Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix (ADM)

(1)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

PENUTUPAN AKAR GIGI YANG TERSINGKAP

DENGAN MENGGUNAKAN ALOGRAF

ACELLULAR DERMAL MATRIX (ADM)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

LANNA SARI LUBIS NIM : 030600021

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007


(2)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2007

Lanna Sari Lubis

Penutupan Akar Gigi yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf

Acellular Dermal Matrix (ADM)

ix + 30 halaman

Berbagai prosedur bedah telah dikembangkan dalam perawatan akar gigi yang tersingkap akibat resesi gingiva. Pada saat ini telah dikembangkan Acellular Dermal

Matrix (ADM) sebagai pengganti bahan cangkok jaringan ikat dari palatum.

Penggunaan alograf ADM dengan menggunakan teknik bedah modifikasi cangkok jaringan ikat subepitel menunjukkan hasil yang lebih baik dalam hal penutupan akar gigi yang tersingkap dibandingkan dengan teknik bedah cangkok jaringan ikat subepitel yang biasa digunakan. Sedangkan dalam hal kedalaman probing, level perlekatan klinis dan peningkatan lebar jaringan berkeratin tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil evaluasi klinis penutupan akar gigi yang tersingkap dengan menggunakan ADM menunjukkan gambaran pascabedah yang baik dalam hal penyembuhan dan penutupan akar gigi.

Hasil-hasil penelitian yang membandingkan penutupan akar gigi yang tersingkap dengan menggunakan alograf ADM dengan cangkok jaringan ikat subepitel menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal penutupan


(3)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

akar, kedalaman probing dan level perlekatan klinis. Sedangkan dalam hal peningkatan lebar jaringan berkeratin menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Dari berbagai hasil penelitian diketahui bahwa alograf ADM dapat digunakan sebagai pengganti bahan cangkok jaringan ikat dalam penutupan akar gigi yang tersingkap akibat resesi gingiva.

Daftar Rujukan : 12 (1999-2006)


(4)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi kewajiban untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat, cinta dan terima kasih yang dalam penulis persembahkan kepada ayahanda Ir.H. A. Effendi Lubis, MMA dan ibunda Hj. Ramlah Haida Harahap, SE, abang Ilham Effendi Lubis, kakak Hidayati Lubis, S. Hut dan Elfrida Nauli Lubis, SE, adik Ihsan Halomoan Dili Lubis, kakak ipar Ade Dwi Meilanie Nst, SE serta abangda Hafaz Zakky Abdillah atas segala doa, kasih sayang, pengertian, dukungan dan kesabarannya selama ini kepada penulis.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. S. Hamzah Dalimunthe, drg., Sp. Perio selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

2. Aini Hariyani, drg selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan serta saran dalam penulisan skripsi ini.


(5)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

3. Zulkarnain, drg., M. Kes sebagai Ketua Departemen Periodonsia yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan saran kepada penulis.

4. Hadiatul Aimah, drg selaku dosen pembimbing akademis atas bimbingan dan motivasinya selama ini.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan membantu penulis selama menjalani perkuliahan.

6. Teman-teman Formasi 7 (Anti, Inur, Juni, Nurul, Martina dan Yustina) dan teman stambuk 2003 (Arnita, Lola, Natasya, dll), Kak Tati, Kak Ami dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu. SEMANGAT!!!

7. Teman-teman dan anggota HMI Komisariat FKG USU yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dalam penulisan skripsi ini, karena itu penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun untuk menghasilkan yang lebih baik lagi. Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Januari 2007 Penulis


(6)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 TEKNIK-TEKNIK BEDAH PENUTUPAN AKAR GIGI YANG TERSINGKAP DENGAN MENGGUNAKAN ALOGRAF ADM ... 3

2.1 Teknik Bedah Konvensional ... 3

2.2 Teknik Bedah Modifikasi... 6

BAB 3 EVALUASI KLINIS PENUTUPAN AKAR GIGI YANG TERSINGKAP DENGAN MENGGUNAKAN ALOGRAF ADM ... 9

BAB 4 PERBANDINGAN HASIL KLINIS PENUTUPAN AKAR GIGI YANG TERSINGKAP DENGAN MENGGUNAKAN ALOGRAF ADM DENGAN TEKNIK CANGKOK JARINGAN IKAT SUBEPITEL ... 18

BAB 5 DISKUSI DAN KESIMPULAN ... 27


(7)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Frekuensi penutupan akar pada 3 laporan kasus ... 17

2 Resesi dan penutupan akar... 20

3 Lebar jaringan berkeratin dan kedalaman probing ... 21

4 Perbandingan parameter klinis dari kedua kelompok ... 23

5 Rata-rata penutupan akar pascabedah ... 24

6 Rata-rata (± SD) parameter klinis antara awal dan satu tahun pasca bedah kedua kelompok ... 25


(8)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Teknik konvensional ... 5

2 Teknik modifikasi ... 7

3 Resesi gingiva prabedah ... 10

4 Gambaran 6 bulan pascabedah ... 10

5 Resesi gingiva prabedah ... 11

6 Gambaran pascabedah ... 12

7 Gambaran resesi gingiva prabedah ... 13

8 Gambaran pascabedah ... 14

9 Kasus 1 ... 15

10 Kasus 2 ... 16

11 Kasus 3 ... 17


(9)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

BAB 1 PENDAHULUAN

Resesi gingiva adalah tersingkapnya akar gigi akibat bergesernya posisi margin gingiva apikal dari Cemento Enamel Junction (CEJ).1 Hal ini ditandai dengan kehilangan serat-serat jaringan ikat periodontal sepanjang sementum gigi dan tulang alveolar. Penyebab dari resesi gingiva adalah penyakit periodontal, oral higiene yang buruk, tarikan perlekatan frenulum, restorasi yang mengemper, malposisi gigi, infeksi virus pada gingiva dan kalkulus subgingiva. Resesi gingiva dapat menyebabkan masalah bagi pasien berupa estetis yang tidak baik, hipersensitif dentin dan kecendrungan terjadinya karies akar.1

Beberapa prosedur bedah telah digunakan untuk menutup permukaan akar gigi yang tersingkap meliputi cangkok gingiva bebas, flep posisi lateral atau flep semilunar posisi koronal, regenerasi jaringan terarah (GTR) dan cangkok jaringan ikat. 1 Beberapa prosedur bedah menggunakan palatum sebagai sisi donor yang menyebabkan terdapatnya dua daerah operasi pada rongga mulut. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien seperti rasa sakit, perdarahan dan waktu operasi yang lama. Untuk mengatasi masalah diatas, pada saat ini telah diperkenalkan


(10)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

alograf Acellular Dermal Matrix (ADM) sebagai pengganti bahan cangkok jaringan ikat dari palatum.2

Pada bab 2 akan dijelaskan teknik-teknik bedah serta prosedur bedah yang digunakan untuk penutupan akar gigi yang tersingkap dengan menggunakan ADM.

Pada bab 3 akan dijelaskan beberapa penelitian dan laporan kasus mengenai evaluasi klinis penutupan akar gigi yang tersingkap dengan menggunakan alograf ADM yang meliputi gambaran prabedah dan pascabedah.

Untuk mengetahui efektifitas alograf ADM untuk penutupan akar gigi yang tersingkap maka pada bab 4 akan dijelaskan perbandingan hasil klinis penutupan akar gigi yang tersingkap dengan menggunakan alograf ADM dengan teknik cangkok jaringan ikat subepitel. Dan pada akhir tulisan ini, akan ditutup dengan diskusi dan kesimpulan.

