Jumlah Akar dan Konfigurasi Saluran Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen di Medan

(1)

JUMLAH AKAR DAN KONFIGURASI SALURAN AKAR

GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN

DI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: MELISSA NIM: 110600096

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2015

Melissa

Jumlah Akar dan Konfigurasi Saluran Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen di Medan

xii + 55 halaman

Gigi molar satu mandibula merupakan gigi yang paling sering mendapatkan perawatan endodonti, namun juga paling sering mengalami kegagalan perawatan dan membutuhkan perawatan ulang. Salah satu penyebab kegagalan ini yaitu adanya saluran akar yang tidak terawat akibat kegagalan klinisi dalam mendeteksi saluran tersebut. Gigi ini memiliki morfologi akar dan saluran akar yang sangat kompleks. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi jumlah akar dan konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen berdasarkan klasifikasi Vertucci pada beberapa populasi di Kota Medan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 25 gigi molar satu mandibula permanen. Sampel dicatat jumlah akarnya, lalu dilakukan proses dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar, kemudian diamati menggunakan stereomikroskop. Hasil penelitian menunjukkan 92% gigi molar satu mandibula permanen memiliki dua akar, 8% memiliki tiga akar. Variasi konfigurasi saluran akar pada akar mesial yaitu 36% tipe II, 36% tipe IV, 16% tipe I, 8% tipe III, dan 4% tipe V, sedangkan pada akar distal yaitu 84% tipe I, 8% tipe V, 4% tipe II dan 4% tipe III. Pada gigi molar satu mandibula yang memiliki tiga akar, akar distolingual seluruhnya (100%) memiliki konfigurasi tipe I. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gigi molar satu mandibula permanen memiliki dua akar dan tiga akar, dengan konfigurasi saluran akar pada akar mesial tipe I, II, III, IV dan V, pada akar distal tipe I, II, III, dan V, pada akar distolingual seluruhnya tipe I, tidak dijumpai konfigurasi tipe VI, VII dan VIII pada seluruh akar.


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 2 Juli 2015

Pembimbing TandaTangan

Yendriwati, drg.,M.Kes ...…………..


(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 2 Juli 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Yendriwati, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Lisna Unita R., drg., M.Kes


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Yendriwati, drg., M.Kes selaku pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan

masukan, bimbingan, arahan yang sangat berguna dalam meningkatkan semangat dan motivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Djohan dan Sie Hwi Kian yang selalu memberikan nasehat, semangat, kesabaran, doa, kasih sayang dan dukungan baik moral maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.. Pada kesempatan ini denggan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., Sp. Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Rehulina Ginting, drg., M.Si., selaku kepala Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Biologi Oral FKG USU. Lisna Unita, drg., M. Kes, Minasari, drg. MM, Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M. Kes., dan Yumi Lindawati, drg., MDSc selaku staf pengajar Departemen Biologi Oral. Ngaisah dan Dani Ilma Suryani selaku staf pegawai yang telah membantu dalam memberikan saran, arahan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Irmansyah, drg., Ph.D (Alm) selaku penasehat akademik yang selama ini telah banyak memberikan nasehat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Maya Fitria, S.K.M., M.Kes yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam rancangan penelitian dan pengolahan data.


(6)

6. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Jessica, Julia, Fellicia, Natalia, Angelia, Beverly yang telah banyak memberikan masukan, nasehat dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Serta teman-teman yang membuat skripsi di Departemen Biologi Oral yaitu Nirosa, Cassie, Elisabeth, Ayu, Bowo, Raeesa, Frischa, Agnes, Ashvinaa dan Steffi yang telah memberikan semangat tiada henti kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 2 Juli 2015 Penulis,

Melissa NIM: 110600096


(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Teoritis... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pembentukan Gigi ... 5

2.1.1 Pembentukan Mahkota ... 5

2.1.2 Pembentukan Akar... 6

2.2 Komponen Sistem Saluran Akar ... 7

2.3 Klasifikasi Bentuk Saluran Akar ... 9

2.3.1 Klasifikasi Weine... 9

2.3.2 Klasifikasi Vertucci ... 10

2.3.3 Klasifikasi Gulabivala ... 11


(8)

2.4.2 Morfologi Eksternal dan Internal Akar... 16

2.4.3 Variasi Morfologi Eksternal dan Internal Akar ... 17

2.5 Metode Mengobservasi Morfologi Internal Akar ... 19

2.5.1 Dekalsifikasi dan Pewarnaan Saluran Akar, Stereomikroskop ... 19

2.5.2 Radiografi Konvensional ... 21

2.5.3 Cone-beam Computed Tomography (CBCT) ... 21

2.6 Landasan Teori ... 23

2.7 Kerangka Konsep... 26

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 27

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.2.1 Tempat Penelitian ... 27

3.2.2 Waktu Penelitian ... 27

3.3 Populasi Penelitian... 27

3.4 Sampel Penelitian ... 27

3.4.1 Besar Sampel ... 28

3.4.2 Kriteria Inklusi ... 28

3.4.3 Kriteria Eksklusi ... 28

3.5 Variabel Penelitian... 29

3.6 Definisi Operasional ... 29

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 31

3.7.1 Alat Penelitian ... 31

3.7.2 Bahan Penelitian ... 31

3.8 Prosedur Penelitian ... 32

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 38

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jumlah Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen ... 39

4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tipe Konfigurasi Saluran Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Berdasarkan Klasifikasi Vertucci ... 40

BAB 5 PEMBAHASAN ... 44

5.1 Variasi Jumlah Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen ... 45

5.2 Variasi Tipe Konfigurasi Saluran Akar Berdasarkan Klasifikasi Vertucci ... 47

5.2.1 Variasi Tipe Konfigurasi Saluran Akar pada Akar Mesial Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Berdasarkan Klasifikasi Vertucci ... 47 5.2.2 Variasi Tipe Konfigurasi Saluran Akar pada Akar Distal Gigi


(9)

Molar Satu Mandibula Permanen Berdasarkan Klasifikasi

Vertucci ... 48

5.2.3 Variasi Tipe Konfigurasi Saluran Akar pada Akar Distolingual Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Berdasarkan Klasifikasi Vertucci ... 49

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Tahap pembentukan gigi: bud (A), cap (B), bell (C), dentinogenesis (D), amelogenesis (E), pembentukan mahkota (F),

pembentukan akar dan erupsi (G), fungsi (H) ... 6

2 HERS (A), pembentukan akar jamak (B) ... 7

3 Komponen sistem saluran akar ... 8

4 Klasifikasi saluran akar menurut Weine ... 10

5 Klasifikasi saluran akar menurut Vertucci ... 11, 42 6 Klasifikasi saluran akar menurut Gulabivala... 12

7 Gigi molar satu mandibula permanen ... 15

8 Gigi molar satu mandibula dengan supernumerari akar ... 17

9 Tampilan saluran akar menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan ... 20

10 Alat CBCT ... 22

11 Tampilan konfigurasi saluran akar dalam gambaran CBCT ... 22

12 Alat dan bahan penelitian (dokumentasi) ... 32

13 Tahap pembersihan gigi (dokumentasi) ... 33

14 Pembuatan outline form dan preparasi gigi (dokumentasi) ... 34


(11)

16 Tahap ekstirpasi pulpa (dokumentasi) ... 35 17 Perendaman sampel dalam HNO3 5% (dokumentasi) ... 36

18 Sampel setelah perendaman dalam larutan metil salisilat

(dokumentasi) ... 37 19 Tahap pengamatan (dokumentasi) ... 38 20 Sampel dengan dua akar dan tiga akar (dokumentasi) ... 40 21 Tipe konfigurasi saluran akar yang ditemukan dalam penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Klasifikasi dan persentase saluran akar gigi permanen rahang

atas oleh Vertucci pada tahun 1984 (%) ... 13 2 Klasifikasi dan persentase saluran akar gigi permanen rahang

bawah oleh Vertucci pada tahun 1984 (%) ... 14 3 Distribusi frekuensi dan persentase jumlah akar gigi molar satu

mandibula permanen... 40 4 Distribusi frekuensi dan persentase tipe konfigurasi saluran

akar gigi molar satu mandibula permanen berdasarkan


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Skema alur pikir 2. Skema alur penelitian 3. Lembar pemeriksaan

4. Data jumlah akar dan konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen

5. Ethical clearance

6. Lembar penjelasan

7. Surat pernyataan persetujuan (informed consent) 8. Surat keterangan penelitian


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2015

Melissa

Jumlah Akar dan Konfigurasi Saluran Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen di Medan

xii + 55 halaman

Gigi molar satu mandibula merupakan gigi yang paling sering mendapatkan perawatan endodonti, namun juga paling sering mengalami kegagalan perawatan dan membutuhkan perawatan ulang. Salah satu penyebab kegagalan ini yaitu adanya saluran akar yang tidak terawat akibat kegagalan klinisi dalam mendeteksi saluran tersebut. Gigi ini memiliki morfologi akar dan saluran akar yang sangat kompleks. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi jumlah akar dan konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen berdasarkan klasifikasi Vertucci pada beberapa populasi di Kota Medan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 25 gigi molar satu mandibula permanen. Sampel dicatat jumlah akarnya, lalu dilakukan proses dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar, kemudian diamati menggunakan stereomikroskop. Hasil penelitian menunjukkan 92% gigi molar satu mandibula permanen memiliki dua akar, 8% memiliki tiga akar. Variasi konfigurasi saluran akar pada akar mesial yaitu 36% tipe II, 36% tipe IV, 16% tipe I, 8% tipe III, dan 4% tipe V, sedangkan pada akar distal yaitu 84% tipe I, 8% tipe V, 4% tipe II dan 4% tipe III. Pada gigi molar satu mandibula yang memiliki tiga akar, akar distolingual seluruhnya (100%) memiliki konfigurasi tipe I. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gigi molar satu mandibula permanen memiliki dua akar dan tiga akar, dengan konfigurasi saluran akar pada akar mesial tipe I, II, III, IV dan V, pada akar distal tipe I, II, III, dan V, pada akar distolingual seluruhnya tipe I, tidak dijumpai konfigurasi tipe VI, VII dan VIII pada seluruh akar.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi molar satu mandibula adalah gigi permanen pertama yang erupsi sekitar usia 6 tahun.1,2 Anatomi gigi berupa pit dan fisur pada permukaan oklusal menyebabkan gigi rentan terhadap karies karena sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.3 Kurangnya pemahaman serta anggapan yang keliru dari orang tua bahwa gigi ini masih akan digantikan menyebabkan mereka lalai untuk merawatnya.2 Gigi ini merupakan gigi yang paling kuat dalam lengkungnya dan mempunyai fungsi untuk menghaluskan makanan. Gigi molar selain memiliki peran dalam mastikasi, juga berfungsi untuk mempertahankan vertikal dimensi dan kontinuitas lengkung rahang, menjaga gigi lainnya untuk tetap berada pada lengkungnya. Kehilangan gigi ini akan menyebabkan pergerakan dan tipping pada gigi di sampingnya.4 Hal ini menyebabkan gigi ini penting untuk dipertahankan, salah satunya yaitu dengan melakukan perawatan saluran akar.1,5,6 Penelitian Ahmed dkk pada tahun 2005 di Pakistan mengenai frekuensi dan distribusi gigi yang telah mendapat perawatan endodonti menunjukkan bahwa gigi molar satu mandibula merupakan gigi yang paling sering mendapatkan perawatan endodonti dengan karies sebagai etiologi utamanya.1

