Morfologi Eksternal dan Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Kiri dan Kanan Usia 13-24 Tahun

(1)

i

MORFOLOGI EKSTERNAL DAN INTERNAL AKAR

GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN

KIRI DAN KANAN USIA 13-24 TAHUN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh :

Sri Fitria Sibagariang NIM :090600053

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ii

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Biologi Oral Tahun 2014

Sri Fitria Sibagariang

Morfologi Eksternal dan Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Kiri dan Kanan Usia 13-24 Tahun

ix+54 halaman

Pengetahuan yang baik akan morfologi gigi merupakan hal yang sangat penting bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi sehari-hari. Selain itu seorang dokter gigi juga membutuhkan pengetahuan yang cukup tentang variasi morfologi eksternal dan internal akar gigi untuk dapat melakukan perawatan endodonti dan exodonti dengan baik.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi persentase dan perbedaan morfologi eksternal akar menurut klasifikasi Loh HS (1998) dan morfologi internal akar menurut klasifikasi Vertucci (1974) pada gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.

Jenis penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel yang digunakan adalah 34 gigi premolar satu maksila permanen (13-24 tahun). Morfologi eksternal akar ditentukan dengan melakukan pengamatan langsung pada gigi. Morfologi internal akar ditentukan dengan melakukan pengamatan menggunakan stereo mikroskop setelah gigi dijadikan transparan dengan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar.


(3)

iii

Hasil penelitian menunjukkan morfologi eksternal akar gigi yang paling banyak dijumpai pada premolar satu maksila permanen kiri adalah tipe 1 (72,22%) sedangkan pada premolar satu maksila permanen kanan adalah tipe 3 (43,75%). Morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila yang paling banyak dijumpai pada laki-laki dan perempuan adalah tipe 1 (perempuan 66,67%, laki-laki 43,75%). Morfologi internal akar gigi yang paling banyak dijumpai pada gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin adalah tipe IV ( kiri 55,56%, kanan 75%, perempuan 61,11%, laki-laki 68,75%).

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan morfologi eksternal akar yang signifikan antara premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi tetapi terdapat perbedaan morfologi eksternal akar yang signifikan berdasarkan jenis kelamin. Tidak terdapat perbedaan morfologi internal akar premolar satu maksila permanen yang signifikan berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin. Tidak terdapat hubungan antara morfologi eksternal dan internal akar gigi premolar satu maksila permanen.


(4)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 13 Februari 2014

Pembimbing: Tanda tangan

1. Yendriwati, drg., M.Kes


(5)

v

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

TIM PENGUJI

KETUA : Yendriwati, drg.,M.Kes ANGGOTA : 1. Minasari, drg., MM

2. Dr. Ameta Primasari, drg., M.DSc, M.Kes


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kasih banyak kepada Yendriwati, drg., M.Kes selaku pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan masukan, bimbingan, arahan yang sangat berguna dalam meningkatkan semangat dan motivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Juga tidak lupa ucapan terima kasih kepada Rehulina Ginting, drg., M.Si., selaku kepala Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan pembimbing skripsi yang juga telah membimbing dan membantu penulis serta memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Wandania Farahanny,drg selaku penasehat akademik yang selama ini telah banyak memberikan nasehat selama penulis menjalankan pendidikan di fakultas kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Biologi Oral FKG USU Lisna Unita, drg., M.Kes, Minasari, drg. MM, Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes., dan Yumi Lindawati, drg., selaku para staf pengajar Departemen Biologi Oral. Ngaisah dan Dani Irma Suryani selaku staf pegawai yang telah membantu dalam penelitian, memberikan saran, arahan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayah Fajar M Sibagariang dan Ibu Rondang Simatupang yang selalu memberikan semangat, nasehat, kesabaran, doa, kasih sayang dan dukungan baik moral maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada abang dan adik tersayang Hermanto, Syahputra, Andri, Andi, indah serta kakek dan


(7)

vii

nenek tercinta Madin Simatupang dan Tiara Ritonga, untuk semua doa, semangat, dukungan dan kasih sayangnya.

5. Teman dekat dan sahabat-sahabat penulis Dewi, Yohana, Febby, Feni, Debora, Roma, Ruth, Bekka, Talent, Handini, rachel yang telah banyak memberikan masukan dalam pembuatan skripsi ini. Femy Rilinda, Shalini Jagadisen, Dwi Desmiana, Novelya, Sherly, Anita, Tellia, Yulisha yang telah memberi semangat penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas dan mahasiswa.

Medan, 13 Februari 2014 Penulis,

(...) Sri Fitria Sibagariang Nim. 090600053


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... i

TIM PENGUJI SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesa Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pembentukan Akar Gigi ... 5

2.2 Morfologi Eksternal Akar Gigi... 6

2.3 Morfologi Internal Akar Gigi ... 7

2.4 Klasifikasi Bentuk Saluran Akar ... 10

2.5 Metode Mengobservasi Saluran Akar ... 16

2.5.1 Dekalsifikasi dan Pewarnaan Saluran Akar ... 16

2.5.2 Radiografi ... 17

2.5.3 Cone-beam Computed Tomography (CBCT) ... 18

2.6 Kerangka Teori ... 19

2.7 Kerangka Konsep... 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 21

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21


(9)

ix

3.2.2 Waktu Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

3.3.1 Populasi Penelitian ... 21

3.3.2 Sampel Penelitian ... 21

3.3.3 Besar Sampel ... 22

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 23

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 23

3.4.2 Kriteria Ekslusi ... 23

3.5 Variabel Penelitian ... 24

3.6 Defenisi Operasional ... 24

3.7 Bahan dan Alat Penelitian ... 26

3.7.1 Bahan Penelitian ... 26

3.7.2 Alat Penelitian ... 26

3.8 Prosedur Penelitian ... 28

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 32

4.1 Karakteristik Umum Sampel yang Diteliti ... 32

4.2 Distribusi Frekuensi Persentase dan Perbedaan Morfologi Eksternal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin ... 33

4.3 Distribusi Frekuensi Persentase dan Perbedaan Morfologi Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin ... 35

4.4 Hubungan Morfologi Eksternal dan Internal Akar Pada Gigi Premolar Satu Maksila Permanen ... 39

BAB 5 PEMBAHASAN ... 41

5.1 Distribusi Frekuensi Persentase dan Perbedaan Morfologi Eksternal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin ... 43

5.2 Distribusi Frekuensi Persentase dan Perbedaan Morfologi Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin ... 45

5.3 Hubungan Morfologi Eksternal dan Internal Akar Pada Gigi Premolar Satu Maksila Permanen ... 46

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Variasi tipe saluran akar gigi premolar satu maksila pada populasi Asia

dan non-Asia ... 8 2. Klasifikasi dan persentase tipt saluran akar gigi permanen rahang atas .... 14 3. Klasifikasi dan persentase tipe saluran akar gigi permanen rahang bawah 15 4. Distribusi frekuensi karakteristik umum sampel gigi premolar satu

permanen kiri dan kanan ... 32 5. Distribusi frekuensi persentase morfologi eksternal akar gigi premolar

satu maksila permanen berdasarkan regio gigi ... 33 6. Distribusi frekuensi persentase morfologi eksternal akar gigi premolar

satu maksila permanen berdasarkan jenis kelamin ... 34 7. Distribusi prekuensi persentase morfologi internal akar gigi premolar

satu maksila permanen berdasarkan regio gigi ... 35 8. Distribusi frekuensi persentase morfologi internal akar gigi premolar

satu maksila permanen berdasarkan jenis kelamin ... 37 9. Hubungan morfologi eksternal dan internal akar gigi premolar satu


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Tipe akar gigi premolar satu maksila ... 6

2 Morfologi saluran akar pada Gigi premolar satu maksila ... 9

3 Bentuk orifisi premolar satu maksila ... 9

4 Klasifikasi saluran akar menurut Vertucci ... 11

5 Klasifikasi saluran akar menurut Weine ... 12

6 Klasifikasi saluran akar menurut Gulabivala ... 13

7 Tampilan saluran akar menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan ... 17

8 Tampilan saluran akar menggunakan radiografi ... 17

9 Tampilan saluran akar menggunakan CBCT ... 18

10 Cone Beam Computed Tomography (CBCT)... 18

11 K-file, micromotor, spuit,wadah perendaman, stereo mikroskop ... 27

12 Prosedur penelitian ... 31

13 Morfologi eksternal akar yang ditemukan dalam penelitian ... 40


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Skema alur pikir 2. Skema alur penelitian

3. Lembar pemeriksaan sampel 4. Jadwal penelitian

5. Hasil pengamatan morfologi eksternal dan internal gigi premolar satu maksila permanen


(13)

ii

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Biologi Oral Tahun 2014

Sri Fitria Sibagariang

Morfologi Eksternal dan Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Kiri dan Kanan Usia 13-24 Tahun

ix+54 halaman

Pengetahuan yang baik akan morfologi gigi merupakan hal yang sangat penting bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi sehari-hari. Selain itu seorang dokter gigi juga membutuhkan pengetahuan yang cukup tentang variasi morfologi eksternal dan internal akar gigi untuk dapat melakukan perawatan endodonti dan exodonti dengan baik.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi persentase dan perbedaan morfologi eksternal akar menurut klasifikasi Loh HS (1998) dan morfologi internal akar menurut klasifikasi Vertucci (1974) pada gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.

Jenis penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel yang digunakan adalah 34 gigi premolar satu maksila permanen (13-24 tahun). Morfologi eksternal akar ditentukan dengan melakukan pengamatan langsung pada gigi. Morfologi internal akar ditentukan dengan melakukan pengamatan menggunakan stereo mikroskop setelah gigi dijadikan transparan dengan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar.


(14)

iii

Hasil penelitian menunjukkan morfologi eksternal akar gigi yang paling banyak dijumpai pada premolar satu maksila permanen kiri adalah tipe 1 (72,22%) sedangkan pada premolar satu maksila permanen kanan adalah tipe 3 (43,75%). Morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila yang paling banyak dijumpai pada laki-laki dan perempuan adalah tipe 1 (perempuan 66,67%, laki-laki 43,75%). Morfologi internal akar gigi yang paling banyak dijumpai pada gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin adalah tipe IV ( kiri 55,56%, kanan 75%, perempuan 61,11%, laki-laki 68,75%).