Dengan pembahasan dan evaluasi yang diuraikan pada bab-bab tersebut diharapkan terdapat pemahaman mengenai penggunaan alograf ADM dalam penutupan akar gigi yang tersingkap akibat resesi gingiva.


(11)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

BAB 2

TEKNIK-TEKNIK BEDAH PENUTUPAN AKAR GIGI YANG TERSINGKAP DENGAN MENGGUNAKAN ALOGRAF ADM

Beberapa prosedur bedah mukogingival telah digunakan untuk penutupan resesi gingiva meliputi cangkok gingiva bebas, flep posisi lateral atau flep semilunar, sama halnya dengan regenerasi jaringan terarah (GTR) dan cangkok gingiva bebas.1 Pada saat ini, diperkenalkan alograf Acellular Dermal Matrix (ADM) sebagai pengganti bahan cangkok gingiva dari palatum pada berbagai prosedur bedah disekitar gigi asli dan implan untuk meningkatkan zona jaringan berkeratin.3

Teknik-teknik bedah yang digunakan untuk penutupan akar gigi yang tersingkap dengan menggunakan alograf ADM antara lain4 :

2.1 Teknik Bedah Konvensional

Teknik bedah konvensional ini diambil dari teknik bedah yang digunakan pada cangkok jaringan ikat subepitel yang pertama kali diperkenalkan oleh Langer dan Langer yang menggunakan jaringan ikat subepitel sebagai bahan cangkok, sedangkan pada teknik ini menggunakan ADM sebagai bahan cangkok. Pada teknik ini insisi vertikal diletakkan pada permukaan proksimal dari gigi yang terlibat.4


(12)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Prosedur bedah teknik konvensional untuk menutup akar gigi yang tersingkap dengan menggunakan alograf ADM adalah sebagai berikut4,5,6 :

1. Pemberian anestesi lokal.

2. Insisi. Pertama-tama dilakukan insisi vertikal pada sisi mesial dan distal dari gigi yang terlibat sampai ke batas mukosa-gingiva, kemudian dilakukan insisi sulkular dimulai pada dasar saku sehingga menghubungkan kedua insisi vertikal.

3. Pembukaan flep. Flep ketebalan sebagian dibuka dengan diseksi tajam sedekat mungkin ke periosteum sampai ke batas mukosa-gingiva.

4. Penyerutan akar. Akar gigi yang tersingkap diserut dengan kuret secara tuntas.

5. Pengkondisian akar. Akar gigi yang tersingkap dikondisikan dengan gel EDTA 24% selama 2 menit atau dengan larutan tetrasiklin (100 mg/ml air steril) selama 4 menit dan dibilas dengan larutan saline.4,5,7,8,

6. Persiapan Acellular Dermal Matrix Graft (ADMG). ADMG direhidrasikan pada larutan saline steril atau larutan tetrasiklin (250 mg tetrasiklin per 50 ml air steril) berdasarkan petunjuk pabrik dan dipaskan sesuai dengan ukuran dan bentuk dari permukaan akar gigi yang tersingkap dan sekitar tulang dari gigi yang terlibat.4,9,10,11


(13)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

7. Penempatan ADMG. Sisi membran dari ADMG diletakkan berkontak dengan permukaan akar gigi yang tersingkap dan tulang sekitar. Sisi membran dijahit dengan menggunakan benang jahit terabsorbsi 5-0.

8. Pengembalian dan penjahitan flep. Flep yang telah dibuka dikembalikan dan ditarik ke arah koronal dan dijahit pada insisi vertikal dengan menggunakan benang jahit terabsorbsi 5-0, walaupun benang jahit yang tidak terabsorbsi dapat juga digunakan.

9. Pemasangan pembalut periodontal. Pembalut periodontal dipasang pada daerah luka dan diganti setelah 7 hari kemudian dilepas setelah 14 hari.


(14)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Gambar 1. Teknik Konvensional. A) Prabedah, gigi 13 dengan resesi Klas I Miller. B) Flep ketebalan sebagian dibuka dengan membuat insisi vertikal pada sisi proksimal dari gigi yang terlibat. C) ADMG dipaskan sesuai dengan bentuk dan ukuran akar gigi yang tersingkap dan dijahit. D) Flep posisi koronal dijahit dengan baik untuk menutupi alograf. E) Daerah operasi setelah 6 bulan (Barros RRM, Novaes AB, Grisi MFM, Souza SLS, Taba M, Palioto DB. A 6-month comparative clinical study of a conventional and a new surgical approach for root coverage with Acellular Dermal Matrix. J Periodontol 2004 ; 75 : 1352)

2.2 Teknik Bedah Modifikasi

Pada teknik bedah modifikasi ini insisi vertikal dilakukan pada gigi yang berdekatan atau gigi tetangga, yang dapat membuat kondisi yang lebih baik untuk proses penyembuhan alograf. Prosedur bedah teknik ini pada umumnya sama dengan teknik bedah konvensional.4

Prosedur bedah teknik modifikasi untuk menutup akar gigi yang tersingkap dengan menggunakan alograf ADM adalah sebagai berikut4,5,6:

1. Pemberian anestesi lokal.

2. Insisi. Pertama-tama dilakukan insisi vertikal pada sisi mesial dan distal dari gigi yang berdekatan atau gigi tetangga sampai ke batas mukosa-gingiva, kemudian dilakukan insisi sulkular dimulai pada dasar saku sehingga menghubungkan kedua insisi vertikal.

3. Pembukaan flep. Flep ketebalan sebagian dibuka dengan diseksi tajam sedekat mungkin ke periosteum sampai ke batas mukosa-gingiva.

4. Penyerutan akar. Akar gigi yang tersingkap diserut dengan kuret secara tuntas.


(15)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

5. Pengkondisian akar. Akar gigi yang tersingkap dikondisikan dengan gel EDTA 24% selama 2 menit atau dengan larutan tetrasiklin(100 mg/ml air steril) selama 4 menit dan dibilas dengan larutan saline.4,5,7,8

6. Persiapan ADMG. ADMG direhidrasikan pada larutan saline steril atau larutan tetrasiklin (250 mg tetrasiklin per 50 ml air steril) berdasarkan petunjuk pabrik dan dipaskan sesuai dengan ukuran dan bentuk dari permukaan akar gigi yang tersingkap dan sekitar tulang dari gigi yang terlibat.4,9,10

7. Penempatan ADMG. Sisi membran dari ADMG diletakkan berkontak dengan permukaan akar gigi yang tersingkap dan tulang sekitar. Sisi membran dijahit dengan menggunakan benang jahit terabsorbsi 5-0.


(16)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Gambar 2. Teknik Modifikasi. A) Prabedah, gigi 34 dengan resesi gingiva Klas I Miller. B) Flep ketebalan sebagian dibuka dengan membuat insisi vertikal yang ditempatkan pada sisi mesial dan distal dari gigi yang berdekatan atau gigi tetangga. C) ADMG dipaskan sesuai dengan bentuk dan ukuran dari akar gigi yang tersingkap dan dijahit. D) Flep posisi koronal dijahit untuk menutupi alograf. E) Daerah operasi setelah 6 bulan (Barros RRM, Novaes AB, Grisi MFM, Souza SLS, Taba M, Palioto DB. A 6-month comparative clinical study of a conventional and a new surgical approach for root coverage with Acellular Dermal Matrix. J Periodontol 2004 ; 75 : 1352)

8. Pengembalian dan penjahitan flep. Flep yang telah dibuka dikembalikan dan ditarik ke arah koronal dan dijahit pada insisi vertikal dengan benang jahit terabsorbsi 5-0, walaupun benang jahit tidak terabsorbsi dapat juga digunakan.

