanan  Jalan  Jenderal  Ibrahim  Adjie Sebelum  dan  Sestelah  Adanya  Jalan  Layan
.  Universitas  Komputer Indonesia. Bandung: 2009
8. Oktavia,  Ryan.  Bangkitan  Lalu  Lintas  Perguruan  Tinggi  di  sepanjang
Jalan  P.H.H  Mustafa  Bandung.  Institut  Teknologi  Bandung .  Bandung:
1998
LAMPIRAN
Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan
Perhitungan  kapasitas  ruas  jalan  dilakukan  denganmembedakanjaringan jalan  berdasarkan  padapembatas  median  jalannya.  Jaringan  jalan  yang  tersedia
memiliki 2 dua jenis jaringan jalan yaitu : •  Jaringan jalan dengan pembatas median, dan
•  Jaringan jalan tanpa menggunakan pembatas median. Perhitungan  ruas  jalan  dengan  menggunakan  median,  perhitungan
kapasitas  jalan  dilakukan  terpisah  untuk  setiap  arahnya.  Sedangkan  perhitungan ruas jalan tanpa menggunakan median, perhitungan dilakukan dengan menghitung
kedua arah. Persamaan  umum  untuk  menghitung  kapasitas  suatu  ruas  jalan  menurut
metode  Indonesian  Highway  Capacity  Manual  untuk  daerah  perkotaan  adalah sebagai berikut :
C = C
o
x FC
w
x FC
sp
x FC
sf
x FC
cs
Keterangan : C
: Kapasitas smpjam C
o
: Kapasitas dasar smpjam FC
w
: Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan FC
sp
: Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah FC
sf
: Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping FC
cs
: Faktor koreksi kapasitas akibat jumlah penduduk
Kapasitas Dasar C Kapasitas  dasar  C
ditentukan  berdasarkan  tipe  jalan  sesuai  dengan  nilai  yang tertera pada tabel berikut ini.
Kapasitas Dasar C0
Tipe Jalan Kapasitas Dasar
smpjam Keterangan
Jalan 4 lajur berpembatas median atau jalan satu arah 1.650
Per lajur Jalan 4 lajur tanpa pembatas median
1.500 Per lajur
Jalan 2 lajur tanpa pembatas median 2.900
Total dua arah
Sumber : Tamin, 2010
Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah FC
SP
Faktor    koreksi  FC
SP
dapat  dilihat  pada  Tabel  faktor  koreksi  kapasitas  akibat pembagian arahPenentuan faktor koreksi untuk pembagian arah didasarkan pada
kondisi arus lalu lintas dari kedua arah  atau untuk jalan tanpa pembatas  median. Untuk  jalan  satu  arah  danatau  jalan  dengan  pembatas  median,  faktor  koreksi
kapasitas akibat pembagian arah adalah 1,0.
Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah FC
SP
Pembagian arah - 50-50
55- 45
60-40 65-
35 70-30
FC
SP
2-lajur 2-arah tanpa pembatas median 22 UD
1,00 0,97
0,94 0,91
0,88 4-lajur 2-arah tanpa pembatas median
42 UD 1,00
0,98 5
0,97 0,95
5 0,94
Sumber : Tamin, 2010
Faktor koreksi kapasitas akibat lebar jalan FCw Faktor  koreksi  FC
SP
ditentukan  berdasarkan  lebar  jalan  efektif  yang  dapat  dilihat padatabel berikut ini.