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan morfologi eksternal akar yang signifikan antara premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi tetapi terdapat perbedaan morfologi eksternal akar yang signifikan berdasarkan jenis kelamin. Tidak terdapat perbedaan morfologi internal akar premolar satu maksila permanen yang signifikan berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin. Tidak terdapat hubungan antara morfologi eksternal dan internal akar gigi premolar satu maksila permanen.


(15)

xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan yang baik akan morfologi gigi merupakan hal yang sangat penting bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi sehari-hari. Selain itu seorang dokter gigi juga membutuhkan pengetahuan yang cukup tentang variasi morfologi eksternal dan internal akar gigi untuk dapat melakukan perawatan endodonti dan exodonti dengan baik.1 Ada beberapa hal yang mempengaruhi bentuk morfologi eksternal dan internal akar gigi diantaranya adalah etnik, umur dan jenis kelamin.2-4

Gigi premolar satu maksila permanen merupakan gigi yang memiliki banyak variasi morfologi akar baik morfologi eksternal maupun internal.3,5 Variasi morfologi eksternal akar pada gigi premolar satu maksila permanen ditunjukkan dengan jumlah akar yang bervariasi. Insiden gigi premolar satu maksila permanen dengan satu akar adalah sekitar 22%-55,8%, gigi dengan dua akar sekitar 50,6%-72% dan gigi dengan tiga akar sekitar 0%-6%.3,5 Ozan E (2012) melakukan penelitian jumlah akar gigi premolar satu maksila permanen dan mengklasifikasikan menurut klasifikasi Loh HS (1998) mendapatkan gigi dengan satu akar sebanyak 45,2%, gigi dengan dua akar yang terpisah sebanyak 43,3%, gigi dengan dua akar yang bersatu sebanyak 10,4% dan gigi dengan tiga akar sebanyak 1,1%.6

Gigi premolar satu maksila permanen juga merupakan gigi yang memiliki banyak variasi morfologi internal akar salah satunya adalah bentuk saluran akar. Morfologi saluran akar gigi merupakan morfologi yang sangat kompleks karena pada saluran akar sering terdapat suatu penyempitan, percabangan dan pembengkokan saluran akar.7,8 Penelitian tentang morfologi saluran akar yang dilakukan oleh Ozcan E (2012) pada populasi Turki menggunakan 653 gigi premolar satu maksila permanen menunjukkan 7,8% mempunyai satu saluran akar, 90,7% mempunyai dua saluran akar dan 1,5% mempunyai tiga saluran akar.6 Penelitian lain yang dilakukan oleh Atieh MA (2008) pada populasi Saudi menggunakan 246 gigi premolar satu


(16)

xiv

maksila permanen ditemukan gigi dengan satu saluran akar tunggal sebanyak 8,9%, gigi dengan dua saluran sebanyak 89,8% dan gigi dengan tiga saluran akar sebanyak 1,2%.3

Banyak metode yang dapat digunakan untuk melihat dan mempelajari morfologi internal akar. Beberapa diantaranya adalah dengan metode radiografi, cone-beam computed tomografi (CBCT) serta metode dekalsifikasi dan pewarnaan.2,9,10 Meskipun banyak teknik yang dapat digunakan untuk observasi morfologi internal akar, teknik dekalsifikasi dan pewarnaan merupakan teknik yang paling baik secara in vitro karena memberikan informasi tentang morfologi saluran akar dalam bentuk 3 dimensi.4,8-10 Dengan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar ini, Vertucci dkk (1974) melakukan penelitian terhadap morfologi internal akar dan mengklasifikasikannya kedalam delapan tipe saluran akar.1,7

Banyaknya variasi morfologi eksternal dan internal akar pada gigi premolar satu maksila permanen membuat peneliti merasa tertarik melakukan penelitian untuk mendapatkan informasi morfologi eksternal akar yang dilakukan dengan pemeriksaan visual dan mengklasifikasikannya berdasarkan klasifikasi Loh HS (1998) serta variasi morfologi internal akar gigi yang dilakukan dengan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar serta mengklasifikasikan bentuk saluran akar berdasarkan klasifikasi Vertucci (1974). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi premolar satu maksila permanen dengan usia kronologis 13-24 tahun yang diekstraksi pada perawatan ortodonti dengan alasan pada usia 13 tahun pembentukan dan perkembangan akar gigi premolar satu maksila sudah selesai dengan sempurna.11 Selain itu pada usia 24 tahun belum terjadi perubahan bentuk saluran akar gigi.12


(17)

xv

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapakah distribusi persentase morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin?

2. Apakah terdapat perbedaan morfologi eksternal gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin?

3. Berapakah distribusi persentase morfologi internal akar pada gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin?

4. Apakah terdapat perbedaan morfologi internal akar pada gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin?

5. Apakah terdapat hubungan antara morfologi eksternal dengan morfologi internal akar gigi premolar satu maksila permanen?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui distribusi persentase morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.

2. Untuk mengetahui perbedaan persentase morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.

3. Untuk mengetahui distribusi persentase morfologi internal akar pada gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin

4. Untuk mengetahui perbedaan persentase morfologi internal akar pada gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.

5. Untuk mengetahui hubungan antara morfologi eksternal dengan morfologi internal akar gigi premolar satu maksila permanen.


(18)

xvi

1.4 Hipotesa Penelitian

1. Ada perbedaan morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.

2. Ada perbedaan morfologi internal akar pada gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.

3. Ada hubungan morfologi eksternal dengan morfologi internal akar pada gigi premolar satu maksila permanen.

1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1. Sebagai data dan informasi mengenai morfologi eksternal dan internal gigi premolar satu maksila permanen di Indonesia.

2. Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Biologi Oral.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi dokter gigi, penelitian ini bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan perawatan saluran akar gigi premolar satu maksila permanen.

2. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti.


(19)

xvii

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembentukan Akar Gigi

Pembentukan akar gigi terjadi setelah pembentukan mahkota gigi selesai dengan sempurna dan gigi mulai erupsi. Pembentukan akar dimulai dari proliferasi sel epitel enamel luar dan dalam (inner and outer enamel epithelia) pada cervical loop dan membentuk hertwig’s epithelial root sheath (HERS). Fungsi dari HERS ini adalah untuk membentuk akar dan menginduksi pembentukan dentin pada akar gigi. Proliferasi dan diferensiasi sel pada HERS ditentukan polanya secara genetik dan akan mengatur apakah akar akan menjadi panjang atau pendek, tunggal atau jamak. Pada pembentukan akar tunggal, HERS akan berdiferensiasi membentuk odontoblas yang akan membentuk dentin akar dan kemudian membentuk satu akar. Pada pembentukan akar jamak, terjadi perbedaan arah pertumbuhan HERS pada root trunk (bagian mulai dari servikal hingga furkasi gigi). HERS berdiferensiasi membentuk odontoblas kearah horizontal dan apikal sehingga membentuk dua atau tiga akar.13

Selama proses pembentukan akar gigi berlangsung HERS terus berproliferasi ke arah apikal dan mulai membungkus papila dentis. Papila dentis inilah yang kemudian akan berkembang menjadi pulpa. Pada pembentukan dentin akar, sel odontoblas akar akan mensintesis matriks organik dentin dan menseksresikannya keluar dari sel-sel odontoblas dan akan mengalami kalsifikasi membentuk dentin pada akar. Sebelum proses pembentukan akar selesai, aktivitas proliferasi sel pada HERS akan berkurang sehingga akar yang terbentuk akan meruncing pada bagian apikal. Setelah dentin akar selesai terbentuk, sel mesenkim yang berasal dari dental sac akan berkontak dengan dentin yang baru saja terbentuk dan merangsang sel-sel mesenkim tersebut berdiferensiasi membentuk sementoblas yang nantinya akan membentuk sementum.13,14


(20)

xviii

2.2 Morfologi Eksternal Akar Gigi

Akar gigi adalah bagian yang ditutupi sementum dan tertanam dalam tulang alveolar.15Akar gigi dapat berupa akar tunggal dengan satu apeks pada gigi anterior atau akar ganda pada gigi premolar dan molar. Pada gigi anterior maksila dan mandibula hanya terdapat satu akar. Gigi premolar satu maksila memiliki dua akar, yaitu pada bagian bukal dan palatal sedangkan gigi premolar dua maksila memiliki akar tunggal. Gigi molar maksila memiliki tiga akar yaitu pada bagian mesiobukal, distobukal dan palatal. Gigi premolar mandibula memiliki satu akar sedangkan gigi molar mandibula memiliki dua akar yaitu pada bagian mesial dan distal.11,16 Berdasarkan jumlah akar, Loh HS (1998) mengklasifikasikan gigi kedalam empat tipe.5 :

i. Tipe 1 : Satu akar

ii. Tipe 2 : Dua akar yang terpisah

iii. Tipe 3 : Dua akar yang bersatu (Fused-root) iv. Tipe 4 : Tiga akar

Gambar 1. Gigi premolar satu maksila. Tipe 1 (a), Tipe 2 (b), tipe 3 (c) dan tipe 4 (c).5

Gigi premolar satu maksila permanen memiliki dua cups yaitu cups bukal dan palatal. Cups bukal biasanya lebih tinggi 1 mm dibandingkan cups palatal. Bagian mesial dari premolar satu maksila permanen lebih konkaf dari sisi distalnya.11 Dalam beberapa literatur, premolar satu maksila dideskripsikan sebagai gigi yang memiliki dua akar dan dua saluran akar, namun pada kenyataannya premolar satu maksila


(21)

xix

permanen dapat memiliki satu akar, dua akar bahkan tiga akar.15 Insiden gigi premolar satu maksila berakar satu adalah sekitar 22%-55,8%, berakar dua 50,6%-72% dan berakar tiga 0%-6%.3 Jumlah akar gigi dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur dan ras. Blaine M (2007) dalam penelitiannya terhadap gigi premolar menyimpulkan bahwa insiden premolar pertama mempunyai dua akar lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan.17 Perbedaan variasi bentuk akar pada laki-laki dan perempuan seperti yang telah dikemukakan di atas dipengaruhi oleh kromosom sex yaitu kromosom X dan Y. Kromosom Y diketahui mempengaruhi pembentukan enamel dan dentin, sedangkan kromosom X berpengaruh terhadap pembentukan enamel.18,19 Menurut Alvesalo dan Lahdesmaki kromosom Y lebih berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan akar.19 Penelitian yang dilakukan antara populasi Asia dan non-Asia pada 6241 gigi menyimpulkan bahwa pada populasi Asia ditemukan 31,2% premolar satu maksila memiliki satu akar, 66,6% memiliki dua akar dan 2,1% memiliki tiga akar, sedangkan pada populasi non-Asia diperoleh sekitar 61,9% memiliki satu akar, 37,5% memiliki dua akar dan 0,6% memiliki tiga akar. Hal ini menunjukkan bahwa pada populasi Asia premolar satu maksila cenderung memiliki dua akar sedangkan pada populasi non-Asia cenderung memiliki satu akar.15

