Golongan Merdeka Tatanan Sosial

A. Sistem Bahasa

Bahasa yang sering dipakai oleh suku dayak dalam kehidupan sehari-hari dibagi 2, yaitu : 1. Bahasa Pengantar Seperti pada umumnya bagian negara Indonesia yang merdeka lainnya, masyarakat Kalimantan Tengah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia telah digunakan untuk sebagai bahasa pengantar di Pemerintahan dan pendidikan. 2. Bahasa sehari-hari Keberagaman etnis dan suku bangsa menyebabkan Bahsa Indonesia dipengaruhi oleh berbagai dialeg. Namun kebanyakan bahasa daerah ini hanya digunakan dalam lingkungan keluarga dan tempat tinggal, tidak digunakan secara resmi sebagai bahasa pengantar di pemerintahan maupun pendidikan. Sebagian besar suku Kalimantan Tengah terdiri dari suku bangsa Dayak. Suku bangsa dayak sendiri terdiri atas beberapa sub-suku bangsa. Bahasa Dayak Ngaju adalah bahasa dayak yang paling luas digunakan di Kalimantan Tengah, terutama didaerah sungai Kahayan dan Kapuas, bahasa Dayak Ngaju juga terbagi lagi dalam berbagai dialeg seperti seperti bahasa Dayak Katingan dan Rungan. Selain itu bahasa bahasa Ma’anyan dan Ot’danum juga banyak digunakan. Bahasa Ma’anyan banyak digunakan didaerah aliran sungai Barito dan sekitarnya sedangkan bahasa Ot’danum banyak digunakan oleh suku dayak Ot’danum di hulu sungai Kahayan dan Bahasa Barito timur bagian Tengah-Selatan.

B. Tatanan Sosial

Secara umum,stratifikasi masyarakat tradisional dayak di kalimantan barat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan merdeka dan golongan budak. Dalam konsep masyarakat dayak tradisional di kenal bermacam-macam istilah lokal, seperti utus, jalahan, bumuh, baboh, dan ungkup. Secara umum, masyarakat tradisional dayak terbagi atas dua golongan besar,yaitu golongan merdeka dan budak.Namun demikian secara umum,terdapat golongan yang tidak dilihat dari sisi tinggi rendahnya keturunan,tetapi pada fungsi sosialnya,seperti golongan balian imam.

1. Golongan Merdeka

o Utus gatung atau utus tatau Golongan ini dipandang sebagai golongan bangsawan tinggi,kaya,dan sempurna. Mereka dianggap sebagai pewaris keturunan orang besar dan keturunan langsung keilahian, terutama tampak dari kekayaan yang mereka miliki. Pada golongan ini terkumpul segala simbol kebesaran dan keilahian,seperti tombak, gong, bejanatempayan suci, dan sebagainya. Dari kalangan ini pula di pilihnya kepala adat dan pemimpin masyarakat. Utus gantung juga dianggap sebagai anak matahari dan manusia tinggang sebagai identifikasi dari mahatara. o Utus rendah atau utus pehe-belum Golongan ini meskipun masuk dalam golongan merdeka,mereka masih dibedakan dalam kedudukan sosial ekonominya.mereka dianggap berasal dari keilahian secara tidak langsung.penama an utus ini dalam bahasa dayak mengandung nilai sosila, meskipun mereka tidak banyak memiliki kekayaan harta pusaka suci yang menghubungkan dengan keilahian. Mereka hanya memiliki harta pusaka yang nilainya rendah.dari golongan ini bermula munculnya para balian dan basir imam.mereka juga dinamakan anak bulan dan manusia tambon yang dididentifikasikan dengan bawin jata. 2. Golongan Budak Sebenarnya kelas budak ini tidak ada.kelas ini baru muncul semenjak terjadi perkembangan masyarakat itu sendiri.menurut cerita lokal dayak, golongan tersebut muncul terkait dengan cerita religius mereka. Konon, manusia diturunkan dari alam atas ke bumi dan golongan budak ini harus turun dengan susah payah,melalui tiang kayu yang menghubungkan dunia.sedangkan golongan merdeka turun dengan menggunakan bahama hitam dan bahama bulau lengkap dengan peralatannya. o Rewar adalah budak yang secara turun-temurun adalah kepunyaan tuannya.Menurut adat,golongan rewar adalah mereka yang muncul akibat hukuman terhadap pelanggaran-pelanggaran adat yang berat dan kalah perang. o Djipen adalah budak akibat utang.djipen akan kembali bebas setelah ia dapat membayar utangnya dan akan dikembalikan segala hak dan kewajibannya sebagai seorang merdeka. Orang dayak percaya bahwa budak memang dilahirkan sebagai pailenge kaki-tangan tuannya.oleh karena itu semasa hidupnya sampai kealam baka,ia harus memanggil pemiliknya dg sebutan tempongku,sangiangku tuanku.meraka juga tidak boleh dilarang mendirikan rumah di dalam kampung melainkan di daerah perbatasan kampung atau di dalam hutan sekitar kampung.

C. Mata pencaharian