Perawatan endodonti atau perawatan saluran akar adalah prosedur perawatan kimia dan mekanis yang dapat diterima secara biologis pada saluran akar untuk mengeliminasi penyakit pulpa dan periradikular serta untuk meningkatkan penyembuhan dan perbaikan jaringan radikular.7 Dari perspektif biomekanikal, hal ini berarti pembersihan, pembentukan dan desinfeksi yang memungkinkan pengisian saluran akar.5,8

Berdasarkan penelitian Hoen dkk (2002), gigi molar satu merupakan gigi mandibula yang paling sering mengalami kegagalan perawatan endodonti dan membutuhkan perawatan ulang.9 Salah satu penyebab dari kegagalan perawatan


(16)

saluran akar adalah pembuangan jaringan pulpa dan mikroorganisme dari saluran akar yang tidak adekuat.5 Penelitian Khan dkk (2010) di Pakistan pada 75 pasien dengan komplain pasca perawatan endodontik menunjukkan bahwa kegagalan disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab utama kegagalan ini yaitu karena pengisian saluran akar kurang baik (40%), pengisian tidak mencapai apeks (34,7%) dan adanya saluran akar yang tidak terisi (17,3%).10 Penelitian Hoen dkk (2002) di Detroit, Amerika pada 1100 kasus perawatan endodonti yang mengalami kegagalan menunjukkan bahwa 42% penyebab kegagalan adalah adanya saluran akar yang tidak terawat.9 Hal ini disebabkan oleh kegagalan klinisi dalam mendeteksi saluran tersebut.11,12 Oleh karena itu, disamping perlunya penggunaan mikroskop maupun radiografi digital seperti cone-beam computed tomography (CBCT), pengetahuan tentang morfologi akar dan saluran akar merupakan persyaratan penting untuk menunjang keberhasilan perawatan saluran akar.6,11-14

Gigi molar satu mandibula permanen memiliki morfologi akar dan saluran akar yang paling kompleks diantara gigi mandibula.15 Bentuk paling umum dari akar gigi molar satu mandibula adalah gigi ini memiliki dua akar dan tiga saluran akar dengan dua saluran pada akar mesial dan satu saluran pada akar distal.13,15 Akan tetapi, berbagai variasi morfologi internal dan eksternal akar dapat dijumpai pada gigi ini. Hal ini ditunjukkan dengan variasi jumlah akar dan saluran akar serta konfigurasinya. Variasi ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.5 Morfologi saluran akar gigi merupakan morfologi yang sangat kompleks karena pada saluran akar sering terdapat penyempitan, percabangan, dan pembengkokan saluran akar.11-13

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Miloglu dkk (2012) di Turki pada 533 gambar CBCT gigi molar satu mandibula menunjukkan bahwa 97,6% gigi molar satu mandibula memiliki dua akar dan 2,4% memiliki tiga akar. 0,4% memiliki dua saluran akar, 69,9% memiliki tiga saluran akar, 28,7% empat saluran akar dan 1% memiliki lima saluran akar. Morfologi saluran akar berdasarkan klasifikasi Vertucci yang ditemukan pada akar mesial adalah 0,4% tipe I, 32,8% tipe II, 2,3% tipe III, 59,5% tipe IV, 2,4% tipe V, 0,4% tipe VI dan 1,3% tipe VIII. Juga terdapat 0,6% tipe


(17)

II dan 0,4% tipe III berdasarkan klasifikasi Gulabivala, sedangkan pada akar distal, morfologi saluran akar berdasarkan klasifikasi Vertuci yang ditemukan yaitu 74,7% tipe I, 12,3% tipe II, 1,5 % tipe III, 9,7% tipe IV, dan 1,8% tipe V.15

Penelitian Chourasia dkk (2011) di India pada 150 gigi molar satu mandibula menyatakan bahwa 94,6% memiliki dua akar dan 5,3% memiliki tiga akar. 64% memiliki tiga saluran akar, dan 36% memiliki empat saluran akar. Morfologi saluran akar berdasarkan klasifikasi Vertucci yang ditemukan pada akar mesial adalah 36,6% tipe II, 54% tipe IV, 0,6% tipe V, dan 8% tipe VI. Juga terdapat 0,6% tipe IV berdasarkan klasifikasi Gulabivala. Pada akar distal, morfologi saluran akar berdasarkan klasifikasi Vertucci yang ditemukan yaitu 65,3% tipe I, 20,6% tipe II, 1,3% tipe III, 9,3% tipe IV dan 3,3% tipe V.5

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai jumlah akar dan konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen pada beberapa populasi di kota Medan bedasarkan klasifikasi Vertucci. Klasifikasi Vertucci dipilih karena merupakan klasifikasi yang paling umum digunakan dan dianggap sudah cukup lengkap. Jika ditemukan konfigurasi yang tidak terdapat dalam klasifikasi Vertucci, akan digunakan klasifikasi Gulabivala.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Berapakah jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen pada beberapa populasi di kota Medan?

2. Bagaimanakah tipe konfigurasi saluran akar pada akar mesial gigi molar satu mandibula permanen pada beberapa populasi di kota Medan berdasarkan klasifikasi Vertucci?

3. Bagaimanakah tipe konfigurasi saluran akar pada akar distal gigi molar satu mandibula permanen pada beberapa populasi di kota Medan berdasarkan klasifikasi Vertucci?


(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen pada beberapa populasi di kota Medan.

2. Untuk mengetahui tipe konfigurasi saluran akar pada akar mesial gigi molar satu mandibula permanen pada beberapa populasi di kota Medan berdasarkan klasifikasi Vertucci.

3. Untuk mengetahui tipe konfigurasi saluran akar pada akar distal gigi molar satu mandibula permanen pada beberapa populasi di kota Medan berdasarkan klasifikasi Vertucci.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai data dan informasi mengenai jumlah akar dan konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen di Medan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perawatan saluran akar.

2. Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi, khususnya di bidang biologi oral dan ilmu konservasi gigi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi dokter gigi, sebagai informasi mengenai jumlah akar dan konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen dalam mendukung keberhasilan perawatan saluran akar gigi.

2. Bagi peneliti, sebagai data untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai jumlah akar dan konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembentukan Gigi

Gigi-geligi merupakan suatu sistem fungsional efektif yang tersusun atas kelompok gigi dalam jumlah, ukuran dan bentuk yang berbeda. Tiap kelompok gigi memberikan kontribusi dalam melengkapi fungsi untuk meningkatkan efisiensi dari keseluruhan sistem.16 Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral yang terjadi pada minggu ke-6 prenatal. Lamina dental berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi ke dalam jaringan mesenkim di sekitar maksila dan mandibula yang kemudian akan membentuk benih gigi.17

2.1.1 Pembentukan Mahkota

Benih gigi selanjutnya mengalami tiga tahap perkembangan. Setiap tahap ditetapkan berdasarkan bentuk dari epitel organ enamel. Tahap pertama adalah tahap bud (Gambar 1A). Pada tahap ini terjadi perkembangan sel epitel yang dikelilingi oleh sel mesenkim. Secara bertahap sel epitel yang berbentuk bulat ini membesar hingga memperoleh bentuk permukaan cekung yang merupakan pertanda dimulainya tahap perkembangan selanjutnya, yaitu tahap cap (Gambar 1B). Pada tahap ini, sel epitel berkembang menjadi organ enamel dan melekat pada lamina. Sel mesenkim berkembang menjadi papila dental yang selanjutnya akan menjadi pulpa. Jaringan yang mengelilingi kedua struktur ini disebut folikel dental. Folikel dental nantinya akan berkembang menjadi sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar.17

Selanjutnya, gigi memasuki tahap morfodiferensiasi dan histodiferensiasi yang disebut tahap bell (Gambar 1C). Pada tahap ini sel pada organ enamel telah berdiferensiasi menjadi sel epitel enamel luar yang mengelilingi organ enamel dan sel epitel enamel dalam yang akan berkembang menjadi ameloblas. Pada tahap ini juga terjadi dentinogenesis dan amelogenesis sehingga terbentuk mahkota (Gambar 1 D, E, F).17


(20)

Gambar 1. Tahap pembentukan gigi: bud (A), cap (B), bell (C), dentinogenesis (D), amelogenesis (E), pembentukan mahkota (F), pembentukan akar dan erupsi (G), fungsi (H)17

2.1.2 Pembentukan Akar

Pembentukan akar gigi dimulai setelah pembentukan enamel selesai.11 Epitelium enamel dalam dan luar pada bagian distal lengkung servikal bergabung membentuk selubung akar yang dikenal sebagai Hertwig’s epithelial root sheath (HERS). Sel pada lapisan dalam HERS yang berasal dari epitel enamel dalam menginduksi odontoblas pada papila dental untuk berdiferensiasi dan membentuk dentin. Seiring proses dentinogenesis, akar memanjang dan gigi mulai erupsi hingga berfungsi dalam rongga mulut (Gambar 1 G, H). HERS menentukan ukuran dan


(21)

bentuk akar gigi, apakah menjadi lebar atau sempit, lurus atau melengkung, panjang atau pendek dan tunggal atau jamak. Sel pada lapisan luar HERS berperan dalam deposisi sementum intermediate, yaitu selapis tipis sementum aseluler yang menutupi ujung tubulus dentin dan permukaan akar (Gambar 2).11,17,18

Akar dari gigi yang berakar jamak berkembang dengan cara yang sama dengan gigi berakar tunggal hingga mencapai daerah furkasi. Pembagian dari akar terjadi karena diferensiasi selubung akar pada root trunk. Sel pada diafragma epitel tumbuh berlebihan pada dua atau lebih area hingga menyentuh perpanjangan epitel yang berlawanan. Perpanjangan ini kemudian bersatu dan rongga yang awalnya satu terbagi menjadi dua atau tiga rongga. Diafragma epitel yang mengelilingi rongga ini melanjutkan pertumbuhan seperti halnya pada gigi berakar satu sehingga terbentuklah akar jamak (Gambar 2). 11,17,18