2.3 Morfologi Internal Akar Gigi

Morfologi saluran akar merupakan suatu morfologi yang sangat kompleks.1,8,20 Pada saluran akar sering terdapat suatu penyempitan, percabangan dan pembengkokan saluran akar. Pada kebanyakan kasus jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah akar, tetapi sering juga ditemukan bahwa dalam satu akar terdapat dua atau lebih saluran akar.8 Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi morfologi saluran akar yaitu ras, jenis kelamin dan umur.2-5 Penelitian tentang morfologi saluran akar berdasarkan jenis kelamin di Turki juga telah dilakukan oleh Sert dan Bayirli. Sert dan Bayirli (2004) menemukan insiden gigi dengan dua saluran akar atau lebih pada perempuan adalah 44% sedangan pada laki-laki sebesar 35% pada semua gigi permanen.1,15 Insiden gigi dengan dua saluran akar atau lebih pada ras Afrika


(22)

xx

Amerika adalah sebesar 32%, sedangkan insiden gigi dengan dua saluran akar atau lebih pada ras Caucasoid adalah sebesar 13,7%.17 Penelitian lain tentang morfologi saluran akar juga telah dilakukan antara berbagai etnik seperti pada etnik Asia dan non-Asia. Penelitian dengan menggunakan gigi premolar satu maksila tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan morfologi saluran akar yang signifikan (tabel 1).15

Tabel 1.VARIASI SALURAN AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN PADA POPULASI ASIA DAN NON-ASIA15

Jumlah Gigi

Satu saluran

Dua saluran Tiga saluran Konfigurasi saluran akar yang lain Satu saluran pada apeks Dua saluran pada apeks Populasi Asia

2664 11,6% (308)

84,5% (2250) 1,9% (51)

2% (55) 25,9% (386) 71,4% (1062) Populasi non-Asia

1057 46% (486)

54% (571) - - - -

Jumlah 3721 21,3% (794)

75,8% (2821) 1,4% (51)

1,5% (55) 25,9% (386)

71,4% (1062)

Ruangan berisi pulpa yang terdapat didalam dentin disebut ruang pulpa. Bentuk ruang pulpa ini dipengaruhi oleh bentuk eksternal gigi. Meskipun demikian, faktor penuaan, keadaan patologis, pembentukan dentin sekunder dan tersier juga turut mempengaruhi bentuk dari ruang pulpa tersebut. Ruang pulpa dibagi menjadi dua bagian yaitu kamar pulpa yang terletak didalam dentin pada bagian mahkota dan saluran pulpa yang terdapat didalam akar (gambar 2).1,7,8,20 Kamar pulpa terdiri dari beberapa bagian yaitu atap pulpa, tanduk pulpa, dasar kamar pulpa dan orifisi saluran. Atap pulpa terdiri dari dentin yang menutup kamar pulpa sebelah insisal atau oklusal. Orifisi saluran adalah lubang pada dasar kamar pulpa yang berhubungan dengan saluran akar dan memiliki beberapa bentuk (gambar 3).21


(23)

xxi

Gambar 2. Komponen morfologi saluran akar pada gigi premolar satu maksila.7

Gambar 3. Bentuk orifisi premolar satu maksila21

Saluran pulpa dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu sepertiga koronal, sepertiga tengah dan sepertiga apikal. Saluran pulpa terdiri dari saluran pulpa lateral/aksesori, foramen apikal dan foramen aksesori. Saluran pulpa lateral/aksesori adalah saluran kecil atau percabangan saluran ke lateral, horizontal maupun vertikal. Saluran pulpa lateral atau aksesori ini bisa terdapat pada daerah sepertiga apikal,


(24)

xxii

sepertiga tengah atau sepertiga servikal. Dilaporkan bahwa saluran pulpa lateral/aksesori yang terdapat pada sepertiga apikal adalah sebesar 75%, saluran pulpa lateral/aksesori yang terdapat pada sepertiga tengah adalah sebesar 11% dan yang terletak pada sepertiga servikal adalah sebesar 15%. Foramen apikal adalah suatu lubang atau celah pada atau dekat apeks akar dimana pembuluh darah dan saraf pulpa masuk dan keluar meninggalkan kavitas pulpa. Foramen aksesori adalah lubang-lubang saluran aksesori/ lateral pada permukaan akar. 1,7,8,20

2.4 Klasifikasi Bentuk Saluran Akar

Ada beberapa klasifikasi bentuk saluran akar yaitu kasifikasi Weine, Gulabivala dan Vertucci. Dari beberapa klasifikasi tersebut, Klasifikasi Vertucci merupakan klasifikasi yang paling standart dan paling sering digunakan dalam penelitian. Salah satu dari penelitian tentang variasi saluran akar yang dilakukan oleh Vertucci ditunjukkan pada tabel 2 dan 3.1,20

A. Klasifikasi Vertucci

Vertucci (1974) dengan menggunakan teknik pewarnaan saluran akar mengkategorikan saluran akar kedalam delapan tipe (gambar 4) :1,19

i. Tipe I : Saluran tunggal mulai dari kamar pulpa hingga ke apeks (1).

ii. Tipe II : Dua saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa tetapi bersatu membentuk satu saluran menuju apeks (2-1).

iii. Tipe III : Satu saluran mulai dari kamar pulpa kemudian bercabang dua dan bersatu kembali menuju apeks (1-2-1).

iv. Tipe IV : Dua saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (2). v. Tipe V : Satu saluran yang keluar dari kamar pulpa namun berpisah menjadi

dua saluran dengan foramen apikal yang berbeda (1-2).

vi. Tipe VI : Dua saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa kemudian bersatu di tengah dan berpisah kembali menuju apeks dengan foramen apikal yang berbeda (2-1-2).


(25)

xxiii

vii. Tipe VII : Satu saluran akar meninggalkan kamar pulpa, berpisah dan bersatu dan kemudian berpisah kembali menjadi dua bagian pada apeks (1-2-1-2). viii. Tipe VIII : Tiga saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga

apeks (3).

Gambar 4. Klasifikasi saluran akar menurut Vertucci.19

B. Klasifikasi Weine

Wiene (1999) mengkategorikan saluran akar kedalam empat tipe dasar (gambar 5)21:

Tipe I : Satu saluran mulai dari kamar pulpa hingga ke apeks (1).

Tipe II : Dua saluran yang terpisah dari kamar pulpa dan bersatu pada apeks (2-1).

Tipe III : Dua saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (2). Tipe IV : satu saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa dan terpisah pada


(26)

xxiv

Gambar 5.Tipe saluran akar menurut Weine (1999). Tipe I, tipe II, tipe III, tipe IV (dari kiri-kanan).21

C. Klasifikasi Gulabivala

Gulabivala (2001) melakukan penelitian terhadap gigi molar mandibula dan mengklasifikasikan tipe saluran akar kedalam tujuh tipe (gambar 6):7

i. Tipe I : Tiga saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa kemudian bersatu membentuk satu saluran pada apeks (3-1).

ii. Tipe II : Tiga saluran yang terpisah dari kamar pulpa kemudian bergabung membentuk dua saluran pada apeks (3-2).

iii. Tipe III : Dua saluran yang terpisah dari kamar pula kemudian berpisah membentuk tiga saluran pada apeks (2-3).

iv. Tipe IV : Dua saluran yang terpisah dari kamar pulpa, bersatu pada bagian tengah akar, kemudian berpisah dan bersatu kembali membentuk satu saluran pada apeks (2-1-2-1).

v. Tipe V : Empat saluran yang terpisah dari kamar pulpa dan bersatu membentuk dua saluran pada apeks (4-2).

vi. Tipe VI : Empat saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (4).

vii. Tipe VII : Lima saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa tetapi bersatu membentuk empat saluran yang berbeda pada apeks (5-4).


(27)

xxv


(28)

26

Tabel 2: KLASIFIKASI DAN PERSENTASE SALURAN AKAR GIGI PERMANEN RAHANG ATAS (%).1

GIGI Jumlah

Gigi

Tipe I Tipe II Tipe III Jumlah Saluran Dengan Satu Saluran Pada Apeks

Tipe IV Tipe V

Tipe VI Tipe VII Jumlah Saluran Dengan Dua Saluran Pada Apeks Tipe VIII Jumlah Saluran Dengan Tiga Saluran Pada Apeks 1 Saluran 2-1 Saluran 1-2-1 saluran 2 Saluran 1-2 saluran 2-1-2 saluran 1-2-1-2 saluran 3 saluran Insisivus Sentral

100 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0

Insisivus Lateral

100 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0

Kaninus 100 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0

Premolar Satu

400 8 18 0 26 62 7 0 0 69 5 5

Premolar Dua 200 48 22 5 75 11 6 5 2 24 1 1

Molar Satu

1. Mesiobukal 100 45 37 0 82 18 0 0 0 18 0 0

2. Distobukal 100 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0

3.Palatal 100 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0

Molar Dua

1. Mesiobukal 100 71 17 0 88 12 0 0 0 12 0 0

2. Distobukal 100 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0


(29)

27

Tabel 3: KLASIFIKASI DAN PERSENTASE SALURAN AKAR GIGI PERMANEN RAHANG BAWAH (%).1

GIGI Jumlah Gigi

Tipe I Tipe II Tipe III Jumlah Saluran Dengan Satu Saluran Pada Apeks

Tipe IV Tipe V Tipe VI Tipe VII Jumlah Saluran Dengan Dua Saluran Pada Apeks

Tipe VIII Jumlah Saluran Dengan Tiga Saluran Pada Apeks 1 Saluran 2-1 Saluran 1-2-1 saluran 2 Saluran 1-2 saluran 2-1-2 saluran 1-2-1-2 saluran 3 saluran Insisivus Sentral