9. Pemasangan pembalut periodontal. Pembalut periodontal dipasang pada daerah luka dan diganti setelah 7 hari kemudian dilepas setelah 14 hari.


(17)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

BAB 3

EVALUASI KLINIS PENUTUPAN AKAR GIGI YANG TERSINGKAP DENGAN MENGGUNAKAN ALOGRAF ADM

Pada saat ini penggunaan Acellular Dermal Matrix (ADM) direkomendasikan untuk meningkatkan zona gingiva cekat disekitar gigi dan implan, mendapatkan penutupan akar pada resesi gingiva, meningkatkan ketebalan gingiva pada daerah edentulus dan mengeliminasi pigmentasi melanin pada gingiva.3 Pada penutupan akar gigi akibat resesi gingiva, hasil klinis yang diperhatikan antara lain resesi gingiva, kedalaman probing, level perlekatan klinis dan lebar jaringan berkeratin.5 Untuk mengetahui hasil klinis penutupan akar gigi yang tersingkap dengan menggunakan alograf ADM maka akan dikutip beberapa penelitian dan laporan kasus.

Santos A, Goumenos G dan Pascual A3 melaporkan kasus, seorang wanita berumur 30 tahun dengan resesi gingiva yang progresif dan hipersensitif pada sisi bukal dari gigi 22 dan 23 (Gambar 3). Pasien telah dirawat dengan berbagai bahan


(18)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

desensitisasi dengan penghilangan gejala yang minimal. Karena pasien tidak ingin dilakukan pembedahan pada palatum, maka dipilih Acellular Dermal Matrix Graft

(ADMG) sebagai bahan untuk memperlebar gingiva dan menutupi akar gigi. Setelah

dilakukan prosedur bedah, dilakukan kontrol dan perawatan profilaksis setelah 2 dan 4 minggu pascabedah dan setiap 3 bulan. Gambaran klinis pada 6 bulan dan 2 tahun pascabedah menunjukkan penutupan akar gigi yang sempurna dan hasil estetis yang baik (Gambar 4).

Gambar 3. Resesi gingiva prabedah (Santos A, Goumenos G, Pascual A. J Periodontol 2005 ;76:1983)

Gambar 4. A) Gambaran 6 bulan pascabedah. B) Gambaran 2 tahun pascabedah (Santos A, Goumenos G, Pascual A. J Periodontol 2005 ;76:1983)

A B


(19)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Santos A, Goumenos G dan Pascual A3 dalam laporan kasusnya pada 12 pasien dengan 26 permukaan gigi yang tersingkap menunjukkan hasil rata-rata penutupan akar sebesar 74% diperoleh pada 26 gigi yang dirawat. Tiga belas gigi dari 26 gigi yang dirawat menunjukkan penutupan akar yang komplit. Dua permukaan akar gigi yang tersingkap tidak menunjukkan penutupan akar karena terdapat pengelupasan jaringan setelah pembedahan (pasien merupakan perokok berat). Rata-rata peningkatan jaringan berkeratin sebesar 1,19 mm. Hal ini menunjukkan bahwa hasil jangka panjang dari kasus-kasus tersebut adalah stabil.

Fowler EB dan Breault LG6 melaporkan kasus, seorang laki-laki ras Kaukasia berumur 33 tahun dengan resesi gingiva generalisata, dimana sektan mandibula kanan merupakan bagian yang paling banyak terlibat. Pada gigi 46 terdapat resesi gingiva 2 mm yang berjalan sampai pada gigi 43 sebesar 4,5 mm (Gambar 5). Kedalaman probing sepanjang sektan ini sekitar 1-3 mm. Walaupun lebar jaringan berkeratin pada sisi proksimal sebesar 1-2 mm, lebar zona gingiva cekat hanya terdapat <1 mm. Dari riwayat dental diketahui bahwa pasien mempunyai kebiasaan menyikat gigi dengan gerakan kebelakang dan menggunakan sikat yang keras. Pasien diinstruksikan menggunakan sikat yang lembut dan ekstra lembut. Walaupun pasien tidak mengalami hipersensitif dentin, tetapi secara estetis tidak baik dan sangat mempengaruhi pasien.


(20)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Gambar 5. Resesi gingiva prabedah ( Fowler EB, Breault LG. J Contemp Dent Practice 2000 ; 1 : 3)

Pada minggu pertama setelah prosedur bedah dengan menggunakan ADM (Gambar 6A), tidak terdapat keluhan dari pasien. Penyembuhan berjalan dengan cepat. Penutupan akar menunjukkan hasil 100% dari gigi 46 ke gigi 44, tetapi terdapat 0,5-1 mm akar yang masih terbuka pada gigi 43 dimana alograf ADM tidak menutupi permukaan akar gigi yang tersingkap dengan sempurna. Pada minggu ke-2 (Gambar 6B), penyembuhan berjalan dengan baik. Pada tahap ini, penutupan akar menunjukkan hasil 100% pada gigi 46 dan gigi 44, sedangkan pada gigi 45 dan 43 terdapat akar gigi yang terbuka sebesar 0,5 mm. Pasien diinstruksikan untuk tetap menjaga oral higiene pada sektan ini.

A B

C D


(21)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Gambar 6. Gambaran pascabedah. A) Minggu pertama pascabedah. B) Minggu ke-2 pascabedah. C) Minggu ke-3 pascabedah. D) 3 bulan pascabedah ( Fowler EB, Breault LG. J Contemp Dent Practice 2000 ; 1 : 5)

Pada minggu ke-3 pascabedah (Gambar 6C), penyembuhan sama dengan yang sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan telah cukup matur untuk dilakukan perawatan rutin di rumah. Pasien diinstruksikan untuk memulai flosing pada sektan mandibula kanan dan menggunakan sikat gigi ekstra lembut dan larutan kumur klorheksidin 0,12% selama dua minggu. Setelah penyembuhan 5 minggu, pasien diinstruksikan untuk tidak menggunakan larutan kumur klorheksidin dan mulai menggunakan pasta gigi.

Setelah penyembuhan selama 3 bulan (Gambar 6D), pasien dievaluasi kembali. Penyembuhan penutupan akar menunjukkan hasil sangat baik. Penutupan akar yang signifikan ditunjukkan pada pada ke-4 gigi dengan hanya 0,25-0,5 mm akar yang masih terbuka disepanjang sektan. Kedalaman probing berkurang menjadi 1-2 mm. Walaupun tidak terdapat perubahan yang berarti dari jaringan berkeratin, terdapat perubahan yang signifikan pada ketebalan jaringan. Pasien sangat puas dengan hasil estetis yang diperoleh.

Tal H10 melaporkan kasus, seorang wanita berumur 56 tahun dengan resesi gingiva moderat khususnya pada gigi 33. Dari pemeriksaan klinis dijumpai resesi gingiva pada permukaan bukal 4 mm apikal ke cemento enamel junction (CEJ) dan mendekati zona gingiva cekat sekitar 1 mm (Gambar 7). Permukaan bukal telah dirawat dengan restorasi komposit Klas V. Tidak terdapat kehilangan tinggi papila


(22)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

pada sisi mesial dan pada sisi distal terdapat sedikit kehilangan tinggi papila. Kontrol pasien plak yang baik, walaupun terdapat stain moderat pada gigi. Pasien memiliki riwayat sensitif terhadap dingin dan trauma yang berulang pada gingiva gigi 33.