A B

Gambar 2. HERS (A), pembentukan akar jamak (B)17

2.2 Komponen Sistem Saluran Akar

Seluruh ruang dalam dentin dimana pulpa berada disebut sistem saluran akar. Bentuk sistem ini dipengaruhi oleh bentuk eksternal gigi. Namun beberapa faktor seperti proses penuaan fisiologis, patosis dan oklusi berpotensi merubah dimensi sistem saluran akar melalui produksi dentin sekunder dan tersier, serta sementum. Sistem saluran akar dibagi menjadi dua bagian, yaitu kamar pulpa yang terletak dalam mahkota gigi, dan pulpa atau saluran akar yang berada dalam akar gigi. Komponen lain dari sistem saluran akar yaitu tanduk pulpa, kanal aksesori, kanal


(22)

lateral, kanal furkasi, orifisi, koneksi antar kanal (isthmus), delta apikal dan foramen apikal (Gambar 3).11,12

Gambar 3. Komponen sistem saluran akar11

Saluran akar dimulai dari orifisi yang umumnya berada setentang atau sedikit ke apikal dari garis servikal dan berakhir pada foramen apikal. Dalam melakukan perawatan saluran akar, dokter gigi harus mampu menemukan seluruh orifisi untuk mencegah adanya saluran akar yang tidak terawat. Dalam mengidentifikasi jumlah serta letak dari orifisi saluran akar, terdapat sembilan hukum yang dapat dijadikan pedoman, yaitu:11

1. Hukum sentralitas: Lantai kamar pulpa selalu berada pada bagian tengah gigi, setentang dengan cemento-enamel junction (CEJ).

2. Hukum konsentritas: Dinding kamar pulpa selalu terpusat pada permukaan eksternal gigi setentang CEJ, karena itu, anatomi permukaan eksternal akar mencerminkan anatomi kamar pulpa.

3. Hukum CEJ: Jarak dari permukaan eksternal mahkota ke dinding kamar pulpa adalah sama disekeliling gigi setentang CEJ, menjadikan CEJ sebagai patokan dalam menentukan posisi kamar pulpa.


(23)

4. Hukum simetris 1 : Kecuali gigi molar maksila, orifisi saluran akar memiliki jarak yang sama dari garis yang ditarik dari arah mesial-distal melalui bagian tengah lantai kamar pulpa.

5. Hukum simetris 2 : Kecuali gigi molar maksila, orifisi dari saluran akar terletak pada garis yang tegak lurus dengan garis yang ditarik dari arah mesial-distal sepanjang bagian tengah dari lantai kamar pulpa.

6. Hukum perubahan warna: Lantai kamar pulpa selalu berwarna lebih gelap dibanding dinding kamar pulpa.

7. Hukum lokasi orifisi 1: Orifisi dari saluran akar selalu terletak pada pertemuan antara dinding dan lantai kamar pulpa.

8. Hukum lokasi orifisi 2: Orifisi dari saluran akar terletak pada sudut yang dibentuk pada pertemuan antara dinding dan lantai kamar pulpa.

9. Hukum lokasi orifisi 3: Orifisi dari saluran akar terletak pada terminus dari developmental fusion line akar.

Dalam sebagian besar kasus, jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah akar, namun akar berbentuk oval dapat memiliki lebih dari satu saluran akar.11,12 Morfologi ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.5

2.3 Klasifikasi Bentuk Saluran Akar

Morfologi saluran akar adalah morfologi yang sangat kompleks dan sangat bervariasi. Saluran akar dapat bercabang, terbagi dan bergabung kembali. Ada beberapa klasifikasi saluran akar, seperti klasifikasi Weine, Vertucci, Gulabivala, Kartal dan Yanikoglu, Sert dan Bayirli, dan lain-lain 11-13 Klasifikasi- klasifikasi ini melihat bentuk saluran akar per akar.15 Dari beberapa klasifikasi tersebut, klasifikasi Vertucci merupakan klasifikasi yang umum digunakan dalam penelitian.5,8,15

2.3.1 Klasifikasi Wein

Pada tahun 1969, Weine dkk membuat sistem klasifikasi pertama dari satu akar yang memiliki lebih dari satu saluran dengan menggunakan akar mesiobukal gigi


(24)

molar satu maksila.13 Weine mengkategorikan sistem saluran akar dalam empat tipe seperti terlihat pada Gambar 4. 19,20

i. Tipe I: Satu saluran mulai dari kamar pulpa hingga ke apeks (1).

ii. Tipe II: Dua saluran yang terpisah dari kamar pulpa dan bersatu pada apeks (2-1).

iii. Tipe III: Dua saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (2). iv. Tipe IV: Satu saluran mulai dari kamar pulpa dan terpisah pada apeks (1-2).

Gambar 4. Klasifikasi saluran akar menurut Weine20

2.3.1 Klasifikasi Vertucci

Vertucci (1984) dengan menggunakan gigi yang dijernihkan dan dilakukan pewarnaan pada saluran akar mengidentifikasi delapan tipe konfigurasi saluran akar (Gambar 5): 11-13

i. Tipe I: Saluran tunggal yang membentang dari kamar pulpa hingga ke apeks (1). ii. Tipe II: Dua saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa tetapi bersatu

membentuk satu saluran menuju apeks (2-1).

iii. Tipe III: Satu saluran mulai dari kamar pulpa kemudian bercabang dua dan bersatu kembali menuju apeks (1-2-1)


(25)

v. Tipe V: Satu saluran yang keluar dari kamar pulpa namun berpisah menjadi dua saluran dengan foramen apikal yang berbeda (1-2)

vi. Tipe VI: Dua saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa kemudian bersatu di tengah dan berpisah kembali menuju apeks dengan foramen apikal yang berbeda (2-1-2)

vii. Tipe VII: Satu saluran akar yang meninggalkan kamar pulpa, berpisah dan bersatu dan kemudian berpisah kembali menjadi dua bagian pada apeks (1-2-1-2). viii. Tipe VIII: Tiga saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks

(3)

Gambar 5. Klasifikasi saluran akar menurut Vertucci11

2.3.2 Klasifikasi Gulabivala

Pada tahun 2001, Gulabivala melakukan penelitian terhadap gigi molar mandibula dan mengungkapkan tujuh konfigurasi tambahan yang tidak terdapat dalam klasifikasi Vertucci (Gambar 6):11,12

i. Tipe I : Tiga saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa kemudian bersatu membentuk satu saluran pada apeks (3-1).


(26)

ii. Tipe II : Tiga saluran yang terpisah dari kamar pulpa kemudian bergabung membentuk dua saluran pada apeks (3-2).

iii. Tipe III : Dua saluran yang terpisah dari kamar pulpa kemudian berpisah membentuk tiga saluran pada apeks (2-3).

iv. Tipe IV : Dua saluran yang terpisah dari kamar pulpa, bersatu pada bagian tengah akar, kemudian berpisah dan bersatu kembali membentuk satu saluran pada apeks (2-1-2-1).

v. Tipe V : Empat saluran yang terpisah dari kamar pulpa dan bersatu membentuk dua saluran pada apeks (4-2).

vi. Tipe VI : Empat saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (4).

vii. Tipe VII : Lima saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa tetapi bersatu membentuk empat saluran yang berbeda pada apeks (5-4).

Gambar 6. Klasifikasi saluran akar menurut Gulabivala11

Salah satu penelitian mengenai variasi saluran akar yang dilakukan oleh Vertucci pada tahun 1984 ditunjukkan pada Tabel 1 dan 2.11,12


(27)

Tabel 1. Klasifikasi dan persentase saluran akar gigi permanen rahang atas oleh Vertucci pada tahun 1984 (%)11,12 Gigi Jumlah

Gigi Tipe I (1) Tipe II (2-1) Tipe III (1-2-1) Jumlah Saluran dengan Satu Saluran pada Apeks Tipe IV (2) Tipe V (1-2) Tipe VI (2-1-2) Tipe VII (1-2-1-2) Jumlah Saluran dengan Dua Saluran pada Apeks Tipe VIII (3) Jumlah Saluran dengan Tiga Saluran pada Apeks Insisivus sentralis

100 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0

Insisivus lateralis

100 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0

Kaninus 100 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0

Premolar satu

400 8 18 0 26 62 7 0 0 69 5 5

Premolar dua

200 48 22 5 75 11 6 5 2 24 1 1

Molar satu

Mesiobukal 100 45 37 0 82 18 0 0 0 18 0 0

Distobukal 100 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0

Palatal 100 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0

Molar dua

Mesiobukal 100 71 17 0 88 12 0 0 0 12 0 0

Distobukal 100 100 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0


(28)

Tabel 2. Klasifikasi dan persentase saluran akar gigi permanen rahang bawah oleh Vertucci pada tahun 1984 (%)11,12 Gigi Jumlah

Gigi Tipe I (1) Tipe II (2-1) Tipe III (1-2-1) Jumlah Saluran dengan Satu Saluran pada Apeks Tipe IV (2) Tipe V (1-2) Tipe VI (2-1-2) Tipe VII (1-2-1-2) Jumlah Saluran dengan Dua Saluran pada Apeks Tipe VIII (3) Jumlah Saluran dengan Tiga Saluran pada Apeks Insisivus sentralis

100 70 5 22 97 3 0 0 0 3 0 0

Insisivus lateralis

100 75 5 18 98 2 0 0 0 2 0 0

Kaninus 100 78 14 2 94 6 0 0 0 6 0 0

Premolar satu

400 70 0 4 74 1,5 24 0 0 25,5 0,5 0,5

Premolar dua

400 97,5 0 0 97,5 0 2,5 0 0 2,5 0 0

Molar satu

Mesial 100 12 28 0 40 43 8 10 0 59 1 1

Distal 100 70 15 0 85 5 8 2 0 15 0 0

Molar dua

Mesial 100 27 38 0 65 26 9 0 0 35 0 0


(29)

2.4 Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Gigi molar satu mandibula adalah gigi permanen pertama yang erupsi sekitar usia 6 tahun.1,2 Anatomi gigi berupa pit dan fisur pada permukaan oklusal menyebabkan gigi rentan terhadap karies karena sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.3 Kurangnya pemahaman serta anggapan yang keliru dari orang tua bahwa gigi ini masih akan digantikan menyebabkan mereka lalai untuk merawatnya.2 Gigi ini merupakan gigi yang paling kuat dalam lengkungnya dan mempunyai fungsi mastikasi, mempertahankan vertikal dimensi dan kontinuitas lengkung rahang, menjaga gigi lainnya untuk tetap berada pada lengkungnya. Kehilangan gigi ini akan menyebabkan pergerakan dan tipping pada gigi di sampingnya.4 Hal ini menyebabkan gigi ini menjadi gigi yang paling sering membutuhkan perawatan endodonti untuk mempertahankannya.1,5,6 Gigi ini memiliki rata-rata panjang keseluruhan 21,5 mm dengan rata-rata panjang mahkota sebesar 7,5 mm dan rata-rata panjang akar 14mm.13