Faktor koreksi kapasitas akibat lebar jalan FCw
Tipe Jalan Lebar jalan efektif m  FCw
4 lajur berpembatas median atau jalan satu arah Per lajur
3,00 3,25
3,50 3,75
4,00 0,92
0,96 1,00
1,04 1,08
4 lajur tanpa pembatas median Per lajur
3,00 3,25
3,50 3,75
4,00 0,91
0,95 1,00
1,05 1,09
2 lajur tanpa pembatas median dua arah
5 6
7 8
0,56 0,87
1,00 1,14
Tipe Jalan Lebar jalan efektif m  FCw
9 10
11 1,25
1,29 1,34
Sumber : Tamin, 2010
Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping FC
SF
Faktor koreksi untuk ruas jalan yang mempunyai bahu jalan didasarkan pada lebar
bahu  jalan  efektif  W
S
dan  tingkat  gangguan  sampingan  yang  penentuan
klasifikasinya dapat dilihat pada tabelfaktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping  FC
SF
untuk  jalan  yang  mempunyai  bahu  jalan  dapat  dilihat  pada
TabelFaktor  koreksi  kapasitas  akibat  gangguan  samping  FCSF  untuk  jalan yang mempunyai bahu jalan
Klasifikasi gangguan samping
Kelas Gangguan
Samping Jumlah Gangguan
per 200 meter per jam dua arah
Kondisi Tipikal
Sangat rendah 100
Permukiman Rendah
100-299 Permukiman, beberapa transportasi umum
Sedang 300-499
Daerah industri dengan beberapa toko di pinggir jalan
Tinggi 500-899
Daerah komersil, akibat pinggir jalan tinggi Sangat tinggi
900 Daerah komersil dengan aktivitas
perbelanjaan pinggir jalan
Sumber : Tamin, 2010
Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping FC
SF
untuk jalan yang mempunyai bahu jalan
Tipe Jalan Kelas gangguan
samping Faktor koreksi akibat gangguan
samping dan lebar bahu jalan Lebar bahu jalan efektif
0,5 1,0
1,5 2,0
4- lajur 2-arah berpembatas median
42 D Sangat rendah
Rendah Sedang
Tinggi Sangat Tinggi
0,96 0,94
0,92 0,88
0,84 0,98
0,97 0,95
0,92 0,88
1,01 1,00
0,98 0,95
0,92 1,03
1,02 1,00
0,98 0,96
4-lajur 2-arah tanpa pembatas
median 42 UD
Sangat rendah Rendah
Sedang Tinggi
0,96 0,94
0,92 0,87
0,99 0,97
0,95 0,91
1,01 1,00
0,98 0,94
1,03 1,02
1,00 0,98
Tipe Jalan Kelas gangguan
samping Faktor koreksi akibat gangguan
samping dan lebar bahu jalan Lebar bahu jalan efektif
0,5 1,0
1,5 2,0
Sangat Tinggi
0,80 0,86
0,90 0,95
2-lajur 2-arah tanpa pembatas
median 22 UD atau jalan satu arah
Sangat rendah Rendah
Sedang Tinggi
Sangat Tinggi
0,94 0,92
0,89 0,82
0,73 0,96
0,94 0,92
0,86 0,79
0,99 0,97
0,95 0,90
0,85 1,01
1,00 0,98
0,95 0,91
Sumber : Tamin, 2010
Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota FC
CS
Ukuran kota juta penduduk
Faktor koreksi untuk ukuran kota
0,1 0,1-0,5
0,5-1,0 1,0-1,3
3 0,86
0,90 0,94
1,00 1,03
Sumber : IHCM, 199
Analisis Korelasi
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation
N tarikan pergerakan
377,91 497,697
45 jumlah mahasiswa
10095,33 11807,416
45
Correlations
tarikan pergerakan
jumlah mahasiswa
tarikan pergerakan  Pearson Correlation 1
,784 Sig. 2-tailed
,000 N
45 45
jumlah mahasiswa  Pearson Correlation ,784
1 Sig. 2-tailed
,000 N
45 45
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation
N tarikan pergerakan
377,91 497,697
45 jumlah jurusan
33,00 37,902
45
Correlations
tarikan pergerakan
jumlah jurusan
tarikan pergerakan  Pearson Correlation 1
,781 Sig. 2-tailed
,000 N
45 45
jumlah jurusan Pearson Correlation
,781 1
Sig. 2-tailed ,000
N 45