Gambar 7. Gambaran resesi gingiva prabedah (Tal H. J Periodontol 1999 ; 70 :1119)

Pada minggu ke-4 setelah dilakukan prosedur bedah dengan menggunakan

ADM (Gambar 8A), gingiva pada daerah operasi masih terlihat oedem dan pada

titik-titik tertentu dijumpai jaringan granulasi. Hasil yang normal ditunjukkan pada bulan ke-3 setelah operasi (Gambar 8B). Pada bulan ke-4 dan ke-8 pascabedah lebar gingiva cekat kira-kira 3 mm dan gingiva benar-benar cekat yang dapat dilihat ketika mukosa alveolar diregangkan (Gambar 8C). Kedalaman probing pada sisi bukal kurang dari 1 mm, dan margin gingiva bebas berada kurang dari 1 mm apikal dari batas apikal restorasi komposit.

A B

C


(23)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Gambar 8. Gambaran pascabedah. A) Minggu ke-4 pascabedah. B) 3 bulan pascabedah. C) 8 bulan pascabedah (Tal H. J Periodontol 1999 ; 70 :1121-22)

Henderson RD9 melaporkan 3 kasus penutupan akar gigi dengan menggunakan Alloderm dan flep posisi koronal. Kasus 1 dilakukan pada pasien laki-laki berumur 28 tahun dengan resesi gingiva generalisata pada regio premolar atau kaninus. Resesi gingiva pada gigi 12 sebesar 1 mm, pada gigi 13 sebesar 4 mm dan pada gigi 14 dan 15 sebesar 0,5-1 mm (Gambar 9A). Pada minggu ke-8 pascabedah (Gambar 9B), jaringan menunjukkan keadaan yang baik tanpa ada kedalaman probing. Penutupan akar yang komplit dan meningkatnya ketebalan margin gingiva juga ditunjukkan. Kira-kira 6 bulan, jaringan akan berkembang menjadi kontur yang halus.

A B


(24)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Gambar 9. Kasus 1. A) Gambaran resesi gingiva prabedah. B) Gambaran 8 minggu pascabedah (Henderson R D. J Contemp Dent Practice 1999 ; 1 : 4-5)

Kasus ke-2 dilakukan pada wanita berumur 62 tahun dengan resesi gingiva generalisata pada regio premolar atau kaninus. Terdapat resesi gingiva sebesar 3 mm pada gigi 34 dan 35 serta pada gigi 37 (Gambar 10A). Terdapat restorasi jembatan dari gigi 35 sampai gigi 37, sedangkan pada gigi 37 terdapat lesi furkasi Klas II. Pada tahun pertama pascabedah (Gambar 10B), menunjukkan kontur gingiva yang halus dengan hasil klinis yang terlihat sehat. Terdapat sisa resesi sebesar 0,25-0,5 mm pada gigi 35 dan 37. Margin gingiva menunjukkan hasil yang lebih tipis dan lebih resisten pada trauma.

Gambar 10. Kasus 2. A) Gambaran resesi gingiva prabedah B) Gambaran pada tahun pertama pascabedah ( Henderson RD. J Contemp Dent Practice 1999 ; 1 : 6 ).

Kasus ke-3 dilakukan pada laki-laki berumur 28 tahun dengan resesi gingiva generalisata pada regio premolar atau kaninus. Terdapat resesi gingiva sebesar 3 mm pada gigi 45 sampai gigi 43 dan resesi sebesar 1 mm pada gigi 46 (Gambar 11A). Permukaan akar yang terbuka sensitif pada udara dan dingin. Pada minggu ke-8

A B


(25)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

setelah prosedur bedah dengan menggunakan alloderm (Gambar 11B), menunjukkan hasil penutupan akar yang sempurna dengan gingiva yang sehat. Margin gingiva lebih tipis dan lebih resisten pada trauma. Tidak terdapat sensitifitas pada udara dan dingin dan kedalaman probing kurang dari 2 mm.

Gambar 11. Kasus 3. A) Gambaran resesi gingiva prabedah. B) Gambaran 8 minggu pascabedah ( Henderson RD. J Contemp Dent Practice 1999 ; 1 : 7

Resume dari 3 kasus yang dilaporkan oleh Henderson R D dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Frekuensi penutupan akar pada 3 laporan kasus ( Henderson R D. J Contemp Dent Practice 1999 ; 1 : 8 )

Kasus Gigi Resesi

Gingiva (mm)

Rata-rata Resesi Akhir

(mm)

Perbedaan (mm)

Persentase Penutupan Akar (%)

Kasus 1 10 1 0 1 100

11 4 0 4 100

A B


(26)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

12 1 0 1 100

13 1 0 1 100

Kasus 2 34 3 0 3 100

35 3 0,5 2,5 83

37 3 0,5 2,5 83

Kasus 3 46 1 0 1 100

45 3 0 3 100

44 3 0 3 100

43 3 0 3 100

Total Rata-rata

2,36 0,09 2,27 97

Tabel diatas menunjukkan rata-rata penutupan akar dari 3 kasus yang dilakukan pada 11 gigi adalah 97% dengan 100% penutupan akar pada 9 gigi dari 11 gigi.

---ooo---

BAB 4

PERBANDINGAN HASIL KLINIS PENUTUPAN AKAR GIGI YANG TERSINGKAP DENGAN MENGGUNAKAN ALOGRAF ADM DENGAN

TEKNIK CANGKOK JARINGAN IKAT SUBEPITEL

Salah satu teknik bedah penutupan akar gigi yang tersingkap adalah dengan cangkok jaringan ikat subepitel. Sejak tahun 1980, cangkok jaringan ikat subepitel diperkenalkan dimana memungkinkan penutupan akar gigi yang tersingkap dengan daerah yang lebih luas. Teknik cangkok gingiva subepitel menggabungkan keuntungan dari cangkok gingiva bebas dan cangkok pedikel.8

Pada saat ini telah diperkenalkan alograf Acellular Dermal Matrix (ADM) sebagai pengganti cangkok gingiva dari palatum. Berdasarkan laporan kasus dan hasil klinis ADM secara konsisten dapat bersatu dengan jaringan, menghasilkan integritas


(27)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

struktur dan vaskularisasi yang baik.8 Untuk membandingkan efektivitas dan prediktibilitas dari ADM dan cangkok jaringan ikat subepitel dalam penutupan akar gigi maka akan dikutip beberapa penelitian dan laporan kasus.

Tal H dkk8 melakukan penelitian yang membandingkan alograf ADM dan cangkok jaringan ikat subepitel. Penelitian dilakukan pada populasi laki-laki dan perempuan berumur 18-60 tahun yang memiliki sedikitnya satu resesi gingiva bilateral dengan kedalaman < 4 mm pada setiap sisi. Pasien dengan penyakit sistemik yang mengganggu kesehatan periodonsium, adanya restorasi pada permukaan akar, pernah menjalani perawatan penutupan akar, perokok dan membutuhkan profilaksis antibiotika merupakan kriteria yang tidak dimasukkan dalam sampel. Setiap pasien membuat informed concent sebelum perawatan. Sampel dari penelitian ini terdiri dari 14 gigi dengan resesi Klas I atau II Miller dimana resesi ≥ 4mm dari apiko-koronal (Tabel 2).