100 70 5 22 97 3 0 0 0 3 0 0

Insisivus Lateral

100 75 5 18 98 2 0 0 0 2 0 0

Kaninus 100 78 14 2 94 6 0 0 0 6 0 0

Premolar Satu

400 70 0 4 74 1.5 24 0 0 25.5 0.5 0.5

Premolar Dua

400 97,5 0 0 97.5 0 2.5 0 0 2.5 0 0

Molar Satu

1. Mesial 100 12 28 0 40 43 8 10 0 59 1 1

2. Distal 100 70 15 0 85 5 8 2 0 15 0 0

Molar Dua

1. Mesial 100 27 38 0 65 26 9 0 0 35 0 0


(30)

28

2.5 Metode Mengobservasi Morfologi Internal Akar

Banyak metode yang dapat digunakan untuk melihat dan mempelajari morfologi internal akar. Beberapa diantaranya adalah dengan metode radiografi, cone-beam computed tomografi (CBCT) serta metode dekalsifikasi dan pewarnaan.2,9,10

2.5.1 Dekalsifikasi dan Pewarnaan Saluran Akar

Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar ini memiliki nilai yang cukup besar dalam mempelajari morfologi saluran akar. Tidak seperti gambar radiografi, teknik ini dapat memberikan tampilan tiga dimensi rongga pulpa sehingga memungkinkan untuk memberikan tampilan menyeluruh dari ruang pulpa dan saluran akar.23,24 Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan ini merupakan suatu teknik yang menjadikan gigi transparan dengan mengunakan proses fisika dan kimia. Langkah pertama dari metode ini adalah mendemineralisasi komponen anorganik gigi dengan menggunakan larutan demineralisasi seperti asam nitrat, asam etilen diamin tetra, asam hidroklorik, urea, chelating agent dan electrophoretic decalcification. Dari berbagai larutan demineralisasi tersebut, asam nitrat merupakan larutan yang paling baik digunakan karena tidak menyebabkan kerusakan yang berlebihan pada jaringan gigi. Setelah dilakukan proses demeneralisasi, tahap kedua adalah melakukan proses dehidrasi menggunakan alkohol untuk membersihkan lemak, air dan udara pada gigi. Tahap selanjutnya adalah melakukan pewarnaan pada saluran akar gigi dengan menyuntikkan tinta kedalam saluran akar. Tahap terakhir dari metode ini adalah merendam gigi pada larutan yang dapat menaikkan indeks refraktif gigi sehingga gigi akan menjadi transparan.4,10,24 Ada berbagai macam larutan yang dapat digunakan untuk menaikkan indeks refraktif gigi diantaranya methylsalicylate, chloroform, benzene, xylene, toluene, carbon tetrachoride, cedar wood oil dan silicon 710. Dari beberapa larutan tersebut, methylsalicylate merupakan larutan yang paling baik digunakan karena tidak berbahaya dan harganya relatif lebih murah dibandingkan larutan lain.24 Untuk melihat morfologi saluran akar dengan lebih akurat, gigi yang sudah menjadi transparan dapat dilihat dengan menggunakan stereo mikroskop.4


(31)

29

Gambar 7. Tampilan saluran akar menggunakan teknik Dekalsifikasi dan pewarnaan.23

2.5.2 Radiografi

Radiografi konvensional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengobservasi bentuk saluran akar dan dapat digunakan baik secara in vitro dan in vivo. Radiografi merupakan alat yang paling umum dan mudah digunakan, walaupun demikian, radiografi memiliki kekurangan dalam hal menampilkan bentuk saluran akar secara baik karena hanya menampilkan gambaran dua dimensi. Penelitian menunjukkan bahwa radiografi tidak dapat diandalkan dalam mendeteksi saluran akar ganda, saluran akar lateral dan letak foramen apikal.2,25


(32)

30

2.5.3 Cone-beam Computed Tomography (CBCT)

Cone-beam computed tomography (CBCT) mulai diperkenalkan di bidang endodontik pada tahun 1990. CBCT merupakan teknik non-invasif dan memiliki pencitraan tiga dimensi. Beberapa penelitian tentang variasi morfologi saluran akar gigi menggunakan CBCT telah dilakukan dan dilaporkan bahwa penerapan CBCT menguntungkan dalam hal mengidentifikasi variasi konfigurasi saluran akar.2 Tidak seperti radiografi, CBCT memiliki resolusi gambar yang tinggi dan dapat mencegah superimposisi obyek sehingga gambaran yang ditampilkan lebih jelas. Tidak hanya untuk mengobservasi saluran akar, namun alat ini juga dapat digunakan untuk pemeriksaan jaringan periodontal, lesi periapikal dan trauma dentoalveolar.27

Gambar 8. Tampilan gambaran CBCT.28

Gambar 9. Cone Beam Computed Tomography (CBCT).28


(33)

31

2.6 Kerangka Teori

GIGI

Morfologi Akar Gigi

- Genetik - Usia

- Jenis Kelamin - Ras

Eksternal Internal

- Tipe 1 - Tipe 2 - Tipe 3 - Tipe 4

Klasifikasi LOH HS (1998)

Morfologi Saluran Akar

Klasifikasi Vertucci

•Metode Dekalsifikasi dan Pewarnaan + Stereo mikroskop •Radiografi

•CBCT

Klasifikasi Tipe Saluran Akar

Klasifikasi Weine Klasifikasi Gulabivala

• Tipe I (1)

• Tipe II (2-1)

• Tipe III (2)

• Tipe IV (3)

• Tipe I (3-1)

• Tipe II (3-2)

• Tipe III (2-3)

• Tipe IV (2-1-2-1)

• Tipe V (4-2)

• Tipe VI(4) • Tipe VII (5-4)

• Tipe I (1) • Tipe II (2-1) • Tipe III (1-2-1) • Tipe IV (2) • Tipe V (1-2) • Tipe VI (2-1-2) • Tipe VII (1-2-1-2) • Tipe VIII (3) Pembentukan Gigi


(34)

32

2.7 Kerangka Konsep

Metode dekalsifikasi dan Pewaraan Saluran + Stereo mikroskop Premolar Satu Maksila

- Genetik - Umur

- Jenis Kelamin - Ras

Morfologi Akar Gigi

Morfologi Eksternal (Tipe Akar)

Morfologi Internal (Tipe Saluran Akar)

Klasifikasi Loh HS (1998) Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4

Klasifikasi Vertucci (1974) > Tipe I (1) > Tipe V (1-2) > Tipe II (2-1) > Tipe VI (2-1-2) > Tipe III (1-2-1) > Tipe VII (1-2-1-2) > Tipe IV (2) > Tipe VIII (3)


(35)

33

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu penelitian yang diarahkan untuk menampilkan distribusi persentase morfologi eksternal dan internal akar gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin serta untuk menunjukkan hubungan antara morfologi eksternal dan internal akar gigi premolar satu maksila permanen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi USU dan Laboratorium Ilmu Dasar Biologi USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah tiga bulan yaitu bulan April sampai Juli 2013.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah gigi premolar satu maksila permanen yang sudah diekstraksi dengan usia kronologis 13-24 tahun karena pada usia 13 tahun akar gigi sudah terbentuk sempurna dan pada usia 24 tahun belum terjadi perubahan bentuk saluran pulpa.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah premolar satu maksila permanen yang sudah diekstraksi dan diperoleh dari beberapa tempat praktik dokter


(36)

34

gigi di Medan. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutivesampling yang dikumpulkan selama dua bulan.

3.3.3 Besar Sampel

Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan banyaknya sampel pada penelitian ini adalah:29

Banyak sampel

=

�������� +��������² (��−��)²

Zα = Derajat kepercayaan penelitian sebelumnya (95% = 1 96) Zβ = Derajat kepercayaan penelitian yang diharapkan (10% = 1,28) Po = Proporsi penelitian sebelumnya (8,9 % = 0,089)

Qo = 1- Po (1-0,089 = 0,911)

Pa = Proporsi penelitian yang diharapkan (28,9 % = 0,289) Qa = 1-Pa ( 1- 0,289= 0,711)

Maka, banyak sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

n= �1.96 √0.089 � 0.911 +1.28 √0.289 � 0.711�² (0.289−0.089)²

= (0.5580 +0.58022 )² (0.2)²

= 1.295 0.04 = 32.38 ≈ 34


(37)

35

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Usia kronologis 13-24 tahun yang diekstraksi pada perawatan ortodonti. 2. Morfologi gigi normal.

3.4.2 Kriteria Eksklusi :

1. Gigi dengan karies media dan karies pulpa. 2. Gigi sudah dilakukan perawatan endodonti. 3. Resopsi akar mencapai saluran pulpa.

4. Anomali gigi seperti twin teeth,microdonti dan macrodonti.

Pengelompokan Sampel : 1. Berdasarkan regio gigi :

a. Kiri : 18 sampel b. Kanan : 16 sampel 2. Berdasarkan jenis kelamin:

a. Laki-laki : 16 Sampel b. Perempuan : 18 sampel


(38)

36

3.5 Variabel Penelitian

3.6 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dalam penelitian ini yaitu :

1. Gigi Premolar satu maksila adalah gigi yang pada anatomi normal terletak pada urutan keempat dihitung dari garis tengah wajah pada rahang atas baik kiri maupun kanan, memiliki dua cups yaitu cups bukal dan cups palatal.

2. Regio gigi adalah letak gigi dalam lengkung rahang yang terbagi menjadi kiri dan kanan.

3. Morfologi eksternal akar adalah banyaknya akar yang terlihat dengan pemeriksaan visual pada morfologi eksternal gigi premolar satu maksila permanen setelah gigi dibersihkan dan diklasifikasikan menurut klasifikasi Loh HS (1998):

Variabel Bebas :

1.Gigi Premolar Satu Maksila permanen.