45 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation
N tarikan pergerakan
377,91 497,697
45 jumlah dosen
5,62 1,461
45
Correlations
tarikan pergerakan
jumlah dosen tarikan pergerakan  Pearson Correlation
1 ,670
Sig. 2-tailed ,000
N 45
45 jumlah dosen
Pearson Correlation ,670
1 Sig. 2-tailed
,000 N
45 45
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation
N tarikan pergerakan
377,91 497,697
45 jumlah karyawan
704,00 555,483
45
Correlations
tarikan pergerakan
jumlah karyawan
tarikan pergerakan  Pearson Correlation 1
,730 Sig. 2-tailed
,000 N
45 45
jumlah karyawan Pearson Correlation
,730 1
Sig. 2-tailed ,000
N 45
45 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation
N tarikan pergerakan
377,91 497,697
45 jadwal kuliah
124,07 189,113
45
Correlations
tarikan pergerakan
jadwal kuliah tarikan pergerakan  Pearson Correlation
1 ,889
Sig. 2-tailed ,000
N 45
45 jadwal kuliah
Pearson Correlation ,889
1 Sig. 2-tailed
,000 N
45 45
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation
N tarikan pergerakan
377,91 497,697
45 jadwal kegiatan
kemahasiswaan 8,27
8,077 45
Correlations
tarikan pergerakan
jadwal kegiatan
kemahasiswaa n
tarikan pergerakan Pearson Correlation
1 ,717
Sig. 2-tailed ,000
N 45
45 jadwal kegiatan
kemahasiswaan Pearson Correlation
,717 1
Sig. 2-tailed ,000
N 45
45 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation
N tarikan pergerakan
377,91 497,697
45 luas lantai
54,5333 29,56103
45
Correlations
tarikan pergerakan
luas lantai tarikan pergerakan  Pearson Correlation
1 ,365
Sig. 2-tailed ,014
N 45
45 luas lantai
Pearson Correlation ,365
1 Sig. 2-tailed
,014 N
45 45
. Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed.
Correlations
tarikan pergerakan
luas area tarikan pergerakan  Pearson Correlation
1 ,168
Sig. 2-tailed ,270
N 45
45 luas area
Pearson Correlation ,168
1 Sig. 2-tailed
,270 N
45 45
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation
N tarikan pergerakan
377,91 497,697
45 luas parkir
1,4200 1,49401
45
Correlations
tarikan pergerakan
luas parkir tarikan pergerakan  Pearson Correlation
1 ,786
Sig. 2-tailed ,000
N 45
45 luas parkir
Pearson Correlation ,786
1 Sig. 2-tailed
,000 N
45 45
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
CURRICULUM VITAE
+, -
. .
1 2-
,  , 1
3 3
4  56 1171
- 81
9 9 +
0- 1
+ 9 , , 9
- 1 1
: 1
. 1
- 7
;- 1 1
- 6
1 = : .0 ,
7 :
=- =
1 -
6 1
: .0 +7
; 6
1 = . 7
: .0 1 ?
- 1 1
. 1
. ?
7 7
; 1
. 3.
- -
1 1 -
. ? 6
1 1 A ; :
1
,7 ;-
. ? -
1 -
6 1
1 6
-1 -
6 A : .0
? 7
3 + 1
. 0-
1 3 +
1 -
0- 1
9 1
. 20-
: .0 9
11 1
- 20 - : .0
- 7
;. ?
8  1 6 7 0
1 = : .0
7 ;
1 1
= : .0 +7
;- 1 -
1 = : .0
7 6
- 1 ;-
- 1
B -
6 6
1 =  B . .
- -
B 7
- B
- 7 1 6
B ;-
1 1 =  7
7 1
B ;
- .
= +7
1 B
; -
6 =  7
21 6
CURRICULUM VITAE
+, -
. .
1 2-
,  , 1
3 3
4  56 1171
- 81
9 9 +
0- 1
+ 9 , , 9
- 1 1
: 1
. 1
- 7
;- 1 1
- 6
1 = : .0 ,
7 :
=- =
1 -
6 1
: .0 +7
; 6
1 = . 7
: .0 1 ?
- 1 1
. 1
. ?
7 7
; 1
. 3.
- -
1 1 -
. ? 6
1 1 A ; :
1
,7 ;-
. ? -
1 -
6 1
1 6
-1 -
6 A : .0
? 7
3 + 1
. 0-
1 3 +
1 -
0- 1
9 1
. 20-
: .0 9
11 1
- 20 - : .0
- 7
;. ?
8  1 6 7 0
1 = : .0
7 ;
1 1
= : .0 +7
;- 1 -
1 = : .0
7 6
- 1 ;-
- 1
B -
6 6
1 =  B . .
- -
B 7
- B
- 7 1 6
B ;-
1 1 =  7
7 1
B ;
- .
= +7
1 B
; -
6 =  7
21 6
132
                