Gambar 7. Gigi molar satu mandibula permanen21

2.4.1 Morfologi Eksternal dan Internal Mahkota

Mahkota gigi molar satu mandibula permanen ketika dilihat dari pandangan oklusal memiliki outline pentagonal dengan ukuran mesiodistal lebih lebar dari bukolingual. Permukaan oklusal terbagi atas bagian bukal dan lingual oleh fisur oklusal mesiodistal yang berasal dari fosa sentral dalam. Sisi bukal oklusal memiliki tiga cusp: mesiobukal, distobukal dan distal. Setiap cusp dipisahkan oleh groove yang


(30)

bersatu dengan fisur mesiodistal. Sisi lingual memiliki dua cusp: mesiolingual dan distolingual. Fisur yang memisahkan cusp lingual bersatu dengan fisur mesiodistal pada daerah fosa sentral. Cusp lingual cenderung lebih besar dan runcing. Puncak cusp bukal mengarah ke lingual, membulat dan lebih rendah dari puncak cusp lingual. Cusp terkecil adalah cusp distal, yang sedikit berada pada permukaan bukal. Ciri ini, dan pola lima cusp, diistilahkan dengan pola Dryopithecus. Karena menghasilkan pola fisur berbentuk Y dan lima cusp, pola Dryopithecus terkadang disebut sebagai pola Y5.22,23

Dari pandangan bukal, terlihat bahwa cusp distal memiliki ukuran paling kecil diantara cusp lainnya.23 Fisur yang memisahkan cusp mesiobukal dan distobukal berakhir pada pertengahan permukaan bukal pada pit bukal. Permukaan bukal berbentuk konveks terutama pada daerah sepertiga servikal mahkota.22,23 Konveksitas ini dihubungkan dengan karakteristik cusp bukal yang memiliki inklinasi ke arah lingual.23

Dari aspek lingual, meskipun kedua cusp memiliki ukuran yang hampir sama, cusp mesiolingual terlihat sedikit lebih besar. Fisur antara kedua cusp lingual berasal dari fosa sentral pada permukaan oklusal, namun tidak meluas secara signifikan menurun ke permukaan lingual. Permukaan lingual berbentuk konveks pada oklusal dan sepertiga tengah namun datar atau konkaf pada servikalnya.23

Bentuk kamar pulpa mengikuti bentuk permukaan eksternal mahkota.18 Pada gigi molar satu mandibula permanen, kamar memiliki lima tanduk pulpa dengan tanduk pulpa lingual yang lebih tinggi dan meruncing. Ukuran mesiodistal kamar pulpa lebih lebar dari ukuran bukolingual. Lantai kamar pulpa berada tepat atau sedikit di bawah tepi servikal.23

2.4.2 Morfologi Eksternal dan Internal Akar

Gigi molar satu mandibula permanen umumnya memiliki dua akar yaitu akar mesial dan distal yang terpisah cukup lebar dengan adanya furkasi seperti terlihat pada Gambar 7. Kedua akar berbentuk pipih dengan lebar bukolingual yang lebih luas dibanding mesiodistal dan membengkok ke arah distal.13 Akar mesial berbentuk


(31)

konkaf pada permukaan mesial dan distalnya serta menyudut sedikit ke mesial sebelum akhirnya membengkok ke distal pada pertengahan akar dan biasanya memiliki groove yang dalam.13,22 Akar distal umumnya lebih ovoid dalam potongan cross-sectional.13

Morfologi internal gigi molar satu mandibula permanen umumnya memiliki dua saluran akar pada akar mesial dan satu saluran akar pada akar distal. Pada gigi molar satu mandibula yang memiliki dua akar, 95,8% memiliki dua saluran akar. Saluran akar mesial dapat memiliki satu foramen apikal atau menjadi dua saluran dengan foramen apikal yang berbeda. Akar distal umumnya memiliki satu saluran akar, namun saluran dapat berpisah menjadi dua saluran pada sepertiga apikal akar.13

Pada gigi molar satu mandibula dengan tiga akar, akar mesial memiliki dua saluran akar dengan 93,1% memiliki satu foramen apikal. Sedangkan akar distobukal 97,6% memiliki satu saluran akar dan akar distolingual yang merupakan akar ketiga memiliki satu saluran akar.13

2.4.3 Variasi Morfologi Eksternal dan Internal Akar

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menilai karakteristik anatomi gigi molar satu mandibula. Variasi yang paling umum dijumpai berupa adanya saluran akar tambahan pada satu atau lebih akar. Juga terdapat laporan adanya supernumerari akar (Gambar 8), foramen apikal multipel, koneksi antar kanal (isthmus), kanal lateral, taurodontism dan saluran akar berbentuk C.5,13


(32)

Miloglu dkk melakukan penelitian terhadap 533 gigi molar satu mandibula permanen pada gambaran CBCT dalam populasi di Turki pada tahun 2012 dan menemukan bahwa 97,6% gigi molar satu mandibula memiliki dua akar dan 2,4% memiliki tiga akar. 0,4% memiliki dua saluran akar, 69,9% memiliki tiga saluran akar, 28,7% empat saluran akar dan 1% memiliki lima saluran akar. Morfologi saluran akar berdasarkan klasifikasi Vertucci yang ditemukan pada akar mesial adalah 0,4% tipe I, 32,8% tipe II, 2,3% tipe III, 59,5% tipe IV, 2,4% tipe V, 0,4% tipe VI dan 1,3% tipe VIII. Juga terdapat 0,6% tipe II dan 0,4% tipe III berdasarkan klasifikasi Gulabivala. Pada akar distal, morfologi saluran akar berdasarkan klasifikasi Vertuci yang ditemukan yaitu 74,7% tipe I, 12,3% tipe II, 1,5 % tipe III, 9,7% tipe IV, dan 1,8% tipe V.15

Chourasia dkk (2011) mengumpulkan 150 gigi molar satu mandibula permanen dalam populasi india dan melaporkan bahwa 94,6% gigi memiliki dua akar, 5,3% memiliki akar distal tambahan. 64% memiliki tiga saluran akar dan 36% memiliki empat saluran akar. Morfologi saluran akar berdasarkan klasifikasi Vertucci yang ditemukan pada akar mesial adalah 36,6% tipe II, 54% tipe IV, 0,6% tipe V, dan 8% tipe VI. Juga terdapat 0,6% tipe IV berdasarkan klasifikasi Gulabivala. Pada akar distal, morfologi saluran akar berdasarkan klasifikasi Vertucci yang ditemukan yaitu 65,3% tipe I, 20,6% tipe II, 1,3% tipe III, 9,3% tipe IV dan 3,3% tipe V.5

Penelitian tentang morfologi saluran akar juga telah dilakukan oleh Ahmed dengan menggunakan 100 gigi molar satu mandibula permanen yang dikumpulkan dalam populasi Sudan. Ahmed menemukan bahwa 3% gigi molar satu mandibula permanen memiliki satu akar dengan bentuk konikal, 68% memiliki dua akar terpisah yang keduanya berbentuk pipih, 26% memiliki dua akar terpisah dengan akar mesial yang pipih dan akar distal yang berbentuk konikal. Hanya 3% gigi yang memiliki tiga akar dengan akar tambahan pada aspek lingual akar distal. Sebagian besar akar mesial (86%) memiliki dua saluran akar sedangkan 59% akar distal memiliki dua saluran akar. Konfigurasi akar yang paling umum ditemukan adalah Vertucci tipe IV (73%), dan tipe II (14%).24


(33)

2.5 Metode untuk Mengobservasi Morfologi Internal Akar

Banyak metode yang dapat digunakan untuk melihat dan mempelajari morfologi internal akar. Metode laboratorium meliputi dekalsifikasi dan injeksi menggunakan tinta India, tinta Cina, pewarnaan hematoxylin, akses endodontik in vitro dengan radiografi dan instrumen atau hanya dengan instrumen, perawatan saluran akar in vitro, radiografi in vitro, pemeriksaan makroskopi in vitro, pemeriksaan lantai pulpa menggunakan scanning electron microscope, dan pemotongan.8,13

Metode klinis meliputi evaluasi pembukaan akses selama perawatan endodontik menggunakan pembesaran atau surgical operating microscope, evaluasi retrospektif gigi yang telah mendapat perawatan endodontik dari rekam medik pasien, pemeriksaan radiografi in vitro, cone-beam computed tomography (CBCT). 8,13

2.5.1 Dekalsifikasi dan Pewarnaan Saluran Akar, Stereomikroskop Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar merupakan metode in vitro utama dan memiliki nilai yang cukup besar dalam mempelajari morfologi saluran akar.8,24,25 Teknik ini dianggap sebagai metode gold standard dalam mempelajari anatomi saluran akar.26 Tidak seperti gambar radiografi, teknik ini dapat memberikan tampilan tiga dimensi rongga pulpa sehingga memungkinkan untuk memberikan tampilan detil, akurat dan menyeluruh dari ruang pulpa dan saluran akar (Gambar 9).24-27 Teknik ini tidak memerlukan akses ke dalam saluran menggunakan instrumen sehingga bentuk dan hubungan saluran akar dapat terjaga. Teknik ini juga sederhana dan tidak mahal untuk pemeriksaan sistem saluran akar in vitro.28 Silin (2013) melakukan penelitian yang membandingkan metode ini dengan CT tiga dimensi dan mengungkapkan bahwa analisis sediaan transparan memberikan gambaran anatomi saluran akar yang sangat jelas dan lebih baik daripada CT tiga dimensi.29


(34)

Gambar 9. Tampilan saluran akar menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan12

Setelah permukaan gigi dibersihkan dan dilakukan pembukaan atap pulpa, gigi direndam dalam larutan sodium hipoklorit untuk menghilangkan debris organik dan sisa pulpa. Tahap pertama metode ini yaitu mendemineralisasi komponen anorganik gigi dengan menggunakan larutan demineralisasi seperti asam nitrat, asam etilen diamin tetra, asam hidroklorik, urea, chelating agent dan electrophoretic decalcification. Dari berbagai larutan demineralisasi tersebut, asam nitrat merupakan larutan yang paling baik digunakan karena tidak menyebabkan kerusakan yang berlebihan pada jaringan gigi. Setelah dilakukan proses demineralisasi, tahap kedua adalah melakukan proses dehidrasi menggunakan alkohol. Tahap ketiga adalah tahap clearing, yaitu dengan merendam gigi pada larutan yang dapat menaikkan indeks refraktif gigi sehingga gigi akan menjadi transparan. Ada berbagai macam larutan yang dapat digunakan untuk menaikkan indeks refraktif gigi diantaranya metil salisilat, kloroform, benzena, xylene, toluena, karbon tetraklorid, cedar wood oil dan silicon 710. Dari beberapa larutan tersebut, metil salisilat merupakan larutan yang paling baik digunakan karena tidak berbahaya dan harganya relatif lebih murah