2. Regio gigi 3. Jenis Kelamin

Variabel Terikat :

1. Morfologi Eksternal Akar 2. Morfologi Internal Akar

Variabel Terkendali: 1. Umur 13-24 tahun

2. Konsentrasi Larutan Saline, Natrium hipoklorit, asam nitrat, alkohol, dan metil salisilat 3. -waktu perendaman 4. Keterampilan Operator 5. Prosedur Laboratorium

Variabel Tidak Terkendali : 1. Genetik

2. Ras 3. Diet


(39)

37

a. Tipe 1 : Satu akar

b. Tipe 2 : Dua akar yang terpisah

c. Tipe 3 : Dua akar yang bersatu hingga hampir mencapai apeks d. Tipe 4 : Tiga akar

4. Morfologi internal akar adalah bentuk saluran akar utama yang terlihat mulai dari kamar pulpa hingga apeks yang dilihat dengan menggunakan stereo mikroskop setelah gigi dijadikan transparan dan diklasifikasikan menurut Vertucci (1974): a. Tipe I : Saluran tunggal mulai dari kamar pulpa hingga ke apeks (1).

b. Tipe II : Dua saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa tetapi bersatu membentuk satu saluran menuju apeks (2-1).

c. Tipe III : Satu saluran mulai dari kamar pulpa kemudian bercabang dua dan bersatu kembali menuju apeks (1-2-1).

d. Tipe IV : Dua saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (2). e. Tipe V : Satu saluran yang keluar dari kamar pulpa namun berpisah menjadi

dua saluran dengan foramen apikal yang berbeda (1-2).

f. Tipe VI : Dua saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa kemudian bersatu di tengah dan berpisah kembali menuju apeks dengan foramen apikal yang berbeda (2-1-2).

g. Tipe VII : Satu saluran akar meninggalkan kamar pulpa, berpisah dan bersatu dan kemudian berpisah kembali menjadi dua bagian pada apeks (1-2-1-2). h. Tipe VIII : Tiga saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga

apeks (3).

4. Umur adalah usia yang diperoleh dengan mencatat tahun kelahiran seseorang yang berhubungan dengan lama hidupnya seseorang.

5. Stereo mikroskop adalah mikroskop yang digunakan untuk melihat benda dengan ukuran yang relatif besar dengan perbesaran delapan hingga tiga puluh kali dan menampilkan benda yang diamati secara tiga dimensi sehingga memungkinkan dilakukan pengamatan yang lebih detail.

6. Resopsi akar adalah hilangnya (lisis) bagian akar gigi seperti sementum dan dentin akibat proses patologis.


(40)

38

7. Karies media adalah karies yang sudah mencapai dentin. 9. Karies pulpa adalah karies yang sudah mencapai pulpa.

3.7 Bahan dan Alat Penelitian 3.7.1 Bahan Penelitian

a. Gigi premolar satu maksila kiri dan kanan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi b. Larutan saline (NaCl) 0.9%

c. Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5,25% ( Baycline, PT. Johnson Home Hygine Product, Indonesia)

d. Asam Nitrat (HNO3) 5%

e. Alkohol (C2H5OH)70%, 96% dan Alkohol Absolut f. Methyl Salisilat (C8H8O3)

g. Tinta Printer (Data Print, Indonesia) h. Tissue

3.7.2 Alat Penelitan a. Bur bulat

b. Masker c. Sarung tangan d. Pinset

e. Jarum Eksirpasi (Thomas, Prancis) f. Micromotor (strong,Korea)

g. Spuit 1,5cc (York, Indonesia) h. Wadah perendaman


(41)

39

Gambar 10: Micromotor, strong- korea (A), Jarum ekstirpasi (Nerve Broach),

Thomas-Prancis (B), wadah perendaman (C), spuit, york-Indonesia (D), Stereo

mikroskop, zeizz stemi DV4 (E)

A B

C D


(42)

40

3.8 Prosedur Penelitian

Setelah semua gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan terkumpul, sampel dimasukkan ke dalam wadah perendaman dan diberi label, kemudian dilakukan prosedur penelitian dengan tahap sebagai berikut :

I. Tahap pembersihan gigi

• Sampel direndam dengan larutan saline (NaCl) 0,9%.

• Scaling sampel secara manual untuk membersihkan kalkulus dan sisa jaringan lunak yang menempel pada sampel.

• Cuci dengan air.

• Rendam seluruh permukaan sampel dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% (Baycline, PT. Johnson Home Hygine Product, Indonesia) selama 1 jam untuk membersihkan sampel dari debris.

II. Tahap pemeriksaan visual

• Lakukan pemeriksaan morfologi eksternal gigi secara visual dan catat klasifikasikan tipe akar gigi menurut Loh HS (1998).

III. Tahap dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar

• Buka atap pulpa sampel dengan menggunakan bur bulat. Bur bulat diletakkan di tengah permukaan oklusal gigi dan diarahkan sejajar dengan sumbu panjang gigi dan lakukan pengeburan sampai menembus atap pulpa sehingga orifisi saluran akan terlihat.

• Lakukan ekstirpasi saluran akar dengan menggunakan jarum ekstirpasi (nerve broach, ekstirpasi saluran akar dilakukan melalui setiap orifisi. Setelah itu cuci dengan air.

• Rendam seluruh permukaan gigi dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% ( Baycline, PT. Johnson Home Hygine Product, Indonesia) selama 12 jam untuk melarutkan sisa-sisa jaringan pulpa dan debris yang terdapat pada


(43)

41

saluran akar. Perendaman dimulai pada pukul 19.00-07.00 WIB pada hari pertama.

• Sampel dicuci dengan air mengalir selama 2 jam (pukul 07.00-09.00 hari pertama) untuk melarutkan sisa larutan natrium hipoklorit ( NaOCl) kemudian keringkan dengan tissue.

• Sampel didekalsifikasi dengan cara merendam seluruh permukaan gigi dengan asam nitrat (HNO3) 5% selama 4 hari pada suhu ruangan, setiap 24 jam larutan asam nitrat 5% diganti dengan larutan yang baru. Perendaman mulai dilakukan pada pukul 09.00 WIB dan penggantian larutan asam nitrat 5% dilakukan setiap hari pada pukul 09.00 WIB hingga hari keempat. Larutan asam nitrat ini berfungsi untuk melarutkan komponen anorganik gigi (mineral). Larutan asam nitrat 5% ini bekerja dalam waktu yang cepat dan hanya sedikit menyebabkan kerusakan jaringan pada gigi.

• Gigi dicuci dengan air mengalir selama 4 jam (pukul 09.00-12.00 WIB hari keempat) untuk membersihkan asam nitrat kemudian dikeringkan dengan tissue.

• Gigi didehidrasi dengan cara merendam seluruh permukaan gigi dalam alkohol (C2H5OH) 70% selama 12 jam kemudian merendam kembali pada alkohol 96% selama 12 jam dan terakhir merendamnya pada alkohol absolut (99%) selama 12 jam. Perendaman pada alkohol 70% dilakukan pada pukul 12.00 WIB hari keempat , alkohol 96% pada pukul 24.00 WIB hari keempat dan alkohol absolut pada pukul 12.00 WIB hari kelima. Hal ini dilakukan untuk menarik kandungan air, lemak dan udara yang terdapat pada gigi. Proses dehidrasi ini dilakukan secara bertahap mulai dari alkohol berkonsentrasi rendah hingga tinggi bertujuan agar tidak terjadi penyusutan yang terlalu besar pada gigi.

• Suntikkan tinta printer (Data Print,Indonesia) ke dalam saluran akar melalui orifisi dengan menggunakan spuit (York, Indonesia). Tinta ini akan mewarnai saluran akar sehingga saluran akar akan mempunyai warna yang berbeda


(44)

42

dengan jaringan disekitarnya sehingga dapat terlihat bentuk dan jumlah saluran akar pada gigi.

• Rendam seluruh permukaan gigi pada larutan methyl salisilat (C8H8O3) selama 2 jam hingga gigi menjadi transparan karena methyl salisilat ini akan menaikkan index refraktif gigi. Perendaman pada larutan methyl salisilat ini dilakukan mulai pukul 12.00-14.00 WIB pada hari kelima.

IV. Tahap pemeriksaan mikroskopis

• Sampel yang sudah menjadi transparan kemudian dilihat dengan menggunakan stereo mikroskop. Pada penelitian ini, yang dilihat adalah bentuk saluran akar utama, saluran akar lateral/aksesori tidak dilihat.

• Klasifikasikan tipe saluran akar berdasarkan klasifikasi Vertucci. V. Tahap pengolahan dan analisa data

• Hasil

• Analisa Data


(45)

43

Gambar 11: Pembukaan atap pulpa (A), ekstirpasi pulpa (B) pencucian gigi dengan air mengalir (C), penyuntikan tinta kedalam saluran akar (D).

3.9 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara komputerisasi dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15. Adapun uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Uji chi-square untuk:

1. Mengetahui perbedaan morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.

2. Mengetahui perbedaan morfologi internal akar pada gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin.

3. Mengetahui hubungan morfologi eksternal dengan morfologi internal akar pada gigi premolar satu maksila permanen.

A B


(46)

44

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan dengan jumlah sampel sebanyak 34 gigi. Sampel dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin. Usia kronologis sampel pada penelitian ini adalah 13-24 tahun. Sampel dikumpulkan dari beberapa praktek gigi ortodonti selama 4 bulan yaitu mulai bulan Januari 2013 sampai April 2013.

4.1 Karakteristik Umum Sampel Yang Diteliti

Sampel yang diteliti diambil datanya dengan menggunakan lembar pemeriksaan sampel. Data yang diambil yaitu regio gigi dan jenis kelamin sampel.

Tabel 4.DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK UMUM SAMPEL GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN KIRI DAN KANAN.

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Regio Gigi Kanan Kiri Total 16 18 34 47,06 52,94 100 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total 18 16 34 52,94 47,06 100

Tabel 4 menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik umum sampel gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan yang digunakan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini terdapat 18 sampel gigi premolar satu maksila permanen kiri dan 16 sampel gigi premolar satu maksila kanan. Berdasarkan jenis kelamin terdapat sampel dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 gigi, sampel berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 sampel.


(47)

45

4.2 Distribusi Frekuensi Persentase Morfologi Eksternal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin.

Distribusi frekuensi persentase morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan ditunjukkan tabel 5. Dari 18 sampel gigi premolar satu maksila permanen kiri terdapat 72,22% gigi dengan akar tipe 1, 16,67% gigi dengan akar tipe 2, 11,11% gigi dengan akar tipe 3 dan tidak ditemukan gigi dengan akar tipe 4. Dari 16 sampel gigi premolar satu maksila permanen kanan terdapat 37,5% gigi dengan akar tipe 1, 18,75% gigi dengan akar tipe 2, 43,75% gigi dengan akar tipe 3 dan tidak ditemukan gigi dengan akar tipe 4. Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p=0,072 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen yang signifikan pada gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan.

Tabel 5.DISTRIBUSI FREKUENSI PERSENTASE MORFOLOGI EKSTERNAL AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN BERDASARKAN REGIO GIGI.