Sampel dari setiap kelompok terdiri dari 7 pasien (5 perempuan dan 2 laki-laki) berumur 23-54 tahun dengan rata-rata umur 47,3 tahun. Setiap pasien maksimum memiliki 3 sisi resesi gingiva multipel. Pada masing-masing kelompok, setiap lesi dirawat dengan flep pedikel posisi koronal: 7 dengan menggunakan ADM dan 7 dengan cangkok dari palatal. Sebelum pembedahan, pada setiap pasien dilakukan persiapan prabedah meliputi instruksi oral higiene, skeling dan penyerutan akar jika diperlukan. Data awal dari pasien meliputi indeks plak, perdarahan pada probing, kedalaman probing, lebar jaringan berkeratin, radiografi standar dan foto


(28)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

klinis. Analisa statistik parameter klinis yang meliputi penutupan akar, kedalaman probing dan lebar jaringan berkeratin dilakukan dengan menggunakan tes t.

Tabel 2 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari rata-rata penutupan akar pada lesi yang dirawat dengan menggunakan alograf ADM dengan lesi yang dirawat menggunakan cangkok jaringan ikat. Prediktibilitas dari penutupan akar menunjukkan hasil yang sama pada kedua kelompok, dimana prediktibilitas penutupan akar ≥ 90% sebesar 42,9% dan prediktibilitas penutupan akar ≥ 80% sebesar 85,7%.

Tabel 2: Resesi dan penutupan akar (Tal H, Moses O, Zohar R, Meir H, Nemcovsky C. J Periodontol 2002 ; 73 :1407)

Pasien Gigi Cangkok Resesi (mm) Penutupan Resesi Prediktibilitas

Awal 12 Bulan (mm) (%) 90% 80%

1 13 CJI 4 1 3 75 0 0

23 AADM 5 1,5 3,5 70 0 0

2 13 AADM 7 1 6 86 0 1

23 CJI 5 0 5 100 1 1

3 14 CJI 6 1 5 83 0 1

24 AADM 5 0 5 100 1 1

4 14 AADM 5 0 5 100 1 1

24 CJI 6 1 5 83 0 1

5 13 CJI 4 0 4 100 1 1

23 AADM 5 1 4 80 0 1

6 13 AADM 5 0 5 100 1 1

23 CJI 5 1 4 80 0 1

7 14 CJI 4 0 4 100 1 1

24 AADM 4 0,5 3,5 88 0 1

Rata-rata

5,14 4,86 0,57 0,57 4,57 4,29 89,1 88,7 42,9 42,9 85,7 85,7

P 0,522 0,949 0,231


(29)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Rata-rata dan persentase lebar jaringan berkeratin dan kedalaman probing pascabedah dan 12 bulan pascabedah antara kedua kelompok ditunjukkan pada tabel 3. Terdapat perbedaan yang signifikan dari persentase peningkatan lebar jaringan berkeratin pada kedua kelompok yaitu 36% untuk kelompok ADM dan 107% untuk kelompok jaringan ikat (P = 0,035). Sedangkan dalam hal kedalaman probing, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.

Tabel 3. Lebar jaringan berkeratin dan kedalaman probing (Tal H, Moses O, Zohar R, Meir H, Nemcovsky C. J Periodontol 2002 ; 73 :1407)

Pasien Gigi Cangkok Lebar Jaringan Berkeratin (mm) Kedalaman Probing (mm) Awal 12 Bulan Perubahan

(±)

Awal 12 Bulan Perubahan (±)

1 13 CJI 1 4 3 1 1,5 0,5

23 AADM 2 2 0 1,5 1,5 0,5

2 13 AADM 3 4 1 1,5 1,5 0

23 CJI 3 5 2 2 2 0

3 14 CJI 2 4 2 2 1,5 -0,5

24 AADM 3 4 1 2 2,5 0,5

4 14 AADM 2 4 2 1,5 1 -0,5

24 CJI 2 4 2 1,5 1,5 0

5 13 CJI 3 4 1 2 1,5 -0,5

23 AADM 2 3 1 2 2,5 0,5

6 13 AADM 2 4 1 2 2 0

23 CJI 2 4 2 1 1 0

7 14 CJI 1 4 3 1 1,5 0,5

24 AADM 2 2 0 1,5 2 0,5

Rata-rata

2,29 2,0 3,14 4,14 0,86 2,14 1,64 1,50 1,86 1,50 0,22 0

(%) 36 107

P 0,356 0,035 0,457 0,356


(30)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Novaes AB dkk5 melakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas dari alograf ADM dan membandingkannya dengan cangkok jaringan ikat subepitel ketika digunakan dengan menggunakan flep posisi koronal. Populasi dari penelitian sebanyak 9 pasien, 7 perempuan dan 2 laki-laki, berumur 23 sampai 53 tahun dengan rata-rata umur 42 ± 9,42. Setiap pasien memiliki sekurang-kurangnya 1 resesi gingiva Klas I atau Klas II Miller pada sisi bukal. Pasien setuju dengan prosedur penelitian dan diberikan informed concent sebelum perawatan. Kriteria dari pasien meliputi : 1) pasien tidak memiliki penyakit sistemik yang merupakan kontraindikasi untuk bedah periodontal; 2) tidak merokok; dan 3) mempunyai resesi gingiva bilateral.

Pada pasien dilakukan perawatan inisial meliputi program kontrol plak, instruksi oral higiene untuk menghilangkan kebiasaan yang merupakan penyebab resesi gingiva, skeling, penyerutan akar dan pemolesan mahkota. Pada setiap pasien, 1 atau 2 gigi dengan resesi gingiva telah diacak untuk dimasukkan pada kelompok uji dan kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol, permukaan akar yang tersingkap dirawat dengan menggunakan cangkok jaringan ikat subepitel yang dikombinasikan dengan flep posisi koronal, dan pada kelompok uji dengan menggunakan alograf ADM.

Pemeriksaan parameter klinis dilakukan pasca bedah dan 3 serta 6 bulan pasca bedah dari gigi yang terlibat. Parameter kilinis meliputi : 1) kedalaman probing; 2) resesi gingiva; 3) level perlekatan klinis; 4) lebar jaringan berkeratin. Untuk


(31)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

membedakan lebar jaringan berkeratin, gingiva diberikan larutan iodine Schiller’s. Penelitian ini menggunakan analisa statistik tes Mann-Whitney untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki ukuran kerusakan yang sama pasca bedah dan untuk mengetahui apakah prosedur bedah memberikan hasil klinis yang baik setelah 3 dan 6 bulan. Tes Wilcoxon digunakan untuk menganalisa parameter klinis sebelum dan setelah perawatan.

Tabel 4 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata pengurangan resesi gingiva, kedalaman probing, level perlekatan klinis dan lebar jaringan berkeratin antara kelompok cangkok gingiva subepitel dengan kelompok ADM. Tetapi, terdapat perbedaan yang signifikan dari lebar jaringan berkeratin 3 bulan pascabedah antara kedua kelompok (P < 0,05).