(35)

dibandingkan larutan lain. Tahap terakhir dari metode ini adalah melakukan pewarnaan pada saluran akar gigi dengan menyuntikkan tinta kedalam saluran akar. Selanjutnya gigi direndam kembali dalam larutan metil salisilat hingga dilakukan pengamatan.28,30 Untuk melihat morfologi saluran akar dengan lebih akurat, gigi yang sudah menjadi transparan dapat dilihat dengan menggunakan stereomikroskop.30

Stereomikroskop pada dasarnya merupakan dua buah mikroskop yang berfokus pada satu objek.31 Mikroskop ini menyediakan tampilan objek dengan cara yang mirip dengan mata manusia.32 Oleh karena memiliki dua jalur cahaya yang independen untuk masing-masing mata, mikroskop ini memberikan gambaran tiga dimensi dari objek.31 Stereomikroskop memiliki pembesaran lemah, yaitu 0,7 hingga 40 kali pembesaran sehingga memberikan tampilan lapangan pandang yang luas dan dalam.31,32

2.5.2 Radiografi konvensional

Radiografi konvensional adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengobservasi bentuk saluran akar dan dapat digunakan baik secara in vitro maupun in vivo. Radiografi merupakan alat yang paling umum dan mudah digunakan. Namun radiografi konvensional hanya menampilkan gambaran dua dimensi sehingga tidak selalu menampilkan jumlah dan bentuk saluran akar dengan tepat.15,30 Penelitian menunjukkan bahwa radiografi tidak dapat diandalkan dalam mendeteksi saluran akar ganda, saluran akar lateral dan letak foramen apikal.25,27

2.5.3 Cone-beam Computed Tomography (CBCT)

Cone-beam computed tomography (CBCT) juga dikenal dengan istilah cone-beam volumetric tomography (CBVT). CBCT merupakan variasi dari CT tradisional dan mulai digunakan dalam dunia kedokteran gigi sejak tahun 1998. Umumnya alat ini memiliki bentuk yang serupa dengan alat radiografi panoramik dental, dimana pasien berdiri atau duduk saat sinar yang diarahkan pada area target dengan sensor penangkap berada pada sisi yang berlawanan berputar mengelilingi pasien. (Gambar 10). Informasi yang didapatkan selanjutnya direkonstruksi dan diinterpretasi secara


(36)

digital sehingga menjadi gambaran tiga dimensi yang dapat diiris dalam beragam bidang seperti aksial, sagital dan koronal.11 Keunggulan utama dari gambaran CBCT adalah teknik ini merupakan teknik non destruktif dan dapat digunakan di dalam klinik. CBCT memiliki pencitraan tiga dimensi sehingga memberikan gambaran yang lebih detail dan akurat dibanding radiografi konvensional. CBCT juga memiliki kemampuan untuk mengambil gambaran jaringan lunak dan keras dalam satu pindaian.33 Penelitian Neelakantan di India melaporkan bahwa CBCT cukup akurat dalam hal mengidentifikasi sistem saluran akar (Gambar 11).26 Tidak hanya untuk mengobservasi saluran akar, alat ini juga dapat digunakan untuk pemeriksaan jaringan periodontal, lesi periapikal dan trauma dentoalveolar.34

Gambar 10. Alat CBCT11


(37)

2.6 Landasan Teori

Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi ke dalam jaringan mesenkim di sekitar maksila dan mandibula yang kemudian akan membentuk benih gigi. Benih gigi selanjutnya akan melalui tahap perkembangan yang disebut tahap bud, cap,dan bell sehingga terbentuk mahkota gigi.17

Setelah pembentukan enamel selesai, pembentukan akar dimulai. Epitelium enamel dalam dan luar pada bagian distal lengkung servikal bergabung membentuk Hertwig’s epithelial root sheath (HERS). HERS menentukan ukuran dan bentuk akar gigi.11,17,18

Seluruh ruang dalam dentin dimana pulpa berada disebut sistem saluran akar. Sistem saluran akar dibagi menjadi dua bagian, yaitu kamar pulpa yang terletak dalam mahkota gigi, dan pulpa atau saluran akar yang berada dalam akar gigi. Komponen lain dari sistem saluran akar yaitu tanduk pulpa, kanal aksesori, kanal lateral, kanal furkasi, orifisi, koneksi antar kanal (isthmus), delta apikal dan foramen apikal. Saluran akar dimulai dari orifisi yang umumnya berada setentang atau sedikit ke apikal dari garis servikal dan berakhir pada foramen apikal. Dalam sebagian besar kasus, jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah akar, namun akar berbentuk oval dapat memiliki lebih dari satu saluran akar.11,12 Morfologi ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.5

Morfologi saluran akar adalah morfologi yang sangat kompleks dan sangat bervariasi. Saluran akar dapat bercabang, terbagi dan bergabung kembali. 11-13 Vertucci dengan menggunakan gigi yang dijernihkan dan dilakukan pewarnaan pada saluran akar mengidentifikasi delapan tipe konfigurasi saluran akar.Tipe I: saluran tunggal yang membentang dari kamar pulpa hingga ke apeks (1), tipe II: dua saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa tetapi bersatu membentuk satu saluran menuju apeks (2-1), tipe III: satu saluran mulai dari kamar pulpa kemudian bercabang dua dan bersatu kembali menuju apeks (1-2-1), tipe IV: dua saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (2), tipe V: satu saluran yang keluar dari kamar pulpa


(38)

VI: dua saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa kemudian bersatu di tengah dan berpisah kembali menuju apeks dengan foramen apikal yang berbeda (2-1-2), tipe VII: satu saluran akar yang meninggalkan kamar pulpa, berpisah dan bersatu dan kemudian berpisah kembali menjadi dua bagian pada apeks (1-2-1-2), dan tipe VIII: tiga saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (3).11-13

Gulabivala (2001) melakukan penelitian terhadap gigi molar mandibula dan mengungkapkan tujuh konfigurasi tambahan.Tipe I: tiga saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa kemudian bersatu membentuk satu saluran pada apeks (3-1), tipe II: tiga saluran yang terpisah dari kamar pulpa kemudian bergabung membentuk dua saluran pada apeks (3-2), tipe III: dua saluran yang terpisah dari kamar pulpa kemudian berpisah membentuk tiga saluran pada apeks (2-3), tipe IV: dua saluran yang terpisah dari kamar pulpa, bersatu pada bagian tengah akar, kemudian berpisah dan bersatu kembali membentuk satu saluran pada apeks (2-1-2-1), tipe V: empat saluran yang terpisah dari kamar pulpa dan bersatu membentuk dua saluran pada apeks (4-2), tipe VI: empat saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (4), tipe VII: lima saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa tetapi bersatu membentuk empat saluran yang berbeda pada apeks (5-4).11-12

Banyak metode yang dapat digunakan untuk melihat dan mempelajari morfologi internal akar, salah satunya adalah dengan menggunakanteknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar. Teknik ini merupakan metode in vitro utama dan memiliki nilai yang cukup besar dalam mempelajari morfologi saluran akar.8,24,25 Teknik ini juga dilaporkan dapat memberikan gambaran anatomi saluran akar yang sangat jelas dan lebih baik daripada CT tiga dimensi.29 Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan ini merupakan suatu teknik yang menjadikan gigi transparan dengan menggunakan proses fisika dan kimia dengan langkah menghilangkan debris organik, mendemineralisasi komponen anorganik gigi, dehidrasi dan menaikkan indeks refraktif gigi sehingga gigi akan menjadi transparan.28,30


(39)

Kerangka Teori

 Tipe I (3-1)

 Tipe II (3-2)

 Tipe III (2-3)

 Tipe IV (2-1-2-1)

 Tipe V (4-2)

 Tipe VI (4)

 Tipe VII (5-4) Klasifikasi Gulabivala Klasifikasi Vertucci

Jamak Tunggal

Klasifikasi Tipe Saluran Akar Jumlah Akar Gigi

Internal Eksternal

Morfologi Akar Gigi HERS Pembentukan Akar Tahap Bell Tahap Cap Tahap Bud Pembentukan Mahkota Benih Gigi Lamina Dental

 Sel epitel  organ enamel

 Sel mesenkim  papila dental  pulpa

 Organ enamel epitel enamel luar epitel enamel dalam

ameloblas  enamel

 papila dental  odontoblas  dentin Genetik dan lingkungan

 Tipe I (1)

 Tipe II (2-1)

 Tipe III (1-2-1)

 Tipe IV (2)

 Tipe V (1-2)

 Tipe VI (2-1-2)


(40)

2.7 Kerangka Konsep

Klasifikasi Vertucci (1974)

 Tipe I (1)

 Tipe II (2-1)

 Tipe III (1-2-1)

 Tipe IV (2)

 Tipe V (1-2)

 Tipe VI (2-1-2)

 Tipe VII (1-2-1-2)

 Tipe VIII (3) Akar Distal Akar Mesial

Dekalsifikasi dan Pewarnaan Saluran Akar

Ekstirpasi Pulpa Pencarian Orifisi Gigi

Preparasi Gigi Jumlah Akar Gigi

Morfologi Internal Morfologi Eksternal

Morfologi Akar Gigi Molar Satu Mandibula


(41)

BAB 3 METODOLOGI

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional.Penelitian ini diarahkan untuk melihat distribusi presentase jumlah akar dan konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen pada beberapa populasi di kota Medan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi USU dan Laboratorium Ilmu Dasar Biologi USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2015 sampai bulan Mei 2015 yang mencakup pengumpulan sampel, penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan hasil penelitian.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula permanen yang telah diekstraksi.

3.4 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula permanen yang sudah diekstraksi dan diperoleh dari beberapa tempat praktek dokter gigi dan puskesmas di Medan. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian


(42)

ini adalah consecutive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria pemilihan hingga jumlah sampel terpenuhi.

3.4.1 Besar Sampel

Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan banyaknya sampel pada penelitian ini adalah:24,36

n = jumlah sampel minimal

 = level of significant, penelitian ini menggunakan  = 5% sehingga = 1,96

P = Proporsi penelitian sebelumnya (86% = 0,86) Q = 1-P (1-0,86 = 0,14)

d = presisi absolut (15%)

Maka, banyak sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

20,55 21

Jadi banyaknya sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 21 gigi.