Kelompok Sampel

Morfologi Eksternal Akar Gigi Total Asymp. Sig (2-sided) Tipe 1 (Satu Akar) Tipe 2 (Dua Akar) Tipe 3 (Dua Akar yang bersatu) Tipe 4 (Tiga Akar)

n % n % n % n % n % 0,072

Kiri 13 72,22 3 16,67 2 11,11 0 0 18 100 Kanan 6 37,5 3 18,75 7 43,75 0 0 16 100

Tabel 6 menunjukkan distribusi persentase morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan jenis kelamin. Dari 18 sampel gigi perempuan ditemukan gigi premolar satu maksila permanen memiliki akar tipe 1 sebanyak 66,67% , tipe 2 tidak ditemukan (0%), tipe 3 sebanyak 33,33% dan tipe 4 tidak ditemukan (0%). Dari 16 sampel gigi laki-laki, gigi premolar permanen dengan akar tipe 1 ditemukan sebanyak 43,75%, tipe 2 sebanyak 37,5%, tipe 3 sebanyak 18,75% dan tipe 4 tidak ditemukan (0%). Hasil analisa data menggunakan uji


(48)

chi-46

square tipe akar terhadap jenis kelamin menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (derajat signifikansi 5%) antara tipe akar gigi dan jenis kelamin, hal ini ditunjukkan dari nilai p = 0.016 atau p<0,05.

Tabel 6.DISTRIBUSI PERSENTASE MORFOLOGI EKSTERNAL AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Kelompok Sampel

Morfologi Eksternal Akar Gigi Total Asymp. Sig. (2-sided) Tipe 1 (Satu Akar) Tipe 2 (Dua Akar) Tipe 3 (Dua Akar yang Bersatu) Tipe 4 (Tiga Akar)

n % n % n % n % n % 0.016*

Perempuan 12 66,67 0 0 6 33,33 0 0 18 100 Laki-Laki 7 43,75 6 37,50 3 18,75 0 0 16 100 Keterangan : * secara statistik signifikan (bermakna p<0,05)

4.3 Distribusi Persentase dan Perbedaan Morfologi Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin.

Tabel 7 menunjukkan distribusi frekuensi persentase morfologi internal akar gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan. Pada tabel terlihat dari 18 sampel gigi premolar satu maksila permanen kiri terdapat 16,66% gigi dengan saluran akar tipe I (1), 5,56% gigi dengan saluran akar tipe III (1-2-1), 55,56% gigi dengan saluran akar tipe IV (2), 22,22% gigi dengan saluran akar tipe VII (1-2-1-2) serta tidak ditemukan saluran akar tipe (2-1), tipe V (1-2), tipe VI ( 2-1-2), dan tipe VIII (3). Dari 16 sampel gigi premolar satu maksila permanen kanan terdapat 75% gigi dengan saluran akar tipe IV (2), 6,25% gigi dengan saluran akar tipe V (1-2), 18,75% gigi dengan saluran akar tipe VII (1-2-1-2) serta tidak ditemukan gigi dengan saluran akar tipe I (1), tipe II (2-1), tipe III (1-2-1), tipe VI ( 2-1-2), dan tipe VIII (3). Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p=0,265 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan tipe saluran akar yang signifikan pada gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan.


(49)

47

Tabel 7.DISTRIBUSI FREKUENSI PERSENTASE MORFOLOGI INTERNAL AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN BERDASARKAN REGIO GIGI.

Kelompok Sampel

Morfologi Internal Akar Gigi Total Asymp.

Sig (2-sided)

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI Tipe VII Tipe VIII

n % n % n % n % n % n % n % n % n % 0,265

Kiri 3 16,66 0 0 1 5,56 10 55,56 0 0 0 0 4 22,22 0 0 18 100


(50)

48

Tabel 8 menunjukkan distribusi frekuensi persentase morfologi internal akar gigi premolar satu maksila permanen berdasarkankan jenis kelamin. Dari 18 gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan pada perempuan, gigi dengan tipe saluran akar I (1) ditemukan sebanyak 1 gigi (5,55%), tipe III (1-2-1) sebanyak 1 gigi (5,55%), tipe IV (2) sebanyak 11 gigi (61,11%), tipe V (1-2) tidak ditemukan (0%), tipe VI (2-1-2) tidak ditemukan (0%), tipe VII (1-2-1-2) sebanyak 5 gigi (27,8%). Dari 16 gigi premolar satu maksila permanen pada laki-laki, gigi dengan tipe saluran akar I (1) ditemukan sebanyak 2 gigi (12,5%), tipe III (1-2-1) tidak ditemukan (0%), tipe IV (2) sebanyak 11 gigi (68,75%), tipe V (1-2) sebanyak 1 gigi (6,25%), tipe VI (2-1-2) tidak ditemukan (0%), tipe VII (1-2-1-2) sebanyak 2 gigi (12,5%). Pada hasil penelitian baik pada laki-laki maupun perempuan tidak ditemukan gigi premolar satu maksila permanen dengan saluran akar tipe II (2-1) dan VIII (3). Hasil analisa data menggunakan uji chi-square tipe saluran akar terhadap jenis kelamin menunjukkan p= 0,299 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan tipe saluran akar yang signifikan (derajat signifikansi 5%) antara laki-laki dan perempuan.


(51)

49

Tabel 8. DISTRIBUSI FREKUENSI PERSENTASE MORFOLOGI INTERNAL AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Kelompok Sampel

Morfologi Internal Akar Gigi Total Asymp.

Sig. (2-sided) Tipe I

(1)

Tipe II (2-1)

Tipe III (1-2-1)

Tipe IV (2)

Tipe V (1-2)

Tipe VI (2-1-2)

Tipe VII (1-2-1-2)

Tipe VIII (3)

n % n % n % n % n % n % n % n % n % 0,476 Perempuan 1 5,55 0 0 1 5,55 11 61,11 0 0 0 0 5 27,8 0 0 18 100

Laki-Laki 2 12,5 0 0 0 0 11 68,75 1 6,25 0 0 2 12,5 0 0 16 100


(52)

50

4.4 Hubungan Morfologi Eksternal Dengan Morfologi Internal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen

Distribusi persentase morfologi eksternal dan morfologi internal gigi premolar satu maksila permanen terlihat pada tabel 9. Pada tabel terlihat bahwa gigi dengan akar tipe 1 (19 gigi) memiliki saluran akar dengan persentase sebagai berikut : tipe I (1) sebanyak 15,8%, tipe II (2-1) tidak ditemukan (0%), tipe III (1-2-1) sebanyak 5,3%, tipe IV (2) sebanyak 36,84%, tipe V (1-2) sebanyak 5,3%, tipe VI (2-1-2) tidak ditemukan, tipe VII (1-2-1-2) 36,8%, tipe VIII (3) tidak ditemukan (0%). Akar tipe 2 (6 gigi) seluruhnya memiliki saluran akar tipe IV (2). Akar tipe 3 (9 gigi) seluruhnya memiliki saluran akar tipe IV sedangkan akar tipe 4 tidak ditemukan sama sekali. Hubungan antara jumlah akar dengan tipe saluran akar pada gigi premolar satu maksila permanen dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Hasil pengujian tersebut menunjukkan nilai p=0,067 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara tipe akar dengan tipe saluran akar pada gigi premolar satu maksila permanen.


(53)

51

Tabel 9. DISTRIBUSI FREKUENSI PERSENTASE MORFOLOGI EKSTERNAL DENGAN MORFOLOGI INTERNAL AKAR GIGI PREMOLAR SATU MAKSILA PERMANEN KIRI DAN KANAN

Tipe Akar Total Sampel

Saluran Akar Asymp.

Sig (2-sided) Saluran

Akar Tipe I

Saluran Akar Tipe

II

Saluran Akar Tipe

III

Saluran Akar Tipe IV

Saluran Akar Tipe V

Saluran Akar Tipe VI

Saluran Akar Tipe VII

Tipe VIII

n % n % n % n % n % n % n % n % n % 0,067 Akar Tipe 1 19 100 3 15,8 0 0 1 5,3 7 36,84 1 5,3 0 0 7 36,8 0 0

Akar Tipe 2 6 100 0 0 0 0 0 0 6 100 0 0 0 0 0 0 0 0

Akar Tipe 3 9 100 0 0 0 0 0 0 9 100 0 0 0 0 0 0 0 0

Akar tipe 4 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(54)

52

Gambar 12. Morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen ditemukan dalam penelitian

Gambar 13. Morfologi internal akar gigi premolar maksila permanen yang ditemukan dalam penelitian.

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3

Tipe I Tipe III Tipe IV

Tipe VII Tipe V


(55)

53

BAB 5 PEMBAHASAN

Pengetahuan yang baik akan morfologi gigi merupakan hal yang sangat penting bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi sehari-hari. Selain itu seorang dokter gigi juga membutuhkan pengetahuan yang cukup tentang variasi morfologi eksternal dan internal akar gigi untuk dapat melakukan perawatan endodonti dan exodonti dengan baik.1 Ada beberapa hal yang mempengaruhi bentuk morfologi eksternal dan internal akar gigi diantaranya adalah etnik, umur dan jenis kelamin.2-4

Premolar satu maksila permanen merupakan gigi yang memiliki banyak variasi bentuk akar maupun saluran akar.3,6,20 Dari beberapa literatur diketahui premolar satu maksila memiliki empat variasi morfologi eksternal akar dan delapan variasi tipe morfologi internal akar. Penelitian mengenai variasi akar dan saluran akar ini masih jarang dilakukan di Indonesia sehingga belum didapatkan informasi yang cukup mengenai variasi akar dan saluran akar gigi premolar satu maksila permanen yang mewakili populasi Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi persentase dan perbedaan morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen menurut klasifikasi Loh HS (1998) dan morfologi internal akar gigi premolar satu maksila permanen menurut klasifikasi Vertucci (1974) berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 34 gigi premolar satu maksila permanen yang diekstraksi pada perawatan ortodonti dengan usia kronologis 13-24 tahun. Pemilihan usia dengan rentang 13-24 tahun dilakukan dengan alasan bahwa pada usia 13 tahun merupakan usia dimana pada umumnya pembentukan gigi premolar maksila baik mahkota maupun akar sudah sempurna.14 Selain itu usia 13-24 tahun merupakan rentang usia dimana gigi belum mengalami perubahan saluran pulpa.