Tabel 4. Perbandingan parameter klinis dari kedua kelompok (Novaes AB, Grisi DC, Molina GO, Souza SLS, Taba M, Grisi MFM. J Periodontol 2001 ; 72 : 1481)

Parameter Cangkok Jaringan Ikat Acellular Dermal Matrix

Pra 3 Bln 6 Bln 6 Bln Pra 3 Bln 6 Bln 6 Bln Pengurangan

Resesi Gingiva

2,97±0,81 1,07±1,10 1,13±1,06 1,83±0,83 3,23±1,08 1,20±1,08 1,13±1,08 2,10±1,00

Kedalaman Probing

1,52±0,47 1,55±0,66 1,43±0,58 0,09±0,75 1,29±0,57 1,39±0,49 1,43±0,37 -0,13±0,60

Level Perlekatan Klinis

7,55±1,33 6,39±1,55 6,63±1,19 0,92±1,23 7,51±1,98 6,37±1,52 6,69±1,42 0,81±0,93

Lebar Jaringan Berkeratin

2,46±1,30 3,33±1,11 3,73±1,10 -1,26±0,88 *

2,60±0,98 2,83±1,24 3,23±1,45 -0,63±0,83

* Perbedaan yang siknifikan (P< 0,05); (-) menunjukkan peningkatan

Selain data pada tabel, peneliti juga mengemukakan bahwa dari penelitian diketahui pada umumnya sisi resesi gingiva yang dirawat dengan cangkok gingiva subepitel menunjukkan penutupan resesi gingiva lebih dari 2mm (10 sisi: 66,7%); 6


(32)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

sisi menunjukkan penutupan akar yang sempurna. Pada kelompok dengan alograf ADM, 9 sisi (60%) menunjukkan penutupan resesi gingiva lebih dari 2 mm; 5 sisi dengan penutupan akar yang sempurna.

Rahmani ME dan Lades MA2 melakukan penelitian untuk membandingkan alograf ADM dengan cangkok jaringan ikat subepitel. Penelitian menggunakan 14 pasien, 8 laki-laki dan 6 perempuan, yang berumur 23 sampai 62 tahun (rata-rata umur 41,7) dengan 21 sisi resesi gingiva. Kriteria dari pasien antara lain: 1) tidak mempunyai penyakit sistemik; 2) tidak merokok; 3) resesi gingiva Klas I dan II Miller pada regio Insisivus atau Premolar; 4) tidak terdapat saku periodontal; dan 5) tidak terdapat restorasi pada daerah yang akan dirawat.

Pada pasien dilakukan perawatan inisial untuk mencapai indeks plak < 15% (O’Leary Plaque Indeks) meliputi instruksi oral higiene dengan menggunakan teknik Modifikasi Stillman, flosing, skeling, penyerutan akar dan pemolesan mahkota jika diperlukan. Dilakukan pemeriksaan kontak prematur pada gigi, penyelerasan oklusal dan restorasi jika diperlukan. Setelah 2 minggu pasien dievaluasi kembali, pemeriksaan yang dilakukan meliputi inflamasi gingiva, perdarahan pada probing, indeks plak dan instruksi oral higiene. Penelitian dilakukan hanya pada pasien dengan oral higiene yang baik (indeks plak O’Leary ≤ 15%). Setelah dilakukan pencetakan dan foto, braket ortodonti dipasangkan pada permukaan gigi yang akan dirawat. Parameter klinis pada penelitian ini meliputi: 1) kedalaman probing; 2) tinggi resesi gingiva yang diukur dari Cemento Enamel Junction (CEJ); 3) lebar resesi gingiva


(33)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

yang diukur dari mesiodistal pada CEJ; 4) lebar gingiva berkeratin; 5) lebar gingiva cekat; dan 6) level perlekatan klinis. Analisa statistik pada penelitian ini menggunakan tes t.

Tabel 5. Rata-rata penutupan akar pascabedah (Rahmani ME, Lades MA. J Contemp Dent Practice 2006 ; 7 : 8)

Tipe Perawatan Penutupan Akar (mm) Persentase Penutupan Akar (%)

Cangkok Jaringan Ikat Subepitel

2,60 ± 0,97 70,12% ± 22,8%

ADM 2,90 ± 0,81 72,08% ± 14,12%

P 0,461 0,830

Tabel 5 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari persentase penutupan akar pada kedua kelompok (P = 0,83).

Paolontonio M dkk12 melakukan penelitian untuk membandingkan hasil penutupan akar menggunakan ADM dan cangkok jaringan ikat dari palatum dengan menggunakan flep pedikel posisi koronal. Penelitian dilakukan pada 30 pasien tanpa penyakit sistemik, ras kaukasia (11 laki-laki dan 19 perempuan) dan berumur 29 sampai 51 tahun (rata-rata umur 34,5 ± 5,2). Pasien memiliki kedalaman probing < 4 mm, tidak merokok dan memiliki indeks plak serta perdarahan pada probing < 20% pada sisi yang akan dirawat. Setiap pasien memiliki sedikitnya 1 resesi gingiva ≥ 3 mm yang diklasifikasikan dalam Klas I atau II Miller. Setiap pasien dilakukan program kontrol plak dan instruksi oral higiene dan menjaga kesehatan rongga mulut. Pasien diacak menjadi dua kelompok yaitu dengan menggunakan cangkok jaringan ikat dari palatum (15 pasien) dan dengan menggunakan ADM (15 pasien). Tiga gigi


(34)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Kaninus bawah, 4 gigi Insisivus atas dan 8 Insisivus atas dirawat pada setiap kelompok.

Parameter klinis dari penelitian ini meliputi: 1) resesi gingiva (RG); 2) kedalaman probing (KP); 3) level perlekatan klinis (LPK); 4) lebar jaringan berkeratin (LJB); 5) ketebalan gingiva (KG). Pengukuran parameter klinis dilakukan 1 minggu prabedah dan pada 1 tahun pascabedah. Penelitian ini menggunakan analisa statistik tes Mann-Whitney U dan analisis X2.

Tabel 6. Rata-rata ( ± SD ) parameter klinis antara awal dan satu tahun pascabedah kedua kelompok (Paolontonio M, et al. J Periodontol 2002 ; 73 :1305)

Kelompok RG KP LPK LJB KG Cangkok

Jaringan Ikat

4,20 ± 0,86 0,20 ± 0,56 4,40 ± 1,05 1,93 ± 1,03 1,14 ± 0,44

ADM 4,00 ± 1,06 0,13 ± 0,51 4,13 ± 1,18 0,53 ± 0,51 1,03 ± 0,34

Perbedaan - - - P< 0,01 -

Tabel 6 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari rata-rata lebar jaringan berkeratin diantara kedua kelompok (P < 0,01). Sedangkan, dalam hal resesi gingiva, level perlekatan klinis dan kedalaman probing tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 % Cangkok Jaringan Ikat ADM


(35)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Gambar 12. Persentase Penutupan akar (rata-rata ± SD) (Paolontonio M, et al. J Periodontol 2002 ; 73 :1304)

Persentase penutupan akar pada kelompok cangkok jaringan ikat sebesar 88,80 ± 11.65 dan pada kelompok ADM sebesar 83,33 ± 11,40 dimana hal ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P > 0,05) diantara kedua kelompok (Gambar 12). Selain data pada tabel dan grafik, peneliti juga mengemukakan bahwa penyembuhan yang sempurna setelah pelepasan jahitan pada kelompok cangkok jaringan ikat lebih singkat daripada kelompk ADM, dimana pada kelompok cangkok jaringan ikat terjadi pada 6,20 ± 1,01 minggu dan untuk kelompok ADM pada 8,93 ± 1,33 minggu setelah pelepasan jahitan. Hal ini menunjukkan perbedaan yang signifikan (P < 0,001).

---ooo---

BAB 5

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Akar gigi yang tersingkap akibat resesi gingiva merupakan masalah periodontal yang menimbulkan masalah bagi pasien berupa estetis, kecendrungan terjadinya karies akar dan timbulnya hipersensitif dentin. Beberapa prosedur bedah mukogingival dikembangkan untuk menutup akar gigi yang tersingkap akibat resesi gingiva. Pada saat ini telah diperkenalkan alograf Acellular Dermal Matrix (ADM) sebagai pengganti cangkok jaringan ikat dari palatum yang sering menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien akibat luka pada daerah donor.