3.4.2 Kriteria Inklusi

Gigi molar satu mandibula permanen dengan akar sudah terbentuk sempurna.

3.4.3 Kriteria Eksklusi: 1. Gigi pasca perawatan endodonti


(43)

2. Gigi dengan karies mencapai pulpa

3. Gigi yang telah direstorasi crown dan onlay 4. Gigi dengan resorbsi akar eksternal

5. Gigi dengan fraktur akar 6. Gigi dengan akar dilaserasi 7. Gigi dengan atrisi parah

3.5 Variabel Penelitian

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Gigi molar satu mandibula adalah gigi yang pada anatomi normal terletak pada urutan ke enam dihitung dari garis tengah wajah pada rahang bawah baik kiri maupun

Variabel Terikat

 Jumlah akar gigi

 Konfigurasi saluran akar pada akar mesial

 Konfigurasi saluran akar pada akar distal

Variabel Bebas

 Gigi molar satu mandibula permanen

Variabel Terkendali

 Prosedur persiapan

 Prosedur preparasi

 Prosedur pencarian orifisi gigi

 Prosedur ekstirpasi

 Prosedur dekalsifikasi dan pewarnaan

 Keterampilan operator

Variabel Tidak Terkendali

 Genetik / ras

 Lingkungan

 Usia

 Jenis kelamin

 Gizi / nutrisi

 Pola makan


(44)

kanan, memiliki lima cusp yaitu cusp mesiobukal, mesiolingual, distolingual, distobukal dan distal.

2. Jumlah akar gigi adalah banyaknya akar yang terlihat dengan pemeriksaan visual pada morfologi eksternal gigi setelah gigi dibersihkan.

3. Konfigurasi saluran akar adalah bentuk saluran akar utama yang terlihat mulai dari kamar pulpa hingga apeks dan dilihat per akar. Pengamatan dilakukan menggunakan stereomikroskop setelah gigi dijadikan transparan dan diklasifikasikan menurut Vertucci (1984):

a. Tipe I: Saluran tunggal mulai dari kamar pulpa hingga ke apeks (1)

b. Tipe II: Dua saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa tetapi bersatu membentuk satu saluran menuju apeks (2-1)

c. Tipe III: Satu saluran mulai dari kamar pulpa kemudian bercabang dua dan bersatu kembali menuju apeks (1-2-1)

d. Tipe IV: Dua saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (2) e. Tipe V: Satu saluran yang keluar dari kamar pulpa namun berpisah menjadi dua saluran dengan foramen apikal yang berbeda (1-2)

f. Tipe VI: Dua saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa kemudian bersatu di tengah dan berpisah kembali menuju apeks dengan foramen apikal yang berbeda (2-1-2)

g. Tipe VII: Satu saluran akar yang meninggalkan kamar pulpa, berpisah dan bersatu dan kemudian berpisah kembali menjadi dua bagian pada apeks (1-2-1-2) h. Tipe VIII: Tiga saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (3)

4. Akar sudah terbentuk sempurna adalah suatu kondisi yang ditandai dengan mengecilnya diameter foramen apikal hingga foramen apikal memiliki diameter 0,3-0,6 mm.17

5. Karies pulpa adalah karies yang sudah mencapai pulpa

6. Resorpsi akar eksternal adalah hilangnya (lisis) bagian akar gigi seperti sementum dan dentin pada bagian eksternal akibat proses patologis.


(45)

7. Gigi dengan fraktur akar adalah suatu kondisi dimana akar gigi retak atau patah. Keretakan akar dapat diamati dengan melihat dibawah sinar light cure.

8. Dilaserasi adalah pembengkokan akar yang berlebihan atau kompleks.18

9. Atrisi parah adalah A3 menurut Gustafson, yaitu atrisi yang sudah mencapai pulpa.37

10. Kanal aksesori adalah kanal halus yang meluas dalam arah horizontal, vertikal atau lateral dari pulpa ke periodonsium.

11. Stereomikroskop adalah mikroskop yang digunakan untuk melihat benda dengan ukuran yang relatif besar dengan perbesaran hingga empat puluh kali dan menampilkan benda yang diamati secara tiga dimensi sehingga memungkinkan dilakukan pengamatan yang lebih detail.31,32

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat Penelitian

a. Bur bulat b. Bur fisur

c. Bur gates glidden d. Pus-pus

e. Eksplorer endodonti f. Masker

g. Sarung tangan h. Pinset

i. Barbed broach (IMD, Amerika) j. Mikromotor(Strong, Korea)

k. Scaller elektrik (Woodpecker, China) l. Spuit 1,5 cc

m. Wadah perendaman n. Stereomikroskop


(46)

3.7.2 Bahan Penelitian

a. Gigi molar satu mandibula permanen sesuai kriteria inklusi dan eksklusi b. Larutan saline (NaCl) 0,9%

c. Natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% d. Asam nitrat (HNO3) 5%

e. Alkohol (C2H5OH) 70%, 96%, absolut

f. Methyl salisilat (C8H8O3)

g. Tinta printer h. Kertas tisu

Gambar 12. Alat dan bahan penelitian (dokumentasi)

3.8 Prosedur Penelitian

Setelah semua gigi molar satu mandibula permanen terkumpul, sampel dimasukkan ke dalam wadah perendaman dan diberi label, kemudian dilakukan prosedur penelitian dengan tahap sebagai berikut:

I. Tahap pembersihan gigi

 Sampel direndam dengan larutan saline (NaCl) 0,9%.

 Scalling sampel dengan scaller elektrik untuk membersihkan kalkulus dan sisa jaringan lunak yang menempel pada sampel, cuci dengan air.

 Rendam seluruh permukaan sampel dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% selama 1 jam untuk membersihkan sampel dari debris.


(47)

Gambar 13. Tahap pembersihan gigi (dokumentasi)

II. Tahap pemeriksaan visual

 Dilakukan pemeriksaan morfologi eksternal gigi secara visual dan pencatatan jumlah akar gigi.

III. Tahap preparasi

 Buat outline form.

 Buka atap pulpa sampel dengan menggunakan bur bulat. Bur bulat diletakkan di titik awal pembukaan akses dan diarahkan tegak lurus dengan permukaan oklusal. Dilakukan pengeburan sampai menembus atap pulpa.

 Buang seluruh atap pulpa menggunakan bur fisur dengan sudut penetrasi diarahkan pada orifisi distal. Preparasi dilakukan sampai batas dinding kamar pulpa. Berdasarkan hukum konsentritas, dinding kamar pulpa selalu terpusat pada permukaan eksternal gigi setentang CEJ. Karena itu, anatomi permukaan eksternal akar mencerminkan anatomi kamar pulpa.


(48)

Gambar 14. Pembuatan outline form dan preparasi gigi (dokumentasi)

IV. Tahap pencarian orifisi gigi

 Irigasi kamar pulpa dengan larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% untuk membersihkan debris yang tersisa, keringkan dengan pus-pus.

 Lakukan pencarian orifisi menggunakan eksplorer endodonti berdasarkan pedoman hukum orifisi.

 Jika terjadi kalsifikasi dapat digunakan gates glidden bur.

Gambar 15. Pencarian orifisi gigi dengan eksplorer endodonti (dokumentasi)

V. Tahap ekstirpasi

 Ekstirpasi pulpa dengan menggunakan barbed broach nomor 15.


(49)

Gambar 16. Tahap Ekstirpasi pulpa (dokumentasi)

VI. Tahap dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar

 Rendam seluruh permukaan gigi dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% selama 24 jam untuk melarutkan sisa-sisa jaringan pulpa dan debris yang terdapat pada saluran akar. Perendaman dimulai pukul 09.00 WIB hari pertama hingga pukul 09.00 WIB hari kedua.

 Sampel dicuci dengan air mengalir selama 2 jam (pukul 09.00-11.00 hari kedua) untuk melarutkan sisa larutan natrium hipoklorit (NaOCl) kemudian keringkan dengan tisu.

 Sampel didekalsifikasi dengan cara merendam seluruh permukaan gigi dengan asam nitrat (HNO3) 5% selama 4 hari pada suhu ruangan, setiap 24 jam larutan asam

nitrat 5% diganti dengan larutan yang baru. Perendaman mulai dilakukan pada pukul 12.00 WIB dan penggantian larutan asam nitrat 5% dilakukan setiap hari pada pukul 12.00 WIB hingga hari keenam.


(50)

Gambar 17. Perendaman sampel dalam HNO3 5% (dokumentasi)

 Gigi dicuci dengan air mengalir selama 4 jam (pukul 12.00-16.00 WIB hari keenam) untuk membersihkan asam nitrat kemudian dikeringkan dengan tisu.

 Gigi didehidrasi dengan cara merendam seluruh permukaan gigi dalam alkohol (C2H5OH) 70% selama 12 jam kemudian rendam kembali pada alkohol 96% selama

12 jam dan terakhir merendamnya pada alkohol absolut (99%) selama 12 jam. Perendaman pada alkohol 70% dilakukan pada pukul 17.00 WIB hari keenam, alkohol 96% pada pukul 05.00 WIB hari ketujuh dan alkohol absolut pada pukul 17.00 WIB hari ketujuh. Hal ini dilakukan untuk menarik kandungan air, lemak dan udara yang terdapat pada gigi. Proses dehidrasi ini dilakukan secara bertahap mulai dari alkohol berkonsentrasi rendah hingga tinggi bertujuan agar tidak terjadi penyusutan yang terlalu besar pada gigi.

 Rendam seluruh permukaan gigi pada larutan metil salisilat (C8H8O3) selama 2

jam hingga gigi menjadi transparan karena metil salisilat ini akan menaikkan indeks refraktif gigi. Perendaman pada larutan metil salisilat ini dilakukan mulai pukul 17.00-19.00 WIB hari ketujuh.


(51)

Gambar 18. Sampel setelah perendaman dalam larutan metil salisilat (dokumentasi)

 Suntikkan tinta printer ke dalam saluran akar melalui orifisi menggunakan spuit. Tinta ini akan mewarnai saluran akar sehingga saluran akar akan mempunyai warna yang berbeda dengan jaringan disekitarnya sehingga dapat terlihat bentuk dan jumlah saluran akar pada gigi. Tinta yang berlebihan pada permukaan akar dibersihkan dengan menggunakan kasa yang telah direndam dalam alkohol absolut.

VII. Tahap pengamatan

 Amati konfigurasi saluran akar dengan menggunakan stereomikroskop.


(52)

Gambar 19. Tahap pengamatan (dokumentasi)

3.9 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara komputerisasi. Pelaporan data penelitian adalah dengan memaparkan hasil pengamatan jumlah akar dan saluran akar gigi molar satu mandibula permanen dalam bentuk persentase dan tabel.