Pengambilan sampel sebanyak 34 gigi diambil berdasarkan teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling. Consecutive sampling merupakan


(56)

54

teknik non-probability sampling yang paling baik dan mudah dilakukan. Pada consecutive sampling, semua sampel (dalam hal ini gigi premolar satu maksila permanen) yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan kedalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.30

Pengumpulan sampel dilakukan selama 4 bulan yaitu mulai Januari – April 2013. Adapun yang menjadi kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah : usia kronologis 13-24 tahun yang diekstraksi pada perawatan ortodonti, gigi karies superfisial, anatomi gigi normal. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah: gigi dengan karies media dan karies pulpa, gigi sudah dilakukan perawatan endodonti, resopsi akar dan anomali gigi seperti twin teeth, makrodonti dan mikrodonti.

Pengambilan data morfologi eksternal akar pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan visual terhadap semua gigi premolar satu maksila permanen yang sebelumnya telah dibersihkan kemudian diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Loh HS (1998). Pengambilan data morfologi internal akar dilakukan dengan melakukan observasi menggunakan stereo mikroskop setelah sebelumnya gigi dijadikan transparan dengan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar kemudian diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Vertucci (1974). Data dianalisis dengan menggunakan uji chi-square untuk melihat perbedaan morfologi eksternal dan morfologi internal akar gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin serta untuk melihat hubungan antara morfologi eksternal dan internal akar gigi premolar satu maksila permanen.


(57)

55

5.1 Distribusi Persentase dan Perbedaan Morfologi Eksternal Akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen Berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin

Hasil pengamatan terhadap morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi ditunjukkan oleh tabel 5. Dari tabel diketahui pada gigi premolar satu maksila permanen kiri lebih banyak ditemukan gigi dengan akar tipe 1 (72,22%) dan tipe 2 (16,67%) sedangkan gigi premolar satu permanen kanan lebih banyak ditemukan gigi dengan akar tipe 3 (43,75%) dan tipe 1 (37,5%). Hasil uji chi-square menunjukkan tidak terdapat perbedaan morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan.

Hasil pengamatan terhadap morfologi eksternal akar gigi (gambar 1) premolar satu maksila permanen terhadap jenis kelamin ditunjukkan oleh tabel 6. Dari 34 sampel gigi premolar satu maksila (18 perempuan dan 16 laki-laki), pada perempuan tipe akar gigi premolar satu permanen maksila yang paling banyak ditemukan adalah tipe 1 (berakar satu) yaitu 66,67%, dan tipe 3 (dua akar yang bersatu) 33,33%. Pada laki-laki lebih banyak ditemukan gigi premolar satu maksila dengan akar tipe 1 (satu akar) yaitu 43,75%, dan akar tipe 2 (dua akar yang berpisah ) 37,5%. Hasil uji chi-square menunjukkan terdapat perbedaan jumlah akar yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh R.N. Ng’ang’a, Masiga M,a dan W.Maina (2009) di Kenyan Africans pada 155 gigi premolar satu maksila (77 laki-laki, 78 perempuan) mendapatkan pada perempuan tipe akar gigi premolar satu maksila yang paling banyak ditemukan adalah tipe 1 (satu akar) yaitu 50% dan tipe 3 (dua akar yang bersatu) 32,1%. Pada laki-laki, tipe akar yang paling banyak dijumpai adalah tipe 2 (dua akar yang terpisah) yaitu 72,7% dan tipe 3 (dua akar yang bersatu) 11,7%. Penelitian tersebut juga menunjukkan terdapat perbedaan tipe akar yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.31 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cheng XL dan Weng YL (2008) di Shanghai, China terhadap 442 gigi premolar satu maksila (134 laki-laki dan 228 perempuan) juga mendapatkan pada perempuan tipe akar yang paling banyak ditemukan adalah tipe 1 (satu akar) yaitu 62,68%. Pada laki-laki tipe akar yang paling banyak ditemukan adalah tipe 2 (dua akar yang terpisah)


(58)

56

yaitu 62,68%. Penelitian tersebut juga menunjukkan terdapat perbedaan tipe akar yang signifikan anatara laki-laki dan perempuan.32 Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki akar tipe 1 (berakar satu) dan tipe 3 (dua akar tetapi bersatu), sedangkan laki-laki cenderung memiliki akar tipe 2 (dua akar yang terpisah) dan terdapat perbedaan tipe akar yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.31,32 Perbedaan variasi bentuk akar pada laki-laki dan perempuan seperti yang telah dikemukakan di atas dipengaruhi oleh kromosom sex yaitu kromosom X dan Y. Kromosom Y diketahui mempengaruhi pembentukan enamel dan dentin, sedangkan kromosom X berpengaruh terhadap pembentukan enamel dan juga menghambat pembentukan dentin.17,18 Menurut Alvesalo dan Lahdesmaki (2009), kromosom Y lebih berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan akar karena pada akar hanya terdapat dentin.18

Pada penelitian ini tidak ditemukan gigi premolar satu maksila dengan akar tipe 4 (berakar 3), sedangkan pada penelitian R.N. Ng’ang’a, Masiga M,a dan W.Maina (2009) di Kenyan Africans mendapatkan gigi dengan akar tipe 4 (berakar 3) pada laki-laki sebanyak 11,7% dan pada perempuan ditemukan sebanyak 1,3%.29 Penelitian yang dilakukan Cheng XL dan Weng YL (2008) di Shanghai, China mendapatkan gigi premolar satu maksila dengan akar tipe 4 pada laki-laki sebanyak 3,73% dan pada perempuan tidak ditemukan (0%).32 Perbedaan hasil yang didapat pada penelitian ini dengan dua penelitian di atas kemungkinan disebabkan jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini lebih sedikit dibandingkan dua penelitian di atas. Selain daripada itu beberapa literatur menyatakan bahwa insiden gigi premolar satu maksila berakar 3 (akar tipe 4) umumnya hanya sebesar 0-6%, sehingga dengan sampel yang sedikit kecil kemungkinan menemukan gigi dengan berakar 3 (akar tipe 4).12 Dalam beberapa literatur, gigi premolar satu maksila berakar dua (tipe 2 dan 3) adalah gigi yang paling banyak ditemukan pada premolar satu maksila permanen (50,6-72%). Namun dalam penelitian ini gigi premolar satu maksila permanen yang paling banyak ditemukan adalah gigi premolar maksila berakar satu (tipe 1) yaitu 55,89%. Perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah sampel dalam penelitian ini sedikit.


(59)

57

5.2 Distribusi Persentase dan Perbedaan Morfologi Internal Gigi Premolar Satu Maksila Permanen berdasarkan Regio Gigi dan Jenis Kelamin

Hasil pengamatan terhadap morfologi internal akar gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi ditunjukkan oleh tabel 7. Dari tabel diketahui pada gigi premolar satu maksila permanen kiri lebih banyak ditemukan gigi dengan saluran akar tipe IV (55,56%%) dan tipe VII (22,22%). Pada gigi premolar satu permanen kanan juga lebih banyak ditemukan gigi dengan saluran akar tipe IV (75%) dan tipe VII (18,75%). Hasil uji chi-square menunjukkan tidak terdapat perbedaan morfologi internal akar gigi premolar satu maksila permanen kiri dan kanan.

Penelitian morfologi internal akar (gambar 4) berdasarkan jenis kelamin (tabel 8) menunjukkan pada perempuan lebih banyak ditemukan saluran akar tipe IV (2) yaitu 61,11% dan tipe VII (1-2-1-2) 27,8% serta tidak ditemukan saluran akar tipe II (2-1), V (1-2), VI (2-1-2) dan VIII (3). Pada laki-laki tipe saluran akar yang paling banyak ditemukan adalah tipe IV (2) yaitu 68,75% dan tipe VII (1-2-1-2) 12,5% serta tidak ditemukan saluran akar tipe II (2-1), III (1-2-1), VI (2-1-2) dan VIII (3). Uji chi-square yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan morfologi internal akar yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.

Penelitian tipe saluran akar juga dilakukan oleh R.N. Ng’ang’a, M asiga M,a dan W.Maina (2010) di Kenya Afrika menggunakan 77 gigi premolar satu maksila laki-laki dan 78 gigi premolar satu maksila perempuan menunjukkan bahwa pada perempuan tipe saluran akar yang paling banyak ditemukan adalah tipe IV (2) yaitu 74,4% dan tipe V (1-2) 11,5%. Pada laki-laki tipe saluran akar yang paling banyak ditemukan adalah tipe IV (2) yaitu 68,8% dan tipe V (1-2) 14,3%. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tipe saluran akar yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.33

Penelitian tipe saluran akar yang dilakukan oleh Sert dan Bayirli (2004) cit Vertucci (2005) pada populasi Turki terhadap 2800 sampel gigi permanen maksila dan mandibula menemukan adanya perbedaan tipe saluran akar yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.1 Hal ini kemungkinan disebabkan jumlah sampel yang digunakan pada penelitian Sert dan Bayirli (2004) jauh lebih banyak sampel


(60)

58

yang digunakan pada penelitian tersebut tidak terbatas pada gigi premolar satu maksila saja tetapi menggunakan semua gigi permanen.

Menurut Vertucci (1984) cit. R.N. Ng’ang’a, M asiga M,a dan W.Maina (2010) tipe saluran akar yang paling banyak dijumpai pada premolar satu maksila adalah tipe IV (2).33 Hal itu sama dengan hasil yang didapat pada penelitian ini, dimana baik pada laki-laki maupun perempuan tipe saluran akar yang paling banyak dijumpai adalah tipe IV (2). Pada penelitian ini ditemukan lima dari delapan variasi tipe saluran akar pada gigi premolar satu maksila, pada penelitian lain yang dilakukan oleh R.N. Ng’ang’a, M asiga M,a dan W.Maina (2010) menemukan delapan variasi tipe saluran akar. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini lebih sedikit dibandingkan penelitian tersebut.

5.3 Hubungan Morfologi eksternal akar dengan morfologi internal akar Gigi Premolar Satu Maksila Permanen

Hubungan morfologi eksternal dengan morfologi internal akar gigi premolar satu maksila permanen (tabel 9) menunjukkan bahwa pada akar tipe 1 lebih banyak ditemukan saluran akar tipe VII (1-2-1-2) sebanyak 36,8%, kemudian diikuti saluran akar tipe IV (2) sebanyak 36,84%, saluran akar tipe IV (2) sebanyak 36,84%, saluran akar tipe I (1) sebanyak 15,8% dan saluran akar tipe III (1-2-1) dan tipe V (2-1-2) masing-masing sebanyak 5,3% serta tidak ditemukan saluran akar tipe II (2-1), tipe VI (2-1-2) dan tipe VIII (3). Pada akar tipe 2 seluruhnya memiliki saluran akar tipe IV (2). Akar tipe 3 seluruhnya memiliki saluran akar tipe IV (2) sedangkan akar tipe 4 tidak ditemukan sama sekali. Hal ini menjelaskan bahwa gigi dengan akar tipe 1 merupakan gigi yang memiliki variasi bentuk saluran akar yang paling banyak dibandingkan gigi dengan akar tipe 2 dan 3. Hasil uji chi-square yang dilakukan menunjukkan tidak adanya hubungan antara morfologi eksternal dan internal akar, kemungkinan bahwa morfologi eksternal akar tidak mencerminkan morfologi internal akar gigi. Hal ini kemungkinan disebabkan perubahan pada saluran akar dapat terjadi sepanjang gigi masih ada, sedangkan bentuk akar gigi tidak berubah setelah gigi terbentuk sempurna.