(36)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Penggunaan alograf ADM untuk penutupan akar gigi yang tersingkap dengan teknik bedah modifikasi cangkok jaringan ikat subepitel menunjukkan hasil yang lebih baik dalam hal penutupan akar dibandingkan dengan teknik bedah konvensional yang biasa digunakan. Sedangkan dalam hal kedalaman probing, level perlekatan klinis dan lebar jaringan berkeratin tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Teknik bedah modifikasi menyediakan lebih banyak pembuluh darah sehingga suplai nutrisi dan sumber sel lebih baik untuk proses absorbsi dari ADM.

Dengan adanya flep yang lebih lebar pada teknik bedah modifikasi, memberikan manipulasi jaringan yang lebih baik khususnya dalam hal memposisikan kembali flep ke posisi koronal untuk menutupi alograf dengan sempurna. Hal ini penting karena alograf ADM dapat melakukan revaskularisasi hanya jika berkontak langsung dengan jaringan vital. Pada teknik bedah modifikasi, dengan adanya insisi vertikal yang diletakkan pada gigi tetangga dapat mengurangi kemungkinan terbukanya kembali alograf yang dapat mengganggu penutupan akar.

Santos A dkk melaporkan kasus dengan resesi gingiva tunggal dan multipel terjadi penutupan akar sebesar 74% dan rata-rata peningkatan jaringan berkeratin sebesar 1,19 mm. Fowler E B dkk melaporkan laporan kasus dengan resesi gingiva multipel, dimana gambaran 3 bulan pasca bedah menunjukkan penyembuhan yang baik dan penutupan akar yang sempurna walaupun masih terdapat sisa akar yang terbuka. Tal H melaporkan kasus, dimana ADM dapat digunakan sebagai pengganti cangkok jaringan ikat. Henderson R D melaporkan kasus dimana terjadi penutupan akar sebesar 97%.


(37)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Dari beberapa hasil penelitian diatas, diketahui bahwa alograf ADM dapat digunakan sebagai pengganti cangkok jaringan ikat dari palatum dengan gambaran pascabedah yang baik dalam hal penyembuhan maupun penutupan akar.

Beberapa penelitian yang membandingkan alograf ADM dengan cangkok jaringan ikat melaporkan tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan dari rata-rata penutupan akar, kedalaman probing dan level perlekatan klinis. Akan tetapi, terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal peningkatan lebar jaringan berkeratin antara alograf ADM dan cangkok jaringan ikat.

Peningkatan lebar jaringan berkeratin dengan menggunakan alograf ADM tergantung pada kolonisasi cangkok non-vital oleh sel host yang dapat menimbulkan proses keratinisasi pada jaringan. Sedangkan pada cangkok jaringan ikat, bahan cangkok diambil dari jaringan yang dapat melakukan proses keratinisasi epitel. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa perbedaan peningkatan lebar jaringan berkeratin berhubungan dengan penyusutan alograf ADM selama fase penyembuhan dan perbedaan dari peletakan sisi membran dari alograf ADM terhadap permukaan akar.

Waktu penyembuhan yang sempurna pada cangkok jaringan ikat lebih singkat daripada alograf ADM. Hal ini disebabkan karena alograf ADM merupakan bahan cangkok non-vital yang memerlukan proses resorbsi dan substitusi dari jaringan host yang dapat mempengaruhi fase penyembuhan.

Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alograf ADM sama efektifnya dengan penggunaan cangkok jaringan ikat serta alograf ADM


(38)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

dapat digunakan sebagai pengganti cangkok jaringan ikat dengan hasil estetis yang sama. Keuntungan alograf ADM jika dibandingkan dengan cangkok jaringan ikat antara lain: alograf ADM tidak menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien akibat adanya pembedahan pada palatum dan ketidaknyamanan pascabedah, alograf ADM dapat digunakan pada berbagai ukuran resesi gingiva (resesi gingiva tunggal atau multipel) serta memberikan hasil estetis yang baik. Tetapi alograf ADM sampai saat ini masih menjadi kontroversi, karena alograf ADM diambil dari jaringan mayat serta harganya yang mahal.

Pemilihan alograf ADM dalam perawatan penutupan akar tergantung dari hasil akhir yang diinginkan. Apabila hasil yang diinginkan adalah penutupan akar yang sempurna maka alograf ADM dapat dijadikan pilihan. Tetapi, jika hasil akhir yang diinginkan adalah peningkatan lebar jaringan berkeratin maka alograf ADM tidak menjadi pilihan karena alograf ADM menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.

Sebagai saran adalah selama sumber bahan cangkok tidak merupakan suatu permasalahan untuk penutupan akar gigi yang tersingkap akibat resesi gingiva maka pengadaan bahan cangkok dengan teknik cangkok jaringan ikat subepitel dapat digantikan dengan alograf ADM. Namun, sampai saat ini pemakaian alograf ADM masih menjadi kontroversi sehingga perlu dipikirkan mencari pengganti sumber alograf ADM dari hewan yang dapat diterima secara umum.


(39)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR RUJUKAN

1. Tozum TF. A promising periodontal procedure for the treatment of adjacent

gingival recession defects. J Can Dent Assoc 2003; 69: 155-9.

2. Rahmani ME and Lades MAR. Comparative clinical evaluation of Acellular

Dermal Matris allograft and connective tissue graft for the treatment of gingival recession. J Contempt Dent Practice 2006; 7: 1-12.


(40)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

3. Santos A, Goumenos G and Pascual A. Management of gingival recession by

the use of an Acellular Dermal graft material: a 12 case series. J Periodontol

2005; 76: 1982-90.

4. Barros RRM, Novaes AB, Grisi MFM, Souza SLS, Taba M, and Palioto DB.

A 6-month comparative clinical study of a conventional and a new surgical approach for root coverage with Acellular Dermal Matrix. J Periodontol 2004; 75:

1350-6.

5. Novaes AB, Grisi D C, Molina G O, Souza S L S, Taba M and Grisi M F M.

Comparative 6- month clinical study of a subepithelial connective tissue graft and Acellular Dermal Matrix graft for the treatment of gingival recession. J

Periodontol 2001; 72: 1477-84.

6. Fowler EB and Breault LG. Root coverage with an Acellular Dermal allograft:

a three-month case report. J Contempt Dent Practice 2000; 1: 1-8.

7. Henderson RD, Greenwell H, Drisko C, et al. Predictable multiple site root

coverage using an Acellular Dermal Matrix allograft. J Periodontol 2001; 72:

571-82.

8. Tal H, Moses O, Zohar R, Meir H and Nemcovsky C. Root coverage of

advanced gingival recession: a comparative study between Acellular Dermal Matrix allograft and subepithelial connective tissue grafts. J Periodontol 2002; 73:

1405-11.

9. Henderson RD. Root coverage using Alloderm Acellular Dermal graft material. J Contempt Dent Practice 1999; 1: 1-10.


(41)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

10. Tal H. Subgingival Acellular Dermal Matrix allograft for the treatment of

gingival recession: a case report. J Periodontol 1999; 70: 1118-24.

11. Kurtzman GM, Silverstein LH, Kurtzman D and Shatz PC. Achieving

predictable connective tissue root

coverage.

12. Paolontonio M, Dolci M, D’Archivio D, et al. Subpedicle Acellular Dermal

Matrix graft and autogenous connective tissue graft in the treatment of gingival recessions: a comparative 1-year clinical study. J Periodontol 2002; 73:

1299-307.