(53)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula permanen yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah sampel sebanyak 25 gigi yang terdiri dari 9 gigi molar satu mandibula permanen kiri dan 16 gigi molar satu mandibula permanen kanan. Sampel merupakan gigi molar satu mandibula permanen yang telah dicabut, tanpa informasi umur, jenis kelamin, dan suku karena sampel diperoleh berdasarkan gigi yang telah terkumpul di beberapa puskesmas dan praktek dokter gigi di Kota Medan tanpa pencatatan informasi sebelumnya. Sampel dikumpulkan selama 4 bulan yaitu mulai bulan Desember 2014 hingga bulan Maret 2015.

4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jumlah Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen yang ditemukan pada penelitian ini yaitu dua akar dan tiga akar (Gambar 20). Tabel 3 menunjukkan distribusi frekuensi jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen yang digunakan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, dari 9 sampel gigi molar satu mandibula permanen kiri, seluruhnya memiliki dua akar, yaitu akar mesial dan akar distal. Dari 16 sampel gigi molar satu mandibula permanen kanan terdapat 14 sampel dengan dua akar, yaitu akar mesial dan akar distal, dan 2 sampel dengan tiga akar, yaitu akar mesial, akar distal dan satu akar tambahan yang terletak di daerah distolingual.


(54)

2 Akar 3 Akar Gambar 20. Sampel dengan dua akar dan

tiga akar (dokumentasi)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen

Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Jumlah Akar Total (%) 2 (%) 3 (%)

Kiri 9

(36)

0 (0)

9 (36)

Kanan 14

(56)

2 (8)

16 (64)

Total 23

(92)

2 (8)

25 (100)

4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tipe Konfigurasi Saluran Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Berdasarkan Klasifikasi Vertucci

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, tipe konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen ditemukan pada sampel penelitian ini yaitu tipe I, II, III, IV, dan V (Gambar 21). Tipe konfigurasi ditentukan berdasarkan klasifikasi Vertucci (Gambar 5) dan dilihat pada masing-masing akar, yaitu akar mesial, akar distal dan akar distolingual.


(55)

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Gambar 21. Tipe konfigurasi saluran akar yang ditemukan dalam penelitian

(dokumentasi)

Tabel 4 dan Grafik 1 menunjukkan distribusi frekuensi dan persentase tipe konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen berdasarkan klasifikasi Vertucci. Pada akar mesial, ditemukan gigi molar satu mandibula permanen yang memiliki konfigurasi saluran akar tipe I sebanyak 4 akar (16%), tipe II sebanyak 9 akar (36%), tipe III sebanyak 2 akar (8%), tipe IV sebanyak 9 akar (36%), dan tipe V sebanyak 1 akar (4%). Tidak ditemukan konfigurasi saluran akar tipe VI, VII dan VIII pada akar mesial.

Pada akar distal, ditemukan gigi molar satu mandibula permanen yang memiliki konfigurasi saluran akar tipe I sebanyak 21 akar (84%), tipe II sebanyak 1 akar (4%), tipe III sebayak 1 akar (4%), dan tipe V sebanyak 2 akar (8%). Tidak ditemukan konfigurasi saluran akar tipe IV, VI, VII dan VIII pada akar distal.

Pada sampel yang memiliki tiga akar, dari dua sampel, konfigurasi saluran akar yang ditemukan pada akar distolingual yaitu seluruhnya (100%) tipe I.


(56)

Gambar 5. Klasifikasi saluran akar menurut Vertucci11

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase tipe konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen berdasarkan klasifikasi Vertucci

Akar

(Jumlah Akar)

Tipe Konfigurasi Saluran Akar pada Akar Mesial Berdasarkan Klasifikasi Vertucci

Total (%) Tipe I 1 (%) Tipe II 2-1 (%) Tipe III 1-2-1 (%) Tipe IV 2 (%) Tipe V 1-2 (%) Tipe VI 2-1-2 (%) Tipe VII 1-2-1-2 (%) Tipe VIII 3 (%)

Mesial (25) 4

(16) 9 (36) 2 (8) 9 (36) 1 (4) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 25 (100)

Distal (25) 21

(84) 1 (4) 1 (4) 0 (0) 2 (8) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 25 (100) Distolingual (2) 2

(100) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 2 (100)


(57)

Grafik 1. Distribusi frekuensi tipe konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen berdasarkan klasifikasi Vertucci


(58)

BAB 5 PEMBAHASAN

Gigi molar satu mandibula merupakan gigi yang paling sering mendapatkan perawatan endodonti dengan karies sebagai etiologi utamanya.1 Namun gigi ini juga merupakan gigi mandibula yang paling sering mengalami kegagalan perawatan endodonti dan membutuhkan perawatan ulang. Salah satu penyebab kegagalan ini yaitu karena adanya saluran akar yang tidak terawat.9 Hal ini disebabkan oleh kegagalan klinisi dalam mendeteksi saluran tersebut.11,12 Oleh karena itu, pengetahuan tentang morfologi akar dan saluran akar merupakan persyaratan penting untuk menunjang keberhasilan perawatan saluran akar.6,11-14

Gigi molar satu mandibula permanen memiliki morfologi akar dan saluran akar yang paling kompleks diantara gigi mandibula.15 Bentuk paling umum dari akar gigi molar satu mandibula adalah gigi ini memiliki dua akar dan tiga saluran akar dengan dua saluran pada akar mesial dan satu saluran pada akar distal.13,15 Akan tetapi, berbagai variasi morfologi internal dan eksternal akar dapat dijumpai pada gigi ini. Hal ini ditunjukkan dengan variasi jumlah akar dan saluran akar serta konfigurasinya.5

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi persentase jumlah akar dan tipe konfigurasi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen berdasarkan klasifikasi Vertucci. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 gigi molar satu mandibula permanen yang telah diekstraksi dan dikumpulkan dari beberapa praktek dokter gigi dan puskesmas pada beberapa populasi di Kota Medan. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan teknik consecutive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria pemilihan hingga jumlah sampel terpenuhi.

Pengumpulan sampel dilakukan selama 4 bulan yaitu mulai bulan Desember 2014 hingga bulan Maret 2015. Adapun yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: gigi molar satu mandibula permanen dengan akar sudah terbentuk sempurna. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: gigi pasca


(59)

perawatan endodonti, gigi dengan karies mencapai pulpa, gigi yang telah direstorasi crown dan onlay, gigi dengan resorbsi akar eksternal, gigi dengan fraktur akar, gigi dengan akar dilaserasi, dan gigi dengan atrisi parah.

Pengambilan data jumlah akar pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan visual terhadap semua sampel yang telah dibersihkan. Pengambilan data tipe konfigurasi saluran akar dilakukan dengan melakukan observasi menggunakan stereomikroskop setelah sebelumnya gigi dijadikan transparan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar kemudian diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Vertucci.

5.1 Variasi Jumlah Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Hasil pengamatan terhadap jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen ditunjukkan pada Tabel 3. Dari tabel diketahui bahwa pada gigi molar satu mandibula permanen, 92% memiliki dua akar. Penelitian yang dilakukan oleh Miloglu dkk (2012) di Turki pada 533 gambar CBCT gigi molar satu mandibula menunjukkan bahwa 97,6% gigi molar satu mandibula memiliki dua akar.15 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chourasia, dkk (2011) di India pada 150 gigi molar satu mandibula permanen menemukan bahwa 94,6% memiliki dua akar.5 Penelitian Ahmed HA, dkk (2007) di Sudan pada 100 gigi molar satu mandibula permanen menemukan bahwa 94% memiliki dua akar.24

Hasil pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang yang telah dipaparkan di atas, dimana pada umumnya (lebih dari 90%) gigi molar satu mandibula permanen memiliki dua akar, yaitu akar mesial dan akar distal.

Pada penelitian ini, ditemukan 8% gigi molar satu mandibula yang memiliki tiga akar. Penelitian yang dilakukan oleh Miloglu dkk (2012) di Turki pada 533 gambar CBCT gigi molar satu mandibula menunjukkan bahwa 2,4% memiliki tiga akar.15 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chourasia, dkk (2011) di India pada 150 gigi molar satu mandibula permanen menemukan bahwa 5,3% memiliki tiga akar.5 Penelitian Ahmed HA, dkk (2007) di Sudan pada 100 gigi molar satu mandibula permanen menemukan bahwa 3% memiliki tiga akar.24


(60)

Pada gigi molar satu mandibula permanen yang memiliki tiga akar, akar tambahan terletak pada daerah distolingual. Akar tambahan ini diturunkan secara genetis, bukan developmental atau hal-hal yang terjadi selama masa pertumbuhan.38 Lebih tingginya persentase gigi molar satu mandibula permanen yang memiliki tiga akar pada penelitian ini dibanding tiga penelitian yang telah dipaparkan di atas dapat disebabkan oleh adanya perbedaan ras populasi sampel yang diteliti. Pablo, dkk (2010) menyatakan bahwa insidensi gigi molar satu mandibula yang memiliki tiga akar sangat dipengaruhi oleh ras. Insidensi gigi molar satu mandibula dengan tiga akar pada populasi Mongoloid ketika dibandingkan dengan Kaukasoid dan Amerika Afrika memiliki perbandingan 3:1. Pada populasi Mongoloid, penduduk asli Amerika, Eskimo dan Cina, adanya akar ketiga dapat dianggap sebagai variasi anatomi yang normal karena memiliki insidensi lebih dari 20%, sedangkan pada populasi Afrika Amerika dan Kaukasia, insidensi akar ketiga hanya terdapat kurang dari 5%.8,13 Blumenfeld (2011) menyatakan bahwa adanya akar tambahan pada gigi molar satu mandibula merupakan ciri khas dari ras mongoloid.39

Akar gigi memiliki fungsi untuk mendukung dan menstabilisasi gigi ketika mendapat tekanan mastikasi.40 Oleh karena itu, bentuk dari akar dipengaruhi oleh keseluruhan bentuk gigi beserta fungsinya. Gigi molar memiliki akar jamak dan mengembang untuk menstabilisasi gigi terhadap tekanan pengunyahan yang besar dari fungsi menggiling dan menghaluskan makanan.21 Akar jamak dapat terjadi akibat adanya diferensiasi selubung akar pada root trunk. Sel pada diafragma epitel tumbuh berlebihan pada dua atau lebih area hingga menyentuh perpanjangan epitel yang berlawanan. Perpanjangan ini kemudian bersatu dan rongga yang awalnya satu terbagi menjadi dua atau tiga rongga. Diafragma epitel yang mengelilingi rongga ini melanjutkan pertumbuhan seperti halnya pada gigi berakar satu sehingga terbentuklah akar jamak.11,17,18