(61)

59

Perbedaan hasil yang didapat pada penelitian ini dengan penelitian yang lain secara umum kemungkinan disebabkan oleh jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sangat sedikit, tetapi dapat juga disebabkan oleh perbedaan metode yang digunakan dalam penelitian.34 Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengobservasi bentuk akar dan saluran akar seperti: metode radiografi, metode dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar, pemeriksaan langsung dengan menggunakan mikroskop dan metode cone beam computed tomography (CBCT).2,6,34 Metode yang paling banyak dan paling sering digunakan adalah radiografi.24 Radiografi adalah metode pencitraan dua dimensi. Metode ini sudah umum digunakan baik secara in vitro maupun in vivo. Walaupun merupakan metode yang umum digunakan, metode ini tidak cukup baik dipakai untuk mengobservasi benda tiga dimensi karena metode ini hanya mampu menampilkan gambar dalam bentuk dua dimensi. Selain itu, gambar yang dihasilkan sering kali mengalami distorsi dan superimpos sehingga gambar yang dihasilkan berbeda dengan objek aslinya. Dengan banyaknya kekurangan dari metode radiografi ini, diperlukan alat yang lebih baik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis atau menampilkan bentuk akar dan saluran akar secara lebih sempurna.34.35

Selain radiografi, metode lain yang juga sering digunakan dalam penelitian adalah metode dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar. Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan ini merupakan suatu teknik yang menjadikan gigi transparan dengan mengunakan proses fisika dan kimia. Teknik ini menggunakan bahan dan alat yang mudah ditemukan sehingga mudah dilakukan. Selain mudah dilakukan, teknik ini juga tidak membutuhkan biaya yang besar. Teknik ini mampu menampilkan objek yang diamati dalam bentuk tiga dimensi, namun metode ini memiliki kelemahan yaitu hanya dapat dilakukan secara in vitro.24,30 Metode yang paling baik digunakan untuk mengobservasi bentuk akar dan saluran akar adalah cone-beam computed tomography (CBCT).35,36 CBCT adalah suatu alat pencitraan tiga dimensi sehingga dapat menampilkan obyek secara lebih detail. CBCT dapat digunakan untuk pemeriksaan jaringan periodontal, lesi periapikal, evaluasi perawatan ortodonti, trauma dentoalveolar serta dapat juga digunakan untuk observasi bentuk akar dan saluran


(62)

60

akar. Walaupun merupakan alat yang paling baik untuk mengobservasi bentuk akar dan saluran akar, alat ini masih belum umum digunakan terutama di Indonesia dan membutuhkan biaya besar dalam penggunaannya.37

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas dan perbandingan yang dilakukan terhadap penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa premolar satu maksila permanen merupakan gigi yang memiliki banyak variasi akar dan saluran akar, dimana pada penelitian ini ditemukan bahwa gigi premolar satu maksila lebih banyak yang memiliki akar tipe 1 (berakar satu) yaitu 55,59% dan saluran akar tipe IV (2) yaitu 61,76%. Untuk itu dalam praktek klinis yang baik, dalam melakukan perawatan gigi, seorang dokter gigi harus lebih berhati-hati dan harus memiliki pengetahuan yang baik tentang anatomi gigi terutama morfologi eksternal dan internal akar gigi. Selain itu, radiografi sebagai alat bantu untuk mendiagnosis bentuk dan jumlah saluran akar kurang memadai digunakan karena hanya menampilkan obyek secara dua dimensi, untuk itu diperlukan alat yang lebih baik dan dapat menampilkan obyek secara tiga dimensi agar diagnosis dan perawatan dapat dilakukan secara tepat contohnya CBCT.


(63)

61

BAB 6

Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian morfologi eksternal dan internal akar gigi premolar satu maksila permanen adalah sebagai berikut:

1. Morfologi eksternal akar gigi yang paling banyak dijumpai pada premolar satu maksila permanen kiri adalah tipe 1 (72,22%) sedangkan pada premolar satu maksila permanen kanan adalah tipe 3 (43,75%). Morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila yang paling banyak dijumpai pada laki-laki dan perempuan adalah tipe 1 (perempuan 66,67%, laki-laki 43,75%). Tidak terdapat perbedaan morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen yang signifikan berdasarkan regio gigi tetapi terdapat perbedaan morfologi eksternal akar gigi premolar satu maksila permanen yang signifikan berdasarkan jenis kelamin.

2. Morfologi internal akar gigi yang paling banyak dijumpai pada gigi premolar satu maksila permanen berdasarkan regio gigi dan jenis kelamin adalah tipe IV (kiri 55,56%, kanan 75% perempuan 61,11%, laki-laki 68,75%). Tidak terdapat perbedaan morfologi internal akar gigi premolar satu maksila permanen yang signifikan regio gigi dan jenis kelamin.

3. Tidak terdapat hubungan antara morfologi eksternal dan internal akar gigi premolar satu maksila permanen.

6.2 Saran

Saran penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Perlu dilakukan penelitian morfologi eksternal dan internal akar gigi premolar satu maksila permanen dan gigi permanen lainnya yang memiliki banyak variasi morfologi dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi dan dengan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar.


(64)

62

2. Adanya variasi morfologi eksternal dan internal akar gigi perlu dipertimbangkan dalam melakukan perawatan gigi, selain itu diperlukan penggunaan CBCT dalam melakukan perawatan gigi yang memiliki banyak variasi saluran akar.


(1)

2. Laki-laki

No

Nama Sampel

Umur

Regio

Gigi

Tipe Akar

Tipe Saluran Akar

1

Lutfi

13

kanan

3

IV

2

Bagus

13

Kiri

3

IV

3

Faqrul

14

kanan

2

IV

4

Kevin

14

Kiri

2

IV

5

Imam 1

15

kanan

2

IV

6

Iman 2

15

Kiri

2

IV

7

Iqbal

15

kanan

1

IV

8

Ramos

16

Kiri

1

IV

9

Abdi

16

kanan

1

VII

10

Dicky

16

kanan

2

IV

11

Harun

17

Kiri

2

IV

12

Ilham

17

Kiri

1

I

13

Bosar

20

kanan

1

VII

14

Renhart

21

kanan

1

V

15

Aries

21

kanan

3

VII


(2)

Lampiran 6

Crosstabs

[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Regio Gigi * Tipe Akar 34 100,0% 0 ,0% 34 100,0%

Regio Gigi * Tipe Akar Crosstabulation

Tipe Akar Total

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 1 Regio

Gigi

Kiri Count 13 3 2 18

% within Regio Gigi 72,2% 16,7% 11,1% 100,0%

Kanan Count 6 3 7 16

% within Regio Gigi 37,5% 18,8% 43,8% 100,0%

Total Count 19 6 9 34

% within Regio Gigi 55,9% 17,6% 26,5% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 5,257(a) 2 ,072

Likelihood Ratio 5,465 2 ,065

Linear-by-Linear

Association 5,062 1 ,024

N of Valid Cases

34


(3)

Crosstabs

[DataSet1] D:\SKRIPSI TERBARU\data1.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * Tipe

Akar 34 100,0% 0 ,0% 34 100,0%

Jenis Kelamin * Tipe Akar Crosstabulation

Count

Tipe Akar Total

Tipe 1 Tipe 2 Tioe 3 Tipe 1

Jenis Kelamin Laki-Laki 7 6 3 16

Perempuan 12 0 6 18

Total 19 6 9 34

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 8,227(a) 2 ,016

Likelihood Ratio 10,551 2 ,005

Linear-by-Linear

Association ,077 1 ,781

N of Valid Cases

34


(4)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Regio Gigi *

Saluran Akar 34 100,0% 0 ,0% 34 100,0%

Regio Gigi * Saluran Akar Crosstabulation

Saluran Akar Total

Tipe I Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VII Tipe I Regio

Gigi

Kiri Count 3 1 10 0 4 18

% within Regio Gigi 16,7% 5,6% 55,6% ,0% 22,2% 100,0%

Kanan Count 0 0 12 1 3 16

% within Regio Gigi ,0% ,0% 75,0% 6,3% 18,8% 100,0%

Total Count 3 1 22 1 7 34


(5)

Chi-quare Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 5,225(a) 4 ,265

Likelihood Ratio 7,139 4 ,129

Linear-by-Linear

Association ,841 1 ,359

N of Valid Cases

34

a 8 cells (80,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,47.

Crosstabs

[DataSet3] D:\SKRIPSI TERBARU\grfgd.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin *

Tipe Saluran Akar 34 100,0% 0 ,0% 34 100,0%

Jenis Kelamin * Tipe Saluran Akar Crosstabulation

Count

Tipe Saluran Akar Total

Tipe I Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VII

Jenis Kelamin Laki-laki 2 0 11 1 2 16

Perempuan 1 1 11 0 5 18

Total 3 1 22 1 7 34

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3,514(a) 4 ,476

Likelihood Ratio 4,323 4 ,364

Linear-by-Linear

Association ,959 1 ,328

N of Valid Cases

34


(6)

Crosstabs

[DataSet4] D:\SKRIPSI TERBARU\MAxSA.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tipe Akar * Saluran

Akar 34 100,0% 0 ,0% 34 100,0%

Tipe Akar * Saluran Akar Crosstabulation

Count

Saluran Akar Total

Tipe I Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VII Tipe

Akar

Tipe I 3 1 7 1 7 19

Tipe II 0 0 6 0 0 6

Tioe III 0 0 9 0 0 9

Total 3 1 22 1 7 34

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 14,641(a) 8 ,067

Likelihood Ratio 19,141 8 ,014

Linear-by-Linear

Association 1,077 1 ,299

N of Valid Cases

34