dimanfaatkan untuk pembuatan papan sebagai pengganti kayu. Beberapa alasan menggunakan serat alam sebagai bahan pembuatan papan antara lain:
1. Lebih ramah lingkungan dan biodegradable dibandingkan serat sintetis.
2. Berat jenis alam lebih kecil
3. Memiliki rasio berat-modulus lebih baik dari serat E-glass.
4. Papan berbasis serat alam memiliki daya redam akustik yang baik.
5. Serat alam lebih ekonomis dari serat gelas dan serat karbon
Papan akustik berbasis serat alam dapat digunakan sebagai penyerap suara. Penyerap yang berserat umumnya mampu menyerap bunyi dalam jangkauan
frekuensi yang lebar dan lebih disukai karena tidak mudah terbakar. Dengan menggunakan serat sebagai bahan dasar pembuatan papan akustik, diharapkan
dapat menghasilkan papan yang kedap suara untuk mengendalikan kebisingan. Untuk menyerap bunyi berfrekuensi rendah diperlukan penyerap berserat
yang lebih tebal dibandingkan dengan bunyi berfrekuensi tinggi. Sebagai contoh, bila untuk frekuensi tinggi dibutuhkan ketebalan 3 mm, maka untuk frekuensi
rendah diperlukan ketebalan 75 mm sd 100 mm. Oleh arena itu, ketebalan papan akustik akan sangat berpengaruh terhadap kinerja akustiknya Irawan, 2013
2.5.1 Serat
Agave
Serat alam dari tanaman sudah lama dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan misalnya untuk tekstil, tali temali, sikat, tambalan, tenun, atap, kertas,
kerajinan keranjangtas, tikar, keset, dan barang kerajinan lainnya, bahan bangunan dan konstruksi, serta bahan pembuatan serat sintetik. Diantara 72 jenis
tanaman penghasil serat alam yang banyak digunakan di dunia, 9 jenis merupakan penghasil serat utama, diantaranya Agave cantala cantalakantala atau nanas
sebrang dan Agave sisalana sisal dengan kegunaan utama untuk bahan baku tali temali. Sisal Agave sisalana Perrine merupakan tanaman penghasil serat dari
daunnya setelah melalui proses penyeratan. Tanaman yang termasuk dalam keluarga agavaceae ini berasal dari meksiko yang beriklim sedang, dan terus
berkembang seiring dengan kemajuan kebutuhan untuk bahan baku tali temali dan
Universitas Sumatera Utara
industri lainnya hingga ke beberapa negara di daerah sub tropis maupun daerah - daerah tropis Fitriyani, 2012.
Gambar 2.1 Tanaman Agave angustifolia haw
Agave merupakan jenis tanaman berbatang pendek dengan daun berdaging
yang tumbuh tegak ke atas. Daunnya mengandung serat, dan serat inilah yang telah meningkatkan pendapatan negara Amerika hingga 35,000,000. Agave
menduduki peringkat setelah kapas sebagai tanaman komersial penghasil serat terpenting di Amerika Bakri, 2012.
Beberapa jenis dari genus ini yang memiliki nilai komersial sebagai penghasil serat, diantaranya:
a. Mexico Sisal Agave fourcroydes Tanaman asli Meksiko ini telah lama digunakan oleh Suku Aztec, yang seiring
perkembangannya kini banyak ditumbuhkan di Kuba dan Yukatan. Jenis ini memiliki daun yang berduri. Seratnya yang berwarna pirang terang didapatkan
dari jaringan daun. Sifat seratnya yang kasar, berdiameter kecil, kuat, dan elastis banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat tali ternak lariat, tali
pengikat, dan jenis tali lainnnya, namun serat ini tidak cocok untuk digunakan tali kapal ataupun tali kesekan, karena sifatnya yang mudah terputus.
b. Sisal Agave sisalana Perawakan Sisal mirip dengan Mexico Sisal, namun daunnya tidak memiliki duri.
Jenis ini merupakan tanaman asli Meksiko dan Amerika tengah, dan kini banyak
Universitas Sumatera Utara
ditumbuhkan di Hawai, Hindia barat dan timur, dan beberapa daerah di Afrika. Tanaman ini mampu hidup ditempat kering, meskipun banyak jenis tanaman
lainnya yang mati di tempat tersebut. Seratnya bersifat kasar, kaku, berwarna kuning terang hingga putih.
c. Istle, terdiri dari jaumave istle Agave funkiana, tula istle A.lecheguilla , dan palma istle Samuela carnerosuna. Merupakan tiga jenis serat yang memiliki
nilai penting dan telah banyak diekspor. Seratnya didapatkan dari daun muda, lebih pendek dari serat Sisal dan serat Mexico sisal, namun serat yang dihasilkan
lebih kuat dan tahan lama. Sifat seratnya yang kaku dan kasar, umumnya digunakan dalam memproduksi sikat-sikatan, dan sebagai pengganti dari serat
Sisal dalam pembuatan karung, dan tali. Bahkan diketahui, karung biji yang terbuat dari serat istle mampu bertahan hingga 10 tahun lamanya.
d. Maguey Agave cantala Jenis ini merupakan tanaman yang pertama kali dikenalkan ke India dan Asia
Tenggara. Nilai komersial serat Maguey lebih rendah dari serat sisal. Tanaman ini cenderung dimanfaatkan untuk dibuat minuman jus khas Meksiko, pulque
sejenis susu dan mescal Nurgaheni,2013. Di dalam negeri, serat agave banyak digunakan sebagai tali untuk
mengemas hasil panen tembakau. Kebutuhan tali untuk mengemas hasil panen tembakau di Madura mencapai 600 tontahun, yang diperoleh dari A.cantala
Perrine, berasal dari Madura sendiri Tirtosuprobo et al., 1993. Agave masuk di Indonesia pada awal abad ke-19, yaitu sebelum perang dunia ke II. Perkebunan
besar telah menanam agave seluas 10.000 hektar dengan produksi serat 23.000 ton pada tahun 1939 Tohir,1967.
Indonesia pernah menghasilkan serat agave sebanyak 80.000 ton Lock, 1969. Daerah pengembanga agave terdapat di Jawa Timur Banyuwangi,
Madura, Jember, Malang, Blitar, dan Kediri, di Jawa Tengah Kulon Progo, Magelang, Solo dan Yogyakarta di Jawa Barat Pemanukan dan Ciamis dan di
Sumatera Utara Pematang Siantar dan Bilah. Pada umumnya daerah pengembangan agave adalah berbatu kapur dan beriklim kering.
Secara umum teknologi budidaya agave adalah mudah, dan hampir tidak ada kendala tetapi karena tanaman agave merupakan tanaman tahunan, maka perlu
Universitas Sumatera Utara
ada tambahan pendapatan petani sebelum komoditas tersebut berproduksi. Tanaman agave mulai berproduksi setelah umur 2 tahun, daun agave dapat
diproses untuk diambil seratnya. Berdasarkan jenisnya, agave memiliki perbedaan ragam bentuk morfologi dan karakter Santoso, 2009.
Salah satu satu tanaman yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai serat penguat material komposit adalah serat Agave angustifolia haw.
Sifat mekanis serat ini telah diteliti oleh Silva-Santos dkk 2009 dengan kekuatan tarik sebesar 322,51 MPa, modulus elastisitas 17,51 GPa dan regangan 1,99
Santoso,2009.
2.6 Polimer