Adanya akar ketiga pada gigi molar satu mandibula memiliki konsekuensi penting dalam perawatan saluran akar. Preparasi akses yang umumnya berbentuk triangular harus diperluas ke arah distolingual menjadi rektangular untuk mengidentifikasi saluran akar tambahan. Hal ini juga berarti terdapat satu saluran


(61)

tambahan yang harus dilakukan perawatan. Selain berpengaruh dalam perawatan saluran akar, akar tambahan ini dapat menjadi faktor kontribusi destruksi periodontal lokalisata dan rentan fraktur saat dilakukan ekstraksi.15

5.2 Variasi Tipe Konfigurasi Saluran Akar Berdasarkan Klasifikasi Vertucci

Vertucci (1984) dengan menggunakan gigi yang dijernihkan dan dilakukan pewarnaan pada saluran akar mengidentifikasi delapan tipe konfigurasi saluran akar:

11-13

i. Tipe I: Saluran tunggal yang membentang dari kamar pulpa hingga ke apeks (1). ii. Tipe II: Dua saluran akar yang terpisah dari kamar pulpa tetapi bersatu membentuk satu saluran menuju apeks (2-1).

iii. Tipe III: Satu saluran mulai dari kamar pulpa kemudian bercabang dua dan bersatu kembali menuju apeks (1-2-1)

iv. Tipe IV: Dua saluran yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (2) v. Tipe V: Satu saluran yang keluar dari kamar pulpa namun berpisah menjadi dua saluran dengan foramen apikal yang berbeda (1-2)

vi. Tipe VI: Dua saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa kemudian bersatu di tengah dan berpisah kembali menuju apeks dengan foramen apikal yang berbeda (2-1-2)

vii. Tipe VII: Satu saluran akar yang meninggalkan kamar pulpa, berpisah dan bersatu dan kemudian berpisah kembali menjadi dua bagian pada apeks (1-2-1-2). viii.Tipe VIII: Tiga saluran akar yang terpisah mulai dari kamar pulpa hingga apeks (3)

5.2.1 Variasi Tipe Konfigurasi Saluran Akar pada Akar Mesial Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Berdasarkan Klasifikasi Vertucci

Pada penelitian ini (Tabel 4) dapat dilihat bahwa tipe konfigurasi saluran akar pada akar mesial berdasarkan klasifikasi Vertucci dengan frekuensi tertinggi adalah


(62)

tipe II dan tipe IV (36% pada masing-masing tipe), diikuti oleh tipe I (16%), tipe III (8%), dan tipe V (4%).

Penelitian yang dilakukan oleh Miloglu, dkk (2012) di Turki terhadap 533 gigi molar satu mandibula permanen menggunakan CBCT menemukan bahwa tipe IV merupakan tipe konfigurasi tertinggi (59,5%) pada akar mesial, diikuti oleh tipe II (32,8%), tipe V (2,4%), tipe III (2,3%), tipe VIII (1,3%), tipe I (0,4%) dan VI (0,4%).15 Penelitian yang dilakukan oleh Chourasia, dkk (2011) di India terhadap 150 gigi molar satu mandibula permanen dengan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar menemukan bahwa tipe konfigurasi saluran akar pada akar mesial dengan frekuensi tertinggi adalah tipe IV (54%), diikuti oleh tipe II (36,6%), tipe VI (8%) dan tipe V(0,6%).5 Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed HA, dkk (2007) di Sudan terhadap 100 gigi molar satu mandibular permanen dengan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar menemukan bahwa tipe konfigurasi saluran akar pada akar mesial dengan frekuensi tertinggi adalah tipe IV (73%), kemudian tipe II (14%), tipe I (3%), tipe VIII (2%), tipe III (1%), tipe V (1%), dan tipe VII (1%).24

Hasil penelitian ini sesuai dengan tiga penelitian yang telah dipaparkan di atas, dimana tipe konfigurasi saluran akar dengan frekuensi tertinggi adalah tipe IV dan II. Namun pada penelitian ini tidak ditemukan tipe VI, VII dan VIII. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah sampel yang kurang akibat keterbatasan waktu untuk mendapatkan sampel, juga kurang tersedianya sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga tidak semua tipe konfigurasi bisa didapatkan.

5.2.2 Variasi Tipe Konfigurasi Saluran Akar pada Akar Distal Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Berdasarkan Klasifikasi Vertucci

Hasil pengamatan terhadap akar distal gigi molar satu mandibula permanen ditunjukkan oleh Tabel 4. Tipe konfigurasi saluran akar pada akar distal berdasarkan klasifikasi Vertucci dengan frekuensi tertinggi adalah tipe I (84%), diikuti oleh tipe V (8%), kemudian tipe II dan tipe III (masing- masing 4%).


(63)

Penelitian yang dilakukan oleh Miloglu, dkk (2012) di Turki terhadap 533 gigi molar satu mandibula permanen menggunakan CBCT menemukan bahwa tipe I merupakan tipe konfigurasi tertinggi (74,7%) pada akar distal, diikuti oleh tipe II (12,3%), tipe IV (9,7%), tipe V (1,8%), dan tipe III (1,5%).15 Penelitian yang dilakukan oleh Chourasia, dkk (2011) di India terhadap 150 gigi molar satu mandibula permanen dengan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar menemukan bahwa tipe konfigurasi saluran akar dengan frekuensi tertinggi pada akar distal adalah tipe I (65,3%), diikuti oleh tipe II (20,6%), tipe IV (9,3%), tipe V(3,3%) dan tipe III (1,3%).5 Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed HA, dkk (2007) di Sudan terhadap 100 gigi molar satu mandibular permanen dengan menggunakan teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar juga menemukan bahwa tipe konfigurasi saluran akar pada akar distal dengan frekuensi tertinggi adalah tipe I (38%), kemudian tipe II (28%), tipe IV (22%), tipe VI (6%), tipe VIII (3%), dan tipe V (1%).24

Hasil penelitian ini sesuai dengan tiga penelitian yang telah dipaparkan di atas, dimana tipe konfigurasi saluran akar pada akar distal yang paling banyak dijumpai yaitu tipe I, sedangkan tipe lainnya bervariasi. Morfologi eksternal akar distal lebih membulat dibanding akar mesial sehingga kecil kemungkinannya untuk mengakomodasi dua saluran akar yang terpisah.5

Pada penelitian ini tidak ditemukan konfigurasi tipe IV, VI, VII dan VIII seperti yang ditemukan pada penelitian lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah sampel yang kurang akibat keterbatasan waktu untuk mendapatkan sampel, juga kurang tersedianya sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga tidak semua tipe konfigurasi bisa didapatkan.

5.2.3 Variasi Tipe Konfigurasi Saluran Akar pada Akar Distolingual Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Berdasarkan Klasifikasi Vertucci

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, tipe konfigurasi saluran akar pada akar distolingual gigi molar satu mandibula permanen pada sampel yang memiliki tiga akar, seluruhnya merupakan tipe I berdasarkan klasifikasi Vertucci. Hal


(64)

ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Chourasia, dkk (2011) di India dan Miloglu, dkk (2012) di Turki dimana keduanya mendapatkan bahwa pada akar distolingual, seluruhnya memiliki konfigurasi Tipe I.5,15

Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar merupakan metode gold standard dalam mempelajari anatomi saluran akar.26 Tidak seperti gambar radiografi, teknik ini dapat memberikan tampilan tiga dimensi rongga pulpa sehingga memungkinkan untuk memberikan tampilan detil, akurat dan menyeluruh dari ruang pulpa dan saluran akar .24-27 Teknik ini tidak memerlukan akses ke dalam saluran menggunakan instrumen sehingga bentuk dan hubungan saluran akar dapat terjaga. Teknik ini juga sederhana dan tidak mahal untuk pemeriksaan sistem saluran akar in vitro.28 Namun pada penelitian ini baru dapat dilihat tipe konfigurasi saluran akar berdasarkan klasifikasi Vertucci karena penetrasi tinta yang kurang baik. Oleh sebab itu, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan metode dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar yang dimodifikasi dengan memberikan tekanan negatif pada apikal gigi menggunakan sistem vacuum suction sehingga anatomi lain seperti delta apikal, isthmus, kanal lateral dan kanal furkasi dapat terlihat dengan jelas.5,24

Teknik dekalsifikasi dan pewarnaan saluran akar yang digunakan pada penelitian ini hanya dapat dilakukan secara in vitro. Hal ini menyebabkan keterbatasan jumlah dan data sampel. Seiring dengan perkembangan teknologi, banyak metode yang dapat digunakan untuk mengamati akar dan saluran akar gigi secara in vivo. Salah satunya adalah dengan menggunakan radiografi digital seperti cone-beam computed tomography (CBCT). CBCT memiliki pencitraan tiga dimensi sehingga memungkinkan visualisasi anatomi eksternal dan internal gigi dengan akurat. Dengan melakukan penelitian secara in vivo, diharapkan bisa didapat jumlah dan data sampel yang memadai.


(1)

21. Kanan 3 4 IV I I

22. Kanan 2 4 II I


(2)

24. Kiri 2 4 IV I


(3)

(4)

Lampiran 6

LEMBAR PENJELASAN

Kepada Yth: Saudara/i

...

Bersama ini, saya Melissa (umur 22 tahun), yang sedang menjalani program pendidikan sarjana pada Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, memohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi memberikan sampel untuk penelitian saya yang berjudul:

JUMLAH AKAR DAN KONFIGURASI SALURAN AKAR GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah akar dan tipe bentuk saluran akar pada gigi geraham satu pada rahang bawah.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dimana sampel gigi yang telah terkumpul akan dilakukan penjernihan dan pewarnaan saluran akar untuk mengobservasi bentuk saluran akarnya.

Jika Saudara/i mengerti isi lembar penjelasan ini dan bersedia untuk memberikan gigi sebagai sampel penelitian saya, maka mohon kiranya Saudara/i untuk mengisi dan menandatangani surat persetujuan memberikan sampel penelitian yang terlampir pada lembar ini. Jika selama penelitian terdapat keluhan, silahkan diinformasikan kepada peneliti atau bisa menghubungi saya di 085668375191.

Demikian lembar penjelasan ini saya buat, semoga keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, ... 2015


(5)

Lampiran 7

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : Jenis Kelamin : L / P Alamat : Instansi :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta memberikan gigi sebagai sampel dalam penelitian atas nama Melissa yang berjudul ―Jumlah Akar dan Konfigurasi Saluran Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen‖ dan menyatakan tidak keberatan maupun

melakukan tuntutan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2015 Pembuat Pernyataan

(...) Tanda tangan dan nama jelas


(6)