(1)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Penggunaan alograf ADM untuk penutupan akar gigi yang tersingkap dengan teknik bedah modifikasi cangkok jaringan ikat subepitel menunjukkan hasil yang lebih baik dalam hal penutupan akar dibandingkan dengan teknik bedah konvensional yang biasa digunakan. Sedangkan dalam hal kedalaman probing, level perlekatan klinis dan lebar jaringan berkeratin tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Teknik bedah modifikasi menyediakan lebih banyak pembuluh darah sehingga suplai nutrisi dan sumber sel lebih baik untuk proses absorbsi dari ADM.

Dengan adanya flep yang lebih lebar pada teknik bedah modifikasi, memberikan manipulasi jaringan yang lebih baik khususnya dalam hal memposisikan kembali flep ke posisi koronal untuk menutupi alograf dengan sempurna. Hal ini penting karena alograf ADM dapat melakukan revaskularisasi hanya jika berkontak langsung dengan jaringan vital. Pada teknik bedah modifikasi, dengan adanya insisi vertikal yang diletakkan pada gigi tetangga dapat mengurangi kemungkinan terbukanya kembali alograf yang dapat mengganggu penutupan akar.

Santos A dkk melaporkan kasus dengan resesi gingiva tunggal dan multipel terjadi penutupan akar sebesar 74% dan rata-rata peningkatan jaringan berkeratin sebesar 1,19 mm. Fowler E B dkk melaporkan laporan kasus dengan resesi gingiva multipel, dimana gambaran 3 bulan pasca bedah menunjukkan penyembuhan yang baik dan penutupan akar yang sempurna walaupun masih terdapat sisa akar yang terbuka. Tal H melaporkan kasus, dimana ADM dapat digunakan sebagai pengganti cangkok jaringan ikat. Henderson R D melaporkan kasus dimana terjadi penutupan akar sebesar 97%.


(2)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

Dari beberapa hasil penelitian diatas, diketahui bahwa alograf ADM dapat digunakan sebagai pengganti cangkok jaringan ikat dari palatum dengan gambaran pascabedah yang baik dalam hal penyembuhan maupun penutupan akar.

Beberapa penelitian yang membandingkan alograf ADM dengan cangkok jaringan ikat melaporkan tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan dari rata-rata penutupan akar, kedalaman probing dan level perlekatan klinis. Akan tetapi, terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal peningkatan lebar jaringan berkeratin antara alograf ADM dan cangkok jaringan ikat.

Peningkatan lebar jaringan berkeratin dengan menggunakan alograf ADM tergantung pada kolonisasi cangkok non-vital oleh sel host yang dapat menimbulkan proses keratinisasi pada jaringan. Sedangkan pada cangkok jaringan ikat, bahan cangkok diambil dari jaringan yang dapat melakukan proses keratinisasi epitel. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa perbedaan peningkatan lebar jaringan berkeratin berhubungan dengan penyusutan alograf ADM selama fase penyembuhan dan perbedaan dari peletakan sisi membran dari alograf ADM terhadap permukaan akar.

Waktu penyembuhan yang sempurna pada cangkok jaringan ikat lebih singkat daripada alograf ADM. Hal ini disebabkan karena alograf ADM merupakan bahan cangkok non-vital yang memerlukan proses resorbsi dan substitusi dari jaringan host yang dapat mempengaruhi fase penyembuhan.

Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alograf ADM sama efektifnya dengan penggunaan cangkok jaringan ikat serta alograf ADM


(3)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

dapat digunakan sebagai pengganti cangkok jaringan ikat dengan hasil estetis yang sama. Keuntungan alograf ADM jika dibandingkan dengan cangkok jaringan ikat antara lain: alograf ADM tidak menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien akibat adanya pembedahan pada palatum dan ketidaknyamanan pascabedah, alograf ADM dapat digunakan pada berbagai ukuran resesi gingiva (resesi gingiva tunggal atau multipel) serta memberikan hasil estetis yang baik. Tetapi alograf ADM sampai saat ini masih menjadi kontroversi, karena alograf ADM diambil dari jaringan mayat serta harganya yang mahal.

Pemilihan alograf ADM dalam perawatan penutupan akar tergantung dari hasil akhir yang diinginkan. Apabila hasil yang diinginkan adalah penutupan akar yang sempurna maka alograf ADM dapat dijadikan pilihan. Tetapi, jika hasil akhir yang diinginkan adalah peningkatan lebar jaringan berkeratin maka alograf ADM tidak menjadi pilihan karena alograf ADM menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.

Sebagai saran adalah selama sumber bahan cangkok tidak merupakan suatu permasalahan untuk penutupan akar gigi yang tersingkap akibat resesi gingiva maka pengadaan bahan cangkok dengan teknik cangkok jaringan ikat subepitel dapat digantikan dengan alograf ADM. Namun, sampai saat ini pemakaian alograf ADM masih menjadi kontroversi sehingga perlu dipikirkan mencari pengganti sumber alograf ADM dari hewan yang dapat diterima secara umum.


(4)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR RUJUKAN

1. Tozum TF. A promising periodontal procedure for the treatment of adjacent gingival recession defects. J Can Dent Assoc 2003; 69: 155-9.

2. Rahmani ME and Lades MAR. Comparative clinical evaluation of Acellular Dermal Matris allograft and connective tissue graft for the treatment of gingival recession. J Contempt Dent Practice 2006; 7: 1-12.


(5)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

3. Santos A, Goumenos G and Pascual A. Management of gingival recession by the use of an Acellular Dermal graft material: a 12 case series. J Periodontol 2005; 76: 1982-90.

4. Barros RRM, Novaes AB, Grisi MFM, Souza SLS, Taba M, and Palioto DB. A 6-month comparative clinical study of a conventional and a new surgical approach for root coverage with Acellular Dermal Matrix. J Periodontol 2004; 75: 1350-6.

5. Novaes AB, Grisi D C, Molina G O, Souza S L S, Taba M and Grisi M F M. Comparative 6- month clinical study of a subepithelial connective tissue graft and Acellular Dermal Matrix graft for the treatment of gingival recession. J Periodontol 2001; 72: 1477-84.

6. Fowler EB and Breault LG. Root coverage with an Acellular Dermal allograft: a three-month case report. J Contempt Dent Practice 2000; 1: 1-8.

7. Henderson RD, Greenwell H, Drisko C, et al. Predictable multiple site root coverage using an Acellular Dermal Matrix allograft. J Periodontol 2001; 72: 571-82.

8. Tal H, Moses O, Zohar R, Meir H and Nemcovsky C. Root coverage of advanced gingival recession: a comparative study between Acellular Dermal Matrix allograft and subepithelial connective tissue grafts. J Periodontol 2002; 73: 1405-11.

9. Henderson RD. Root coverage using Alloderm Acellular Dermal graft material. J Contempt Dent Practice 1999; 1: 1-10.


(6)

Lanna Sari Lubis : Penutupan Akar Gigi Yang Tersingkap Dengan Menggunakan Alograf Acellular Dermal Matrix

(ADM), 2007.

USU Repository © 2009

10. Tal H. Subgingival Acellular Dermal Matrix allograft for the treatment of gingival recession: a case report. J Periodontol 1999; 70: 1118-24.

11. Kurtzman GM, Silverstein LH, Kurtzman D and Shatz PC. Achieving

predictable connective tissue root coverage.

12. Paolontonio M, Dolci M, D’Archivio D, et al. Subpedicle Acellular Dermal Matrix graft and autogenous connective tissue graft in the treatment of gingival recessions: a comparative 1-year clinical study. J Periodontol 2002; 73: 1299-307.