Kerangka Pemikiran Penelitian Terdahulu

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dibuat kerangka pemikiran seperti pada gambar 1 di bawah ini. Keterangan : : diteliti Gambar 1. Kerangka berfikir tingkat penerapan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu SL-PHT pada budidaya kakao. Tingkat Penerapan SL-PHT Petani 1. Test Ballot Box 2. Analisa Agro ekosistem 1. Benih 2. Herbisida 3. Pemangkasan Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan PPL Pada SL- PHT Kompetensi Penyuluh Karakteristik kelompok tani binaan Jarak wilayah kerja penyuluh Kedekatan penyuluh dengan petani

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir penelitian, maka disusun beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Ada hubungan nyata antara kompetensi penyuluh dengan peranan Penyuluh Pertanian Lapangan PPL Pada SL-PHT Kakao. 2. Ada hubungan nyata antara karakteristik kelompok tani binaan dengan peranan Penyuluh Pertanian Lapangan PPL Pada SL-PHT Kakao. 3. Ada hubungan nyata antara jarak wilayah kerja penyuluh dengan peranan Penyuluh Pertanian Lapangan PPL Pada SL-PHT Kakao. 4. Ada hubungan nyata antara kedekatan penyuluh dengan petani dengan peranan Penyuluh Pertanian Lapangan PPL Pada SL-PHT Kakao. 5. Ada hubungan nyata antara peranan Penyuluh Pertanian Lapangan PPL Pada SLPHT Kakao dengan tingkat penerapan inovasi SL-PHT petani. III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan diidentifikasi. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Karakteristik Penyuluh Pertanian Lapangan PPL ialah ciri-ciri yang melekat pada seorang penyuluh. Karakteristik Penyuluh Pertanian Lapangan PPL dapat dilihat berdasarkan 1 kompetensi penyuluh 2 karakteristik kelompok tani binaan 3 wilayah kerja penyuluh, dan 4 kedekatan penyuluh dengan petani. Kompetensi penyuluh ialah kemampuan penyuluh pertanian lapangan PPL dalam kaitannya dengan bidang pekerjaan penyuluh. Karakteristik kelompok tani binaan ialah kelompok petani yang dibina oleh Penyuluh Pertanian Lapangan PPL dalam mengikuti kegiatan SL-PHT pada budidaya kakao. Wilayah kerja penyuluh ialah jarak wilayah tempat kerja penyuluh dengan tempat tinggal penyuluh. Kedekatan penyuluh dengan petani ialah kondisi atau keeratan hubungan antara penyuluh dengan petani. Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan PPL pada SL-PHT Kakao ialah pelaksanaan tugas Penyuluh Pertanian Lapangan PPL pada kegiatan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu SL-PHT. Peranan PPL dalam pelaksanaan program SL-PHT dilihat dari 1 kegiatan Penyuluh Pertanian Lapangan PPL dalam menyampaikan informasi leaflet tentang SL-PHT fasilitator, 2 pendekatan PPL terhadap petani kakao tentang program SL-PHT komunikator, 3 frekuensi kunjungan penyuluh kepada petani peserta SL-PHT evaluasi, dan 4 keterlibatan PPL sebagai pendidik dalam program SL-PHT pendidikan. Variabel Peranan PPL pada SL-PHT kakao diukur dengan menggunakan skor 1- 3 yaitu : skor 1 kurang baik, skor 2 cukup baik, dan skor 3 baik. Tingkat Penerapan SL-PHT ialah derajat tingkat penerapan SL-PHT oleh petani kakao. Penerapan inovasi SL-PHT kakao dilihat berdasarkan : 1 test ballot box dilihat berdasarkan indikator 1 pre test, 2 post test, sedangkan 2 analisa agroekosistem dengan indikator : 1 penerapan inovasi benih bermutu, 2 penerapan inovasi herbisida, 3 penerapan inovasi pemangkasan. Test ballot box dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan petani mengetahui SL-PHT. Analisa agroekosistem adalah kegiatan turun langsung ke lapangan oleh petani dengan dipandu oleh Penyuluh Pertanian Lapangan PPL dalam pelaksanaan program SL-PHT kakao.

Dokumen yang terkait

Survei Pengendalian Hama Terpadu Hama Lalat Buah Bactrocera SPP. Pada Tanaman Jeruk Di Tiga Kecamatan Kabupaten Karo

3 74 93

Dampak Sebelum dan Setelah Penerapan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Terhadap Biaya Produksi, Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah Di Kabupaten SerdangBedagai

0 30 90

Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Hama Terpadu (Studi Kasus : Desa Kubah Sentang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

1 35 71

Kajian Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Petani Padi di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 40 117

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI PESERTA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN INFORMASI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN PADI

0 5 13

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI PESERTA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN INFORMASI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN PADI

1 28 13

MOTIVASI PETANI DALAM MENGIKUTI PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (SL-PTT) PADI HIBRIDA DI DESA WATES KECAMATAN GADING REJO KABUPATEN TANGGAMUS

3 18 144

Tingkat Penerapan Pengendalian Hama Terpadu oleh Petani (Kasus Petani Padi Sawah di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 15 190

INTRODUKSI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) HAMA BUAH KAKAO DI KENAGARIAN SIKUCUR, KECAMATAN V KOTO KAMPUNG DALAM, KABUPATEN PADANG PARIAMAN.

1 3 5

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS | Kurniadi | JURNAL ILMIAH MAHASISWA AGROINFO GALUH 135 665 1 PB

0 1 6